Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1
Adalah buku terbaru karya Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, M.Sc, Ph.D.

Kehadiran buku yang menyediakan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti tentu sangat bermanfaat dan akan sangat dinanti oleh para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan atau mahasiswa Perguruan Tinggi sejenis, dan peternak unggas.
Khususnya buku yang secara spesifik menyajikan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti pada peternakan ayam petelur komersial, pedaging komersial, breeding farm, hatchery (penetasan ayam), serta pabrik pakan unggas. Sebagaimana buku berjudul Manajemen Kesehatan Ayam - Volume 1 yang ditulis dan diluncurkan oleh Pakar Patologi unggas dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Drh. Charles Rangga Tabbu, MSc. PhD.
Prof. Charles, demikian ia akrab disapa, dijuluki sebagai Profesor Ayam karena sering menjadi konsultan di berbagai Perusahaan peternakan unggas terbesar di Indonesia. Kiprahnya telah malang melintang dan diakui oleh para stakeholder dalam mengawal perkembangan industri perunggasan di Tanah Air. Profesor yang mengambil gelar Master di Washington State University, AS dan gelar Doctor di Michigan State University, AS ini sebelumnya juga telah menulis buku legendaris berjudul Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. 1 dan 2 yang menjadi Best Seller di kalangan dokter hewan dan pelaku industri perunggasan.
Buku terbarunya setebal 300 halaman ini menguraikan secara khusus ruang lingkup manajemen kesehatan ayam, pertimbangan ekonomik sehubungan dengan manajemen kesehatan ayam, peranan manajemen peternakan terhadap kesehatan ayam, dan cara diagnosis praktis penyakit ayam pada kondisi lapang.
Buku ini juga secara khusus membahas tentang peranan biosekuriti dalam pencegahan dan pengendalian penyakit pada peternakan ayam komersial, breeding farm, dan hatchery, level biosekuriti pada peternakan ayam, standard operating procedures (SOP) untuk biosekuriti, sistem peringatan dini early warning system (EWS) terhadap penyakit, rancangan peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, pabrik pakan unggas, dan cleaning/desinfeksi pada peternakan ayam.
Prof Charles menyerahkan buku terbarunya
kepada Pimred Majalah Infovet Ir Bambang Suharno.
Menurut Prof Charles yang di momen pameran Indo Livestock lalu secara khusus menyerahkan buku ini untuk pertama kalinya kepada Pemimpin Redaksi Majalah Infovet Ir Bambang Suharno, mengatakan bahwa pokok bahasan dalam buku ini, terutama menyangkut program kesehatan ayam, khususnya biosekuriti yang diterapkan pada peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, dan pabrik pakan unggas di berbagai daerah di Indonesia.
“Sebagian besar uraian buku ini merupakan hasil pengamatan lapangan selama berkunjung ke berbagai peternakan dan feedmill di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara,” ujar Charles.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit PT Kanisius ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manajemen kesehatan dan biosekuriti pada peternakan ayam, hatchery, maupun pabrik pakan unggas bagi para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Kedokteran Hewan dan mahasiswa pendidikan tinggi lain yang terkait, dan peternak unggas.
Diakhir pertemuan Prof Charles membocorkan harga buku ini bagi siapa saja yang berminat bisa menebusnya dengan harga Rp 135.000/eks. Jadi jika anda adalah peternak ayam, mahasiswa kedokteran hewan dan peternakan, pelaku industri pembibitan, dan feedmill, maka Buku ini adalah kitab wajib yang harus anda miliki. Very highly recommended! (wan)...

Harga Domba Bibit Capai Ratusan Juta Rupiah

Kambing dan domba adalah hewan ternak yang cocok untuk dikelola oleh rakyat. Kelebihan dua jenis hewan ternak ini dibandingkan hewan lainnya adalah daur perkembangbiakannya yang cepat. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo ketika menghadiri temu wicara dengan peternak domba dan kambing di Kebun Raya Bogor, Sabtu 27 Agustus 2016.
"Dua tahun tiga kali beranak. Umur panen cepat dan modalnya tidak besar. Tidak butuh lahan yang luas," jelas Presiden.
Domba Garut Indonesia kuat, gagah, dan memukau
dengan segala keunikan dan keunggulannya.
Selain keunggulan tersebut, Presiden juga meminta adanya sosialisasi kepada masyarakat untuk menjelaskan bahwa daging kambing merupakan jenis makanan yang aman untuk dikonsumsi.
"Daging kambing lebih sehat. Saya setiap hari makan daging kambing, asal dagingnya ya, bukan jeroannya. Kolesterol saya rendah," ujar Presiden.
Himpunan Pengusaha Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI) harus menjaga dan melestarikan keberadaan plasma nutfah domba dan kambing di Indonesia. Dalam temu wicara itu, seorang peternak asal Ciamis menyebutkan bahwa kini domba banyak dibeli oleh pengusaha asal Malaysia. "Kami menghawatirkan nanti domba Garut nasibnya seperti reog Ponorogo yang diakui sebagai budaya dari negara lain," ucap peternak tersebut.
Menanggapi hal tersebut, Presiden meminta agar para peternak yang terhimpun dalam Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) menjaga betul plasma nutfah. "Plasma nufah harus betul-betul dilindungi dan dijaga, jangan sampai dibeli negara lain. Keturunan jangka panjang bisa hilang. Proses jangka panjang melindungi plasma nutfah itu. Yang bisa menjaga ternak kita, domba kita, kambing kita adalah Bapak/Ibu semua," pesan Presiden.
Hasan, seorang peternak asal Sulawesi Barat mengeluhkan mahalnya memperoleh bibit unggul. "Harganya bisa menjadi enam kali lipat dari harga asalnya di Pulau Jawa karena tingginya biaya transportasi," keluh Hasan.
Presiden mengakui bahwa biaya transportasi antar pulau, antar kabupaten masih mahal. "Dibanding Singapura dan Malaysia, kita 2,5 kali lebih mahal," ujar Presiden.
Presiden memberi contoh, tidak mengherankan bila harga BBM di Papua dapat mencapai 30 ribu rupiah sampai 60 ribu rupiah per liternya karena mahalnya biaya transportasi untuk pengangkutan BBM tersebut. Itulah sebabnya, lanjut Presiden, pemerintah sangat fokus membangun infrastruktur untuk menekan biaya transportasi.

Presiden Jokowi tengah memberi makan domba dan kambingnya
yang diberi nama Bera, Beri, Nyai, Edo dan Dogar. 
Presiden Minder Lihat Domba Bibit 
Sebelum memulai temu wicara, Presiden mengatakan bahwa semula dirinya hendak membawa domba-domba yang dimilikinya untuk ditunjukkan kepada peternak.
"Saya masuk ke sini kaget sekali. Saya kan punya domba 5, belinya 3 juta sampai 5 juta rupiah per ekor. Saya pikir sudah mahal sekali. Tapi, begitu lihat domba di sini, langsung minder," ucap Presiden yang merasa beruntung tidak jadi membawa domba peliharaannya.
Saat melihat-lihat domba-domba tersebut, Presiden mengatakan dirinya dibisiki Ketua Umum HPDKI Yudi Guntara, bahwa harga satu ekor domba yang berada di Kebun Raya Bogor ini berada di kisaran 50 juta sampai 120 juta rupiah.
"Untung saya tidak jadi membawa domba-domba peliharaan saya. Minder saya," imbuhnya.
Seorang peternak menjelaskan bahwa seekor domba dapat mencapai harga puluhan bahkan ratusan juta karena mengikuti kontes. "Domba Bapak Presiden juga bisa mencapai 20 juta rupiah setelah mengikuti kontes. Untuk itu kami mohon ada kontes domba yang memperebutkan Piala Presiden," kata peternak itu.
Usulan kontes domba memperebutkan Piala Presiden tersebut langsung mendapatkan respons dari Presiden. "Saya perintahkan kepada Menteri Pertanian untuk menyiapkan tahun ini, bulan Oktober atau November. Tempat di Bogor atau Jakarta. Hadiah, piala dan sertifikat. Hadiahnya besar, 1 miliar rupiah untuk pembinaan," kata Presiden.
Turut hadir mendampingi Presiden pada acara tersebut Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri PU dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Dalam acara tersebut juga dilaksanakan kontes domba Garut memperebutkan Piala Kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti oleh 875 domba yang berasal dari kota dan kabupaten se-Jawa Barat dengan kategori Raja Pedaging, Raja Petet, Raja Kasep dan Ratu Bibit.
Selain kontes domba, juga digelar pementasan kambing perah dan domba catwalk. Yang menarik pada domba catwalk, dipertunjukkan pula lima domba yang dimiliki Presiden, yang memiliki nama Bera, Beri, Nyai, Edo dan Dogar. (wan)

INVESTASI ASING DI PERUNGGASAN LEGAL: MK Tolak Revisi UU Peternakan

JAKARTA – Mahkamah Konstitusi menolak mengabulkan permohonan uji materi (judicial review) sejumlah asosiasi peternakan unggas skala kecil-menengah yang meminta aturan soal investasi peternakan unggas dalam UU Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) untuk direvisi.
Panitera MK Kasianur Sidauruk memberikan salinan putusan kepada kuasa hukum pemohon Rojikin usai sidang putusan uji Undang-Undang No. 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Kewan, Kamis (4/8) di Ruang sidang MK.
Ada dua pasal yang diajukan oleh tim pemohon yang diketuai Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI) yaitu Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2). Kedua pasal ini dinilai membuka peluang penguasaan pasar bagi investor asing bermodal besar sehingga berpotensi mematikan peternakan unggas rakyat.
Adapun, PPUI menggugat UU nomor 18 tahun 2009 karena UU tersebut dinilai untuk pertama kalinya membuka investasi perunggasan bagi asing. Saat ini, UU PKH terbaru adalah UU nomor 41/2014 yang hanya memuat aturan yang direvisi sehingga UU 18/2009 tetap digunakan dan menjadi acuan.
PPUI menilai sejak UU 18/2009 tersebut lahir, para pemodal asing di bisnis perunggasan kian menggurita. Menurut data yang dimiliki PPUI, pada 2009, jumlah peternak ayam mandiri masih 80.000 orang, namun sekarang jumlahnya tidak lebih dari 5.000 orang.
Dalam amar putusan yang dibacakan Ketua Hakim Konstitusi, Arief Hidayat, diungkapkan bahwa MK menilai fakta yang terjadi di lapangan tersebut bukan merupakan kesalahan pasal, namun hasil dari lemahnya pengawasan atau implementasi pasal atau norma.
“Pemohon menyebut kalimat dalam Pasal 2 ayat (1) tersebut memberikan peluang integrasi secara vertikal. Dalam kalimat pasal tersebut, tidak memberikan peluang untuk ditafsirkan sebagai integrasi vertikal,” ujar Arief.
Pasal 2 ayat (1) UU 18/2009 menyebut Peternakan dan kesehatan hewan diselenggarakan di seluruh wilayah Indonesia yang dilaksanakan secara tersendiri dan/atau melalui integrasi dengan budidaya tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan, kehutanan, atau bidang lainnya yang terkait.
PPUI beranggapan pasal tersebut membuka peluang bagi perusahaan untuk membangun peternakan unggas terintegrasi dari hulu-hilir. Akibatnya, saat ini perusahaan-perusahaan besar terindikasi melakukan praktik monopoli dan cenderung menguasai pembentukan harga atau kartel.
Sedangkan Pasal 30 ayat (2) menyebut Perorangan warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan kerja sama dengan pihak asing sesuai dengan peraturan perundangundangan di bidang penanaman modal dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.
Hakim mengatakan untuk menghindari terjadi hal yang dikhawatirkan oleh para peternak, maka yang seharusnya dilakukan adalah pemerintah wajib mengawasi usaha budidaya peternakan dan melindungi para peternak.
“Kekhawatiran itu bisa terjadi karena pemerintah tidak maksimal dalam melaksanakan peran dan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam UU tersebut,” ungkap Arief. Soal investasi asing, Hakim menyebut peternak sebaiknya justru menggugat UU Penanaman Modal.
Sementara itu, Ketua Umum PPUI, Waryo Sahru menyampaikan pihaknya mengajukan revisi UU 18/2009 justru karena investasi peternakan dibuka bagi asing dengan merujuk pada UU tersebut. UU Peternakan dan Keswan sebelumnya yaitu nomor 6 tahun 1967, menutup investasi unggas bagi pemodal asing.
“UU yang dulu itu orientasinya keadilan berusaha, kecukupan protein, dan ekspor. Kalau yang sekarang, hanya ketahanan pangan. Selama 42 tahun UU 6/1967 ada, peternak bisa hidup. Sekarang jumlah peternak mandiri hanya 5% dari total peternak yang ada,” ujar Waryo pada Bisnis.
Peternak mandiri saat ini berebut pasar dengan peternak mitra perusahaan besar dan perusahaan besar itu sendiri yang juga memasok ayam potong ke pasar. Karena diproduksi jauh lebih efisien, harga ayam potong yang diproduksi perusahaan bisa ditekan.
Sementara itu, peternak mandiri harus menjual ayamnya mengikuti harga ayam yang dijual perusahaan. Hal ini berakibat peternak mandiri mengalami kerugian karena mereka harus menjual ayam potong dibawah biaya pokok produksi. (bis/wan)

Kalsel Siap Sukseskan Hari Ayam Telur Nasional

Pinsar Indonesia kalimantan Selatan dan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Kalsel, siap menyukseskan rangkaian acara Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) yang akan berlangsung 9 Oktober 2016 sebagai acara puncaknya. Demikian dikemukakan oleh Ketua Daerah Panitia HATN Suwondo yang juga pengurus Pinsar Kalsel, didampingi Ketua ASOHI Kalsel Agung Wahyudi kepada PinsarIndonesia.com.
Dalam kunjungannya ke Jakarta Selasa (30/8/2016) keduanya mengadakan rapat kordinasi dengan Panitia Nasional yakni Ricky Bangsaratoe, Eddy Wahyudin, Samhadi dan Bambang Suharno beserta staf. HATN didukung oleh beberapa asosiasi perunggasan setempat, Pemda Provinsi Kalsel, Dinas Peternakan, Badan Ketahanan Pangan, Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Peternakan dan lembaga terkait lainnya.
Dari kiri ke kanan: Ricky, Dibyo, Suwondo, Agung
Tahun ini Kalsel ditunjuk sebagai tuan rumah HATN mengingat kesiapan dan pengalaman organisasi daerah tersebut dalam kegiatan kampanye ayam dan telur. HATN dicanangkan oleh Menteri Pertanian Suswono tahun 2011 di Jakarta, dan selanjutnya sejak 2013 Pinsar Indonesia dan ASOHI menyelenggarakan acara HATN di daerah yaitu di Denpasar (2013), Makassar (2014), Palembang (2015).
Acara HATN antara lain meliputi talkshow edukasi ayam dan telur di radio dan TV setempat, seminar edukasi ayam dan telur, bazaar, konferensi pers, kunjungan ke pabrik pakan dan pemotongan unggas, aneka lomba, senam jantung sehat dan sebagainya. Direncanakan acara di Kalsel akan dibuka oleh Gubernur Kalsel.
Suwondo mengatakan, di tengah menurunnya konsumsi ayam dan telur di kalsel akibat lesunya ekonomi Kalimatan, peringatan HATN ini diharapkan dalam mendongkrak konsumsi ayam dan telur sebagai sumber protein yang murah dan berkualitas.
“Usaha tambang batubara sedang lesu berdampak pada lesunya ekonomi dan menyebabkan penurunan konsumsi ayam dan telur. Hal ini tidak semestinya terjadi karena faktanya konsumsi rokok tetap tinggi. Untuk itu kami ingin menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi yakni daging ayam dan telur melalui peringatan HATN,” katanya.
Peningkatan konsumsi daging ayam dan telur otomatis akan menggerakan ekonomi masyarakat yakni para peternak ayam di wilayah Kalsel sebagai sentra usaha perunggasan di Kalimantan.

CONTINUING EDUCATION PDHI CABANG JATIM VI

Foto bersama para peserta program Continuing Education PDHI Jatim 6.
Setelah melalui persiapan panjang didukung pebisnis lokal yang menjadi sponsor, dengan iuran setiap peserta akhirnya PDHI Cabang Jawa Timur VI (Gresik, Lamongan, Bojonegoro, Tuban) berhasil menyelenggarakan acara Continuing Education (Pendidikan Berkelanjutan).
Acara bertujuan membekali para dokter hewan setempat dengan hal terbaru dan terkini. Tema yang diangkat “Meningkatkan Kompetensi Dokter Hewan dalam Penanganan Kasus di lapangan”. Acara diikuti peserta sekitar sejumlah 60 orang, terselenggara di Rumah Makan Apung Rahmawati Gresik Jawa Timur pada Sabtu 23 Juni 2016.
Kasus lapangan yang dimaksud adalah “Operasi Caesar pada Sapi” dengan narasumber Drh M Saifoel NP. Lalu, “Revolusi Penangangan pada Luka Terbuka Tanpa Antibiotik” dengan narasumber Deddy F Kurniawan.
Drh Supratmi Sekretaris PDHI Cabang Jatim VI yang merupakan staf Dinas Peternakan Kabupaten lamongan berpendapat, “Saya pribadi dan sebagai pengurus salut dan angkat topi untuk tim kolega dokter hewan Kabupaten Gresik, sebagai penyelenggara CE perdana PDHI Cabang Jatim VI yang bisa menyelenggarakan acara dengan baik, lancar, sukses.”
Ketua Panitia Drh Budi Santoso yang juga staf Dinas Peternakan Kabupaten Gresik menyatakan terimakasih kepada semua pihak atas dukungannya. “Pesertanya haus ilmu sehingga acara meriah,” tegasnya. Selanjutnya diagendakan workshop caesar jilid dua. Katanya, “Jadi ada prakteknya. Dan juga ada materi untuk pet-animal (hewan kesayangan).”
Dari peristiwa ini pembaca dapat melihat bahwa acara pendidikan berkelanjutan untuk dokter hewan berdasar kasus praktis di lapangan sangat dibutuhkan. Penyelenggaraannya dapat secara gotong royong antar peserta. Geliat bisnis sarana dan prasarana peternakan di tingkat lokal telah berkembang begitu baik.
Maka pada acara ini berbagai door prize diberikan oleh para perusahaan sponsor. Mereka antara lain: San PS, Maju Bersama PS, Dairy Pro, dan lain-lain. (Yonathan)

Bijak Pilih Enzim yang Tepat

Salah satu strategi untuk bisa sukses menjalankan bisnis perunggasan adalah kemampuan untuk melakukan penghematan biaya pakan.  Khususnya saat ketersediaan bahan baku pakan sedang terbatas atau sulit didapatkan. Guna menyiasati hal tersebut digunakan tambahan enzim untuk membantu optimalisasi nilai nutrisi dari bahan baku pakan yang dipilih.
Komponen pakan menghabiskan 60–70 persen dari total biaya produksi yang dikeluarkan  peternak. Tanpa adanya manajemen pakan yang baik, akan terjadi pemborosan pakan yang berimbas pada tingginya biaya produksi serta menurunnya performa unggas.
Demikian dpaparkan ahli nutrisi pakan dari Fakultas Peternakan IPB Prof Dr Ir Nachrowi, MSc belum lama ini dalam sebuah seminar di Jakarta. Lebih lanjut Prof Nachrowi menjelaskan  tentang aplikasi teknologi enzim guna memaksimalkan nilai nutrisi dan mengurangi biaya pakan.
Enzim merupakan senyawa protein dapat larut yang diproduksi oleh organisme hidup dan berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pemecahan senyawa-senyawa organik yang kompleks menjadi sederhana. Enzim dapat meningkatkan nilai nutrisi (nutrient value)  pakan sehingga dapat dimanfaatkan secara lebih baik.
Prof. Nachrowi
Secara alami, kata Nachrowi, setiap jenis ternak mempunyai enzim sehingga dapat mencerna makanan yang dikonsumsi. Enzim tersebut dapat diproduksi sendiri maupun oleh mikroba yang terdapat dalam alat pencernaan ternak. Namun biji-bijian maupun serat kasar yang terdapat pada pakan seringkali sulit dicerna secara alami oleh ternak, sehingga diperlukan suplemen untuk membantu memecahnya sehingga dapat terserap lebih maksimal dalam sistem pencernaan ternak.  Pakan yang tidak tercerna dengan baik akan terbuang sia-sia.
Enzim yang penting untuk unggas adalah Non- Starch Polysaccharide (NSP) yaitu selulose (cellulose), xilanase (xylanase), glucan (glucanase) dan lain-lain. NSP dapat menghidrolisis polisakarida menjadi monosakarida. Manfaat NSP antara lain membantu memelihara kesehatan usus dan pencernaan unggas, meningkatkan konsistensi, meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi biayanya.
Namun demikian, peraih gelar PhD bidang Microbial Biochemistry dari Ehime University Jepang ini mengingatkan perlunya memahami struktur kimiawi dan konsentrasi enzim NSP dan untuk tujuan apa NSP akan digunakan. Memberikan multi enzim pada pakan unggas lebih baik daripada enzim tunggal karena adanya kandungan nutrisi yang berbeda-beda dari setiap jenis pakan unggas.
Hery Santoso 
Hal ini dibenarkan Hery Santoso, General Manager Alltech Biotechnology Indonesia yang mengungkapkan, “Indonesia kaya akan peluang penggunaan bahan baku baru untuk substitusi pakan dengan bantuan teknologi enzim. Sebagai contoh saat jagung sulit didapat pelaku industri umumnya beralih ke gandum atau wheat. Dengan penambahan investasi di enzim SSF nilai energi dari pakan yang didapat akan jauh lebih besar.”
Hery menambahkan, dari sekian banyak enzim pakan yang ada, ada dua jenis enzim yang banyak digunakan pabrik pakan. Yaitu enzim phytase dan enzim yang mendegradasi NSP (Non-Starch Polysaccharide). Enzim yang mendegradasi NSP ada beberapa macam, antara lain xylanase, β-glucanase, dan β-mannanase.

Tantangan Penggunaan Enzim 
Enzim mempunya sifat yang unik, akan menunjukkan aktivitasnya pada kondisi lingkungan yang cocok, baik pH maupun Suhu. Masing-masing jenis enzim mempunya kisaran pH dan suhu optimalnya. Pelet pakan ternak dibuat melalui proses pemanasan pada suhu tinggi, karena itu kestabilan enzim terhadap perlakuan panas pada industri pakan sangat diperlukan.
Prof Nachrowi menjelaskan, enzim bekerja sebagai katalisator untuk mempercepat suatu proses reaksi kimia, karena itu aktivitasnya juga akan ditentukan oleh dosis enzim itu sendiri.  Pemberian enzim exogeneous harus mempertimbangkan juga enzim endogeneous yang sudah ada pada hewan, karena itu sebelum membuat formulasi produk harus dilakukan penelitian terlebih dahulu dan dilihat performance hewannya pada berbagai tingkatan umur.
Metoda analisis yang mudah dan tepat untuk menentukan jumlah enzim yang aktif  juga merupakan suatu tantangan yang perlu mendapatkan perhatian dari para ilmuwan,  Dengan adanya metode analisis yang akurat dan cepat makan akan sangat mempermudah pembuatan formulasi produk pakan ternak.
“Walaupun telah terbukti bahwa suplemen enzim dapat meningkatkan produksi ternak, namun karena untuk mendapatkan enzim itu sendiri tidak mudah maka produk pakan ternak berenzim harganya menjadi mahal, karena itu komponen biaya lain dari produksi pakan sedapat mungkin dapat ditekan sehingga akan menurunkan harga pakan ternak berenzim. Hal lain yang perlu dilakukan adalah melakukan penelitian untuk mendapatkan enzim secara mudah dan murah,” imbuh Prof Nachrowi.
“Indonesia merupakan negara yang mempunya julukan megabiodiversiti, karena itu explorasi untuk mendapatkan sumber penghasil enzim baru  sangat dimungkinkan, baik dari jamur maupun bakteri.  Saat ini belum banyak enzim termostabil yang dihasilkan dari Indonesia, padahal sumber-sumber baik bakteri maupun jamur dari lokasi kawah sangat berlimpah,” pungkas Prof Nachrowi. (wan)

Keluarga Alumni Fapet Unsoed Gelar Sarasehan Peternakan Nasional


Konsumsi pakan ternak tahun 2020 yang akan datang menurut perkiraan GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan Ternak ) bisa mencapai 26 juta ton, atau naik 62,5% dibanding konsumsi pakan tahun 2015 yang sebesar 16 juta ton.  Angka ini menunjukan prospek usaha peternakan sangat cerah dengan pertumbuhan rata-rata12,5% per tahun, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang rata-rata 5% per tahun. Namun dunia usaha peternakan masih menghadapi sejumlah tantangan, di antaranya sering terjadi oversupply ayam broiler yang menyebabkan harga jatuh di tingkat peternak, ketergantungan impor bahan baku pakan, pro kontra kebijakan pengendalian supply bibit, isu kartel dan sebagainya. Sementara itu di usaha sapi potong, ketergantungan terhadap impor daging masih cukup tinggi.

Masalah-masalah di atas akan menjadi bahasan menarik dalam sarasehan peternakan nasional yang akan diselenggarakan Keluarga Alumni Fakultas Peternakan Unsoed yang akan diselenggarakan di auditorium gedung D Kementerian Pertanian  dengan topik bahasan "Situasi Peternakan Terkini, Masalah dan Solusi", pada Minggu 4 September 2016 mendatang.

Acara tersebut berbarengan dengan Temu Alumni Tahunan dengan tema Satu Keluarga. Satu Tujuan, Bersatu untuk Maju. Ketua Panitia Temu Alumni Tahunan Puji Hartono mengatakan, sarasehan nasional terselenggara atas kerja sama antara Kafapet Unsoed, Fapet Unsoed, dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Sarasehan akan menghadirkan Narasumber yaitu Plh Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Dr Ir Riwantoro (Alumni Fapet 81), Dekan Fapet Unsoed Prof Ahmad Sodiq (Alumni Fapet Unsoed 87), Guru Besar Monash University Ausralia Prof Mulyoto Pangestu (Fapet Unsoed 82), Teguh Sudaryanto (Pengusaha Peternakan Ayam  alumni Fapet Unsoed 89), Tri Nugrahwanto  (Praktisi feedlot Sapi Potong, alumni Fapet Unsoed 83), dan Shita Annisa Doman (alumni Fapet Unsoed 88). Moderator acara ini yakni Bambang Suharno (wartawan senior Peternakan, alumni Fapet Unsoed 85). Artis Cici Tegal direncanakan akan hadir untuk meramaikan acara ini.

Diharapkan melalui sarasehan ini, alumni Fapet Unsoed dapat memberikan masukan yang konstruktif dan komprehentif mengenai situasi peternakan saat ini, baik kepada pemerintah maupun pihak terkait lainnya. Ia menambahkan, alumni Fapet Unsoed sudah berkiprah banyak di bidang peternakan dari industri hulu hingga hilir, mulai dari usaha breeding, feedmill, budidaya, feedlot, industri obat hewan, peralatan peternakan, industri pengolahan, birokrat, peneliti, tenaga pengajar, konsultan dan sebagainya. Mereka akan hadir untuk ikut mendiskusikan permasalahan riil peternakan.

Ketua Kafapet Unsoed Wilayah Jabodetabeksesuci (Jakarta Bogor Tangerang Bekasi Serang Sukabumi Cianjur) Roni Fadilah menuturkan, pengambilan tema Satu Keluarga. Satu Tujuan, Bersatu untuk Maju dilandasi fakta bahwa Fapet Unsoed telah meluluskan lebih dari 8.000 sarjana peternakan yang tersebar ke seluruh wilayah Indonesia dengan beragam profesi, namun tetap mempunyai satu tujuan,  yaitu pengabdian yang tidak henti untuk negeri tercinta Indonesia.  ”Acara Temu Alumni Tahunan Fapet Unsoed akan dihadiri oleh alumni dari berbagai daerah, seperti Jabar dan Banten, Jateng, Jatim, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,” ujarnya di Jakarta, .

Rony menambahkan, pada temu alumni tahunan ini juga akan diadakan pelantikan kepengurusan baru Kafapet wilayah Sumatera Selatan, Lampung, dan Sulawesi oleh Ketum PP Kafapet Unsoed  Bambang Riyanto Japutra. Tiga kepengurusan tersebut menyusul kepengurusan Kafapet yang sudah terbentuk sebelumnya yaitu wilayah Jabodetabeksesuci, Bandung Raya, Priangan, Pantura, Barlingmascakep (Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, kebumen) Joglosemar (Jogja Solo Semarang), dan Surabaya.

Bagi alumni yang berminat hadir bisa menghubungi 0812 9333 289 (Rony), 0812 9416 2405 (Puji), 0812 1991 9286 (Yudhi).

JOKOWI: SAATNYA DOMBA DAN KAMBING MENJADI ALTERNATIF PRIORITAS SUMBER PROTEIN HEWANI

KEBUN RAYA BOGOR - Dalam rangka mendorong peningkatan peran dan kontribusi ternak domba dan kambing yang mempunyai potensi tinggi dalam hal populasi dan produktivitas, Pemerintah memfasilitasi penyelenggaraan “Temu Wicara Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kontes Domba Garut-Kambing dengan Presiden Republik Indonesia” yang diinisiasi oleh peternak yang bergabung dalam Himpunan Peternak Domba dan Kambing Indonesia (HPDKI).
Acara ini dilangsungkan pada Sabtu, (27/8) di Kebun Raya Bogor, dan dihadiri oleh lebih kurang 1.000 orang peserta dari unsur-unsur Menteri Kabinet Kerja, Kepolisian Rl, Komisi IV DPR Rl, Gubernur Provinsi Jawa Barat, DPRD Provinsi Jawa Barat, Para Bupati/walikota se Provinsi Jawa Barat, DPRD Kota Bogor, peternak domba dan kambing, serta Pemerintah Pusat dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan seluruh Indonesia.
Kedaulatan bangsa salah satunya diukur dari kemampuannya menyediakan pangan bagi rakyatnya. Hal ini dapat diwujudkan apabila Indonesia mempunyai kedudukan yang kuat di kancah perdagangan internasional. Peran sektor pertanian (termasuk di dalamnya peternakan dan kesehatan hewan) tidak hanya sebagai penyedia pangan, namun juga berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja, dan penghasil devisa.
NAWA CITA Kabinet Kerja tentang kedaulatan pangan, produktivitas rakyat dan kemandirian ekonomi, digunakan sebagai acuan kebijakan pengembangan komoditas domba dan kambing sebagai sumber protein hewani. Ini mengingat komoditas tersebut terbukti dalam kurun waktu 2011-2015 populasinya tumbuh rata-rata 5,8% per tahun.
Pada tahun 2015, populasi ternak domba dan kambing mencapai 36 juta ekor yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia, dan didominasi oleh Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pertumbuhan populasi ternak tersebut diprediksi akan tetap meningkat pada periode lima tahun berikutnya (2017-2021).
Berdasarkan Proyeksi FAO-OECD Agriculture Outlook Tahun 2015-2025 konsumsi daging global diperkirakan mencapai 35,3 kg per kapita/tahun, dari 1,3 kg pada tahun 2015. Walaupun daging domba dan kambing tidak termasuk dalam pangsa produk yang diperdagangkan secara global, namun untuk pemenuhan kepentingan tertentu (ritual keagamaan), komoditas ini mempunyai segmentasi pasar global yang sangat menjanjikan di wilayah Asia, Afrika, dan Pasifik.
Mempertimbangkan aspek teknis, pemenuhan lokal dan perkembangan isu perdagangan global, diprediksi pada tahun 2018 Indonesia akan mampu mengekspor domba dan kambing. Pada tahun itu, populasi domba dan kambing yang siap diekspor sebanyak 800 ribu ekor, dan diperkirakan ekspor semakin meningkat pada tahun 2021 menjadi 1,5 juta ekor.
Sementara itu, Kontes Domba diikuti oleh 759 ekor domba memperebutkan Piala Kemerdekaan untuk kategori Raja Pedaging, Ratu Bibit, Raja Kasep, Raja Petet. Peternak yang dilibatkan sebanyak 731 orang.   Pada kesempatan tersebut juga dilakukan penyerahan hibah 100 ekor kambing dari Presiden kepada kelompok ternak. Kambing tersebut merupakan hasil produksi BBPTU HPT Baturraden  dengan rincian 75 ekor kambing Peranakan Etawa (PE) dan 25 Ekor kambing Saanen Penyerahan kambing hibah oleh Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui BBPTUHPT Baturraden.
Hibah kambing ini juga dalam rangka mendorong pembangunan peternakan dan kesehatan hewan khususnya dalam pengembangan ternak domba dan kambing sebagai salah satu penghasil sumber protein hewani. Sehingga total seluruhnya domba dan kambing yang ikut dalam acara ini berjumlah 953 ekor.
Pada usia 180 tahun, yang merupakan usia sangat matang sejak lahirnya Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tanggal 26 Agustus 1836, acara ini menjadi momentum kebangkitan sekaligus penyadaran kepada seluruh masyarakat peternakan Indonesia memberikan perhatian lebih serius kepada peningkatan produksi dan skala usaha komoditas domba dan kambing, sehingga mampu berperan menjadi alternatif prioritas utama sumber protein hewani. (wan)

Workshop Teknik Kepemimpinan Terbaru: “Modern Leadership with Emergenetics Model” (Bersertifikat)

Apakah Anda percaya bahwa science dapat membantu meningkatkan efektifitas kepemimpinan Anda? Apakah Anda menyadari bahwa tantangan kepemimpinan saat ini dan di masa mendatang adalah Flexibility dan Adaptability dalam mengelola tim Anda ? Adaptability dan Flexibility ini diperlukan bukan hanya karena berkembangnya tuntutan kepuasan tim Anda tetapi juga faktor eksternal yang tidak beraturan, chaos, uncertain, dan berubah-ubah dengan cepat.

Model Emergenetics adalah hasil dari riset neuroscience terkini dan mampu membantu meningkatkan adaptability dan flexibility Anda sebagai pimpinan. Saat American Airlines dan US Airways merger di tahun 2015 senilai $ 11 Milyar, mereka menggunakan emergenetics untuk membantu penyatuan dua kultur kepemimpinan yang berbeda. 

Indo Livestock 2016 Digelar 27-29 Juli 2016

Pameran peternakan skala internasional terbesar di Indonesia yakni Indo Livestock Expo & Forum 2016 kembali diselenggarakan pada 27-29 Juli 2016, di Jakarta International Convention Center (JCC).

PT Napindo bersama FMPI menggelar jumpa pers,  
Indo Livestock 2016 besok siap digelar
selama tiga hari, 27-29 Juli 2016 di JCC Senayan.
Pameran yang sudah sebelas kali digelar ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat khususnya di bidang peternakan. Ini terbukti dari meningkatnya peserta pada pameran kali ini. "Peserta berkembang menjadi 570 dari 38 negara. Ada sekitar 10 paviliun negara, diantaranya Indonesia, Amerika, UK, Turki, Thailand, China, Korea, dll," ujar Vice President PT Napindo Media Ashatama selaku penyelenggara pameran, Arya Seta Wiriadipoera, saat konfrensi pers Indo Livestock Expo & Forum 2016, di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Selasa (26/7).

Ia menambahkan, selain pameran peternakan, disuguhkan pula seminar-seminar menarik yang membahas seputar industri peternakan yang bertujuan menambah wawasan para pengunjung. "Akan ada banyak seminar, seperti seminar dari Asosiasi Ilmu Nutrisi Indonesia (AINI), kemudian seminar media dari Majalah Infovet, dan banyak lagi lainnya," tambahnya.

"Selain itu, ada juga kegiatan Technical Product Presentation yang bertujuan memperkenalkan teknologi peternakan bagi masyarakat. Dan tentunya pameran ini gratis bagi para pengunjung," katanya.

Selain beberapa kegiatan yang bermanfaat, pameran ini juga konsisten dalam mendukung program peningkatan konsumsi protein asal hewan yakni Susu, Daging, Telur dan Ikan (SDTI), yang bekerjasama dengan beberapa kecamatan di Jabodetabek. "Kegiatan ini untuk menggugah para orang tua dalam memberikan informasi untuk anak-anaknya, bahwa dengan mengkonsumsi protein hewani akan sangat bermanfaat ke depannya," timpal Devi selaku Project Manager pameran.

Pameran yang dilaksanakan selama tiga hari ini juga mendapat apresiasi dari para stakeholder di bidang peternakan. Sebab, lewat pameran seperti ini industri peternakan akan semakin luas dikenal masyarakat. "Pameran seperti sangat menggairahkan, karena bisa dilihat bahwa industri peternakan memberi keuntungan bagi para pelakunya. Industri di bidang peternakan seperti teknologi, obat, peralatan ternak sangat beruntung ada pameran ini. Semoga Indo Livestock lebih sukses lagi," ucap Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), Don P Utoyo, yang turut hadir dalam acara tersebut.

Pada pameran ini, dipersembahkan pula beberapa penghargaan Indo Livestock Industry Award bagi asosiasi/organisasi dan perorangan. Penghargaan tersebut antara lain, Nastiti Adiguna Satwa Nugraha untuk budidaya dan inovasi produk, Praja Widya Satwa Nugraha untuk kelembagaan dan pengembangan SDM, Widya Karta Satwa Nugraha untuk pengembangan SDM, kemudian Cipta Piranti Satwa Nugraha untuk rekayasa input, Cipta Piranti Adi Satwa Nugraha untuk rekayasa input berdaya saing, dan Adi Karsa Nugraha untuk kategori individu atau perorangan. Penghargaan-penghargaan tersebut akan diberikan pada acara Opening Ceremony Indo Livestock 2016 (27 Juli 2016).

Jika ingin mengetahui dan menambah wawasan seputar ilmu peternakan secara langsung, segara hadiri pameran Indo Livestock Expo & Forum 2016, pada 27-29 Juli 2016, di Jakarta Convention Center, Senayan. Dan sebagai informasi, pengunjung yang hadir tidak dipungut biaya alias gratis. (rbs)

Indo Livestock 2016, Etalasenya Industri Peternakan Indonesia

PLH Dirjen PKH (no 6 dari kiri) bersama ketua asosiasi dan pimpinan Napindo
Menggabungkan Indo Livestock 2016, Indo Feed 2016, Indo Dairy 2016, dan Indo Fisheries 2016, pameran peternakan terbesar di Indonesia diikuti oleh lebih dari 500 exhibitor dari 40 negara dengan lebih dari 15.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian kembali bekerjasama dengan PT Napindo Media Ashatama untuk menggelar Indo Livestock Expo & Forum di tahun ini. Ajang berkumpulnya industri peternakan nasional dan internasional ini akan dilaksanakan di Jakarta Convention Center Jakarta pada 27-29 Juli 2016 mendatang.
Project Manager PT Napindo Media Ashatama, Devi Ardiatne menuturkan sedikitnya lebih dari 15.000 pengunjung diharapkan menghadiri Expo, Seminar, dan Presentasi Teknis. Forum yang menggabungkan Indo Livestock 2016, Indo Feed 2016, Indo Dairy 2016, dan Indo Fisheries 2016 ini diharapkan dapat diikuti oleh lebih dari 500 peserta pameran dari 40 negara dan 10 pavilion negara.
“Indo Livestock sudah terbukti sebagai etalasenya industri peternakan Indonesia. Ajang ini menjadi tempat bertemunya perusahaan peternakan dengan pelanggan dan calon pelanggannya. Informasi terkini mengenai kemajuan teknologi industri peternakan dapat diperoleh di pameran ini langsung dari ahlinya dari dalam dan luar negeri,” terang Devi.


Pameran peternakan terbesar ini selalu jadi magnet
bagi pelaku industri peternakan dalam dan luar negeri.
10 Paviliun Negara 
Pameran yang diselenggarakan untuk yang ke-11 kalinya ini akan menghadirkan 10 paviliun negara. Diantaranya adalah paviliun Indonesia, Amerika Serikat, Belanda, Britania Raya, Eropa, Korea Selatan, Taiwan,Thailand, Tiongkok, serta Turki.
Devi Ardiatne selaku Project Manager PT Napindo Media Ashatama mengatakan masing-masing paviliun jumlah perusahaannya berbeda-beda. Seperti paviliun negara dari Korea Selatan menghadirkan 9 perusahaan, Belanda 6 perusahaan, Taiwan 2 pavilion masing-masing untuk sektor Livestock dan Fisheries dengan jumlah keseluruhan 13 perusahaan, Britania Raya 4 perusahaan, sementara dari Tiongkok membawa lebih banyak lagi, yaitu 40 perusahaan, selebihnya adalah independent stand.
Persiapan saat ini sudah mencapai lebih dari 80 persen. Kesiapan tersebut meliputi tempat acara, penjualan, kontraktor pendukung, pembukaan pameran, seminar dan presentasi produk dari masing-masing peserta. Hingga saat ini kami masih menerima perkembangan terbaru.
"Penyelenggaraan Indo Livestock tahun 2016 ini kami menggunakan 3 Hall, yaitu Hall A, Hall B dan Hall Cendrawasih (C). Hall A lebih banyak untuk sektor peralatan, Hall B merupakan sektor campuran; peralatan, feedmill, dairy, animal health, perikanan dan paviliun negara sedangkan Hall C dialokasikan untuk perusahaan animal health," Kata Devi.

Indo Livestock Award 
Tidak lupa, Napindo bekerjasama dengan YAPPI (Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia) juga memberikan award (penghargaan) kepada insan-insan peternakan. Penghargaan ini memiliki berbagai kategori diantaranya kategori budidaya dan inovasi produk (Nastiti Adiguna Satwa Nugraha); kategori kelembagaan dan pengembangan sumber daya manusia (Praja Widya Satwa Nugraha); kategori rekayasa input (Cipta Piranti Satwa Nugraha); serta kategori individu dalam pengembangan peternakan (Adi Karsa Satwa Nugraha). Award-award tersebut akan diserahkan pada saat pembukaan Indo Livestock 2016.

Banyak seminar teknis dari perusahaan untuk mengupdate
ilmu pengetahuan paling mutakhir.  
Kampanye SDTI
Seperti tahun sebelumnya, setiap menjelang Indo Livestock, Napindo menyelenggarakan kegiatan Gerakan Konsumsi Protein Hewani Susu, Daging, Telur, dan Ikan (SDTI). Corporate Communication PT Napindo Media Ashatama, Endah Wibowo mengatakan, kampanye SDTI ini merupakan bentuk komitmen Napindo untuk turut serta mencerdaskan bangsa dengan meningkatkan kesadaran kepada masyarakat guna menjadikan kebiasaan minum susu setiap hari serta mengonsumsi daging, telur, dan ikan sebagai protein hewani.
Kampanye SDTI sudah dimulai sejak 2008. Program-programnya berbeda setiap tahun. Di 2016 ini Napindo melaksanakan kampanye bekerjasama dengan beberapa kecamatan se-Jabodetabek menggandeng ibu-ibu PKK (Pembina Kesejahteraan Keluarga). Dokter ahli gizi turut disertakan dalam mensosialisasikan pentingnya protein hewani bagi kecerdasan bangsa.
"Kami melihat antusiasme yang besar dari peserta kampanye SDTI ini. Hal ini membuat kami yakin untuk terus menyelenggarakannya setiap tahun. Masih banyak masyarakat yang belum mengerti pentingnya mengonsumsi protein. Semoga dari hal kecil yang kami lakukan akan berdampak besar di kemudian hari,” pungkas Endah. (adv)

AYO IKUTI SEMINAR INFOVET DI INDOLIVESTOCK 2016, GRATIS!!!....


Pameran peternakan internasional Indolivestok Expo & Forum akan berlangsung 27-29 Juli 2016 di Jakarta Convention Center (JCC). Pameran ini diikuti oleh lebih 40 negara dan dikunjungi oleh ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia dan dari luar negeri.

Majalah Infovet akan ikut memeriahkan pameran ini dengan membuka stand pameran di blok CA 10 dan juga menyelenggarakan Seminar Leadership yang sangat perlu Anda ikuti.

Gratis untuk 30 pendaftar pertama
AYO DAFTAR SEGERA!!!
"Modern Leadership With Emergenetics Model"
Rabu, 27 Juli 2016 (Pukul 13.00 – 16.00 WIB)
Ruang Theather 6, Jakarta Convention Center (JCC), Area Indolivestock Expo & Forum

Menghadirkan pembicara:
Ir. Agus E. Purwanto, MM.
Certified Associate – Emergenetics International (www.emergenetics.com)– Asia, NLP, practicioners bersertifikat, profesional di bidang penjualan

Seminar bertujuan untuk:
 Meningkatkan produktivitas Anda sebagai pimpinan, mencegah misunderstanding, dan konflik di kantor, mengelola hubungan yang menyenangkan dan efektif dengan orang di lingkungan pekerjaan.

*Pendaftaran Rp 100.000/orang
*Gratis untuk 30 pendaftar pertama

Pendaftaran: Mariyam 08777 829 6375 (Telp/WA)
Email: gallus.marketingeo@gmail.com

PT Gallus Indonesia Utama
Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)
Grand Pasar Minggu, Jl Raya Rawa Bambu 88A
Pasar Minggu-Jakarta Selatan
www.gita-asohi.com,www.majalahinfovet.com,www.jurnalpeternakan.com
www.infoakuakultur.com. Email:gallusindonesiautama@gmail.com, asohipusat@gmail.com, Telp: 021.782 9689

PM Selandia Baru Kunjungi Fonterra Brands Indonesia

Fonterra Brands Indonesia (FBI) mendapat kunjungan dari Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, John Key, guna merayakan kerjasama di bidang pertanian dan peternakan yang selama ini sudah terjalin bersama Indonesia.
Mendag Selandia Baru, Todd McClay, dan PM Selandia Baru, John Key,
saat didampingi Presdir FBI, Achyut Kasireddy, dalam kunjungannya ke Cikarang, Jawa Barat.
Dalam kunjungannya itu, John disambut hangat oleh Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia, Achyut Kasireddy. Pada acara singkat itu, Achyut menyampaikan kepada para hadirin bahwa Selandia Baru dan Indonesia telah menjalin kerjasama yang harmonis.
“Selandia Baru dan Indonesia telah menjalin hubungan kerja sama yang baik selama 65 tahun, dan sebagai perusahaan terbesar asal Selandia Baru, Fonterra telah berkontribusi selama lebih dari 30 tahun di Indonesia,” ujar Achyut dalam acara kunjungan PM Selandia Baru ke Pabrik Fonterra di Cikarang, Jawa Barat, Selasa (19/7).
Lebih lanjut ia mengatakan, Indonesia merupakan pasar prioritas bagi Fonterra dengan potensi pertumbuhan yang besar. “Indonesia merupakan pasar utama Fonterra. Investasi kami memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan susu berkualitas tinggi lebih banyak lagi sebagai upaya kami dalam memenuhi permintaan susu masyarakat Indonesia yang semakin meningkat,” katanya.
Fonterra, lanjut dia, juga memiliki program yang membantu para peternak susu lokal dalam memperbaiki peternakannya baik dari segi produksi maupun kualitas susunya. “Sebagai perusahaan susu berbasis koperasi yang dimiliki oleh para peternak di Selandia Baru, kami juga selalu mencari cara untuk mengembangkan industri susu Indonesia dengan bekerjasama dengan komunitas peternak sapi perah lokal untuk membantu meningkatkan keahlian mereka melalui program Fonterra Dairy Scholarship, yang saat ini telah memasuki tahun keempat,” ucapnya.
Hal itu bertujuan untuk meningkatkan produksi susu di Indonesia. Menurut data Kementerian Pertanian, konsumsi tahunan untuk produk susu naik menjadi 313 ons per kapita pada 2014 dari yang sebelumnya 209 ons pada 2013. Sejak beroperasinya Fonterra September lalu dengan modal sebesar US $ 25.980.000 (Rp 340 miliar) merupakan invetasi terbesar di Asia Tenggara dalam satu dekade terakhir. Sampai saat ini sudah sekitar 60% produksi atau sekitar 16.000 ton susu bubuk per tahun dan 87.000 paket produk susu per hari yang di pasarkan di Indonesia.
John menyambut positif kontribusi yang dilakukan Fonterra dalam meningkatkan konsumsi susu khususnya di Indonesia. Ia menyebut perusahaan ini bisa menjadi yang terdepan dalam permintaan produksi susu di Asia. “Ini adalah pasar dimana mau tidak mau tidak hanya meningkatkan permintaan tetapi juga keamanan dan kualitas produksinya. Disitulah Fonterra cocok,” kata John di acara kunjungan tersebut.
Ia menambahkan, Fonterra merupakan contoh bentuk kerjasama yang menguntungkan dalam industri persusuan. “Ini adalah bukti Pemerintah Selandia Baru untuk membuka jalan bagi perusahaan lain untuk mengembangkan jangkauannya di dunia,” tambahnya.
Serupa dengan PM John Key, Menteri Perdagangan (Mendag) Selandia Baru, Todd McClay, yang ikut mendampingi menyebut, hal ini semakin memperkuat peluang investasi bagi perusahaan-perusahaan lain di Selandia Baru yang ingin berinvestasi di Indonesia.
“Indonesia merupakan pasar dengan potensi yang besar. Komitmen jangka panjang Fonterra untuk Indonesia hendaknya mendorong perusahaan asal Selandia Baru lainnya untuk melihat kesempatan tersebut,” sebut McClay.
Dalam kesempatan itu, PM John Key bersama para delegasinya termasuk Mendag Todd McClay, yang didampingi oleh Achyut Kasireddy, dan Chief Operating Officer of Farm Source Fonterra, Miles Hurrell, serta Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam, Gellwyn Daniel Hamzah Yusuf, bersama-sama mengunjungi Pabrik Fonterra di Cikarang, sekaligus mengunjungi beberapa stand kelompok sapi perah lokal yang menjalin program kerjasama dengan Selandia Baru, seperti Indonesian Dairy Excellence Activity (IDEA) dan Fonttera Dairy Scholarsip. (rbs)

Soal Kartel Ayam, Pengusaha Bisa Gugat Pemerintah

Kasus dugaan kartel ayam yang dilakukan oleh 12 perusahaan pembibitan terus bergulir di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Dalam sidang yang berlangsung pada Kamis (21/7/2016), saksi ahli mengungkapkan bahwa KPPU tidak sepatutnya menghukum 12 perusahaan pembibitan ayam karena menjalankan kebijakan pemerintah.
Pakar hukum tata negara Zainal Arifin Mochtar mengatakan, Surat Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian kepada 12 perusahaan pembibitan ayam untuk melakukan apkir dini indukan ayam (parent stock) merupakan produk hukum yang sah.
Jika kebijakan tersebut dianggap melanggar peraturan perundangan atau tidak tepat, harus diuji melalui proses hukum, yaitu melalui Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
“Kalau KPPU menyatakan 12 perusahaan terlapor ini melakukan kartel, maka para terlapor juga bisa menggugat pemerintah ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) karena mereka hanya menjalankan kebijakan pemerintah," ujar Zainal seperti dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (21/7/2016).
Zainal mengatakan, produk pangan, termasuk ayam, merupakan hajat hidup orang banyak. Karena itu, sesuai Pasal 33 ayat 2 UUD 1945, apabila terdapat permasalahan di bidang pangan sudah seharusnya negara atau pemerintah ikut campur atau hadir menyelesaikannya.
Dirjen PKH yang mengeluarkan surat instruksi kepada perusahaan pembibitan untuk melakukan apkir dini induk ayam adalah bentuk kebijakan yang diambil pemerintah dalam rangka ikut campur menyelesaikan masalah.
Kebijakan pemerintah ini harus diambil oleh orang yang berwenang serta harus berdasarkan hukum dan dalam bentuk produk hukum. Dalam hal ini, surat Dirjen PKH yang menginstruksikan apkir dini sudah bisa dikategorikan sebagai sebuah produk hukum.
“Produk hukum ada tiga, peraturan (regeling), ketetapan (beschikking) dan vonis (putusan konkret). Kalau saya lihat surat Dirjen PKH tersebut, saya yakin itu beschikking. Dalam surat itu ada kata-kata menimbang, memutuskan dan bahkan juga ada poin sanksi," lanjut dia.
Menurut Zainal, walaupun ada kata kesepakatan dalam surat tersebut, haruslah dilihat dalam konteks aspirasi dan partisipasi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Bagaimanapun, pemerintah tetap menjadi penentu keputusan akhir. Dalam hal ini, sebelum mengeluarkan surat, pemerintah menampung aspirasi dan partisipasi masyarakat dalam rangka asas umum pemerintahan yang baik.
Sebelumnya pada 22 Februari 2016, KPPU memutuskan untuk memperkarakan dugaan kartel ayam. Sebanyak 12 perusahaan akan menjalani sidang yang bakal dilaksanakan pada awal Maret 2016 dan diperkirakan bakal memakan waktu sekitar 6 bulan.
Ketua KPPU Syarkawi Rauf mengatakan, 12 perusahaan tersebut diduga melakukan kartel. Lantaran, 12 perusahaan dicurigai mengatur pasokan ayam sehingga membuat harga ayam tinggi.
"KPPU sudah tetapkan 12 perusahaan ayam diduga melakukan kartel. Kartelnya terkait afkir dini parent stock yang dilakukan oleh 12 perusahaan itu untuk mengatur pasokan DOC. Waktu itu harga semakin tinggi. Kesepakatan untuk afkir dini kan sebenarnya sudah kartel di dalam UU persaingan," kata.
Kondisi saat itu, ‎harga ayam sangat jatuh. Dia mengatakan, harga ayam sekitar Rp 8.500 per kg di peternakan mandiri. Sementara, biaya pokok penjualan (BPP) yang mesti dikeluarkan untuk setiap kg mencapai Rp 18 ribu per kg. Ini berarti, peternak mesti menanggung rugi sekitar Rp 9.500 per kg. Maka dari itu, dia mengatakan pemerintah harus mengatur harga penjualan ayam.

Atas Instruksi Pemerintah
Pada sidang sebelumnya, Selasa (14/6), Rachmat Pambudy yang Anggota Dewan Pembina Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia mengatakan bahwa afkir dini induk ayam (parent stock/PS) yang dilakukan 12 perusahaan pembibitan ayam memang atas instruksi pemerintah, dalam hal ini Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementerian Pertanian.
Instruksi tersebut didasarkan atas kondisi peternak yang terus rugi karena harga ayam hidup yang berada di bawah harga pokok produksi (HPP) akibat berlebihnya pasokan (oversupply).
“Jadi pada saat itu kondisi peternak memang sudah sangat mengkhawatirkan, karena rugi yang berkepanjangan. Tidak heran mereka menuntut pemerintah lebih aktif melakukan tindakan penyelamatan, termasuk menuntut apkir dini PS,” ujar Rachmat seusai memberikan kesaksian.
Rachmat dihadirkan sebagai saksi oleh para perusahaan pembibit karena dinilai mengetahui persis bagaimana keluhan dan desakan peternak agar pemerintah melakukan penataan keseimbangan pasokan bibit ayam (day old chick/DOC) di pasar.
Menurut dia, pemerintah pernah bertekad untuk meningkatkan konsumsi ayam menjadi dua kali lipat dalam kurun 5 tahun dari 2012 sampai dengan 2017. Ternyata, kenaikan konsumsi tidak terjadi seperti yang diperkirakan sehingga pasokan DOC malah membanjiri pasar nasional.
“Akibatnya, produksi budidaya broiler melonjak dan terjadi kelebihan pasokan yang menyebabkan harga ayam hidup jatuh di bawah biaya pokok produksi. Hal ini berlangsung sekitar dua tahun. Menurut keterangan salah satu peternak, kerugian kumulatif peternak diperkirakan sekitar Rp 7 triliun,” tutur Rachmat.
Rachmat menambahkan, setelah Dirjen PKH Muladno dilantik pada Juni 2015, pemerintah langsung mengambil tindakan konkret. Terutama untuk menanggapi dan menindaklanjuti masalah kelebihan pasokan karena produksi DOC yang berlebih.
“Sebagai akademisi dengan keahlian breeding dan genetika, Pak Muladno (Dirjen PKH) dengan cermat dan penuh kehati-hatian mengkaji masalah itu sebelum mengambil keputusan," jelasnya.
Dalam hal ini, lanjut Rahmat, afkir dini induk ayam dinilainya sebagai langkah tepat yang perlu diambil untuk mengatasi masalah, terutama soal kerugian yang diderita peternak.
Rachmat mengungkapkan, afkir dini PS pada dasarnya bukan isu baru. Alternatif solusi ini sudah lama menjadi bahan diskusi antara Dirjen PKH dan para pemangku kepentingan di sektor perunggasan.
Rachmat menegaskan, bahwa tindakan Ditjen PKH melakukan afkir dini adalah kebijakan tepat untuk melindungi, menyelamatkan dan memastikan kelangsungan budidaya peternak ayam nasional. Peternakan ayam nasional adalah sektor sangat penting dan strategis karena menghasilkan protein hewani bergizi tinggi (daging dan telur) yang terjangkau sebagian besar masyarakatnya. (wan)

Impor Sapi Siap Potong Dibuka, Feedloter Sambut Baik

Pemerintah bakal membenahi seluruh kebijakan impor sapi untuk merelaksasi masuknya sapi siap potong, daging potongan sekunder, dan jeroan. Sejak pertengahan 2015, impor sapi potong disetop.
Selain itu, Kementerian Pertanian menutup impor jeroan dan secondary cut sejak tahun lalu. Impor kedua jenis daging tersebut hanya diperbolehkan pada saat kondisi darurat dan hanya dilakukan oleh BUMN.
Impor sapi siap potong diharapkan mampu menekan harga sapi di dalam negeri, terutama sapi bakalan, sapi impor yang harus digemukkan terlebih dahulu di dalam negeri paling cepat 3 bulan, yang tetap dibanderol tinggi di pasar Tanah Air.
Saat ini, Kementerian Pertanian sedang merevisi Peraturan Menteri Pertanian No. 58/ Permentan/PK.210/11/2015 tentang Pemasukan Karkas, Daging, dan/atau Olahannya ke Dalam Wilayah Negara RI. Peraturan itu merupakan revisi dari Permentan No 139/ Permentan/PD.410/12/2014 yang menjadi dasar pelarangan importasi jeroan sejak Januari 2015.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan, pihaknya segera mengusulkan revisi UU Nomor 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, agar sapi siap potong diperbolehkan untuk diimpor. Sapi siap potong sendiri merupakan sapi yang sudah cukup usia untuk langsung dipotong setelah diimpor, sedangkan sapi bakalan perlu waktu 3-4 bulan sebelum siap untuk dipotong.
Amran menuturkan, keuntungan importasi sapi bakalan adalah harganya yang lebih murah dan dimaksudkan untuk menambah lapangan kerja di dalam negeri.
“Tetapi harganya malah lebih tinggi dari sapi siap potong dari Australia. Ide awalnya kan agar harga lebih rendah daripada mengimpor langsung, tetapi yang terjadi saat ini terbalik. Makanya kami usulkan untuk direvisi,” katanya, saat ditemui Infovet di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (14/7).
Selain itu, menurutnya, relaksasi nantinya impor daging secondary cut yang selama ini ditutup bagi swasta akan dibuka lagi. “Regulasi Kementan hari ini paling lambat besok ka mi cabut, untuk secondary cut bisa masuk ke pasar nanti,” ujarnya.
Ketentuan yang melarang daging sapi impor masuk ke pasar tradisional juga akan dicabut. Pemerintah akan memperbolehkan daging sapi impor boleh masuk ke pasar tradisional. Daging-daging tersebut rencananya akan digelontorkan di area Jabodetabek. Selain karena kebutuhan terhadap daging sapi tinggi, alasan lain terkait harga yang sulit dikendalikan.
 “Kami melindungi peternak kecil, karena impor sapi potong ini hanya diperuntukkan 90% untuk pasar Jabodetabek. Kami mengisi Jabodetabek dulu. Lumbung-lumbung sapi lokal itu kami tidak isi,” jelasnya.

Pasar Terus Diguyur
Di tempat yang sama, Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, sejauh ini pengendalian harga komoditas pangan utama setelah Idulfitri masih belum sesuai harapan. Guyuran daging impor, lanjut Lembong, diperlukan tidak hanya untuk memasok kebutuhan selama Idulfitri dan mengendalikan har ga, tetapi juga untuk mengontrol laju inflasi 2016 di bawah 4%.
“Jadi kita menambah importasi untuk pasok di segala golongan, dari premium sampai secondary cut, sampai jeroan, jadi tentunya harus imbang antargolongan kan,” ujarnya.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana menilai, harga jual importasi daging sapi siap potong dengan sapi bakalan tidak akan banyak berbeda apabila kurs dolar AS masih tinggi, sehingga diyakini tidak signifikan dalam menekan harga.
Menurutnya, harga daging nasional sangat ditentukan oleh ni lai tukar dolar AS, mengingat pe menuhan kebutuhan daging im por hampir mencapai 50% dari total kebutuhan di dalam negeri.
Plt. Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih belum mengetahui persis kapan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang baru akan diterbitkan. Menurutnya, perubahan aturan adalah hal yang biasa karena regulasi memiliki sifat yang dinamis. Kemendag hanya mengatur dari sisi keselamatan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup.
Kemendag tetap optimistis langkah tersebut dapat menekan harga daging di pasar, tapi belum bisa memperkirakan berapa besar pengaruhnya. Hal ini berkaca dari pengalaman impor daging sebelum Lebaran, yang diklaim mampu menahan harga dari kenaikan lebih besar.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menuturkan pemerintah perlu melakukan kajian ulang dan meningkatkan pemberdayaan produk dalam negeri. Abdullah berpendapat jika para pihak yang terlibat dalam produksi, distribusi, dan penjualan daging tidak mengambil untung berlebihan maka harga tidak akan terus naik. Berdasarkan analisis Ikappi, biasanya harga daging mulai turun pada H+7 Lebaran karena konsumsi masyarakat sudah berkurang.

Tanggapan Feedloter
Menangapi hal tersebut Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano, mengungkapkan pihaknya menyambut baik rencana pencabutan larangan impor sapi siap potong oleh pemerintah tersebut.
"Secara tidak langsung artinya pemerintah menyadari kalau daging segar tak bisa tergantikan oleh daging sapi beku. Pemerintah mengakui kalau selama ini kebijakan daging bekunya tak bisa menurunkan daging segar," kata Joni saat dikonfirmasi Infovet, Senin (18/7/2016).
Secara bisnis, lanjut dia, feedloter merasa tak ada pesaing baru dalam tata niaga daging sapi segar. Revisi UU tersebut juga membuka peluang feedloter untuk ikut mengimpor sapi siap potong. “Itu hanya soal pilihan ada daging segar dari siap potong. Toh kita kalau mau juga bisa mengimpor sapi siap potong,” katanya.
Kendati begitu, dari segi perhitungan, proses penggemukan sapi bakalan oleh feedloter tetap jadi pilihan, lantaran masih dianggap lebih menguntungkan. “Hitung-hitung bisnis secara harga lebih murah sapi siap potong. Tapi itu tak mempertimbangkan output dagingnya, saya kira feedloter masih lebih efisien dalam hal ini, silakan saja kalau pemerintah mau menyediakan opsi daging segar lain,” jelasnya.
Lebih lanjut dijelaskan Joni, bahwa penggemukan sapi di Indonesia justru diakui paling efisien di dunia. “Kita oleh dunia malah diakui sebagai salah satu negara dengan proses penggemukan paling efisien di dunia, banyak yang mengakui dari luar. Kenapa Australia tidak bersaing dalam penggemukan, karena di sana tidak efisien untuk itu,” terang dia.
Diakuinya kenapa feedlot di Indonesia efisien, sebab bahan pakan untuk proses penggemukkan melimpah dan murah “Kenapa saya sebut murah? Di Indonesia sumber pakannya banyak sekali, semua ada. Mulai dari hijauan, bungkil sawit, jerami padi itu sangat baik buat penggemukan. Artinya dari limbah itu, sapi yang beratnya 300 kg, bisa jadi 420 kg hanya dalam tiga bulan saja. Itu keunggulan kita,” pungkasnya. (wan/rbs)

AYO IKUTI TRAINING JURNALISTIK BERSAMA FORMAT DI INDOLIVESTOCK 2016


Halal Bihalal Peternak Layer Jabodetabek

Bertempat di Restaurant Pondok Kemangi BSD, sebanyak 32 orang dari kalangan peternak layer dan technical services (TS) perusahaan obat hewan dan pakan berkumpul menggelar halal bihalal. Acara ini ditujukan untuk memupuk jalinan silaturahmi dan sebagai momen untuk saling bermaaf-maafan pasca hari raya umat muslim Idul Fitri 1437 H.
Acara yang berlangsung Jumat, 15 Juli 2016 ini diawali dengan makan malam dengan sajian khas masakan tradisional selera nusantara. Kemudian disambung dengan acara foto bersama, perkenalan dan ramah tamah. Pada kesempatan ini juga dilakukan pengundian doorprize memperebutkan hadiah hiburan.
Suasana penuh kekeluargaan dan keakraban terpancar antara peternak dan segenap TS yang hadir. Seakan tak ada jarak diantara mereka acara berlangsung semarak. Bahkan seusai acara beberapa TS memanfaatkan momen untuk bisa berdiskusi dengan beberapa peternak secara lebih intens terkait bisnis. Sukses buat semua! (wan) 

Baru 13 Bulan Menjabat, Muladno Diberhentikan Sebagai Dirjen PKH


"Tidak simpang siur Pak. Sudah lurus Pak. Saya diberhentikan," demikian jawaban tegas Muladno via whatsapp, menjawab pertanyaan Infovet mengenai kesimpangsiuran informasi pemberhentian dirinya sebagai Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kamis (14 Juli 2016).

Informasi perihal pemberhentian Dirjen PKH pada Kamis kemarin demikian ramai di sosial media kalangan peternakan dan kesehatan hewan. Pasalnya Muladno menjabat sebagai Dirjen baru 13 bulan. Ia dilantik Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada 1 Juni 2015.

Sebagai pakar yang juga aktivis di berbagai organisasi, Muladno sejak menjabat langsung bisa menyatu dengan stakeholder peternakan dan kesehatan hewan. Di kalangan internal Ditjen PKH sendiri Muladno sosok yang sudah lama dikenal kiprahnya baik sebagai pakar, narasumber maupun pengurus beberapa organisasi peternakan. Konsep dan gagasan tentang peternakan langsung diungkap ke publik dan mendapat respon positif.  Konsep yang paling menonjol adalah SPR (Sentra Peternakan Rakyat) yang sudah dijalankannya semenjak dirinya masih bertugas di kampus IPB sebagai dosen.  Konsep ini dikembangkan menjadi sebuah program pemerintah, dan telah disosialisasikan ke berbagai daerah dan berbagai asosiasi. Program SPR telah mulai berjalan dengan angaran APBN.

Kepada asosiasi bidang peternakan dan kesehatan hewan, Muladno mengharapkan agar dapat menjalankan aktivitasnya secara profesional. Ia menyelenggarakan dialog revitalisasi asosiasi peternakan saat pameran Indolivestock Expo di Surabaya, Juli 2015. Di forum itulah disepakati bahwa asosiasi yang diakui Ditjen PKH adalah yang berbadan hukum di Kemenhukham.
Pembenahan ini merupakan langkah strategis karena menurut Muladno ada lebih dari 70 asosiasi dan sebagian hanya ada pengurus tanpa anggota, sehingga suaranya belum tentu mewakili pihak yang diakui sebagai anggotanya.

Langkah lainnya antara lain persetujuan adanya afkir dini Parent Stock ayam untuk membantu peternak unggas agar harga tidak terus-menerus di bawah BEP. KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha) sempat mempermasalahkan adanya kesepakatan afkir dini oleh para breeding farm karena dianggap kartel, namun Muladno secara tegas menyatakan bahwa kesepatakan itu disetujui Dirjen demi menyelematkan peternak dari kerugian yang berkepanjangan.

Banyak pihak mengakui dialog dengan stakeholder berlangsung peternakan berlangsung produktif karena Muladno mau mendengar dan sudah cukup lama mendalami persoalan lapangan. "Meski baru setahun menjabat, sudah terlihat banyak langkah pembenahan yang positif," kata seorang pengamat, yang sangat menyayangkan adanya pergantian tersebut.

Perihal pemberhentian dirinya, Muladno menyatakan belum tahu penyebabnya. Sejumlah menduga pemberhentian ini karena selama ini Muladno kerap berbeda pandangan dengan Menteri Pertanian.
Ketidak harmonisan Menteri dengan Dirjen PKH tampak makin nyata tatkala sebuah acara peresmian bibit ternak kambing di Jateng, dimana Mentan hadir tanpa didampingi Muladno, beberapa waktu lalu.
Beberapa sumber lain menyatakan karena kegagalan Dirjen menurunkan harga daging sapi menjadi Rp. 80.000/kg.

Dengan pemberhentian ini, Muladno menjabat sebagai Dirjen PKH hanya 13 bulan. Sejak era reformasi, pergantian Dirjen dalam waktu singkat sudah beberapa kali terjadi. Wasito, guru besar UGM sempat menjabat Dirjen hanya dalam waktu 9 bulan. Sementara Prabowo Respatio menjabat 1 tahun.

"Tragedi pejabat gonta-ganti, tak akan ada solusi yang berarti," kata Heri Setiawan, pemerhati perunggasan nasional menanggapi pergantian ini.

Ditanya tentang langkah selanjutnya setelah tidak menjabat Dirjen, Muladno menyatakan akan kembali ke kampus. Hingga artikel ini disusun belum ada informasi siapa yang akan menggantikan Muladno sebagai Dirjen PKH. Untuk sementara pelaksana tugas (Plt) Dirjen PKH adalah Sekjen Kementan Hari Priyono. ***

Alltech Indonesia Gelar Bukber dan Media Gathering

Sebanyak belasan tamu undangan yang terdiri dari wartawan dan insan media bidang peternakan dan pertanian memenuhi undangan Buka Puasa Bersama yang diselenggarakan oleh Alltech Indonesia. Acara yang berlangsung di Din Tai Fung Restoran, Lotte Shopping Avenue Kuningan Jakarta ini sekaligus juga menjadi event media gathering yang dibuka oleh General Manager Alltech Ir Hery Santoso MP.
Foto bersama Tima Alltech Indonesia dengan insan media bidang pertanian,
peternakan/perunggasan dan perikanan.
Acara pada Selasa, 28 Juni 2016 ini menjadi spesial karena momen pertama kalinya insan media bertatap muka dan berkenalan secara langsung dengan Marketing Coordinator Alltech Indonesia yang baru yaitu Vinda Amelia Sari. Secara singkat Vinda yang alumnus London School of Public Relations dan telah malang melintang di industri pertanian ini menyampaikan perkenalannya dan corporate profile tentang Alltech secara global. Ia mengungkapkan sebagai perusahaan global, Alltech tak lepas dari nilai-nilai edukasi, inovasi, aplikasi dan keterlibatan (involvement).
“Di Alltech, misi kami adalah untuk meningkatkan kesehatan dan performa masyarakat, ternak dan tumbuhan melalui nutrisi dan inovasi sains. Kami berkomitmen membawa nilai lebih melalu rantai pangan, melalui peningkatan nilai dan kualitas bahan baku pakan. Selain itu menyediakan program nutrisi ternak untuk mencapai performa sesuai potensi genetiknya dan mendukung peternak dalam menghasilkan produk pangan yang lebih bernutrisi dan aman bagi konsumen,” terang Vinda.
Acara buka bersama ini berjalan dengan penuh keakraban antara Tim Alltech Indonesia dan insan media yang terdiri dari Majalah Infovet, Poultry Indonesia, Trobos, Trubus, Agrina, dan AgroTV. Acara bukber juga diisi dengan diskusi ringan seputar strategi marketing dan informasi yang dibutuhkan oleh pembaca dari masing-masing media. Secara khusus Vinda juga menyampaikan ketertarikannya pada industri perikanan budidaya perihal peluang dan tantangan sektor usaha yang terus tumbuh ini.
Selamat datang kepada Bu Vinda di industri peternakan dan perikanan ini, semoga kerjasama kita bisa terus meningkat di kemudian hari. (wan)


Audiensi ISPI dengan Mensesneg Pratikno

Kondisi peternakan tanah air yang dinilai sedang bergejolak, membuat Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) merasa prihatin dan tergerak untuk dapat memberikan masukan kepada Pemerintah. Atas kondisi tersebut, Kamis 23 Juni 2016, rombongan ISPI yang dipimpin oleh Ketua Umum ISPI Prof. Ali Agus mengadakan audiensi dengan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prof Pratikno di Kantornya.
Foto bersama para pelaku industri peternakan
dengan Mensesneg Prof Pratikno.
Dalam dialog tersebut, Ali Agus mengatakan bahwa salah satu program kerja PB ISPI antara lain adalah advokasi kebijakan bidang peternakan, sehingga pertemuan tersebut diharapkan dapat menjembatani para pelaku peternakan dengan Pemerintah. Pengurus ISPI Rochadi Tawaf mengatakan, kondisi tata niaga daging sapi saat ini dan keberadaan daging sapi impor membuat kerugian bagi semua pihak, terutama peternak sapi lokal. 
“Kebijakan pemerintah yang ingin menekan harga daging sapi hingga Rp 80.000/kg dan hanya bisa dilakukan dengan impor, maka yang paling diuntungkan ialah para free rider dan para importir daging sapi. Memang kita memahami betul bahwa salah satu tugas Pemerintah ialah menstabilkan ketersediaan supply-demand daging sapi, dan saat ini kebijakan impor daging merupakan jalan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan,” kata Rochadi.
Lebih lanjut Rochadi menjelaskan, daging yang dijual saat ini dengan harga Rp 80.000 per kg merupakan daging CL (chemical lean) yang seharusnya dibanderol harga Rp 60.000. Dengan kondisi seperti itu, yang diuntungkan sekali lagi justru para importir daging.
Joko Susilo yang juga Pengurus ISPI menambahkan, kondisi perunggasan berbanding terbalik dengan kondisi di sapi. Industri perunggasan mengalami over supply atau pasokan berlebih, sehingga menyebabkan kerugian bagi peternak yang berimbas terhadap jumlah peternak. “Saat ini jumlah peternak rakyat tinggal hanya 15% dibanding jumlah integrator,” kata Joko.
Oleh karenanya, kami para peternak ayam mengharapkan adanya segmentasi pasar yang belum pernah diatur. Harapannya, para integrator dapat diarahkan untuk melakukan ekspor, bukan malah sama-sama menjual produknya di pasar tradisional. “Kalau sama-sama menyasar pasar tradisional, peternak rakyat yang akan habis,”kata Joko.
Ketua Umum ISPI Prof Ali Agus menambahkan, dengan pertemuan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah untuk dapat menyediakan pangan kepada masyarakat yang terjangkau (murah) dan tentunya berkualitas. “Bukan hanya sekadar murah, namun juga harus berkualitas pula,” tegas Prof Ali Agus yang juga Dekan Fakultas Peternakan UGM. (wan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer