Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini COVID-19 | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

POTENSI EUCALYPTUS UNTUK CEGAH COVID-19


Minyak atsiri dari Eucalyptus, berpotensi dapat melawan virus termasuk Covid-19

Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) tengah melakukan riset bersama untuk menemukan potensi antivirus salah satu tanaman yang telah dikenal penggunaan minyak atisirinya yaitu Eucalyptus.

Minyak atsiri dan berbagai ekstrak tanaman telah dianggap memiliki potensi sebagai obat alternatif untuk pengobatan banyak penyakit infeksius termasuk penyakit yang disebabkan oleh beberapa virus seperti virus influenza dan bahkan virus corona.

“Riset tersebut dilakukan oleh Balitbangtan melalui tiga UPT nya yaitu Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) serta Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen). Riset bersama ini untuk membuktikan kemampuan beberapa tanaman herbal termasuk membuktikan potensi antivirus eucalyptus terhadap beberapa virus, “ ujar Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry.

Fadjri mengungkapkan bahwa meskipun dalam hasil riset ini belum menggunakan virus COVID-19 dalam pengujiannya, hasil telusur ilmiah serta riset daya antivirus Eucalyptus yang dilakukan Balitbangtan dapat memberikan informasi ilmiah berbasis riset kepada masyarakat tentang potensi Eucalyptus sebagai antivirus yang diharapkan juga dalam membantu mencegah penyebaran COVID-19.  

Hasil penelitian ini dapat menjadi harapan baru bagi masyarakat Indonesia untuk memanfaatkan eucapyptus dalam mencegah infeksi virus, yang diharapkan dapat juga untuk digunakan mencegah paparan virus Covid-19. 

“Penelitian dan pengembangan lanjutan akan terus dilakukan dengan menggandeng berbagai pihak, sehingga akan memperoleh hasil yang lebih optimal, “ ujar Fadjry.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner sekaligus peneliti yang menggeluti bidang virologi, Indi Dharmayanti, bahwa virus yang diuji termasuk virus influenza H5N1, Gammacorona dan Betacoronavirus Clade 2a sebagai model dari virus corona yang diuji secara in vitro. Alphacoronavirus dan Betacoronavirus secara umum menginfeksi mamalia, sedangkan Gammacoronavirus dan Deltacoronavirus dapat menginfeksi unggas, burung liar, babi, paus dan lumba-lumba.

Hasil riset yang dilaksanakan di laboratorium BSL level 3 milik Balai Besar Penelitian Veteriner menunjukkan bahwa Eucalyptus dapat di manfaatkan sebagai antivirus dengan efektivitas membunuh virus 80-100% tergantung jenis virus.

“ Termasuk terhadap virus Corona yang digunakan serta virus influenza H5N1, “ tambah Indi.

Sementara itu Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Evi Savitri menjelaskan bahwa minyak atsiri Eucalyptus memiliki senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eucalyptol, yang merupakan komponen utama dari minyak atsiri yang ditemukan dalam daun Eucalyptus. 

“Senyawa 1,8-cineole dalam eucalyptus memiliki aktivitas antivirus, anti inflamasi dan antimikroba, “ ungkapnya

Evi menambahkan bahwa senyawa ini juga dapat berfungsi menghambat replikasi coronavirus dengan mengikat protein Mpro yang terdapat pada virus. Protein tersebut berperan dalam pematangan virus dan pembelahan polyprotein virus sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi.

“Dalam penelitian ini, proses pembuatan minyak Eucalyptus  dilakukan melalui proses destilasi uap di laboratorium Balittro, “ lanjut Evi. 

Penggunaan teknologi nano juga dilakukan untuk menghasilkan beberapa sediaan bahan aktif yang lebih stabil dan memiliki efektifitas lebih tingi. 

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Prayudi Syamsuri, bahwa dari hasil penelitian tersebut Balitbangtan juga telah mengembangkan beberapa prototipe produk yang dihasilkan antara lain berupa roll on, balsam, minyak aromaterapi, inhaler, dan kalung. (CR)

PELATIHAN PENANGANAN DAGING SEGAR YANG BAIK

Daging sapi segar. (Sumber: Istimewa)

Di masa pandemi COVID-19 saat ini, daging sebagai produk hasil ternak menjadi salah satu bahan pangan yang paling dicari konsumen. Hal itu tidaklah mengherankan karena daging merupakan sumber protein hewani dengan nilai gizi yang sangat baik, memiliki komponen fungsional yang sangat diperlukan tubuh, memiliki citarasa yang lezat dan menunjukkan value dan prestise yang tinggi.

Dalam sebuah pelatihan online tentang cara penanganan dan pengolahan daging yang aman, sehat dan berkualitas bagi sektor rumah tangga, restoran dan katering maupun industri pengolahan di masa pandemi COVID-19, Pengajar Fakultas Peternakan IPB, Dr Tuti Suryati SPt MSi, menjelaskan tentang tahap-tahap penting penanganan dan pemilihan daging segar yang baik. 

Pelatihan diselenggarakan oleh Forum Logistik Peternakan Indonesia (FLPI) dan Fakultas Peternakan IPB pada 4-5 Mei 2020. Kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk membangun kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan rantai pasok produk hasil ternak, khususnya sektor rumah tangga, hotel, restoran dan katering, serta industri pengolahan hasil ternak di Indonesia.

Lima prinsip utama penanganan daging segar yang baik yakni pilih daging yang sebelumnya diproses melalui pelayuan terlebih dahulu sebelum karkas di-deboning, pilih daging yang berwarna merah cerah, tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, pilih yang teksturnya tidak terlalu kaku dan tidak terlalu lembek, pilih daging yang berbau khas daging segar, tidak berbau amis apalagi busuk.

“Hindari memilih daging melalui sentuhan langsung permukaan daging dengan jari atau tangan,” tandas Tuti Suryati. (IN)

PETERNAK MANDIRI APRESIASI LANGKAH PEMBELIAN AYAM HIDUP DI 6 PROVINSI

Penyerapan livebird di Jombang, peternak ibu Tina oleh PT Reza Perkasa (Foto: Dok. Kementan)


Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (PINSAR) Drh Hartono memberikan apresiasi terhadap langkah pemerintah selesaikan polemik over stock livebird di peternak mandiri. Setidaknya, menurut Hartono langkah ini memberi angin segar ditengah keterpurukan rendahnya harga ayam akibat dampak COVID-19.

"Kami mewakili peternak ayam broiler, ayam jantan dan ayam kampung yang sedang terpuruk. Kami mengapresiasi langkah kerjasama pemerintah (Kementerian Pertanian), integrator dan feedmill yang membantu membeli kelebihan ayam ditingkat Peternak Rakyat Mandiri sebanyak 4 juta ekor," kata Hartono di peternakan miliknya, Bogor (2/5/2020).

Hartono menambahkan, upaya ini sangat membantu peternak, walaupun jumlahnya masih sangat kecil dan belum tuntas menyelesailan masalah penurunan demand akibat ekses wabah COVID-19. Dirinya bersama peternak lainnya berharap kedepan serapan ayam ini ditingkatkan.

Apresiasi juga disampaikan Kadma dari Bogor, kepada Kementan dan dirinya berharap agar metode seperti ini bisa dijadikan role model, sebagai salah satu solusi dan insentif mengurangi kerugian peternak ditengah pandemi COVID-19.

"Dengan arahan pemerintah, pola ini bisa ditiru dan diikuti oleh para perusahaan integrator atau perusahaan feed mill lain, agar mempercepat solusi bagi kami, ujar Kadma pemilik peternakan di Desa Leuwi Batu, Lewiliang, Kabupaten Bogor. Ayam di peternakan Kadma dibeli oleh salah satu perusahaan pakan ternak nasional, dengan harga pasar plus tambahan 2.000 rupiah per kilogram.

Begitu juga peternak daerah lainnya, Parjuni Ketua PINSAR wilayah Jawa Tengah mengatakan perusahaan integrator membeli dengan harga lebih baik yakni dengan harga Rp15.000/Kg, dibandingkan harga pasar Rp11.000/Kg.

Upaya yang telah berlangsung selama 9 hari sejak kesepakatan Kementan dan para perusahaan integrator ini, setidaknya telah mampu menyerap sebanyak 455.318 ekor ayam peternak mandiri (data per 1 Mei 2020).

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, I Ketut Diarmita mengatakan pemerintah terus mendorong agar perusahaan integrator dapat menindaklanjuti komitmen menyerap 4.119.000 ekor ayam hidup milik peternak mandiri di 6 propinsi sentra peternakan, yaitu Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

"Serapan terbesar saat ini di Jawa Barat 253.566 ekor, Jawa Tengah 120.915 ekor, dan Jawa Timur 54.660 ekor. Sudah ada 19 mitra peternakan yang melaporkan," terangnya. (Rilis/INF)


BANTU TANGANI CORONA, PT MITRA ALAT TERNAK BERKONTRIBUSI DISTRIBUSIKAN ALKES

Donasi dari PT Mitra Alat Ternak untuk rumah sakit (Foto: Istimewa)

PT Mitra Alat Ternak, produsen peralatan kandang ayam turut berpartisipasi sebagai bentuk kepedulian terhadap negeri yang tengah dilanda pandemi corona (COVID-19). Sejak awal Maret lalu, Mitra Alat Ternak telah menyalurkan bantuan untuk para tenaga medis berupa masker, face shield, Alat Pelindung Diri (APD), desinfektan, sprayer kecil, handsanitizer serta sprayer gendong.

Perusahaan yang juga menyediakan jasa instalasi kandang closed house ini juga mendistribusikan paket sembako serta paket alat kesehatan untuk karyawan internal, driver ojek online sekaligus bagi supir truk dan kurir yang mengantar paket.                                                                                                         
“Semoga dengan sedikit bantuan dari kami dapat memberikan semangat untuk bersama-sama berjuang melewati krisis dunia. Kami juga ingin memotivasi orang lain untuk turut serta melakukan kebaikan- kebaikan yang bermanfaat, serta dapat meringankan kesusahan yang timbul sebagai dampak COVID 19,” ungkap Cindy Tanoto, selaku perwakilan PT Mitra Alat Ternak.

PT Mitra Alat Ternak dalam aksi sosial ini bekerjasama dengan PT Mitra Peternakan Sejahtera-Makasar, Ria Poultry-Jambi, dan Harapan Abadi-Lombok.

Kendala Teratasi 

Terkait dengan pemberlakuan PSBB, menurut Cindy memang sempat kru Mitra Alat Ternak mengalami kendala yang cukup besar dalam aspek pendistribusian peralatan ternak ke customer. Karena sebagian besar ekspedisi mengurangi sebagian jalur pengiriman ke daerah-daerah terpencil.

“Segenap kru dan personil kami tetap berusaha bekerjasama dengan baik seperti meningkatkan komunikasi dan bekerja lebih semangat dalam bongkar muat, sehingga persiapan menjadi lebih cepat dan kendala-kendala bisa diatasi,” terang Cindy dalam petikan wawancara dengan Infovet beberapa waktu lalu. (NDV)


PERAN DOKTER HEWAN SELAMA PENANGANAN PANDEMI COVID-19

Muhammad Munawaroh

Oleh: Drh Muhammad Munawaroh MM, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI)

Hari Kedokteran Hewan Dunia atau World Veterinary Day diperingati setiap tanggal 25 April. Tahun 2020, dokter hewan turut berperan dalam penanganan Covid-19.

Latar Belakang

Wabah COVID-19 / SARS-CoV-2 telah berkembang pesat sejak 31 Desember 2019. Agen penyebab telah diidentifikasi sebagai coronavirus novel SARS – CoV-2. Diperkirakan berasal dari kelelawar dan menyebar ke populasi manusia melalui spesies hewan lain seperti trenggiling, dan dianggap sebagai penyakit zoonosis. Infeksi telah menyebar ke sekitar 176 negara dan 6 benua, dan pada 11 Maret, dan WHO telah menetapkan wabah COVID-19 sebagai pandemi. Indonesia, sesuai dengan keputusan presiden Republik Indonesia (Keputusan Presiden No. 12 tahun 2020) dinyatakan bahwa penyebaran COVID-19 merupakan bencana nasional

Otoritas kesehatan di seluruh negara telah diminta untuk menerapkan berbagai langkah untuk memperlambat penyebaran wabah penyakit ini. Mulai dari penerapan prosedur desinfeksi yang tinggi dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), hingga penutupan total pergerakan ke kawasan atau seluruh negara, serta menghentikan segala kegiatan yang tidak penting. Beberapa daerah dan kota di Indonesia telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam bidang kesehatan. Hal ini tentu menimbulkan konsekuensi sosial dan ekonomi yang sangat besar.

Layanan oleh dokter hewan yang penting disediakan dalam konteks global COVID-19

Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) dan World Veterinary Association (WVA) telah merilis pernyataan pada 18 Maret, yang isinya adalaha: perlunya mengadvokasikan persyaratan mutlak agar dokter hewan di seluruh dunia ditunjuk sebagai penyedia layanan penting dalam konteks pandemi COVID 19.

Layanan penting yang disediakan oleh dokter hewan dalam konteks  COVID-19 di Indonesia

Layanan pengaturan dan keamanan pangan

Dokter hewan pemerintah maupun non pemerintah yang bekerja dan berperan dalam rantai pasokan ternak yang memungkinkan hewan untuk diangkut, ditransaksikan, dan diproses untuk produksi protein di pasar domestik dan ekspor,  melaksanakan layanannya selama penanganan wabah COVID-19 ini berlangsung sehingga jaminan keamanan dan ketahanan pangan tetap terlindungi.

Dokter hewan yang selama ini telah menyediakan layanan vital dalam membantu mengoptimalkan produktivitas dan kualitas komoditas pada hewan produksi, tetap melaksanakan layanannya dengan prioritas mempertahankan pasokan daging, susu, telur dan komoditas ternak lainnya. Hal ini sangat penting dipertahankan dan tidak dapat ditunda karena memiliki potensi gangguan terhadap rantai makanan masyarakat. Keamanan dan Ketahanan Pangan tidak dapat dikompromikan selama masa penanganan wabah ini.

Seluruh layanan oleh Dokter Hewan di bidang ini dilaksanakan dengan mengacu kepada standar prosedur operasional dan Protokol Kesehatan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan

Layanan dokter hewan pada hewan ternak

Selain berperan dalam membantu optimalisasi produktivitas dan kualitas hewan pangan, peran utama layanan dokter hewan pada hewan ternak (hewan pangan) adalah dalam diagnosis penyakit, pengobatan dan surveilans terhadap penyakit hewan eksotik maupun penyakit hewan endemik  menular lainnya. Dokter hewan berada di garis depan dalam deteksi dan respons  terhadap penyakit endemik dan eksotis dan penting agar peran ini tetap terpenuhi selama penanganan COVID-19 di Indonesia.

Layanan kedokteran hewan ini saat ini bahkan lebih penting mengingat adanya penyakit eksotis yang telah masuk di negara ini disamping juga ancaman penyakit endemis lain karena bersamaan Indonesia memasuki masa perubahan musim.

Veteriner Indonesia saat ini sedang diuji kemampuannya karena dihadapkan dengan pandemi pada manusia dan  bersamaan pula ada ancaman wabah pada hewan ternak. Skala dampaknya terhadap ekonomi demikian luas dan belum pernah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu maka  Indonesia harus mampu mempertahankan diri dengan tetap melaksanakan deteksi terhadap penyakit endemis dan kapasitas respons sebelum, selama dan setelah wabah COVID-19.

Seluruh layanan oleh Dokter Hewan pada hewan ternak dilaksanakan wajib sesuai standar prosedur operasional dan Protokol Kesehatan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan

Layanan dokter hewan pada hewan peliharaan (companion animals) non ternak

Hewan hewan peliharaan dan kuda, biasa digolongkan sebagai hewan pendamping (companion animals) memiliki peran tersendiri dalam masyarakat. Kontribusi hewan peliharaan terhadap manusia sebagai pemilik adalah memberi rasa  tenteram dan bahagia. Akhirnya secara tidak langsung berkontribusi pada kesehatan pemilik. Hal ini tentu membantu ketenangan jiwa masyarakat dalam mengahdapi masa sulit ini.

Dokter hewan dalam praktik hewan kecil memiliki peran penting dalam menasihati klien mereka tentang implikasi kesehatan masyarakat dalam masa wabah COVID-19, dan menilai serta menafsirkan informasi yang tersedia dengan pengetahuan yang baik dan bijak terkait risiko kemungkinan penularan hewan peliharaan dari penyakit ini. Saat ini tidak ada bukti bahwa terjadi penularan dari hewan ke manusia , tetapi ini adalah situasi yang berkembang dan dokter hewan berada di garis depan dalam menghadapi masalah ini.

Dokter hewan juga memiliki peran berkelanjutan untuk memberi saran kepada klien tentang potensi    lain, penanganan hewan peliharaan dan kebersihan, dan pengawasan terhadap penyakit penting (misalnya rabies) yang selanjutnya dapat berdampak pada populasi manusia saat ini.

Mengingatkan masyarakat yang saat ini diminta untuk tinggal di rumah berada dalam jarak dekat dengan hewan peliharaan mereka, agar selalu menjaga hewan peliharaan tetap sehat dan menjaga jarak kontak dengan hewan sehari-harinya.

Dalam melaksanakan layanan terbatas saat ini, layanan dokter hewan pada hewan peliharaan non ternak dilakukan dengan tetap mematuhi protokol dan aturan Kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan.

Kesejahteraan hewan

Dokter hewan banyak berperan untuk memastikan bahwa standar kesejahteraan hewan telah dipenuhi di seluruh kontinum hewan peliharaan dan ternak. Hal ini menjadi lebih penting dalam situasi COVID-19, mengingat potensi hewan peliharaan dan ternak domestik untuk ditinggalkan atau dianiaya akibat kesalahan pemahaman bahwa hewan dapat berperan dalam transmisi COVID-19.
Kehadiran dokter hewan secara berkelanjutan memastikan bahwa masyarakat memiliki akses ke informasi yang akurat dan berbasis ilmiah dan bahwa perawatan berkelanjutan terhadap hewan dapat terjamin.

Pemenuhan standar kesejahteraan hewan ini sangat diperlukan dipertahankan setiap saat dalam produksi hewan ternak maka kehadiran layanan veteriner sangat penting untuk mencapai hal ini.

One Health/Satu Kesehatan

Mengingat bahwa COVID-19 dan sekitar 70% dari penyakit menular yang muncul pada manusia selama 30 tahun terakhir adalah zoonosis, maka dokter hewan perlu terus-menerus terlibat dalam kapasitas "One Health" ini.

Dokter hewan dalam praktik, konsultasi dan peranan pemerintah dalam memberi saran, mengendalikan, mendeteksi penyakit serta jalinan hubungan dengan otoritas kesehatan yang lebih dari sebelumnya sangat penting untuk memastikan respon terhadap COVID-19 dan peristiwa penyakit zoonosis lainnya di masa mendatang berjalan seefektif mungkin.

Mengelola risiko penyediaan layanan kesehatan hewan dalam pandemi COVID-19

Sejak deklarasi tentang pandemi COVID 19, PB PDHI telah proaktif mengumpulkan dan mendistribusikan berbagai saran, panduan kepada para dokter hewan anggota yang memungkinkan mereka untuk menerapkan prosedur manajemen risiko yang praktis dan efektif untuk meminimalkan penyebaran Coronavirus dan dampak selanjutnya pada praktik dokter hewan, staf dan klien.

PDHI percaya bahwa kombinasi dari pengetahuan ilmiah yang kuat serta penguatan epidemiologi penyakit, pengendalian infeksi, diagnosis penyakit dan manajemen ditambah dengan protokol seperti yang didistribusikan sebelumnya, akan secara memadai melengkapi dokter hewan di seluruh spektrum kesehatan hewan untuk menyediakan layanan dengan cara yang aman dan efektif, bahkan selama pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Kesimpulan

Profesi dokter hewan di Indonesia memenuhi berbagai peran dan menyediakan banyak layanan vital yang bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan hewan dan manusia, serta memastikan keamanan dan keamanan pangan. Dalam pandemi global COVID-19 saat ini, layanan ini menjadi lebih penting dari sebelumnya. Kemampuan profesi kedokteran hewan, dalam berbagai bentuknya, untuk terus menyediakan layanan ini. PDHI memiliki komitmen mutlak untuk menjaga kesinambungan layanan veteriner dengan cara yang praktis, aman dan terkelola risiko dengan baik.

ASOHI RIAU SUMBANGKAN RATUSAN LITER DESINFEKTAN

Penyerahan bantuan desinfektan oleh ASOHI Riau. (Foto: Infovet/Sadarman)

Wabah pandemi COVID-19 telah memapari hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Wabah ini pun telah ditetapkan pemerintah sebagai wabah nasional, sehingga ajakan pemerintah untuk bersama melawannya patut diapresiasi dengan beragam kegiatan.

Himbauan seperti mencuci tangan sesering mungkin dengan sabun, atau menggunakan hand sanitizer, melakukan desinfeksi, berdiam diri dan beraktivitas di rumah, digalakkan untuk menekan penyebaran virus. 

Saling bahu-membahu menjaga kebersihan lingkungan dari COVID-19 menjadi prioritas. Hal itu seperti yang dilakukan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Daerah Riau yang turut menyumbangkan desinfektan kepada Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Riau. Penyerahan bantuan dilakukan di Klinik Drh Syafiq Riyadi Kota Pekanbaru, Selasa (21/4/2020).

Pada kesempatan tersebut Ketua ASOHI Riau, Drh Musran, menyatakan bahwa COVID-19 merupakan kasus baru yang sampai saat ini belum ditemukan vaksinnya dan obat yang digunakan belum spesifik. Sehingga himbauan untuk mengintensifkan tindakan pencegahan seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan, meningkatkan imun tubuh dengan makanan bergizi, mutlak harus dilakukan.

“Kita tidak bisa main-main dengan wabah ini, khususnya untuk orang yang punya riwayat penyakit pernapasan, jantung dan penyakit lainnya yang berada dalam kondisi minim imunitas tubuh, mereka adalah yang paling rawan terpapar COVID-19,” kata Musran.

ASOHI Riau sendiri telah menyumbangkan sebanyak 60 liter desinfektan yang dihimpun dari berbagai perusahaan obat hewan yang beroperasi di wilayah Riau dan sekitarnya.

Apresiasi pun disampaikan oleh Drh Syafiq kepada perusahaan obat hewan  yang telah ikut berpartisipasi mendukung Pemerintah Riau dalam melawan COVID-19. “PDHI akan menyalurkan sesuai dengan yang diamanatkan oleh ASOHI, sehingga desinfektan tersebut penyalurannya tepat sasaran,” katanya.

ASOHI Riau juga membagikan sekitar 40 liter desinfektan ke Desa Pandau Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar pada hari berikutnya Rabu (22/4/2020). Kepala Desa Pandau Jaya, Firdaus Roza menerima secara keseluruhan bantuan tersebut. “Ini jelas bermanfaat dan semoga dapat menurunkan kasus COVID-19 di wilayah kami,” kata Firdaus.

Terkait dengan aplikasi di lapangan, Drh Musran juga memberi edukasi langsung mengenai tata cara pemakaian desinfektan terkait dosis dan lokasi-lokasi yang perlu didesinfeksi.

“Kami menghimbau untuk melakukan desinfeksi pada lokasi yang benar-benar sering bersentuhan dengan masyarakat, seperti fasilitas umum, pagar dan bagian pintu suatu bangunan atau spesifiknya rumah,” tandasnya. (Sadarman)

AVIAN INFLUENZA, BAGAIMANA RIWAYATMU KINI?

Walau serangan AI tidak seganas dulu, namun kewaspadaan terhadapnya harus selalu dilakukan. (Sumber: Istimewa)

Tiada hari tanpa Corona, setidaknya itulah yang masih menjadi headline di media massa beberapa waktu belakangan ini. Namun begitu, Indonesia pernah beberapa kali dikejutkan dengan adanya outbreak penyakit, yakni Avian Influenza (AI). Namun kini AI terasa menguap, kemanakah ia kini?

Sejak 2003 lalu AI telah eksis di Indonesia, saat itu terjadi wabah penyakit yang menyebabkan kematian mendadak pada unggas dengan gejala klinis seperti penyakit tetelo (Newcastle Disease/ND). Sampai akhirnya kemudian didalami bahwa wabah tersebut disebabkan oleh penyakit baru bernama AI dari subtipe H5N1.

AI memiliki sejarah panjang di Indonesia, jenisnya pun juga bervariasi bukan hanya subtipe H5N1 saja. Secara perlahan tapi pasti, AI menyebar ke seluruh wilayah Indonesia. Awalnya mungkin hanya virus dari subtipe H5N1, kemudian ada varian clade dari H5N1, hingga kini ada juga H9N2 yang disebut-sebut sebagai low pathogenic AI, dimana awalnya wabah H9N2 terjadi pada ayam petelur dan kini H9N2 juga “doyan” menginfeksi broiler.

Tak Seganas Dulu
Divisi Technical Education & Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, menyatakan bahwa penyakit AI H9N2 yang dulunya ditemukan di layer, sekarang sudah ditemukan di broiler. Biasanya memasuki umur 21 hari sampai puncak produksi, penyakit H9N2 ini akan menyerang. Ia juga menegaskan, di luar negeri virus AI H9N2 ini lebih menjadi momok ketimbang H5N1.

Lebih lanjut dijelaskan bahwasanya kejadian AI di Indonesia saat ini masih ada walaupun kasusnya tidak semarak dulu pada masa awal “kejayaan” AI.

“Kami ada beberapa laporan dari tim kami, di berbagai daerah ada, cuma tidak heboh seperti dulu, dan lagi kasusnya bisa dibilang cenderung turun, namun begitu kita tetap harus waspada,” tutur Lilis.

Hal senada juga disampaikan oleh salah satu peternak layer asal Blitar, Sunarto. Ia mengatakan bahwa AI masih ada di beberapa wilayah di daerahnya. Ia mengonfirmasi bahwa beberapa titik di Blitar masih dihantui AI, baik H5N1 maupun H9N2.

“Bukan di peternakan saya, tetapi di sekitaran sini masih ada, walaupun enggak banyak. Saya tahu itu AI karena ada hasil laboratoriumnya dan kata dokter hewannya begitu,” ujar Sunarto.

Ia juga menyebut bahwa kemunculan AI dikhawatirkan akibat adanya perubahan dari musim kemarau ke penghujan. Selain itu adanya heat stress yang muncul akibat cuaca panas yang mencapai suhu 36-39 °C yang terjadi beberapa bulan lalu, sehingga memicu munculnya penyakit AI di wilayah Blitar.

Kendati demikian, Sunarto juga mengonfirmasi bahwa kasus AI yang terjadi hanya tentatif saja. Karena ketika begitu para peternak mendengar ada populasi ayam yang mati mendadak atau turun produksinya, mereka langsung… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020) (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer