Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ternak | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PT CARGILL INDONESIA LUNCURKAN PAKAN BEBAS ANTIBIOTIK

Ivan Hindarko saat memaparkan produk terbaru Cargill, Selasa (20/8/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

PT Cargill Indonesia resmi meluncurkan produk pakan untuk ayam petelur terbarunya yang menawarkan nutrisi tepat sesuai kebutuhan ayam dan bebas dari antibiotik.

Country Director PT Cargill Indonesia, Ivan Hindarko, mengatakan, peluncuran pakan ayam petelur ini merupakan seri tertinggi atau platinum yang digadang-gadang mampu menjadi solusi pakan secara menyeluruh.

“Kami meluncurkan Qmax Series yang merupakan seri tertinggi untuk solusi kebutuhan pakan. Kami hadirkan nutrisi dan teknologi terbaik untuk peternak, agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tentunya efisien bagi peternak,” kata Ivan dalam konferensi pers yang digelar PT Cargill Indonesia, Selasa (20/8/2019), di Jakarta.

Selain memiliki benefit bagi peternak, lanjut Ivan, produk terbarunya ini bebas dari penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan/AGP yang saat ini sudah dilarang oleh pemerintah, namun masih dapat membantu mengurangi permasalahan kesehatan ayam.

“Kami mematuhi aturan dari pemerintah, inilah yang mendorong kami mengembangkan pakan ternak tanpa antibiotik yang masih dapat mengatasi masalah kesehatan ayam sekaligus meningkatkan produktivitas untuk membantu peternak mencapai hasil optimal,” ungkapnya.

Sebab setelah AGP dilarang, peternak dihadapkan dengan persoalan penyakit dan cost pemeliharaan yang meningkat. “Disini kami memberikan efisiensi bagi peternak sekaligus memberikan kualitas telur yang baik bagi konsumen. Itu sesuai dengan spirit kami, yaitu nutrisi lebih baik untuk hidup lebih baik,” ucapnya.

Sementara, Business Development Manager PT Cargill Indonesia, Adi Widyatmoko, menjelaskan secara detail keunggulan Qmax Series, diantaranya seri Rearing meliputi fase starter, grower dan developer, serta seri Laying untuk fase bertelur.

Dijelaskan, untuk rearing merupakan fase penentu penting dalam menghasilkan pullet berkualitas. Disini program pemberian pakan sesuai genetik ayam akan membantu membentuk fungsi organ pencernaan yang bekerja secara optimal dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mengantarkan pullet siap mencapai target produksi. Sementara seri laying diperuntukan bagi ayam yang siap menginjak fase produksi.

“kami percaya akan nutrisi yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik. Inilah cara kami membantu peternak meningkatkan produktivitas, keberlanjutan dan kesehatan, serta kesejahteraan hewan,” pungkasnya. (RBS)

Catatan Akhir Tahun: Perunggasan Masih Prihatin, Penyakit Masih Merecoki

Beberapa penyakit konvensional masih merebak pada industri perunggasan, apalagi saat AGP dihentikan. (Sumber foto: Kontan)

Tumpukan permasalahan dunia usaha perunggasan domestik belum dapat diurai dengan tuntas pada sepanjang 2018. Mulai dari persoalan bahan baku pakan, khususnya unsur tersedianya jagung secara cukup, hingga pasokan bibit ayam (DOC) sampai kurang optimalnya performa hasil budidaya ayam (baik ayam pedaging maupun petelur).

Di sisi lain, persoalan klasik tentang gangguan kesehatan yang berawal dari beberapa penyakit konvensional dan juga jenis penyakit tahun 2000-an masih menghambat capaian target produksi.

Sebut saja beberapa penyakit seperti ND (Newcastle Disease), Gumboro, pilek menular (snot), CRD (Chronic Respiratory Disease) kompleks dan Kolibasilosis, serta Flu Burung (Avian Influenza/AI) atau Kekerdilan.

Drh Zahrul Anam, menuturkan pengamatannya di lapangan tentang hal itu kepada Infovet. Bahwa pasca ditutupnya keran pemakaian antibiotik pemacu pertumbuhan (AGP/Antibiotic Growth Promotor) di dalam pakan sejak awal 2018, memang tidak dapat dibantah memberikan permasalahan yang sifatnya transisional. Artinya, ada dampak yang serius terhadap target pencapaian produksi. Pada ayam potong, sangat signifikan dengan terjadinya lambat pertumbuhan ayam sejak awal DOC sampai menjelang umur pertengahan. Bobot pada masa pertumbuhan secara umum kurang mampu mencapai target. Bahkan jauh dari yang seharusnya.

Kemudian, diperburuk dengan tingkat keberhasilan vaksinasi yang sangat rendah. Dan implikasinya, lanjut Zahrul, ayam muda kurang tangguh menerima tantangan sergapan jenis penyakit virus. Akhirnya terlalu banyak dijumpai bobot ayam tumbuh relatif lebih lambat maupun kedewasaan pubertas.

Pada ayam potong sangat sering dijumpai capaian bobotnya mundur sampai 5-7 hari dibandingkan dengan masa periode sebelum larangan pemakaian antibiotik pemacu pertumbuhan pada pakan.

Sedangkan pada ayam petelur, usia awal produksi telur juga mengalami kemunduran lebih dari 11-16 hari. Namun jelas Zahrul, bahwa hal itu memang suatu jenis gangguan kesehatan yang muncul pada ayam komersial pada masa peralihan. Jika sebelumnya, posisi masa dan waktu produksi yang ideal sudah terjadi, karena ada perlakuan sengaja untuk menekan pemakaian antibiotika, maka sudah pasti akan mengalami kemunduran.

“Itu adalah suatu jenis gangguan kesehatan atau penyakit yang biasanya disebut sebagai penyakit transisional,” kata Zahrul.

Hasil pengamatannya, salah satu jenis penyakit yang sangat potensial dan sangat merugikan adalah gangguan pernafasan yang diduga kuat disebabkan oleh CRD kompleks. Selain itu jenis yang lain adalah ND, Kolibasilosis, Gumboro dan Coryza.

Tidak ada yang istimewa dalam hal gejala dan tanda-tanda penyakit tersebut. Namun khusus untuk ayam yang terserang infeksi AI, ada perbedaan meski kurang spesifik. Pada ayam petelur, jika terinfeksi AI, umumnya pertumbuhan menjadi relatif lambat dan mundur awal produksi mencapai 15-20 hari.

Sedangkan pada ayam pedaging, jika menderita infeksi ND, relatif lebih sulit dalam penanganannya. Kemudian capaian berat badan mundur atau kurang optimal. Bahkan sangat sering ditemui ayam kerdil. Zahrul pun mengimabu kepada para peternak binaannya untuk menekankan arti penting biosekuriti dan memperhatikan pengaturan suhu ruangan (pemanas) yang tertib dan benar.

Selain itu, desinfeksi kandang saat awal ayam masuk dan program vaksinasi yang lebih cermat, juga menjadi kunci penting. Hal ini dikarenakan peternak tidak memiliki kesempatan memilih dan menentukan kehendak dalam membeli DOC. Pada umumnya jika beberapa hal itu dilakukan dengan baik dan benar, hasil yang diperoleh ketika panen, tidaklah mengecewakan. (iyo)

Refleksi: Rupiah Limbung, Harga Pakan Melambung

Stok jagung melimpah tetapi peternak kesulitan mendapatkannya. (Sumber: fajarsumatera.com)

Industri peternakan ayam di dalam negeri tidak henti-hentinya menghadapi cobaan berat. Para pelaku usaha di sektor ini berharap adanya keseriusan pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang sudah dibuat.


Ada kisah dunia khayalan yang belakangan sedang terjadi di dunia nyata. Kisah ini dikemas dalam film pendek animasi Superman versus Gatotkaca dan tengah menjadi viral di media sosial. Kedua pahlawan ini bertarung mempertahankan jati diri masing-masing. Gatotkaca berusaha sekuat tenaga untuk melawan Superman, namun akhirnya ia ambruk juga. Gatotkaca terkapar.

Pertarungan dalam film animasi ini mengilustrasikan bagaimana kondisi nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan terakhir terhadap dolar Amerika. Media menuliskan dolar makin perkasa. Nilai tukarnya melampaui angka Rp 15.000 lebih per dolar, bahkan sempat mencapai Rp 15.283 per dolar.

Pelemahan rupiah yang terus berlanjut itu tampaknya sesuai prediksi mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli, pada 3 Oktober lalu. “Apakah Rp 15.000 ini sudah akhir? Ini baru permulaan,” ujarnya kepada awak media di kompleks DPR RI, Jakarta, waktu itu.

Makin tingginya nilai tukar rupiah tak hanya membuat situasi politik Indonesia kian gaduh, tapi juga berimbas berat terhadap usaha peternakan unggas. Harga bahan baku pakan ternak yang masih impor, seperti bungkil kedelai dan lainnya, mau tak mau makin melambung.

Yang memprihatinkan, pada pertengahan Oktober lalu, para peternak kesulitan mendapatkan jagung untuk bahan pakan ternak. Padahal, 22 Juni lalu, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa stok jagung nasional melimpah, bahkan surplus, begitu kata Mentan.

Mentan menjamin tidak akan ada impor jagung pada tahun ini. Bahkan karena stok melimpah, Indonesia dapat mengekspor jagung ke Filipina dan Malaysia. Menurut data Kementan, tingkat produksi jagung di dalam negeri meningkat dalam lima tahun terakhir. Jumlah produksi pada 2016 mencapai 23.578.413 ton meningkat menjadi 28.924.009 ton pada 2017 dan pada tahun 2018 mencapai 30.043.218 ton.

Tapi fakta di lapangan, empat bulan berikutnya, para peternak ayam kesulitan mendapatkan jagung untuk pakan ternaknya. Ada apa?

Sukarman, Ketua PPRN (Paguyuban Peternak Rakyat Nasional) memiliki dugaan yang cukup kuat. “Fakta di lapangan, jagung ternyata sebagian besar diserap perusahaan feedmill lewat pedagang saat panen di sentra-sentra produksi, sehingga peternak kesulitan memperoleh jagung dengan harga yang wajar,” ungkapnya saat menggelar aksi unjuk rasa di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar, 15 Oktober lalu.

Selain sulit didapat, harganya pun tinggi. Ketua Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Herry Darmawan, menyebut harga jagung di Jawa Timur mencapai Rp 5.100 per kg, sementara di Jawa Tengah dan Jawa Barat harga jagung dipatok sebesar Rp 5.000 per kg.

Harga tersebut jauh dari acuan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2017 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen, yaitu Rp 3.150  di tingkat petani dan Rp 4.000 di tingkat peternak. “Dengan harga yang melambung, peternak harus merogoh modal lebih besar lagi untuk bisa bertahan,” ujar Herry kepada Infovet.

Derita para peternak ayam tak sampai di sini. Di tengah kelangkaan dan tingginya harga jagung, dalam beberapa minggu di bulan Oktober harga telur dan daging ayam broiler justru merosot. Dari data yang dihimpun Infovet, pada Selasa (9/10), harga telur ayam pada kisaran Rp 16.000-Rp16.300 per kg, jauh bila dibandingkan harga acuan yang baru yakni Rp 18.000-Rp20.000 per kg di tingkat peternak. Kondisi ini menjadi pukulan telak bagi para peternak ayam di dalam negeri.

Soal langkanya jagung di pasaran, pemerintah memiliki argumen yang berbeda. Kementan berdalih, rantai pasok jagung yang tak sempurna sempat 'mengecoh' pasokan dan harga. “Mereka (petani dan peternak) tidak tahu informasi jagung sebenarnya ada. Ini masalah komunikasi dan distribusi saja. Jagungnya memang ada, tapi masalah komunikasi dan distribusi,” kata Sekretaris Jenderal Kementan, Syukur Iwantoro, kepada media di Jakarta, 24 Oktober lalu.

Peternak Menuntut
Lazimnya pelaku usaha di sektor lainnya, para pelaku usaha peternakan yang makin terjepit dengan kondisi ini pun makin terusik. Bagi mereka, tak ada jalan lain untuk menyuarakan kepentingannya, selain melalui aksi unjuk rasa. Pada 15 Oktober, PPRN menggelar aksi demonstrasi di Pendopo Pemerintah Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Para pengunjuk rasa menuntut agar Mentan Amran turun dari jabatannya. PPRN juga menuntut pemerintah menyediakan jagung yang cukup dengan harga yang wajar sesuai aturan Kemendag.

Cara peternak bersuara melalui aksi demo memang tergolong “cespleng”. Sehari setelah didemo, pemerintah merespon aspirasi peternak. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita dan Dirjen Tanaman Pangan (TP), Sumardjo Gatot Irianto dan tim dari Kementan langsung turun ke lapangan, melakukan pertemuan dengan peternak ayam petelur mandiri di Kabupaten Blitar, (16/10).

Sebelumnya, tuntutan yang sama juga muncul dari para peternak ayam petelur mandiri di Kendal dan Cepu. Namun di dua kota ini, Dirjen PKH dan tim sudah terlebih dahulu melakukan dialog dengan peternak. Tak ada gejolak massa.

Sebagai langkah cepat jangka pendek, Kementan merespon permintaan tersebut dengan menghimbau agar para perusahaan pabrik pakan ternak membantu para peternak mandiri mendapatkan jagung dengan harga terjangkau, yaitu Rp 4.500-4.600 per kg dari harga pasar saat ini sebesar Rp 5.000-5.200.

“Sehingga ada subsidi Rp 500-600 per kg. Subsidi ini bisa disisihkan dari dana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan pabrik pakan ternak,” kata Ketut saat merespon tuntutan peternak.

Merespon hal tersebut, beberapa perusahaan akan memberikan bantuan jagung dengan harga subsidi ke Kabupaten Kendal oleh PT Sidoagung (100 ton) dan Kabupaten Blitar antara lain PT Charoen Pokhphand (50 ton), PT Japfa Comfeef (40 ton), PT Panca Patriot (100 ton), PT Malindo (20 ton), BISI (2 ton), CV Purnama Sari (10 ton) dan perusahaan lain. 

Butuh Keseriusan Pemerintah
Persoalan melemahnya nilai tukar rupiah, banyaknya persoalan yang dihadapi oleh pelaku usaha peternakan di dalam negeri, hingga “paceklik” jagung pakan ternak, merupakan bagian dari “nilai” rapor Pemerintahan Presiden Jokowi dan Jussuf Kalla selama empat tahun terakhir. Para pelaku bisnis di berbagai sektor memiliki pendapat yang beragam soal rapor Jokwi -JK. Ada yang menilai bagus, ada juga yang menilai jeblok.

Ketua Bidang Peternakan dan Perikanan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Anton J. Supit, seperti yang dikutip Kontan.co.id, mengapreasiasi kinerja Pemerintahan Jokowi -JK selama empat tahun berkuasa. Ada sejumlah hal positif yang terlaksana, seperti pembangunan infrastruktur hingga percepatan perizinan melalui Online Single Submission (OSS). Tapi beberapa sektor ia nilai masih kedodoran.

Salah satunya swasembada pangan masih menjadi pekerjaan rumah. Ada yang bilang berhasil surplus, tapi faktanya jagung untuk pakan ternak susah dicari. Ia mengatakan, masalah ini harus segera diselesaikan. Jika dibiarkan, bisa membingungkan investor.

Ketua Gopan, Herry Dermawan, berpendapat, industri peternakan ayam di dalam negeri tidak henti-hentinya menghadapi cobaan berat. “Sebelumnya kita dihadapkan persoalan ancaman masuknya ayam Brazil, sekarang kita dihadapkan persoalan tingginya harga jagung dan langka,” kata Herry.

Menurut dia, adanya ide untuk menggantikan jagung dengan gandum impor kurang tepat. Jika dipaksakan peternak menggunakan gandum sebagai pengganti jagung, maka performa ayam akan berubah. “Ayam kita sudah terbiasa makan jagung, performa akan berubah kalau diganti dengan gandum,” katanya.

Menyikapi persoalan krisis jagung yang belakangan menjadi poelmik, Herry menegaskan, dari sisi kebijakan pemerintah sudah bagus. Hanya saja, pelaksanaanya masih membutuhkan keseriusan. Tanpa adanya keseriusan, maka sebagus apapun kebijakan yang dibuat akan sia-sia.

Sementara, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT), Desianto Budi Utomo, mengusulkan agar pemerintah lebih memaksimalkan peran Bulog. Lembaga ini bukan hanya berurusan dengan beras semata, namun jagung seharusnya juga menjadi “wilayahnya”.

“Salah satu tugas Bulog juga menstabilkan harga jagung, jangan sampai terlalu mahal atau terlalu murah,” kata Desianto kepada Infovet.

Menurutnya, harga jagung yang ideal berkisar antara Rp 3.500-3.700 per kg. Dengan harga yang ideal, pabrik pakan bisa menyerap produksi jagung dengan baik pula saat panen raya tiba. Ia merinci kebutuhan jagung 87 produsen pakan ternak yang tergabung dalam GPMT diperkirakan rata-rata 500-600 ribu ton per bulan. Saat ini, serapannya hanya 200-300 ribu ton jagung, akibat kurangnya pasokan dan mahalnya harga. 

Akibatnya, “Stok jagung di pabrik pakan ternak yang dulunya bisa dua bulan, sekarang hanya 25 hari, bahkan belasan hari,” ungkap Desianto. Dengan kondisi kelangkaan jagung, anggota GPMT akan mencari jalan melalui substitusi dengan bahan baku lokal atau bahan baku impor, misalnya dengan mengganti gandum.

“Namun bagi feedmill, kalau memang kondisinya sedang tidak ada jagung, harga berapapun pasti akan dibeli. Seperti pada tahun lalu, harga jagung sempat Rp 7.000 per kg. Tapi kalau terpaksa menggunakan gandum untuk bahan baku pengganti, yang kasihan adalah pabrik-pabrik kecil yang belum memiliki teknologi pengolahannya,” pungkasnya.

Akankah kelangkaan jagung masih akan berimbas pada usaha peternakan unggas di tahun 2019? Semoga saja tidak. (Abdul Kholis)

Kapal Pengangkut Oleng, 4.000 Ternak Batal Dikirim Ke Timur Tengah

Kapal MV Jawan mulai oleng parah kedua sisi sejak berangkat dari pelabuhan Portland (Supplied: Allen McCauley) 



Lebih dari 4.000 ekor ternak terpaksa diturunkan kembali dari kapal yang akan mengangkutnya setelah gagal berlayar dari pelabuhan Portland, di Victoria barat daya, sebanyak dua kali dalam seminggu terakhir.

Departemen Pertanian dan Sumber Daya Air Federal telah meluncurkan penyelidikan atas kondisi seputar pengiriman ternak oleh kapal MV Jawan, yang dioperasikan oleh MarConsult Schiffahrt GmbH & Co KG dengan tujuan pengiriman ke Pakistan dan Oman.

Kapal itu dicegah meninggalkan pelabuhan pada Kamis, 22 November dan Sabtu, 24 November lalu karena ada  masalah kestabilan kapal. Sejumlah saksi mata menunjukkan rekaman video, serta foto-foto kapal tersebut bergerak oleng ke kiri dan ke kanan.

Dalam sebuah pernyataan yang dikirimkan kepada ABC, seorang juru bicara dari Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA) mengemukakan. "Tadi malam setelah berdiskusi dengan operator kapal MV Jawan dan juga meminta keterangan dari masyarakat, AMSA telah memutuskan bahwa kapal itu tidak diizinkan berlayar membawa muatan ternak karena memiliki masalah kestabilan pada armadanya yang belum terselesaikan.”

“AMSA telah memberitahu Departemen Pertanian dan Sumber Daya Air [DAWR] tentang keputusan kami untuk tidak mengizinkan pengiriman ini dan memahami bahwa semua ternak di dalam kapal itu telah mulai dikeluarkan dari kapal tersebut pada Selasa (27/11/2018) pagi, setelah diskusi antara DAWR dan eksportir,” lanjut juru bicara tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan, AMSA tidak akan mengizinkan pemuatan ternak lebih lanjut pada kapal tersebut sampai penyebab dari masalah kestabilan pada kapal berhasil dipastikan. Kapal akan berangkat tanpa muatan ternak di dalamnya.

Ternak Dipindahkan

Kepala Eksekutif Pelabuhan Portland, Greg Tremewen mengatakan AMSA telah memberitahukan pihaknya pada Senin (26/11/2018) malam bahwa kapal itu tidak diizinkan untuk berlayar keluar dari pelabuhan dengan muatan ternak di atasnya.

"Kami hanya diberitahu bahwa ternak harus dibongkar dan kapal tidak diberi izin untuk berlayar sampai ternaknya dipindahkan," katanya.

Setelah itu, lanjut Greg, ternak harus diturunkan dari kapal di bawah pengawasan Departemen Pertanian dan proses itu telah dimulai sejak Selasa pagi.

Kapal MV Jawan harus mengeluarkan muatan 4.000 ekor hewan ternak yang rencananya dikirim ke Timur Tengah (Supplied: Allen McCauley) 

Greg memperkirakan bahwa proses pembongkaran memakan waktu satu atau dua hari, dan hewan-hewan itu akan dimasukkan ke truk dan diangkut dari pelabuhan.

Sebelumnya seorang juru bicara AMSA mengatakan mereka langsung menahan kapal itu untuk meninggalkan pelabuhan, karena kekhawatiran tentang kelayakannya setelah melihat cara kapal itu bergerak.

Juru bicara AMSA itu mengatakan sebanyak 380 dari 4.327 ekor sapi yang ada di atas kapal itu telah dipindahkan dalam upaya untuk meningkatkan kestabilan kapal, tetapi ketika berusaha untuk berlayar lagi dilakukan pada hari Sabtu (24/11) ternyata kapal itu masih mengalami masalah serupa.

Seorang juru bicara DAWR mengatakan ternak-ternak dari dalam kapal mulai diturunkan pada Selasa (27/11/2018) pagi ini setelah mendapat keputusan dari eksportir.

Departemen sebelumnya mengatakan seekor sapi telah mati, namun tidak terkait dengan masalah kestabilan yang dialami oleh kapal tersebut.

Seorang dokter hewan dari DAWR mengawasi proses pembongkaran hewan dari kapal dan telah melaporkan tidak ada masalah kesejahteraan atau kesehatan pada hewan-hewan yang dikembalikan ke tempat penggemukan.

"Para peternak tetap berencana untuk mengekspor ternak-ternak tersebut di kemudian hari," kata juru bicara itu. (Sumber: www.abc.net.au)

Keunggulan Daging Sapi Bali yang Tersembunyi

Sapi Bali. (Sumber: Google)

Menurut pakar sapi Bali, Prof Dr Drh Ni Ketut Suwiti, bahwa daging sapi Bali mempunyai beberapa kelebihan tak banyak orang ketahui saat ini. Diantara keunggulannya itu adalah kandungan proteinnya jauh lebih tinggi, lemak di dalam serat daging relatif rendah, serat dagingnya lebih lembut dan nilai prosentase karkasnya sangat tinggi, serta aroma cita rasa sangat familiar dengan bangsa ini.

Selain itu, dalam hal daya simpan daging sapi Bali tahan lebih lama dibandingkan dengan daging sapi bangsa persilangan. Prof Suwiti menjelaskan, dari aspek medis, hieginis untuk konsumsi kebutuhan menu harian, jauh lebih aman karena berbagai keunggulannya itu.

“Artinya potensi ancaman penyakit jantung, hipertensi dan asam urat, serta penyakit metabolik yang lain pada orang yang mengonsumsi relatif lebih aman,” kata dia.

Lebih lanjut, Prof Suwiti yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pusat Kajian Sapi Bali Universitas Udayana (Unud) Denpasar, mengharapkan lebih banyak pihak, baik hotel dan restoran di Indonesia menggunakan daging sapi Bali dalam sajian menunya.

“Seharusnya hotel dan restoran di Indonesia diwajibkan menggunakan daging sapi Bali, walaupun tidak harus seratus persen,” ucapnya.

Sebab, saat ini nyaris seluruh kebutuhannya daging sapi berasal dari daging impor. Selain itu juga, penting adanya “good will” pemerintah yang memiliki kewenangan dan membuat regulasi tentang hal tersebut. Menurutnya, tanpa ada campur tangan yang kuat dalam hal regulasi, maka dikhawatirkan sapi Bali yang merupakan plasma nutfah Indonesia akan beranjak punah dan hanya menjadi catatan sejarah.

Peran penting yang lain, seperti ditunjukkan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau komunitas KAHMI vet, yang concern menyelenggarakan seminar terkait sapi Bali. Menurut Ketua Panitia, Drh Dewi Fadhlulah, seminar tersebut digagas atas keprihatinan komunitas KAHMI vet melihat dan mengamati perkembangan sapi lokal di Indonesia, baik itu sapi Bali atau jenis sapi lokal yang lainnya.

Dari latar belakang tersebut, pihaknya berkesimpulan bahwa tingkat perhatian dan instrumen kebijakan pemerintah yang masih kurang greget terhadap masa depan sapi asli Indonesia.

“Untuk itu dibuatlah agenda seminar ini secara berkelanjutan. Agenda perdana yaitu pemeliharaan sapi Bali pada pertengahan 2018, dilanjutkan aktivitas seminar ini. Kemudian berikutnya akan kembali dilanjutkan agenda berupa workshop dan temu nasional para peminat, peneliti maupun pelaku usaha budidaya sapi potong, terutama perusahaan feedlot. Semoga berhasil dan membawa kemaslahatan bagi ummat,” katanya. (iyo)

MANAJEMEN PERALATAN DAN AKTIVITAS PERIODE BROODING

Brooding merupakan masa awal pemeliharaan unggas yang sangat penting dan memengaruhi periode pemeliharaan berikutnya (grower/finisher). (Foto: Infovet/Ridwan)

Periode pemanasan atau brooding period merupakan masa paling kritis dalam siklus kehidupan ayam, baik ayam bibit (breeder), petelur (layer) maupun pedaging (broiler), karena DOC mengalami proses adaptasi dengan lingkungan baru sejak menetas. Periode ini juga merupakan masa proses pembentukan kekebalan (imunitas) tubuh dan masa awal pertumbuhan semua organ tubuh.

Masa brooding pada ayam ialah periode pemeliharaan dari DOC (chick in) hingga umur 14 hari (atau hingga pemanas/brooder tidak digunakan). Baik tidaknya performance (penampilan) ayam di masa selanjutnya seringkali ditentukan dari bagaimana pemeliharaan di masa brooding. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peternak yakni kesalahan manajemen pada periode brooding dan akibatnya seringkali sulit dipulihkan kembali dan berdampak negatif terhadap performa periode pemeliharaan selanjutnya (grower/finisher).

Berikut peralatan dan aktivitas yang perlu dilakukan pada masa brooding, antara lain:

1. Persiapan Sebelum Chick in
a. Biosekuriti ketat: Biosekuriti adalah kunci menekan penularan berbagai penyakit dari ayam periode sebelumnya, di mana untuk mewujudkannya dapat dilakukan tindakan/perlakuan selama pre chick in yang dimulai dari:
• Tahap persiapan kandang yang optimal, seperti pengangkatan kotoran ayam (feses), penyikatan, hingga ke sela-sela kandang, perbaikan kerusakan kandang dan desinfeksi kandang.
• Desinfeksi tempat minum dan tempat pakan DOC sebelum digunakan kembali.
• Masa istirahat kandang yang cukup sebelum chick in (minimal 14 hari setelah desinfeksi).

b. Persiapan dan perlengkapan kandang: Pemilihan bahan litter (sekam padi/jerami/serutan kayu halus/kertas), penyediaan tempat pakan (feeder chick/nampan), tempat minum DOC dan indukan pemanas gas (Gasolec). Sekam padi bahan yang umum dipakai sebagai litter dan ditabur di lantai dengan ketebalan 8-12 cm. Sebelum masuk kandang, sekam padi perlu dikeringkan dan difumigasi atau disemprot dengan desinfektan agar mematikan kuman penyakit yang mungkin ada. Usahakan agar jumlah peralatan sesuai dengan standar kebutuhan DOC agar tidak terjadi persaingan antar DOC baik dalam hal pakan, air minum dan ruang gerak. Pada Tabel 1 berikut disajikan Kebutuhan peralatan dan perlengkapan untuk 1.000 ekor DOC.

Tabel 1: Kebutuhan Peralatan dan Perlengkapan Periode Brooding Per 1.000 DOC
Peralatan
Kapasitas
Jumlah Dibutuhkan
Chick guard (seng pembatas)
1.000 ekor (diameter 4-5 meter)
1 buah
Indukan Pemanas Gas
1.000 ekor
1 buah
Tempat pakan (nampan/feeder chick)
50-63 ekor
16-20 buah
Tempat minum 1 galon
80-120 ekor
10-12 buah
Lampu pijar
75 watt
1 buah
Sumber: Manajemen Brooding Medion (2010).

c. Menyalakan alat pemanas: Alat pemanas (Gasolec) sebaiknya dinyalakan satu hari sebelum DOC tiba, dengan tujuan agar suhu di sekitar lingkungan sudah hangat dan merata. Suhu yang diperlukan untuk DOC bisa diukur dengan menggunakan termometer yang diletakkan 5 cm di atas permukaan sekam di pinggir chick guard (lingkaran pelindung). Kebutuhan suhu pada masa brooding untuk DOC, seperti pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2: Kebutuhan Suhu pada Masa Brooding
Umur DOC (hari)
Suhu (°C)
0-3
32-35
4-7
29-34
8-14
27-31
15-21
25-27
Sumber: Sukses Beternak Ayam Broiler (2006).

d. Menyiapkan tempat minum: Tempat minum diisi air gula merah/aren dengan takaran 50-60 gram gula aren/liter air untuk 6-8 jam pertama, dengan tujuan agar DOC memperoleh energi baru setelah kehilangan energi dalam transportasi dari penetasan menuju farm/peternakan.

2. Chick in
a. Penimbangan dan penghitungan DOC: Saat chick in, pertama kali lakukan penimbangan (timbang DOC bersama-sama boksnya lalu dikurangi berat boks kosong) dan penghitungan jumlah DOC. Sekaligus memindahkan DOC ke chick guard, lakukan penyeleksian dengan mengisolasi DOC yang terlihat lesu, bulu kusam, kerdil dan mata keruh, karena akan menurunkan uniformity (% keseragaman bobot badan) dan kemungkinan menjadi sumber penyakit.

b. Pemberian pakan: Tiga sampai empat jam setelah semua DOC minum, segera berikan pakan starter (kandungan protein 19-21%) sedikit demi sedikit dengan cara ditabur, karena daya tampung tembolok yang terbatas dan terjaga kesegaran pakan akan memacu nafsu makan DOC agar tetap tinggi dan peternak harus lebih sering mengontrol DOC. Berikut disajikan frekuensi pemberian pakan seperti pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3: Frekuensi Pemberian Pakan Masa Brooding
Umur (hari)
Frekuensi Pemberian Pakan (kali)
Waktu Pemberian (Jam)

1-3
9
6
8
10
12
14
16
19
21
23
4-6
8
6
8
10
12
14
16
19
21
-
7-10
7
7
10
13
15
17
19
21
-
-
11-14
5
7
10
13
16
19
-
-
-
-
Sumber: Manajemen Brooding (2010).

c. Pemberian air minum: Setelah 6-8 jam pertama dan air minum mengandung gula aren habis, isi tempat minum dengan air biasa plus vitamin elektrolit agar perkembangan tubuh DOC lebih optimal lagi.

d. Kontrol kondisi tembolok DOC: Lakukan pemeriksaan konsumsi ransum dan air minum 2-3 jam setelah pemberian pakan pertama, dengan cara meraba tembolok dari sampel DOC. Bila  75% dari sampel ternyata temboloknya terasa kenyal dan lunak, berarti konsumsi pakan dan air minum cukup, kemudian pengontrolan diulang 24 jam kemudian dan diharapkan 95% tembolok terasa kenyal dan lunak. Bila tembolok terasa keras, kemungkinan DOC banyak memakan sekam dan air minum.

e. Kontrol kondisi sekam: Pada 1-3 jam setelah chick in, lakukan pengontrolan suhu sekam/litter apakah sudah nyaman atau belum? Salah satu teknik mendeteksinya adalah dengan memperhatikan kondisi kaki DOC, di mana bila litter terlalu panas maka kaki akan tampak kemerahan dan pecah-pecah di bagian kuku dan telapaknya, juga DOC yang mengalami hal ini biasanya akan berkumpul menjauh dari brooder. Sebaliknya bila litter terlalu dingin maka kaki DOC teraba dingin (dibanding suhu tubuh manusia), yang dampaknya konsumsi pakan menurun karena DOC cenderung diam memadati brooder.

f. Kontrol chick guard: Chick guard diperlebar setelah tiga hari pertama untuk menambah luas lantai (floor space), di mana pelebaran chick guard harus diulang setiap dua hari sekali sekitar 0,3-0,5 m. Setiap pelebaran harus diimbangi dengan penambahan tempat pakan (feeder) dan tempat minum (waterer). Floor space yang diperlukan untuk ayam broiler selama tiga minggu pertama sekitar 10-11 m2, tergantung strain ayam itu.

g. Melakukan seleksi dan grading: Seleksi dilakukan secara rutin setiap hari sejak minggu pertama, dengan tujuan memisahkan DOC yang kerdil, kaki kering, omphalitis (perut kembung) serta abnormal (kaki pincang, paruh bengkok, tubuh lemas) dari anak ayam yang masih sehat dan normal. DOC afkir harus segera dimusnahkan dan dicatat (recording) sebagai penyusutan (depletion). Sementara, grading adalah aktivitas pengelompokan ayam menjadi beberapa kelompok dengan standar berat badan yang ada. DOC yang kecil diisolasi tersendiri lalu diberikan perlakuan (treatment) khusus  agar mampu mengejar ketertinggalan berat badannya dengan cara sesering mungkin membangunkan DOC untuk makan, pemberian pemanas lebih lama, pemberian vitamin elektrolit terus-menerus dan mengurangi perbandingan tempat makan/minum dengan populasi ayam. Grading dilakukan sejak ayam berumur 17-22 hari.

h. Mengatur sirkulasi udara kandang: Hal ini perlu dilakukan terutama untuk kandang terbuka (open house), yang dilakukan 2-3 hari masa brooding (tergantung pada kondisi udara di dalam kandang). Mengatur sirkulasi udara yaitu dengan cara membuka layar/tirai dari bagian atas ke bawah (minggu kesatu 1/3 bagian, minggu kedua 2/3 bagian dan minggu ketiga seluruh bagian). Namun bila malam hari, saat hujan turun atau ada hembusan angin dingin, layar bagian bawah tetap ditutup hingga ayam berumur empat minggu, dalam arti pertumbuhan bulu sudah sempurna menutupi seluruh tubuh.

i. Mengganti tempat pakan dan tempat minum: Nampan (feeder chick) mulai diganti dengan tempat pakan tabung kapasitas 5 kg secara bertahap, yaitu 25% sejak DOC berumur 5-10 hari. Selanjutnya pada hari ke-15 diganti sebanyak 50% dan pada hari 18-21 diganti 100%. Demikian juga halnya dengan tempat minum.

j. Membuat laporan (recording): Pencacatan laporan pada masa brooding bertujuan untuk mengetahui perkembangan ayam menyangkut pertambahan berat badan mingguan, tingkat keseragaman (uniformity), tingkat konsumsi pakan (feed in take) dan perkembangan kesehatan. Laporan memuat jumlah ayam yang mati/afkir, jumlah dan cara pemberian pakan, obat-obatan, vaksin, berat badan mingguan dan tingkat keseragaman. Data perkembangan berat badan mingguan dan konsumsi pakan kemudian digambarkan dalam grafik standar berat badan dan konsumsi pakan mingguan.

Demikianlah pembahasan tentang masa brooding dan kaitannya dengan manajemen peralatan, serta kegiatan-kegiatan yang penting diaplikasikan, semoga bermanfaat. (SA)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer