Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENJAGA SALURAN PERNAPASAN

Brooding sukses, pernapasan beres. (Istimewa)

Penyakit pada sistem pernapasan unggas bisa dibilang ngeri-ngeri sedap. Selain menunjukkan gejala klinis yang serupa dan kadang tidak spesifik, daya bunuhnya juga luar biasa. Jangan lupakan juga penyakit zoonotik seperti AI (Avian Influenza) yang juga menyerang sistem pernapasan.

Ayam modern memang banyak memiliki kelebihan, terutama dari segi performa produksi dan kecepatan pertumbuhan. Namun begitu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ayam modern cenderung lebih mudah stres yang berdampak pada turunnya performa, bahkan berujung kematian.

Bicara saluran pernapasan, sistem ini merupakan sistem terbuka yang berhubungan langsung dengan dunia luar layaknya saluran pencernaan. Jadi, sistem pernapasan juga merupakan pintu masuk bagi agen-agen penyakit dari luar tubuh ayam. 

Kenyamanan Ayam
Fokus dalam menanggulangi dan mencegah penyakit pada saluran pernapasan utamanya adalah menciptakan supply kualitas udara yang baik dan berkelanjutan. Oleh karenanya, beberapa titik kritis harus diperhatikan agar sistem ventilasi di kandang maksimal dan membuat ayam nyaman di dalamnya.

Hal pertama yang perlu diperhatikan yakni konstruksi kandang. Kandang yang apik dengan kualitas udara yang baik akan membuat penghuninya bernapas dengan nyaman. Di masa kini, bisa dibilang kandang closed house adalah sebuah keniscayaan, namun karena berbagai macam alasan, mayoritas peternak Indonesia masih mengadopsi “madzhab” kandang terbuka (open house) dengan tipe postal maupun panggung. 

Kedua tipe kandang terbuka tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun begitu konstruksi kandang harus disesuaikan dengan keadaan lokasi dan modal yang dimiliki. Prinsip pembuatan kandang adalah kuat/kokoh, murah dan dapat memberikan kenyamanan pada ayam. Kekuatan kandang harus diperhitungkan dalam pembuatan kandang karena berkenaan dengan keselamatan ayam dan pekerja kandang. Oleh karena itu, konstruksi kandang tidak boleh sembrono dan “setengah-setengah”.

Kandang harus kuat terhadap terpaan angin dan mampu menahan beban ayam. Untuk itu, perlu diperhatikan konstruksinya agar kokoh dan tidak mudah ambruk. Disamping kuat, pembangunan kadang diusahakan murah, tetapi bukan murahan. Artinya, membangun kandang hendaknya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat tanpa mengurangi kekuatan kandang.

Sales Representative PT Big Dutchman Indonesia, Arfiyan Sudarjat, mengatakan, memang perubahan iklim dan cuaca sekarang sangat ekstrem, apalagi di negara-negara tropis seperti Indonesia, keadaan ini akan menyebabkan ayam menjadi stres, karenanya closed house menjadi sebuah solusi dalam menjaga kualitas udara dalam kandang.

“Kenyataannya memang seperti itu, namun karena faktor biaya (utamanya) orang jadi enggan bikin closed house, padahal closed house adalah investasi yang menjanjikan dan dapat digunakan jangka panjang. Kalau murah atau mahalnya itu tergantung peternak mau yang sederhana atau yang kompleks,” kata Arfiyan.

Ia tidak menyalahkan mindset masyarakat dan peternak yang masih menganut sistem kandang terbuka, tetapi lebih menyarankan kepada mereka agar lebih ketat dalam manajemen pemeliharaan, utamanya biosekuriti, selain juga memperhatikan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah infovet edisi Juni 2019.

FAO AJAK WARTAWAN DALAMI DUNIA PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Para peserta FAO Media Fellowship pada sesi foto bersama (Foto : CR)

Kementerian Pertanian,  Badan Pangan PBB (FAO) dan Kantor Berita Antara kerjasama menyelenggarakan FAO ECTAD EPT2 Media Fellowship Program 2019. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner kepada wartawan.

Sebelumnya kegiatan serupa dilaksanakan pada tahun 2018. Dimana sebanyak 25 wartawan terpilih untuk mengikuti Media Workshop berupa pembekalan materi dalam meliput isu-isu yang berkaitan dengan ancaman pandemik penyakit, Resistensi Antimikroba (AMR), Penyakit Infeksi Baru (PIB) dan Zoonosis guna mendukung produksi peternakan. Program ini merupakan bagian dari Proyek FAO EPT2 yang didanai oleh USAID

Pada tahun ini, kegiatan diikuti oleh 18 orang wartawan dari berbagai media cetak, elektronik dan online. Serupa seperti tahun sebelumnya peserta juga diwajibkan untuk membuat reportase dengan tema ancaman pandemik penyakit, Resistensi Antimikroba (AMR), Penyakit Infeksi Baru (PIB) dan Zoonosis yang kemudian akan diseleksi dan mendapatkan hadiah dari FAO.

Setelah proses seleksi oleh tiga dewan juri, delapan jurnalis berhasil lolos seleksi, mereka adalah Aditya Widya Putri (Tirto.id), Mentari Dwi Gayatri (Antaranews), Ivany Atina Arbi (The Jakarta Post), Cholillurrahman (Majalah Infovet), Dian Wahyu Kusuma (Lampost.co), Ferlynda Putri Sofyandari (Jawa Post), Siska Dewi Arini (TV ONe), dan Imam Setiawan (Metro TV). Sementara skor tertinggi yakni 800 poin diraih oleh Imam Setiawan (Metro TV).

Andie Wibianto, National Communications and EPT2 Partners Engagement Officer FAO-ECTAD menuturkan, penilaian pemenang tersebut berdasarkan ketentuan terhadap tema, orisinalitas, dan jurnalisme. Para pemenang berhak mendapatkan hadiah senilai Rp3 juta dan mendapatkan mentoring fellowship untuk mendukung kegiatan liputan (CR)

PETERNAK JAWA TENGAH KOMPAK BAGI-BAGI AYAM GRATIS

Aksi bagi-bagi ayam gratis di Semarang (Foto: Istimewa)


Hari ini, Rabu (26/6/2019) secara serentak, para peternak mandiri yang tergabung di dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) wilayah Jawa Tengah dan Asosiasi Peternak Ayam Yogyakarta (Apayo) menggelar aksi bagi-bagi ayam gratis.

Lebih dari 8.000 ekor ayam hidup akan dibagikan di lima tempat di Solo secara serentak. Sementaara, 5.000 ekor ayam dibagikan gratis ke masyarakat di empat titik pembagian ayam gratis yaitu di Stadion Kridosono, Balaikota Yogyakarta, Alun-alun Utara dan di depan Taman Pintar.

Aksi ini dilakukan para peternak sebagai bentuk protes kepada pemerintah menyusul anjloknya harga ayam broiler di pasaran.

Ketua Apayo, Hari Wibowo dihubungi Infovet, Selasa (25/6/2019) mengungkapkan aksi para peternak ayam broiler ini merupakan bentuk protes karena murahnya harga beli ayam dari pedagang. Harga beli yang murah itu menyebabkan para peternak merugi.

"Ini bentuk protes kami atas murahnya harga ayam. Kami sebagai peternak merugi. Daripada dijual murah lebih baik dibagikan gratis ke masyarakat," ujar Hari.

Hari menguraikan sejak September 2018 terjadi ketimpangan harga ayam. Hari menyampaikan harga ayam dipasaran saat ini mencapai Rp29.000/Kg hingga Rp30.000/Kg. Sedangkan pedagang membeli dari peternak hanya seharga Rp7.000/Kg hingga Rp8.000 /Kg.

Sementara di Solo, kegiatan bagi-bagi ayam dilakukan bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Berdasarkan sumber yang Infovet peroleh dari PPN Solo, kegiatan akan digelar di halaman Kantor Kecamatan Banjarsari, Pendapa Kantor Kecamatan Jebres, halaman Kantor Kecamatan Laweyan, Pendapa Kantor Kecamatan Serengan dan di area bekas SD Negeri Baturono Pasar Kliwon.

Peternak di Kota Semarang juga memembagi-bagikan ayam di tujuh lokasi yang tersebar di Kota Semarang, mulai dari Kramas Jalan Mulawarman, Tembalang, hingga Pasar Pedurungan.

Disebutkan sebelumnya, harga ayam hidup saat ini di tingkat peternak hanya sekitar Rp8.000-Rp10.000/kg. Harga tersebut jauh di bawah harga pokok produksi (HPP) yang mencapai Rp18.500/ kg.

Para peternak mandiri menilai pemerintah gagal melindungi keberlangsungan usaha mereka. Jumlah produksi yang berlebih serta anjloknya harga ayam menjadikan peternak mengalami kerugian selama berbulan-bulan. Dampaknya beberapa peternak harus menutup usahanya, sedangkan sisanya bertahan meski harus menambah hutang atau bahkan menjual aset untuk menutup biaya produksi. (NDV)


PENYAKIT PERNAPASAN TERKINI DAN SOLUSI TERBAIKNYA

Vaksinasi menjadi program penting untuk melindungi ayam dari kerugian akibat serangan penyakit pernapasan. (Sumber: Istimewa)

Penyakit pernapasan telah menjadi momok menakutkan bagi peternak baik broiler dan layer. Selain merugikan dari sisi penurunan performance produksi, penyakit ini juga kerap ditunggangi oleh infeksi sekunder yang lain sehingga menjadi kompleks dan sulit dikendalikan. Pada ayam broiler modern, penyakit ini kerap muncul di awal umur 15 hari ke atas, ditandai dengan kondisi nyekrek dan penurunan ADG (Average Daily Gain), serta kenaikan mortalitas. Lantas mengapa bangsa ayam seringkali terkena penyakit pernapasan?

Berikut penulis paparkan dari segi anatomis ayam sebagai berikut:
• Sistem pernapasan ini merupakan saluran tertutup yang ujungnya di kantung hawa dan yang menyebar di seluruh rongga tubuh, sehingga memudahkan penyebaran bibit penyakitnya ke seluruh organ tubuh penting lainnya.

• Kantung hawa sangat minim pembuluh darah, sehingga antibiotik akan sulit untuk mencapainya jika terjadi infeksi sekunder dan pengobatan sangat mustahil untuk menghilangkan 100% mikrobanya.

• Pada broiler modern, proporsi sistem pernapasan ini dari periode ke periode semakin mengecil dibandingkan berat tubuhnya akibat perkembangan genetik yang sangat progresif, dengan kata lain sistem kekebalan di sistem pernapasan bagian atas makin kecil proposinya.

Untuk mengendalikan kasus pernapasan ini, langkah yang paling penting adalah menjaga integritas sistem pernapasannya dari gangguan berbagai faktor utama pemicunya. Hal ini dapat tercapai jika mampu menjaga sistem mukosiliaris dari saluran pernapasan tersebut. Sistem ini merupakan gabungan dari silia sel epitel pernapasan dan mukus, yang dihasilkan oleh sel mukus yang terdapat di sel epitel trakhea. Sistem mukosialiaris ini menjadi benteng pertahanan pertama untuk kekebalan yang bersifat mekanis dan tidak spesifik yang selanjutnya berfungsi mencegah masuknya mikroba sekunder seperti E. Coli yang sangat merugikan.

Ada beberapa faktor pencetus utama yang sering dijumpai dan menyebabkan integritas sistem kekebalan mukosiliaris terganggu, antara lain kadar amonia dan debu yang berlebih, infeksi kuman mycoplasma terutama Mycoplasma Gallisepticum, infeksi virus Infectious Bronchitis dan reaksi pasca vaksin pernapasan seperti ND dan IB live.

Beberapa tips praktis yang bisa dilakukan di lapangan untuk meminimalkan gangguan integritas sistem mukosiliaris ini antara lain:

1. Manajemen litter
Amonia mampu merontokan silia sistem pernapasan, sedangkan konsentrasi debu yang berlebihan akan sangat mengganggu sistem mukosiliaris dalam menghalau mikroba sekunder. Kualitas dan ketebalan litter, manajemen ventilasi, serta kualitas feses akan menentukan...

Drh Sumarno
Senior Manager AHS, PT Sierad Produce Tbk


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2019.

SEMINAR SOAL PERKANDANGAN AGAR MENGUNTUNGKAN

Foto bersama usai diskusi perkandangan yang dilaksanakan di Tasikmalaya, Jawa Barat. (Foto: Istimewa)

Atap merupakan infrastuktur yang sangat penting dalam pembuatan kandang. Pemilihan bahan atap kandang juga tak sembarangan, mengingat akan bepengaruh pada kondisi ternak unggas yang dipelihara, baik untuk boiler maupun layer.

Hal tersebut seperti dikupas pada acara diskusi seminar teknis bertajuk “Meningkatkan Produktivitas Peternakan Ayam dengan Atap yang Kuat dan menguntungkan” yang dilaksanakan di Graha Resto Plaza Asia, Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin, 24 Juni 2019.

Saat ini, jumlah kandang ayam di wilayah Priangan Timur seperti Tasikmalaya, Ciamis, Banjar dan Garut cukup banyak. “Hanya kandang- kandang tersebut sudah berumur sekitar 20-30 tahun dan umumnya menggunakan atap genteng dan rumbia. Untuk atap genteng kurang efisien karena harus menggunakan struktur tahanan yang kuat dan rawan bocor. Sedangkan rumbia, masa ketahanannya tidak lama dan mudah terbakar,” ujar Ajat Darajat,  tokoh perunggasan Priangan Timur, dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Senin (24/6/2019).

Pada kesempatan yang sama, salah satu praktisi perunggasan yang menjadi pembicara, Setya Winarno, menambahkan, model atap kandang yang digunakan peternak mandiri atau UMKM kebanyakan menggunakan bahan rumbia dan genteng. Karena itu harus ada alternatif penggunaan atap kandang yang lebih baik, seperti bahan fiber semen.

“Penggunaan atap rumbia memang sejuk, tapi sulit didapat dan tidak tahan lama. Sedangkan atap fiber semen kontruksinya mudah dan tahan lama. Pada intinya saat ini bahwa peternak UMKM terkait modernisasi perkandangan adalah sebuah keharusan,” kata Winarno.

Lebih jauh mengenai atap berbahan fiber semen disampaikan Chief of Marketing Officer PT Djabesmen, Pepy Alamsjah. Ia mengklaim, atap kandang sangat baik jika menggunakan fiber semen, sebab Indonesia merupakan negara tropis sehingga dibutuhkan konstruksi atap kandang yang kuat dan ekonomis.

“Atap fiber semen adalah bahan paling ekonomis untuk atap agar dapat bertahan selama 40-50 tahun. Atap produksi kami berdasarkan pengalaman peternak sangat cocok untuk kandang dan hasil produksi ternak tetap baik,” kata Pepy.

Pada diskusi tersebut juga dihadirkan pembicara lain yang merupakan Ahli Kesehatan Unggas dari TRI Group, Eko Prasetio, yang menyampaikan materi mengenai “Tingkatkan Performa Kandang Ayam Demi Meningkatkan Performa Ayam”. Diskusi pun berjalan cukup ramai dengan dihadiri sekitar 100 orang peternak yang terdiri dari peternak broiler, technical service obat hewan, peternak ayam pejantan dan layer di sekitar wilayah Priangan Timur. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer