Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ekspor | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

EKSPOR PETERNAKAN TETAP BERGERAK, CAPAI RP 538 MILIAR

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpor, didampingi Dirjen PKH I Ketut Diarmita, saat melepas ekspor produk olahan ternak tahun lalu. (Foto: Infovet/Ridwan)

Di tengah pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini, ekspor sub sektor peternakan terus bergerak.

“Pada April 2020 terdapat beberapa perusahaan sektor peternakan yang telah memastikan akan melaksanakan ekspor ke beberapa negara dengan total nilai Rp 538,12 miliar,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, Senin (6/4/2020).

Perusahaan-perusahaan yang telah melaporkan rencana ekspornya antara lain PT Sinar Indochem dan PT Charoen Pokphand Indonesia yang akan mengekspor pakan ke Timor Leste masing-masing sebanyak 240 ton dan 60 ton dengan nilai ekspor mencapai Rp 1,57 miliar.

Selain itu tercatat juga PT Greenfields Indonesia yang akan mengekspor susu dan produk olahan susu ke Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam sebanyak 417 ton dengan nilai mencapai Rp 5,67 miliar. Sementara PT Japfa Comfeed Indonesia akan mengekspor hatching egg sebanyak 625.000 butir ke Myanmar, serta day old chick (DOC) 18.000 ekor ke Timor Leste, dengan total nilai keduanya Rp 3 miliar.

Adapun perusahan yang memproduksi Sarang Burung Walet (SBW) yaitu PT Ori Ginalnest Indonesia juga akan mengekspor ke Amerika Serikat, China dan Australia sebanyak 780 kg dengan nilai sebesar Rp 24,96 miliar. 

Selain itu, ditambah juga beberapa perusahaan yang bergerak di industri obat hewan akan mengekspor vaksin dan biologik sebanyak 343.582.000 dosis, farmasetik dan premix sebanyak 23.922 ton ke China, Jepang, Australia dan ke lebih dari 30 negara lainnya. Nilai ekspor obat hewan tersebut mencapai Rp 502,66 miliar.

“Sesuai arahan Menteri Pertanian kita akan terus mendorong dan memfasilitasi ekspor. Berdasarkan data BPS, ekspor sub sektor peternakan pada Januari-Februari 2020 meningkat 30% dibandingkan tahun lalu pada bulan yang sama. Pada April ini terdapat beberapa perusahaan yang juga telah memastikan ekspor, diharapkan ini akan terus meningkat,” jelas Ketut. 

Sementara ditambahkan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Fini Murfiani, walau pandemi COVID-19 menyebar secara masif di dunia, memang membuat beberapa negara terdampak mengeluarkan kebijakan pembatasan keluar-masuknya barang dan manusia, bahkan ada yang mengambil kebijakan lockdown, hal ini membuat aktivitas perdagangan pun mengalami tekanan.

“Namun melihat pencapaian kinerja ekspor sub sektor peternakan di awal tahun dan rencana ekspor pada April ini, sangat optimis ekspor produk sub sektor peternakan dapat bertahan dalam ketidakpastian perekonomian akibat pandemi COVID-19. (RBS)

LANJUTAN EKSPOR CHAROEN POKPHAND INDONESIA, GENAP KE-200

Mentan Syahrul saat melepas keberangkatan ekspor 16 kontainer produk ternak milik CPI. (Foto: Infovet/Ridwan)

Minggu (24/11/2019), bertempat di Kantor Pusat, Jalan Ancol Barat VIII, Ancol, Jakarta Utara, PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) kembali melaksanakan ekspor produk ternak sebanyak 16 kontainer yang ditujukan ke Jepang dan Timor Leste, dengan total nilai Rp 2,5 miliar. Pengiriman kali ini menandakan genapnya ekspor CPI ke-200 kontainer.

Presiden Komisaris CPI, T. Hadi Gunawan, dalam kegiatan tersebut mengatakan, ekspor ini merupakan lanjutan dari ekspor yang sudah dilakukan pada 2017 lalu ke Papua New Guinea dan pada 2018 sebanyak 3 kontainer produk olahan dan griller ayam, 20 kontainer pakan ayam dan 82.000 ekor DOC ke Timor Leste dan produk olahan ayam ke Jepang.

“Pada waktu itu ibarat ekspor tersebut sebagai lilin kecil yang baru nyala dan terus kami upayakan secara konsisten. Saat ini lilin kecil itu telah berubah menjadi obor kecil yang terus menyala dan akan kami kobarkan untuk menjadi obor yang besar,” kata Hadi dalam sambutannya dihadapan ratusan tamu undangan.

Ekspor ini, lanjut dia, akan terus dikembangkan pihaknya ke beberapa negara lain. “Kami ingin terus berkembang bukan hanya ke tiga negara langganan itu saja. Dengan dukungan pemerintah dan stakeholder, kami yakin bisa memperluas pasar seperti ke Singapura, Hongkong, Timur Tengah dan negara lain, sehingga kita dapat mengharumkan nama Indonesia dan menambah devisa negara,” tambah dia.

Sementara, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, yang turut hadir dan melepas keberangkatan ekspor, menyambut baik hal tersebut dan menegaskan produk ternak Indonesia tidak boleh kalah dari negara lain.

“Kami tidak bisa berjalan sendiri, pemerintah butuh saudara untuk membangun industri peternakan ini, kita jangan mau kalah dengan Malaysia atau Thailand, kita harus lebih maju dan merdeka,” ujar Mentan Syahrul.

Ia pun menegaskan, pengembangan sektor peternakan harus dikerjakan dengan serius demi memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. “Kalau kita tidak serius, bagaimana kita bisa penuhi kebutuhan pangan masyarakat kita? Bagaimana kehidupan mereka nanti? Inilah yang harus memicu adrenalin kita untuk bersama-sama membangun pertanian dan peternakan Indonesia,” pungkasnya.

Sebagai informasi, kali ini CPI menambah rentetan ekspor sebanyak 16 kontainer dengan total produk griller dan olahan ayam 64,77 ton dan pakan berisi 200 ton, yang terbagi menjadi 5 kontainer griller ayam dan 10 kontainer pakan ayam ke Timor Leste, serta 1 kontainer produk olahan ayam ke Jepang. (RBS)

KEMENTAN: EKSPOR PAKAN TERNAK KE TIMOR LESTE MENINGKAT



Seremonial pemotongan pita pelepasan ekspor pakan unggas PT Sinar Indochem (Foto: Humas Kementan)

Direktur Pakan, Sri Widayati hadir dalam pelepasan ekspor perdana pakan unggas produk PT Sinar Indochem sebanyak 200 ton pakan layer ke Negara Timor Leste dari total 300 ton.

“Ekspor pakan ternak ke Timor Leste meningkat, dari sebelumnya pada tahun 2018 sebesar 4,33 ribu ton atau senilai USD 0,785 juta menjadi sebesar 3,2 8 ribu ton atau senilai USD 1,087 juta hanya untuk semester pertama tahun 2019 (Januari-Juli 2019) saja. Ekspor pakan ternak tahun 2019 ini telah melebihi pencapaian volume ekspor tahun sebelumnya,” terang Sri Widayati, Senin (30/9) di Sidoarjo, Jawa Timur.  

Sri Widayati menegaskan bahwa pemerintah akan terus mengawal dalam pengurusan proses persetujuan ekspor secara Government to Government dengan negara-negara yang menjadi target ekspor. “Persetujuan ekspor pakan ke negara Timor Leste tersebut dilakukan setelah sebelumnya diadakan Import Risk Analysis oleh Tim Delegasi Republik Demokratik Timor Leste pada tanggal 26–28 Agustus 2019, yang difasilitasi oleh Kementerian Pertanian,” ungkapnya.

Menurut Sri Widayati, saat ini jumlah pabrik pakan skala besar di Indonesia mencapai 87 pabrik dengan produksi pakan tahun 2018 sebesar 19,4 juta ton dan rencana produksi pakan tahun 2019 akan mencapai sebesar 20,5 Juta ton atau meningkat sebesar 6% dari tahun 2018. “Sampai saat ini jumlah pabrik pakan yang telah mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Pakan yang Baik (CPPB) dari Kementerian Pertanian sebanyak 70% dari total 87 pabrik pakan yang ada, dimana salah satunya PT. Sinar Indochem, sedangkan sisanya dalam proses audit” jelasnya.

Lanjut Sri Widayati menjelaskan bahwa dalam rangka mewujudkan jaminan mutu dan keamanan pakan, maka setiap tahun terus dilakukan audit CPPB terhadap pabrik pakan yang baru maupun yang melakukan perpanjangan sertifikat CPPB. Sertifikat ini merupakan upaya penjaminan pemerintah, sekaligus nilai tambah bagi perusahaan dan memberikan kemudahan dalam akses untuk ekspor. Berdasarkan data BPS dan Pusat Data Kementerian Pertanian, total ekspor komoditas peternakan ke Negara Timor Leste tahun 2018 senilai USD 9,53 juta sedangkan data tahun 2019 bulan Januari sampai dengan Juli tercatat senilai USD 6,27 juta.

Pada acara tersebut hadir juga Bupati Kabupaten Sidoarjo Saiful Ilah, yang turut mengapresiasi bertambahnya pelaku ekspor pakan ternak di tengah ketatnya persaingan merebut pasar global. Dia menegaskan, bahwa pihaknya berkomitmen dalam mempermudah perijinan usaha untuk mendukung berkembangnya perekonomian, serta mendorong ekspor produk dari wilayahnya.

Dukungan senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Wemmi Niamawati yang menyampaikan bahwa Provinsi Jatim memiliki 24 unit feedmill dengan total kapasitas 5,7 juta ton per tahun. Saat ini kapasitas tersebut baru berproduksi 4 juta ton per tahun. Artinya Provinsi Jawa Timur masih mampu meningkatkan produksi pakan. Disamping itu Provinsi Jawa Timur juga memiliki 43 unit breeding farm unggas yang tersebar di beberapa kabupaten dan kota.

“Pemerintah Provinsi Jawa Timur berkomitmen dalam pengawasan mutu pakan yang berkualitas tinggi. Hal ini terbukti dengan pemanfaatan alokasi APBN, APBD maupun Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk melaksanakan peningkatan mutu dan pengawasan keamanan pakan ternak di Provinsi Jawa Timur”, imbuhnya.

Menutup sambutannya, Sri Widayati berpesan bahwa dengan mulai terbukanya akses pasar, diharapkan semua pelaku usaha dapat terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor.

"Saya sangat berharap produk-produk peternakan Indonesia lebih mampu bersaing di jalur perdagangan internasional. Hal ini kiranya sekaligus dapat memotivasi para pelaku usaha lain untuk tetap berupaya melalukan percepatan ekspor komoditas peternakan melalui peningkatan kualitas produksi dan promosi ke negara lain," pungkasnya. (Rilis/INF)


EKSPOR OBAT HEWAN SUMBANG DEVISA RP 26 TRILIUN

Ekspor industri obat hewan menjadi penyumbang devisa terbesar di sektor peternakan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat rekomendasi ekspor produk peternakan sejak 2015 sampai semester I 2019 telah menyentuh nilai Rp 38,39 triliun. Kontribusi terbesar untuk ekspor peternakan datang dari kelompok obat hewan dengan jumlah transaksi senilai Rp 26 triliun.

“Terdapat lebih dari 90 negara yang menjadi tujuan ekspor utama obat hewan buatan Tanah Air. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor antara lain Belgia, Amerika Serikat, Jepang dan Australia,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (Dirjen PKH) Kementan, I Ketut Diarmita, dalam keterangan persnya, Senin (19/8/2019). 

Tingginya nilai ekspor obat hewan ini, kata Ketut, sangat menggembirakan bagi dunia usaha bidang obat hewan. Fakta ini sekaligus menunjukkan bahwa industri obat hewan mempunyai kontribusi besar dalam peningkatan devisa negara.

“Di era perdagangan bebas dan pesatnya perkembangan teknologi mengharuskan pemerintah semakin kreatif dengan meningkatkan produksi dan ekspor obat hewan,” katanya. 

Sejak diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2016 lalu, Kementan terus mendorong peningkatan jumlah produsen obat hewan dalam negeri. Berdasarkan data Direktorat Jenderal PKH, saat ini terdapat 61 dari 95 produsen obat hewan dalam negeri yang telah memiliki Sertifikat Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik (CPOHB).

Menurutnya, penerapan CPOHB dan percepatan administrasi pelayanan rekomendasi menjadi upaya yang terus didorong untuk peningkatan ekspor obat hewan. “Sertifikat CPOHB menjadi acuan bahwa obat hewan yang diproduksi terjamin mutu, keamanan dan khasiatnya, sehingga berdaya saing tinggi,” ucap dia.

Selain itu, pemerintah juga terus mendorong produsen obat hewan agar kreatif mengembangkan produk dari bahan lokal. Penggunaan bahan lokal diharapkan dapat mengurangi bahan baku obat hewan impor.

“Pelaku usaha didorong agar produk prebiotik dapat memanfaatkan bahan tanaman dan herbal, selain itu juga untuk produk immunostimulan, serta vaksin dari mikroorgamisne dan zat penambah yang ada di Indonesia,” tandasnya. (INF)

Tiga Tahun Terakhir Ekspor Peternakan Capai 30 Triliun Rupiah

Peternakan ayam broiler. (Sumber: Kompas)

Capaian ekspor sub sektor peternakan cukup menggembirakan. Berdasarkan data realisasi rekomendasi ekspor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), capaian ekspor peternakan dan kesehatan hewan pada tiga tahun terakhir (2015-2018 semester I) mencapai Rp 30,15 triliun.

“Kontribusi ekspor terbesar pada kelompok obat hewan yang mencapai 21,58 triliun rupiah ke-87 negara, selanjutnya ekspor babi ke Singapura sebesar Rp 3,05 triliun rupiah, susu dan olahannya 2,32 triliun rupiah ke-31 negara, bahan pakan ternak asal tumbuhan sebanyak 2,04 triliun rupiah ke-14 negara, kemudian produk hewan non-pangan, telur ayam tetas, daging dan produk olahannya, pakan ternak, kambing/domba, DOC dan semen beku,” ujar Dirjen PKH, I Ketut Diarmita di Jakarta, Senin (12/11).

Menurutnya, peluang perluasan pasar global komoditas peternakan masih sangat terbuka luas. Adanya permintaan dari negara di daerah Timur Tengah dan negara lain di kawasan Asia sangat berpotensi untuk dilakukan penjajakan. “Keunggulan halal dari kita juga dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk ekspor produk peternakan ke wilayah tersebut dan negara muslim lainnya,” ucap Ketut. 

Kendati demikian, lanjut dia, masalah kesehatan hewan dan keamanan produk hewan menjadi isu penting dalam perdagangan internasional dan seringkali menjadi hambatan menembus pasar global. Untuk memanfaatkan peluang ekspor, perlu adanya dukungan, terutama penerapan standar internasional mulai dari hulu ke hilir untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing.

“Kami melalui berbagai kesempatan internasional maupun regional, secara konsisten memberikan informasi terkait jaminan kesehatan hewan dan keamanan pangan untuk produk yang akan di ekspor, guna memperlancar hambatan lalu lintas perdagangan,” katanya.

Saat ini Kementerian Pertanian terus melakukan restrukturisasi di bidang peternakan, salah satunya sektor perunggasan, terutama untuk unggas lokal di sektor III dan IV yang  menjadi sumber utama outbreak penyakit Avian Influenza (AI).

Pihaknya pun terus berupaya membangun kompartemen AI melalui penerapan sistem biosekuriti, yang awalnya hanya 49 titik, saat ini sudah berkembang menjadi 141 titik dan 40 titik lagi masih menunggu proses sertifikasi.

“Kementan terus mendesign kegiatan ini agar peternak lokal dapat menerapkannya, karena kompartemen-kompartemen yang dibangun ini dapat diakui negara lain, dengan terbentuknya kompartemen tersebut, maka Indonesia dapat ekspor, terus ekspor dan ekspor lagi,” ungkap Ketut.

Sementara untuk hal penjaminan keamanan pangan, kata Ketut, saat ini sudah ada 2.132 unit usaha ber-NKV (Nomor Kontrol Veteriner). NKV merupakan bukti tertulis sah telah dipenuhinya persyaratan higiene-sanitasi sebagai jaminan keamanan produk hewan pada unit usaha produk hewan.

Ia juga menambahkan, untuk ekspor obat hewan sudah ada 54 produsen obat hewan yang mengantongi sertifikat CPOHB (Cara Pembuatan Obat Hewan yang Baik) dan 21 produsen masih proses sertifikasi. Sedangkan untuk meningkatkan ekspor pakan ternak, sudah 52 pabrik pakan telah memiliki sertifikat CPPB (Cara Pembuatan Ternak yang Baik). (RBS)

Menteri Pertanian Lepas Ekspor Perdana 2.100 Ekor Domba ke Malaysia



Pengembangan ternak domba di Garut (Foto: rri.co.id)

Kabar menggembirakan tatkala Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas ekspor perdana 2.100 ekor domba potong ke Malaysia. Ekspor ini membuktikan bahwa Indonesia mampu swasembada protein.

“Ekspor membuka akses pasar global. Terbukanya pasar juga akan membuat peternak lebih bersemangat untuk beternak dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas ternak potong siap ekspor dan bersaing dengan negara lain,” urai Amran.

Menurut Amran, saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan ekspor berbagai komoditas strategis pertanian, termasuk komoditas peternakan.

Ekspor ini, lanjut Amran, diharapkan terus berlanjut secara kontinyu sesuai perjanjian kerja sama antara PT Inkopmar Cahaya Buana selaku pengekspor dengan pihak importir di negara Malaysia.

Amran berharap kebutuhan domba di Negeri Jiran sebanyak 5.000 ekor per bulan dapat dipasok dari Indonesia. Sehingga diharapkan kebutuhan 60 ribu ekor domba per tahun untuk Malaysia dapat terpenuhi.

Capaian ekspor peternakan khususnya ternak kambing atau domba potong di Indonesia cukup fantastis. Pada 2017 tercatat hanya 210 ekor, sedangkan pada ekspor perdana ke Malaysia di 2018 ini sudah mencapai 2.100 ekor.

"Kita telah ekspor daging sapi premium, pakan ternak, telur tetas, DOC dan daging ayam olahan, dan hari ini kita ekspor perdana domba sebanyak 2.100 ekor dengan estimasi nilai sebesar Rp 3,78 miliar. Ternak domba yang diekspor kali ini adalah domba jantan yang diperuntukkan sebagai ternak potong,” ujar Amran dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (28/6/2018).

Kendala Ekspor

Pihak pengekspor menyampaikan hambatan terbesar dalam pengiriman adalah kendaraan ternak untuk mengangkutnya.

Pada awalnya, pengiriman akan dilakukan dengan bantuan pihak Malaysia, menggunakan Malaysian Airlines, tetapi Amran langsung berinisiatif menghubungi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi agar membantu memberikan bantuan kapal angkut.

“Tidak ada kendala lagi. saya langsung menghubungi Menhub, mereka siap bantu” tegas dia.‎

Mendatang, Amran optimis ekspor kambing dan domba Indonesia dapat terus meningkat berdasarkan Statistik Peternakan, populasi kambing dan domba secara nasional pada 2017 sebanyak 35.052.653 ekor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4,72 juta ekor berada di Jawa Timur.

Sementara produksi daging kambing dan domba di 2017 mencapai 124.842 ton per tahun, sehingga secara neraca mengalami surplus dibandingkan dengan kebutuhan nasional dengan konsumsi masyarakat terhadap daging kambing dan domba sekitar 13.572 ton per kapita per tahun. (liputan6.com/NDV)



ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer