Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini perunggasan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEAT MASTER, GEBRAKAN SUJA RAMAIKAN PERSAINGAN SEKTOR HILIR

Jajaran Direksi SUJA Meresmikan Meat Master
(Foto : CR)


Memperlancar output di hilir agar sektor hulu mengalir, filosofi tersebut nampaknya dipahami betul oleh PT Super Unggas Jaya (SUJA). Dengan bangga SUJA meresmikan Meat Master, sebuah usaha meat shop milik SUJA. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (21/10/2023) yang lalu di Ruko Kemang Pratama, Jl. Kemang Pratama Raya, Bojong Rawalumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat. Acara tersebut digelar secara meriah dan dihadiri oleh jajaran direksi SUJA dan CJ Group beserta para tamu undangan yang merupakan partner dari SUJA dan CJ Group.

Dalam sambutannya Han Jung Kyu yang merupakan Direktur PT SUJA menyampaikan bahwa bisnis SUJA di hilir sejatinya sudah berlangsung sejak 5 tahun lalu yakni saat diresmikannya Rumah Pemotongan Hewan Unggas milik mereka. Sebagai tindak lanjut atas beroperasinya RPHU tersebut maka dibuatlah Meat Master agar konsumen dapat lebih mudah mengakses dan mendapatkan produk berkualitas milik SUJA.

"Kami berharap dengan semua produk yang kami miliki dapat menjadi preferensi utama bagi masyarakat dalam memilih produk daging dan olahan daging ayam. Selain dikhususkan untuk menjangkau konsumen rumah tangga, Meat Master juga siap menjadi mitra bagi pelaku usaha seperti Hotel, Restoran, dan Kafe (HOREKA)," kata pria asal Negeri Ginseng tersebut.

Bisnis meat shop tentunya bukan barang baru di Indonesia, sebagai penantang baru di bisnis ini tentunya SUJA sudah mempersiapkan diri dengan berbagai macam strategi. Hal tersebut dikemukakan oleh Pujiono selaku Head Sales Department RPHU PT SUJA.

Ditemui oleh Infovet di hari yang sama ia mengaku bahwa Meat Master membidik konsumen menengah ke atas. Hal tersebut sebenarnya dapat dilihat dari lokasi pertama dimana Meat Master didirikan.

"Kami memilih di sini (Kemang Pratama) bukan tanpa alasan, daerah ini sesuai dengan target market kami. Selain itu, wilayah Kemang Pratama ini cukup strategis karena tidak jauh dengan jalan tol yang tentunya dapat memperlancar distribusi kami. Dari RPHU ke sini waktunya cepat ketimbang di daerah lain, sehingga kualitas produk dan rantai dinginnya terjaga," tutur Pujiono.

Produk Daging Ayam Olahan Milik SUJA
(Foto : CR)

Pria asal Banjarnegara tersebut juga mengatakan bahwa di Meat Master nantinya konsumen juga akan diedukasi terkait produk daging ayam yang Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH). Dimana konsumen dapat meilhat sendiri prosesi bagaimana produk daging ayam dan olahan daging ayam milik SUJA diproduksi melalui videotron yang tersedia.

"Kami selain berbisnis juga tentu tidak lupa mengedukasi para konsumen mengonsumsi daging ayam frozen bukanlah suatu hal yang menakutkan. Ini merupakan komitmen kami dalam bisnis ini untuk tetap memberikan produk berkualitas juga mengedukasi masyarakat terkait isu - isu tak sedap di perunggasan," kata Pujiono.

Ia melanjutkan, di Meat Master konsumen nantinya juga dapat mengakses produk daging ayam marinasi ala Korea alias Korean style. Dimana dari segi rasa, tentunya tidak kalah lezat dan otentik seperti yang ada di drama Korea. Selain itu, konsumen juga dapat membeli milik CJ Group yang tak kalah berkualitas dan tentunya bergizi dan menyehatkan. Yang jelas paket lengkap berupa produk berkualitas, bergizi dan menyehatkan, serta lifestyle ini hanya dapat dirasakan oleh konsumen hanya di Meat Master. (CR)

GPPU KEMBALI SELENGGARAKAN SEMINAR NASIONAL

Foto Bersama Para Peserta Seminar
(Sumber : CR)

Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) kembali menggelar seminar nasional di Hotel Atria Gading Serpong, Kabupaten Tengerang pada Selasa (26/9) yang lalu. Tema yang diusung dalam seminar kali ini adalah "Perunggasan Indonesia Menuju Mandiri Pangan". 

Dalam sambutannya Ketua Umum GPPU Achmad Dawami mengatakan bahwasanya Indonesia sudah dapat dikatakan negara yang mandiri alias sudah Swasembada dalam produk perunggasan seperti daging dan telur unggas. 

"Kita sudah bisa mandiri dan dapat mencukupi kebutuhan daging dan telur terutama ayam. Tidak tergantung pada impor, namun begitu tetap saja ada beberapa isu yang menjadi tantangan dalam sektor ini kedepannya," tutur Dawami.

Beberapa isu yang dimaksud olehnya diantaranya adalah peningkatan jumlah penduduk yang berimbas pada keseimbangan produksi dan konsumsi, perubahan iklim, krisis pangan, pandemi covid-19 dan penyakit lainnya, serta pembatasan kegiatan ekspor - impor.

Ia memberi contoh misalnya ketika pandemi covid-19 di tahun 2020 lalu yang berimbas pada penurunan ekonomi Indonesia sebanyak 2,07%. Pada keadaan itu pendapatan masyarakat dan konsumsi ayam perkapita masyarakat juga ikut turun. Dampak mirisnya yakni meningkatnya angka stunting pada balita yang mencapai 6,07%. 

Dawami juga menjabarakan review fluktuasi harga ayam hidup di pasaran terkait dengan isu - isu tadi serta kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Selama beberapa tahun belakangan yang dianggap masih butuh kebijakan yang lebih ciamik lagi untuk mengatasi hal tersebut. 

Ia juga mengatakan bahwasanya kondisi di Indonesia memiliki fluktuasi yang sebenarnya dapat diperkirakan berdasarkan musim dan custom alias adat istiadat. Tentunya seharusnya untuk menstabilkan harga komoditas perunggasan semua paramater dapat diprediksi karena uniknya pola - pola tersebut. 

Selain itu Dawami juga menggarisbawahi neraca rugi-laba beberapa perusahaan yang bergerak di bidang perunggasan dimana rerata pada kwartal satu tahun 2023 mengalami kerugian yang cukup banyak. Tentunya ini juga tidak bisa dibiarkan.

"Sesuai UU No.3 tahun 2014 tentang perindustrian yang tertulis bahwa pemerintah menjaga keberlangsungan usaha industri dalam negeri, oleh karena itu ini juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Oleh karenanya kita harus melakukan konsolidasi dan kolaborasi agar keberlangsungan usaha dan industri tetap seimbang," tutup Dawami. 

Menanti Komitmen Stakeholder

Mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berhalangan hadir, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Drh Agung Suganda mengapresiasi acara seminar tersebut. Menurutnya yang dikatakan oleh Achmad Dawami sudah betul semuanya.

Berdasarkan data yang ia miliki, produksi komoditas unggas telah berkontribusi sebanyak 80,8% terhadap total produksi peternakan dan menyerap lebih dari 13 juta (10%) tenaga kerja nasional, dengan omzet kurang lebih Rp 700 triliun pertahunnya. Sehingga menjadikan industri perunggasan bukan industri kaleng - kaleng dan sangat strategis sehingga pemerintah di rezim manapun akan sangat memperhatikan industri ini agar tetap stabil. 

Agung juga menyinggung isu over supply di perunggasan Indonesia yang menurutnya saat ini menjadi "berkah" karena keberlimpahan ini dapat menjadi senjata bagi Indonesia di kemudian hari. Dimana saat ini pemerintah mulai mendorong para pelaku industri perunggasan untuk melakukan ekspor ke negara -negara yang memang membutuhkan dan tertarik dengan produk perunggasan Indonesia. 

"Alhamdulillah angka ekspor kita meningkat tiap tahunnya di sektor perunggasan, peluang juga masih terbuka lebar potensi ekspor kita ke negara - negara lain. Saat ini kita sedang menjajaki dengan Arab Saudi dimana kebutuhan protein meningkat ketika musim haji dan jamaah umroh," tutur Agung. 

Namun begitu Agung menyebut bahwa daya saing produk perunggasan Indonesia masih kurang kompetitif dibanding produk dari negara produsen lain. Pemerintah juga tidak bisa sendirian mengatasi ini, oleh karena kembali ia menyarankan agar semua stakeholder yang terkait harus bergandengan tangan dalam mengatasinya. 

Ia juga menyebut bahwa sesungguhnya permasalahan di sektor perunggasan dalam negeri ini masih sangat banyak. Mulai dari masalah supply - demand produksi dan konsumsi, kenaikan harga bahan baku pakan, kesenjangan antara peternak mandiri dan kemitraan integrator, serta rantai tata niaga yang terlalu panjang sehingga mengakibatkan harga di tingkat konsumen akhir cukup melonjak tinggi daripada harga acuan. 

Terkait masalah produksi dan penyediaan indukan (GPS), ia juga mengatakan bahwa pemerintah sangat penuh ketelitian dalam menentukan kuota impornya. Hal tersebut perlu dilakukan secara hati - hati karena nantinya juga akan menyangkut masalah stok dalam negeri. 

"Kami rapat dengan semua stakeholder, ini yang biasa kita lakukan rutin ya, kita kan selalu tahu kalau pemerintah selalu menyediakan buffer sekitar 8-10% untuk berjaga- jaga. Dan pemerintah merasa bahwa akan lebih mudah mengendalikan stok apabila kita dalam keadaan surplus ketimbang kekurangan, ini juga yang harus kita pahami bersama," kata Agung. 

Selanjutnya mengenai harga di tingkat peternak dan konsumen, Agung berujar bahwa Kementan tidak memiliki wewenang untuk mengatur harga, hanya pada keseimbangan produksi dan supply - demand. Ketika fluktuasi harga terjadi, adalah wewenang Kementerian Perdagangan untuk kembali menyeimbangkannya. 

"Kementan hanya mengendalikan pengendalian dengan cara cutting. Namun kita sekarang sudah meninggalkan itu, kita melakukan afkir dini karena kalau cutting dampaknya bisa satu bulan kedepan, tetapi kalau afkir (PS) bisa tiga bulan kedepan. Kita juga terus melakukan evaluasi, apakah afkir dan cutting ini sudah sesuai dengan tujuan kita, dan ini kembali lagi pada komitmen pada integrator yang melakukan kegiatan tersebut, pemerintah tidak punya kemampuan untuk mengawasi satu per satu kegiatan afkir dan cutting ini, jadi kita minta komitmen dan kejujurannya," kata Agung. 

Dirinya juga menyadari kekurangan yang dimiliki pemerintah dalam melakukan pengawasan ini, oleh karenanya pemerintah meminta dilakukan cross monitoring antar pelaku usaha dalam melakukan afkir dan cutting. Itupun menurut Agung masih terdapat banyak kelemahan di berbagai aspek. Oleh karenanya Agung meminta komitmen dari semua pelaku usaha agar kebijakan yang diambil dapat dirasakan secara maksimal. 

Agung juga menyebut bahwa Kementan memiliki data terkait perusahaan - perusahaan mana saja yang tidak patuh dalam melaksanakan kebijakan pemerintah tadi, hal tersebut terasa karena dampak yang dirasakan masih belum cukup efektif. Ia pun tidak ragu bahwa Kementan mengantongi sejumlah nama perusahaan yang dinilai masih "nakal" tidak menjalankan kebijakan afkir - cutting sebagaimana mustinya. 

"Kami mohon komitmennya kepada para perusahaan pembibit agar memgang komitmennya, karena berdasarkan data yang tadi dipaparkan oleh pak Ketua, dampak dari kebijakan ini belum terasa. Semoga ini bisa menjadi komitmen dan tanggung jawab kita bersama," tutup Agung.

Outlook Ekonomi 2024 & Dampak Bagi Perunggasan

Salah satu pembicara dalam seminar tersebut yakni Prof Azam Noer Achsani dari Sekolah Bisnis IPB University. Dalam pemaparannya Prof Azam menjabarkan kondisi global perekonomian dunia dan Indonesia beserta faktor - faktor yang mempengaruhinya serta pengaruhnya bagi sektor perunggasan Indonesia. 

Salah satu faktor pemicu dinamika perekonomian dunia menurut Prof Azam yakni perang antara Rusia dan Ukraina. Ia menyebutkan bahwa akibat peperangan kedua negara tersebut hampir seluruh negara - negara di dunia mengalami pergolakan di sektor ekonominya. Dampak paling terasa yakni bekeniakan harga berbagai macam bahan baku kebutuhan pakan, pangan, dan industri. 

Hal ini ditandai dengan terjadinya inflasi yang tinggi di beberapa negara di penjuru dunia, bahkan Prof Azam tidak segan menyebut bahwa dengan kondisi perang saat ini, Amerika Serikat adalah satu diantara banyak negara yang terancam akan mengalami resesi ekonomi. Bahkan menurut data Prof Azam, salah satu negara kuat di Eropa yakni Jerman, terdampak ekonominya akibat peperangan tersebut sampai disebut dengan "the sickman". Lalu bagaimana dengan negara kita?. Apakah negara kita juga berpotensi mengalami resesi seperti negara - negaral lainnya?.

Berdasarkan data dan hasil analisis Prof Azam setidaknya Indonesia pernah beberapa kali mengalami resesi ekonomi yakni pada tahun 1963, 1998, dan 2020 dengan faktor penyebabnya masing - masing. Pada resesi ekonomi tahun 2020, ekonomi Indonesia tumbuh negatif selama 4 periode berturut-turut (triwulan II-2020 s.d triwulan I - 2021). Sejak triwulan II 2021 ekonomi kembali tumbuh positif di level 7,1% . Tahun 2022 secara keseluruhan ekonomi tumbuh 5,31% sedangkan tahun 2023  dan 2024 diproyeksikan tumbuh sekitar 5,0% dan 5,15%.

Berdasarkan data Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) sebuah organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi yang terdiri dari beberapa negara di dunia, Leading Economic Growth Indonesia menunjukkan kondisi yang cenderung melambat sejak Bulan Juni 2022 dan stabil sejak awal tahun 2023. Selain itu berdasarkan data BPS, neraca perdagangan barang Indonesia cenderung stabil, padahal isu pelemahan dan resesi global tengah marak.

Selain itu menurut Prof Azam produk-produk ekspor utama Indonesia didominasi oleh komoditas yang bersifat substitusi terhadap komoditas yang mengalami shortage akibat dinamika Global, sehingga hal tersebut sedikit banyak menolong Indonesia dari jurang resesi.

"Beberapa indikator tadi sesungguhnya menguatkan fakta bahwa negara kita cenderung aman dari resesi, namun begitu apabila kebijakan yang diambil salah, bukan tidak mungkin juga negara kita bisa jatuh ke jurang resesi, ini yang menjadi sangat penting kedepannya," tukas Prof Azam.

Tidak hanya itu, Prof Azam juga menyebut bahwa sektor transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, penyediaan akomodasi dan makanan-minuman, serta jasa kesehatan dan kegiatan sosial diperkirakan akan menjadi sektor-sektor yang akan tumbuh tinggi di 2024. Dimana perunggasan berada pada sektor penyediaan makanan dan minuman.

Dalam pemaparannya Prof Azam juga pernah diminta FAO untuk memproyeksikan konsumsi kebutuhan protein hewani Indonesia beberapa tahun kedepan. Dengan menggunakan berbagai metode,analisis, asumsi, dan berbagai macam permodelan diproyeksikan bahwa konsumsi unggas menunjukkan peningkatan tertinggi dibandingkan produk hewani lainnya, yaitu sebesar 22,1 persen pada tahun 2025 menjadi 9,13 kilogram per kapita per tahun dan 29,3 persen pada tahun 2045 menjadi 9,66 kilogram per kapita per tahun (dengan base data Sensus Ekonomi Nasional (2017) dimana rerata konsumsi daging unggas Indonesia senilai 7,5kg/kapita/tahun.

"Perunggasan seharusnya baik - baik saja, yang terpenting adalah menyadarkan masyarakat juga bahwa konsumsi protein hewani itu penting dan yang paling murah dalah telur dan daging ayam. Kebanyakan alokasi budget rumah tangga di Indonesia yang saya tahu itu paling banyak untuk pulsa dan rokok, artinya masyarakat belum sadar akan pentingnya konsumsi protein hewani," tutup Prof Azam.

Selain Prof Azam, terdapat 3 pemibcara lainnya Dominick Elfick dari Aviagen, Amin Suyono dari Cobb, dan Chai Yew Fai dari Novogen. Ketiganya banyak membahas mengenai dinamika perkembangan genetik pada broiler dan layer modern saat ini serta manajemen pemeliharaan yang harus dilakukan agar dapat mencapai potensi genetik maksimal.

Dari segi teknis kesehatan hewan pembicara yang dihadirkan yakni Drh Ayatullah Natsir dari PT Ceva Animal Health Indonesia yang secara meyeluruh menjabarkan tren vaksinasi unggas kekinian serta perkembangan teknologi di bidang vaksinasi perunggasan.

Di akhir acara para peserta yang hadir juga berkesempatan mendapatkan door prize mulai dari telepon genggam, sepeda lipat, dan bahkan hadiah utama berupa smart television berukuran 100 inchi. (CR)





PAKAN ALTERNATIF UNGGAS DARI SISA MAKANAN MANUSIA, KOK BISA?

Harga Pakan Unggas Relatif Meningkat Seiring Kenaikan Harga Bahan Baku
(Foto CR)


Pakan merupakan komponen utama dalam pembiayaan sebuah usaha peternakan. Namun begitu, kenaikan harga bahan baku pakan akibat berbagai faktor menjadikan harga pakan semakin tak terjangkau. Selain itu ada banyak isu lain yang kini banyak disoroti termasuk penggunaan AGP dan jejak karbon. 

Para peneliti di University of New England di Australia berupaya mengatasi hal tersebut dengan menciptakan pakan ayam murah yang dapat menghemat hampir USD500 juta per tahun bagi industri perunggasan sekaligus mengurangi polusi yang menyebabkan pemanasan global sebesar 5%.

Temuan ini tentu akan membuat para peternak lebih efisien dalam biaya pakan. Dikutip dari The Cool Down, Kamis (21/9/2023), penelitian dilakukan oleh Food Recycle Ltd. dan Poultry Hub Australia, meneliti dampak pemberian makanan daur ulang pada ayam petelur berusia 24 hingga 34 minggu yang dibuat dari sisa makanan yang dibuang dari tempat pembuatan bir, panti jompo, dan organisasi masyarakat lainnya.

Sisa makanan tersebut diolah dan diubah menjadi pakan ayam dalam bentuk bubuk menggunakan teknologi Food Recycle Limited. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa pakan tersebut tidak berdampak pada kualitas telur maupun kesehatan ayam.

Dengan mengalihkan sebagian besar limbah makanan yang seharusnya dibuang ke tempat pembuangan sampah, maka akan mengurangi jumlah uang yang dikeluarkan dan emisi yang dihasilkan oleh perusahaan pakan, sekaligus mengurangi jumlah makanan yang beredar melalui aliran limbah.

“Mendaur ulang sisa makanan menjadi pakan unggas akan membantu peternak menghemat biaya pakan, menghasilkan peningkatan signifikan dalam efisiensi pakan, mengurangi dampak lingkungan dari produksi unggas, dan membantu industri unggas Australia untuk memenuhi permintaan unggas yang lebih berkelanjutan dan rendah produksi karbon,” tulis peneliti Thi Hiep Dao. 

Kemitraan ini memperkirakan bahwa pakan berbasis limbah akan tersedia secara global di lebih dari 20 negara. Chief executive officer Food Recycle Ltd., Norm Boyle, mengatakan dalam waktu lima tahun, pakan sisa makanan daur ulang akan menjadi solusi terbaik secara global untuk industri unggas , babi, dan akuakultur. (INF)





INDONESIA UKIR SEJARAH BARU DI DUNIA PERUNGGASAN

Mentan bersama jajarannya dan petinggi CPI melepas ekspor telur secara simbolis
(Foto : CR)

Sejak pertama kalinya sejak republik ini berdiri Indonesia akhirnya berhasil mengekspor telur konsumsinya ke luar negeri tepatnya Singapura. Peristiwa tersebut dilangsungkan pada Rabu 23 Agustus 2023 di kantor pusat PT Charoen Pokhpand Indonesia (CPI), Ancol, Jakarta. Melalui anak perusahaannya PT Gizindo Sejahtera Jaya, sebanyak 557.280 butir telur konsumsi dikirim ke Singapura.

Nilai ekspor telur tersebut yakni 101.730 SGD atau setara dengan 1.15 miliar rupiah. Sesuai dengan perjanjian dengan negeri singa, secara total nantinya Indonesia akan mengekspor 9,3 juta butir telur sampai akhir tahun 2023 dengan nilai transaksi sebesar 1,72 juta SGD atau setara dengan 19,4 miliar rupiah.

Euforia ekspor produk perunggasan Indonesia dimulai sejak bulan Juni 2022 dimana otoritas pangan Singapura (SFA) nmenyetujui produk unggas Indonesia untuk masuk ke negaranya. Kesempatan ini tentunya langsung dimanfaatkan oleh para stakeholder perunggasan Indonesia, salah satunya CPI. Dengan dukungan dari kementerian pertanian akhirnya Indonesia berhasil "menggolkan" hal tersebut.

Raut wajah bahagia terlihat di wajah Tjoe Hadi Gunawan presiden komisaris CPI kala memberi sambutan dalam acara pelepasan ekspor tersebut. Ia mengungkapkan bahwa proses audit oleh SFA amatlah ketat, hal tersebut karena Singapura tidak mengenal kompromi dalam keamanan dan kualitas pangan yang mereka impor.

"Ini merupakan sejarah baru bagi kita, berkat dukungan semua pihak kami berhasil menembus Singapura. Mereka itu ketat sekali prosedurnya, tapi akhirnya kita mampu memenuhi standar mereka. Dengan ini kami berhasil menembus 5 negara, dan mudah - mudahan ini bisa berlanjut ke negara lainnya," tutur Hadi. 

Dalam kesempatan yang sama menteri pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) juga mengatakan rasa bangganya kepada CPI. Karena seperti yang disebutkan tadi bahwa Singapura sangatlah ketat dalam urusan kualitas dan keamanan pangan, tentunya menembus pasar Singapura merupakan suatu kebanggan tersendiri. 

"Artinya apa?, produk kita masih memiliki daya saing dengan produk dari negara lain, kita harus mengapresiasi CPI dalam hal ini. Karena kita tahu bersama bahwa menembus negara maju seperti Singapura sangat berat," tukas SYL.

Ia juga menyebut bahwa kedepannya Indonesia sedang melakukan penjajakan produk pertanian khususnya peternakan kepada negara - negara jazirah Arab. Salah satu yang paling berminat kata SYL yakni Uni Emirat Arab. Ia berharap juga agar CPI atau produsen lainnya dapat menembus pasar - pasar di jazirah Arab.

Memperkuat pernyataan SYL, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah, mengungkapkan produksi telur (ras, kampung dan itik) selama kurun waktu 2017-2022 rata-rata tumbuh 4%/tahun. Berdasarkan prognosa kebutuhan telur nasional 2023, produksi telur ayam ras diperkirakan mencapai 6,12 juta ton, sementara kebutuhan konsumsinya sebesar 5,88 juta ton. 

“Dengan demikian, secara total neraca telur ayam ras nasional 2023, apabila ditambah dengan stok 2022 sebesar 43.907 ton, maka diperkirakan mengalami surplus sebesar 279.492 ton” tegas Nasrullah saat mendampingi Mentan SYL melakukan ekspor telur di Kantor CPI. 

Nasrullah juga membeberkan bahwa berdasarkan data BPS yang diolah oleh kementerian pertanian, kinerja ekspor komoditas peternakan pada periode Januari – Juli Tahun 2023 (angka sementara) senilai USD 790,7 juta setara Rp. 11.8 T, dengan pertumbuhan nilai ekspor meningkat sebesar 9,56% dan pertumbuhan volume ekspor meningkat 15,36% dibandingkan periode yang sama Tahun 2022.

Demikian pula dengan realisasi ekspor unggas tahun 2022 sebanyak 1.499 ton dengan nilai USD 3,8 juta atau meningkat 47% dibandingkan tahun 2021 dengan negara tujuan ekspor ke Singapura, Jepang, Papua Nugini, Timor Leste, Myanmar, Bangladesh dan Filipina. (CR)

PERAN PRODUK MANAJEMEN DALAM PENGEMBANGAN PERUSAHAAN OBAT HEWAN DI INDONESIA

Dedy Kusmanagandi (Foto: Istimewa)

Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, apalagi jika menyangkut bisnis, termasuk bisnis pangan dimana perunggasan termasuk di dalamnya. Beberapa perusahaan yang bergerak dalam bisnis perunggasan dan telah sukses selama 20 tahun bahkan 30 tahun lebih, dapat tumbang hanya dalam dua atau tiga tahun terakhir karena perubahan drastis yang terjadi. Ekosistem bisnis yang berubah telah menyebabkan pasar yang tidak ramah. Kondisi pasca pandemi menyebabkan permintaan menurun, pendapatan berkurang, daya beli jatuh, sehingga menyebabkan harga pasar produk yang dijual terpuruk. Realitas yang terjadi pada harga ayam broiler yang jatuh secara berkepanjangan dan harga telur ayam ras yang berada di bawah biaya produksi yang terjadi sampai dua kuartal, menyebabkan banyak peternakan ayam ras harus gulung tikar.

Tidak mudah menafsirkan peluang dan masa depan bisnis yang berkaitan dengan peternakan ayam ras di Indonesia. Namun, memang konsumsi rata-rata penduduk Indonesia terhadap protein hewani asal unggas masih terlampau rendah dibanding negara-negara jiran, sehingga permintaan diprediksi akan terus meningkat, sepanjang pertumbuhan ekonomi negara positif dan pemerataan kesejahteraan untuk masyarakat kelas menengah ke bawah dapat terjaga keseimbangannya. Karena itu, usaha perunggasan akan tetap tumbuh setidaknya dalam peningkatan populasi ternak dan produksi hasil ternak. Oleh sebab itu, perusahaan obat hewan sebagai komponen penting dalam industri perunggasan akan tetap diperlukan.

Kendati begitu, perusahaan obat hewan seperti apa yang mampu sukses dalam “era disrupsi” adalah jawaban penting dari pertanyaan semua CEO dan manajer perusahaan obat hewan di Indonesia. Secara umum ciri-ciri perusahaan yang sukses di abad ke-21 adalah perusahaan yang mampu terus berinovasi. Perkembangan teknologi yang sangat cepat menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, konsumsi, distribusi, dan berbagai aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak kreatif dan mampu berinovasi akan mengalami kerusakan, bahkan mungkin lenyap tergilas putaran roda zaman. Perusahaan yang tidak mampu mengikuti perubahan, cepat atau lambat akan mengalami penurunan sampai suatu titik dimana perdarahan dalam keuangan perusahaannya tidak memungkinkan lagi untuk beraktivitas.

Product Management 
Salah satu arsitek dan inovator perusahaan obat hewan yang memegang kunci penting adalah sumber daya manusia yang ada dalam gugus “product management”. Pengelola produk atau product management merupakan penentu kebijakan portofolio produk perusahaan mulai dari tahapan riset, perencanaan, produksi, promosi, hingga analisis prospek pemasaran produk, serta monitoring dan evaluasinya. Dalam praktik operasionalnya, pengelolaan produk ini sering bersanding atau berada di bawah koordinasi divisi pemasaran.

Dalam siatuasi pasar dibanjiri produk yang sama, bahkan sama persis komposisi utamanya, seperti yang terjadi saat ini di pasar obat hewan Indonesia yang dikenal dengan istilah “economics of relative plenty”, persaingan antar produsen sangat ketat dan kompetisi sangat tajam, maka peranan product management sangat penting untuk “keluar” dari zona merah buyer market yang sesak dengan perang harga. Kemampuan product manager membawa perusahaan hijrah menuju suasana pasar “blue ocean”, yaitu segmen pasar yang bebas dari “me too product”, dimana konsumen memiliki preferensi untuk memilih produk yang memiliki keunggulan otentik dan estetik. Keunggulan produk ini lahir karena inovasi yang seharusnya dapat di-launching setiap tahun karena ekosistem internal perusahaan memungkinkan. Oleh karena itu, maka produk manajemen harus memiliki beberapa syarat dan kriteria, di antaranya:

Struktur dan Sistem
Struktur organisasi produk manajemen harus memiliki otoritas dan kewenangan yang cukup untuk melakukan kebebasan dalam berkreasi, meneliti, mengamati, memiliki fasilitas, dan anggaran yang memadai untuk mengakses berbagai sumber ilmu pengetahuan maupun teknologi, pusat riset dan inovasi, jurnal sains, ataupun berbagai penerbitan yang relevan dengan industri dan bisnis obat hewan. Jika tidak memiliki tenaga ahli tetap yang mumpuni, maka sangat perlu mengikat expert atau adviser yang terus update mengikuti perkembangan teknologi farmasi veteriner dan kesehatan hewan. Product management juga berfungsi sebagai badan intelijen pemasaran yang melaporkan produk kompetitor, ancaman promosi, kondisi harga, serta tren produk baru, dan pelayanan teknis kesehatan yang memuaskan pelanggan. Oleh karena itu, sistem kerja product management harus memiliki keterpaduan, keserasian, dan harmonisasi dengan gugus pemasaran di lapangan, R&D, serta PPIC (Product Planning and Inventory Control/Perencanaan Produksi dan Kontrol Inventori).

Inovasi 
Inovasi yang merupakan domain manajemen produk adalah menetapkan portofolio produk. Keberagaman produk yang sesuai dengan berbagai kondisi segmen pasar membutuhkan informasi berbasis hasil riset. Sumber daya yang dimiliki perusahaan kemudian harus disandingkan dengan ide, kreativitas, dan metodologi yang tepat. Untuk menghadirkan inovasi yang tepat dan mampu mengantarkan keberhasilkan perusahaan dalam pemasaran produk memang tidak mudah. Berbagai instrumen seperti sumber daya manusia, metodologi, serta proses elaborasi ide dan kreativitas perlu dimaksimalkan. Perlu pemilihan metodologi yang tepat untuk menghasilkan inovasi yang sesuai dengan kekuatan internal dan peluang dari situasi eksternal.

Design Thinking
Adalah proses berulang guna memahami pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman kita. Pada saat yang sama, design thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara berpikir dan bekerja, serta kumpulan metode langsung.

Design thinking berfokus pada minat yang tinggi dalam mengembangkan pemahaman dari orang-orang yang menjadi tujuan perancangan produk atau layanan. Hal ini akan membantu mengamati dan mengembangkan empati dengan target pengguna. Design thinking membantu manajemen dalam proses bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan mempertanyakan keterkaitannya.

Design thinking sangat berguna dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan re-framing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming, serta mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototipe dan testing. Design thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan: membuat sketsa, membuat prototipe, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide. Metode yang lebih akurat dalam design thinking ini dibantu oleh algoritma atau artificial inteligent yang sudah memperoleh input data dan informasi lengkap. Namun demikian, tetap saja yang menentukan keberhasilannya adalah product manager yang expert dalam masalah teknis produk beserta alternatifnya.

Portofolio Produk 
Menghadirkan unsur kebaruan pada produk sangatlah esensial. Unsur kebaruan menjadi karakteristik utama dari sebuah inovasi. Bila perusahaan selalu mampu menghadirkan kebaruan sesuai dengan eranya maka inovasi yang dihadirkan sudah selangkah lebih maju dan berpeluang besar mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, produk manajemen harus peka terhadap era dan life cycle produk dan perubahannya agar bisa menghadirkan inovasi yang berdampak pada segmen yang diraih perusahaan. Manajemen harus memiliki kemauan, kemampuan, dan sumber daya untuk terus berinovasi dalam segala aspek.

Generic Lifecycle 
Produk-produk berbasis sulfa yang memiliki efek samping merugikan sudah mulai ditinggalkan. Demikian juga dengan produk-produk antibiotik yang sudah tidak mampu menaklukan bakteri yang kebal akan punah bahkan dilarang penggunaannya. Nasib yang sama akan dialami pula oleh produk-produk yang tidak sinergis atau antagonis dengan koksidiostat yang diperbolehkan oleh peraturan perundangan terbaru yang diberlakukan. Dengan demikian maka siklus hidup sebuah produk generik selain ditentukan oleh potensi yang dimilikinya juga ditentukan oleh peraturan perundangan yang dinamis berdasarkan fakta yang diperoleh di lapangan berupa efektivitas, efek samping, residu, serta kemanfaatan lain yang disandingkan dengan dampak negatif penggunaannya. Maka dari itu, produk manajemen harus peka dan memonitor situasi ini sebelum terjadi dampak yang merugikan perusahaan.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 
Sejatinya product management adalah divisi ilmu pengetahuan dan teknologi sebuah perusahaan dan arsitek desain sumber pendapatan perusahaan. Oleh sebab itu, pola pikirnya harus merupakan sinergi antara sains teknologi dan bisnis. Jangan pernah berhenti mencari ilmu, jangan pernah berkeluh kesah dalam menambah pengetahuan. Seluruh fakultas peternakan dan kedokteran hewan di Indonesia telah menjadi Kampus Merdeka dan merdeka belajar bagi siapa saja dan terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah ilmu pengetahuan. Pusat Riset Veteriner, Balai Besar Veteriner, dan Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan sangat mendukung industri obat hewan. Asosiasi profesi farmasi veteriner adalah tempat diskusi yang mengasyikan untuk menghasilkan obat hewan yang hebat. Namun, jangan pernah menghasilkan produk yang hebat tapi tidak terbeli konsumen, jangan pernah membuat produk untuk produksi telur tapi harga per dosisnya lebih mahal dari harga telur, dan yang terpenting jangan pernah membuat obat hewan yang tidak bermanfaat. ***

Ditulis oleh:
Dedy Kusmanagandi
Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI)

ASN BBPMSOH : RESISTANSI QUINOLON NYATA DAN MENGKHAWATIRKAN

Antibiotik, Masih Jadi "andalan" Peternak Mengakali Performa

Anti Microbial Resistance  (AMR) atau yang biasa dengan resistansi anti mikroba menjadi isu yang semakin populer bahkan dibicarakan pada banyak pertemuan antar negara. Salah satu sektor yang banyak dijadikan kambing hitam dalam hal ini adalah peternakan.

Menurut deifinisi WHO (2016) terkait penggolongan anti mikroba, dimana ada satu kategori anti mikroba disebut dengan Highest Priority Critically Important Antimicrobials (HPCIA). Anti mikroba yang masuk dalam golongan tersebut adalah sediaan yang menjadi pilihan terakhir untuk digunakan dalam menanggulangi infeksi pada manusia.

Beberapa golongan yang termasuk HPCIA tadi yakni quinolon, cephalosporin generasi ke-3 dan selanjutnya, makro dan ketolida, glikopeptida, dan polimiksin. Sebagaimana kita ingat bahwa Colistin adalah salah satu golongan dari polimiksin yang telah dilarang penggunaannya oleh Kementan beberapa tahun lalu.

Masalahnya selain colistin, dari berbagai jenis anti mikroba tersebut juga digunakan pada sektor kesehatan manusia dan kesehatan hewan, sebut saja Ciprofloxacin. Sehingga ditakutkan akan terjadi resistansi silang yang akan memperparah kondisi AMR di Negara ini.

Menurut Dr Maria Fatima Palupi Medik Veteriner di BBPMSOH salah satu alasan mengapa colistin dilarang adalah karena ditemukannya gen Mobilized Colistin Resistance (MCR). MCR merupakan gen resistan kolistin sulfat yang bisa dipindahkan melalui materi genetik bergerak misalnya plasmid. Gen tersebut kemungkinan besar bisa ditransfer dari satu bakteri kepada bakteri yang lain secara horizontal, sehingga resistansi terhadap colistin bisa didapat kepada bakteri lainnya.

Lain colistin lain quinolon, digadang – gadang sebagai "biangnya" anti mikroba, sediaan yang berspektrum luas dan dapat menghantam berbagai jenis bakteri tersebut nyatanya berdasarkan pengujian yang dilakukan Maria juga telah mengalami resistansi.

Hal tersebut dibuktikan oleh hasil pengujiannya yang telah berhasil melakukan deteksi PCR gen resistan quinolon yakni Quinolone Resistance Gene (qnr). Dari 20 sampel penelitiannya, 80% sampel dinyatakan memiliki gen qnr baik qnrA, qnrB, dan qnrS. Sehingga Penyebaran gen resistan melalui plasmid meningkatkan risiko meluasnya resistansi suatu antimikroba.

"Gen tersebut juga dapat ditransfer secara horizontal melaui plasmid. Sehingga Penyebaran gen resistan melalui plasmid meningkatkan risiko meluasnya resistansi suatu antimikroba yang tentunya akan berbahaya juga bagi kesehatan manusia, oleh karena itu ini fakta yang cukup mengkhawatirkan," tutur Maria ketika ditemui Infovet. 

Ia mengimbau kepada para praktisi dokter hewan terutama dibidang peternakan unggas agar lebih bijak dan efektif dalam menggunakan anti mikroba. Selain itu kepada para Technical Service perusahaan obat hewan agar lebih dapat mengedukasi peternak akan pentingnya biosekuriti ketimbang bergantung pada sediaan anti mikroba (CR). 


MENGHAYATI PENTINGNYA PERAN TECHNICAL SERVICE DALAM MEMINIMALISIR AMR

Foto Bersama Para Peserta


Sabtu 17 Juni 2023 yang lalu di Hotel Oak Wood Taman Mini Indonesia Indah digelarlah Lokakarya Nasional Aksi Bersama Mencegah AMR Bagi Tenaga Pelayan Teknis (Technical Services) Peternakan Unggas di Indonesia.

Acara tersebut terselenggara berkat kolaborasi dari beberapa stakeholder di dunia peternakan seperti Asosiasi Dokter hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI), Center for Indonesian Veterinary Analytical Studies (CIVAS), Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Food and Agriculture Organization (FAO), World Animal Health Organization (WOAH), dan tentu saja Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Dalam sambutannya Ketua Umum ADHPI, Drh Dalmi Triyono menyampaikan bahwa sejatinya penggunaan antibiotik di bidang kesehatan manusia dan hewan adalah keniscayaan. Namun kurang bijak dan sesuainya penggunaan antibiotik menyebabkan terjadinya resistensi antimikroba (AMR). 

"Salah satu bidang pekerjaan dokter hewan di perunggasan misalnya, Technical Service. Mereka merupakan garda terdepan untuk mengedukasi peternak, bukan hanya menjual produk saja, tetapi harus lebih banyak memberikan pengetahuan dan mengubah mindset peternak khususnya dalam penggunaan antibiotik," tutur Dalmi.

Dalam kesempatan yang sama secara daring Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia sebagai pemangku kebijakan juga telah melakukan berbagai upaya pengendalian AMR melalui penetapan peraturan yang mendorong AMU yang bijak dan bertanggung jawab.

Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan salah satu indikator pengendalian AMR 2020-2024 adalah tercapainya penurunan 30% penggunaan antimikroba untuk tujuan profilaksis di peternakan unggas pedaging pada tahun 2024. Dengan mulai terbukanya pasar negara lain terhadap produk unggas Indonesia, tata laksana terapi antimikroba yang baik bukan saja mendukung target pemerintah dalam pengendalian AMR, tetapi juga mendukung usaha dalam memperluas pasar produk perunggasan Indonesia.

Sedangkan Tikiri Priyantha yang merupakan perwakilan WOAH mengatakan bahwa resistensi antimikroba menjadi permasalahan bersama secara global dan merupakan sepuluh besar ancaman yang membutuhkan perhatian serius. Menurutnya AMR bisa membahayakan semua makhluk, tak hanya hewan, namun juga manusia hingga lingkungan, Untuk itu sebuah gerakan bersama pengendalian AMR, untuk meningkatkan kesadaran di antara para pemangku kepentingan menjadi sebuah hal yang penting. (CR)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer