Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Saluran Pencernaan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DONGKRAK PERFORMA MELALUI KINERJA SALURAN CERNA

Masalah pada pakan (cangkang sawit) dan saluran pencernaan yang bermasalah. (Foto: Istimewa)

Kesehatan usus sangat penting untuk pencernaan dan penyerapan nutrisi, karenanya merupakan faktor kunci dalam menentukan performa unggas. Masalah kesehatan usus sangat umum terjadi pada unggas dengan performa tinggi akibat tingginya asupan pakan, yang memberikan tekanan pada fisiologi sistem pencernaan.

Kelebihan nutrisi yang tidak tercerna dan terserap di usus halus dapat memicu disbiosis, yaitu perubahan komposisi mikrobiota di saluran usus. Disbiosis serta penyebab stres lainnya menimbulkan respons inflamasi dan hilangnya integritas antara sel-sel epitel, yang menyebabkan kebocoran usus (Richard et al., 2023 ).

Perkembangan Mikroba Usus
Sel epitel usus, mikroba, dan sistem kekebalan merupakan komponen ekosistem usus. Sebelum adanya penetasan telur skala besar di inkubator, penetasan metode alami membuat telur-telur tersebut bersentuhan dengan sarang atau ayam selama masa inkubasi dan dengan demikian memastikan transmisi vertikal mikrobiota induk ke anak ayam.

Namun di tempat penetasan komersial, anak ayam ditetaskan di lingkungan yang bersih dan tidak ada kontak dengan ayam betina. Oleh karena itu, mikrobiota usus anak ayam yang baru menetas sepenuhnya bergantung pada sumber lingkungan yang dapat menyebabkan penurunan keanekaragaman mikroba dan peningkatan kolonisasi patogen bawaan dari makanan yang berada di usus.

Anak ayam dapat memperoleh mikrobiota pada tahap embrio selama pembentukan telur di saluran telur dan selama pengangkutan melalui saluran reproduksi. Perolehan mikroba pasca penetasan bergantung pada berbagai faktor, seperti praktik produksi, pola makan, dan lingkungan. Dengan adanya modernisasi produksi ayam di tempat penetasan skala besar, transmisi vertikal alami mikrobiota dari ayam menjadi sangat berkurang.

Spesies pertama yang menghuni saluran pencernaan ayam adalah kelompok bakteri Coliform dan Sterptococcus fecal, yang melimpah pada hari ketiga setelah menetas. Mikrobiota usus kecil terbentuk pada usia sekitar dua minggu. Pada hari ke-40, Lactobacillus mendominasi mikroflora usus kecil. Mikrobiota cecal terbentuk dalam waktu 6-7 minggu dan didominasi oleh mikroba anaerobik fakultatif dan obligat, yang terdiri dari Clostridia, Enterobacteria, Streptococci fecal, Pediococci, dan Pseudomonas aeruginosa. Peningkatan komposisi dan kompleksitas mikroba pada saluran pencernaan bagian distal menyebabkan fluktuasi komposisi mikroba fecal.

Mikrobiota di Crop
Tembolok menampung komunitas bakteri besar yang terdiri dari sel bakteri dengan urutan 1 × 108 hingga 1 × 109 CFU g−1. Tembolok ini didominasi oleh bakteri gram positif seperti Lactobacillus spp. Spesies bakteria lain yang dikoleksi dari tembolok termasuk Bifidobacterium, Klebsiella pneumoniae, K. ozaenae, Escherichia coli, E. fergusonii, Enterobacter aerogenes, Eubacterium spp., Pseudomonas aeruginosa, Micrococcus luteus, Staphylococcus lentus, dan Sarcina spp.

Mikrobiota tembolok memfermentasi serat makanan menjadi asam lemak rantai pendek atau Short Chain Fatty Acid (SCFA). Asetat adalah SCFA utama dalam tanaman. SCFA menurunkan pH tanaman untuk menghambat pertumbuhan patogen yang berkoloni dan berkembang biak pada pH netral atau sedikit basa.

Mikrobiota di Proventrikulus dan Gizzard
Proventrikulus dan gizzard memiliki pH asam yang tidak ideal untuk kolonisasi mikroba. Asam lambung dapat menembus membran sel mikroba sehingga mengakibatkan penurunan pH intraseluler dan terganggunya gaya gerak proton trans-membran. Demikian pula asam laktat dan asam asetat mencegah kolonisasi patogen yang sensitif terhadap pH asam.

Lactobacilli merupakan spesies dominan pada proventrikulus dan gizzard. Enterobacteria laktosa-negatif, Enterococci, dan bakteri Coliform juga banyak ditemukan di proventrikulus dan gizzard. Konsentrasi bakteri dalam gizzard sama dengan tembolok, namun fermentasi bakteri terhambat oleh pH asam yang mengakibatkan penurunan konsentrasi asetat dan laktat dalam gizzard.

Mikrobiota di Usus Halus
Konsentrasi bakteri di usus kecil kira-kira... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2024.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

MEMBUAT SALURAN PENCERNAAN BEKERJA OPTIMAL

Kepadatan kandang harus diperhatikan agar meminimalisir stres. (Foto: Dok. Infovet)

Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses pencernaan dan penyerapan nutrisi.

Dalam aspek pemeliharaan ayam, banyak sekali tantangan yang dihadapi peternak masa kini. Masalah pada saluran pencernaan kerap terjadi, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius. Lebih berbahaya lagi ketika keduanya berkomplikasi.

Seperti yang pernah dialami peternak broiler kemitraan asal Rumpin, Kabupaten Bogor, Supendi. Ketika kebijakan pakan non-AGP mulai diberlakukan dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin rumit karena juga diperparah cuaca ekstrem, sangat panas di siang hari dan dingin di malam hari.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat anti-diare, nah setelah jalan dua hari bukannya sembuh enggak tahunya malah diare berdarah. Gimana enggak panik? Saya langsung telepon TS obat, besoknya dateng konsultasi dan ternyata ayam saya kena koksi,” tutur Supendi.

Saat itu untungnya ayam sudah berusia 25-an hari, walaupun bobot badannya di bawah standar, Supendi langsung melakukan panen dini ketimbang merugi lebih dalam. Ia langsung berbenah mencari tahu penyebabnya.

“Pakan enggak bermasalah, air minum juga, semua aspek sudah saya penuhi. Tetapi memang mungkin saya teledor di cara pemeliharaan, memang beda ya ketika AGP sudah enggak boleh lagi digunakan, cara pelihara juga harus berubah,” ungkap dia.

Merubah Mindset, Benahi Manajemen
Dilarangnya AGP memang kerap dijadikan kambing hitam. Tidak semua orang seperti Supendi, memiliki pemikiran positif dan mau merubah tata cara budidayanya. Di luar sana masih banyak peternak yang sangat yakin bahwa AGP adalah “dewa” yang harus hadir di setiap pakan unggasnya.

Nutrisionis PT Farmsco Indonesia, Intan Nursiam, mengakui bahwa saat ini mindset peternak harus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023. (CR)

SEKALI LAGI SOAL GUT HEALTH

Gambar skematis struktur lapisan epitelium usus halus pada ayam modern, dimana terdapat bentukan kripta dan vili, serta sel-sel puncah dari zona kripta yang sudah mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi enterocytes, goblet cells, paneth cells dan enteroendocrine cells.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Pasca pelarangan penggunaan AGP (Antibiotic Growth Promotors) dalam pakan, publikasi dan diskusi ilmiah terkait kesehatan saluran cerna (gut health) di tataran global maupun nasional seolah tak lekang oleh waktu.  Banyaknya faktor yang terlibat dan beragamnya interaksi antar faktor yang ada ternyata tidak mudah bagi seorang praktisi lapangan untuk melacak akar gangguan kesehatan saluran cerna yang kerap menerpa ayam modern. Tulisan singkat ini mencoba menelisik bagaimana secara alamiah sistem saluran cerna khususnya usus halus dalam menunaikan peranannya sebagai tempat proses pencernaan dan absorpsi nutrisi, serta sebagai bagian sistem pertahanan tubuh dalam menghadang laju patogen via mukosa.

Ditinjau dari sudut sistem pertahanan tubuh, permukaan selaput lendir (mukosa) dari saluran-saluran pernapasan, pencernaan (gastro-intestinal) dan reproduksi (oviduk) pada ayam modern dilindungi suatu lapisan sel-sel epitelium yang tidak hanya bertanggung jawab untuk mendeteksi keberadaan suatu mikroorganisme (komensal maupun patogen), tetapi juga penting peranannya untuk menginisiasi reaksi imunitas ayam dalam rangka mengontrol populasi serta aktivitas mikroba komensal dan/atau mikroorganisme (partikel) asing lainnya.

Itulah sebabnya, jika integritas lapisan epitelium terganggu oleh pelbagai sebab (misal heat stress), maka kondisi yang ada akan memperbesar peluang terjadinya sergapan patogen yang berada di sekitar mukosa karena lumpuhnya barier terdepan pertahanan tubuh tersebut.

Mukosa Saluran Cerna 
Pada dasarnya usus halus merupakan lokasi utama terjadinya proses pencernaan dan penyerapan bahan-bahan nutrisi bagi ayam modern. Sel-sel lapisan epitelium mukosa usus halus selain dapat bertindak sebagai “transporter” (pengangkut) unsur-unsur nutritif dari lumen usus ke dalam sistem sirkulasi dan melakukan sekresi beberapa enzim pencernaan serta hormon, juga berfungsi sebagai barier mekanis maupun imunofisiologis bagi bibit penyakit (patogen) melalui sekresi pelbagai molekul kimiawi seperti glikoprotein, lisosim ataupun defensin yang dapat membunuh patogen yang mengancam integritas dinding usus halus (Gilbert et al., 2007; Peterson et al., 2014).

Ditinjau dari sisi morfologisnya, lapisan epitelium mukosa usus halus tidak hanya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023. (toe)

JANGAN REMEHKAN KESEHATAN SALURAN PENCERNAAN

Menjaga kesehatan saluran cerna merupakan hal penting dalam rangka menjaga performa ayam, dari pertumbuhan maupun produktivitasnya. (Foto: Istimewa)

Menjaga kesehatan saluran pencernaan merupakan hal penting untuk dilakukan. Dalam rangka menjaga performa ayam, dari pertumbuhan maupun produktivitasnya. Pasalnya, pencernaan yang sehat membuat daya tahan penyakit meningkat. Saluran cerna sehat adalah cerminan daya tahan tubuh yang baik. Mengapa demikian? Karena hampir 70% komponen sistem kekebalan terdapat pada jaringan usus. Kondisi saluran pencernaan yang sehat dapat mencerna nutrisi yang ada dalam ransum. Apabila kesehatan pencernaan terganggu, pencernaan dan absorpsi nutrisi akan terpengaruh, sehingga kesehatan unggas, performa dan kesejahteraannya juga terganggu.

Adapun dampak ekonomis yang dirasakan sangat merugikan dari gangguan pencernaan pada ayam, seperti gangguan pertumbuhan, gangguan produksi telur, penurunan kuantitas dan kualitas bibit ayam yang dihasilkan dari satu breeding farm, adanya kematian, peningkatan jumlah ayam afkir, hingga penurunan efesiensi pakan. Namun demikian, yang juga tidak kalah pentingnya adalah terjadinya peningkatan biaya vaksinasi, pengobatan, sanitasi dan disinfeksi, serta biaya tenaga kerja.

Faktor yang dapat menimbulkan terjadinya gangguan pencernaan pada ayam sangat banyak dan dapat bersifat kompleks, mulai dari infeksi berbagai agen penyakit, rendahnya kualitas pakan, faktor budi daya (manajemen pemeliharaan), serta pengaruh iklim dan lingkungan.

Beberapa penyakit secara langsung dapat merusak dan mengganggu fungsi sistem pencernaan seperti Newcastle Disease (ND), Koksidiosis, Kolibasilosis, Kolera, Salmonelosis, Nekrotik Enteritis (NE), Infectious Stunting Syndrome, Helminthiasis. Beberapa penyakit atau faktor yang secara tidak langsung merusak fungsi organ pencernaan, akan tetapi memengaruhi perkembangan organ pencernaan diantaranya Chronic Respiratory Disease (CRD) atau penyakit pernapasan lain yang bersifat kronis, defesiensi nutrisi pakan, serta faktor praktik manajemen yang berpengaruh langsung pada kesehatan ayam.

Sistem Pencernaan Unggas
Saluran pencernaan adalah saluran yang terdiri dari beberapa organ yang masing-masing memiliki fungsi… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

MALAPETAKA BILA TAK MENJAGA KESEHATAN SALURAN CERNA

Ancaman umum penyakit infeksius pada saluran pencernaan ayam. (Foto: Istimewa)

Saluran pencernaan merupakan suatu sistem organ yang mendukung suatu kehidupan mahluk hidup, termasuk unggas. Selain fungsinya yang vital untuk menunjang kehidupan, saluran pencernaan bisa menjadi malapetaka bagi ternak bila kesehatannya tidak terjaga dengan baik.

Kegiatan makan dan minum dilakukan mahluk hidup termasuk ayam dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup. Selain menunjang kehidupan, saluran pencernaan juga berkaitan dengan performa dan produksi ayam.

Kondisi saluran pencernaan yang sehat dibutuhkan untuk dapat mencerna nutrisi yang ada dalam pakan. Jika saluran pencernaan ayam mengalami gangguan, maka berisiko pada kesehatan dan performa tubuh. Oleh karena itu, perlu mengetahui manajemen yang tepat dan solusi untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan demi mencapai performa optimal.

Mengingat Kembali Fungsi Pentingnya
Saluran pencernaan merupakan organ yang berperan dalam menerima, mencerna dan menyerap nutrisi dari pakan, serta mengeluarkan sisa ransum yang tidak terserap. Kesehatan saluran pencernaan yang baik akan memberikan dampak signifikan pada pemanfaatan nutrisi pakan dalam tubuh ayam. Hal tersebut dijabarkan Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Nahrowi.

Ia melanjutkan, saluran pencernaan memiliki vili usus yang panjang dan berbentuk menyerupai jari-jari di seluruh bagian usus yang berfungsi menyerap sari-sari makanan (nutrisi), yang menjulur dari dasar usus ke arah lumen usus dimana makanan akan dicerna dan diserap. Vili yang semakin panjang atau lebar akan meningkatkan area penyerapan nutrisi pada usus sehingga penyerapan nutrisi lebih optimal.

Saluran pencernaan ayam dimulai dari paruh dan berakhir di kloaka. Organ pada sistem pencernaan yaitu paruh, esofagus, tembolok, proventrikulus, ampela (gizzard), usus halus, usus buntu, usus besar dan kloaka. Saluran pencernaan juga dilengkapi beberapa organ aksesoris seperti hati, getah empedu dan pankreas.

Pada saluran pencernaan terdapat… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023. (CR)

KONSEP KESEHATAN USUS YANG (TERNYATA TIDAK) SESEPELE ITU

Foto: Istimewa

“Semua penyakit berawal dari usus/saluran pencernaan” kata Hippocrates, 460-370 SM. Apakah Anda setuju dengan pernyataan Hippocrates yang diutarakan jauh ratusan tahun sebelum masehi tersebut? Anda boleh setuju, boleh tidak. Namun kenyataannya jika berbicara lingkup spesies yang lebih kecil, ayam misalnya, mau tidak mau sepertinya saya setuju dengan pernyataan tersebut.

Dalam hubungan antara keberhasilan produksi dan kesehatan ayam, sangat lazim bahwa kebanyakan stakeholder menggolongkan dua faktor yang paling penting dan harus dijaga agar performa produksi tercapai dengan maksimal. Dua faktor tersebut adala kesehatan saluran pernapasan (beberapa menggunakan istilah respiratory integrity) dan kesehatan saluran pencernaan (gut health/gut integrity).

Fokus pada kesehatan saluran pencernaan. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana kita mendefinisikan gut health atau kesehatan usus? Istilah usus sudah jelas tetapi mengartikan kesehatan bisa menjadi tantangan tersendiri karena maknanya bisa sangat subjektif. Biasanya, kesehatan bisa diartikan sebagai kondisi tidak adanya penyakit. Kemudian kembali muncul pertanyaan, apakah hanya itu?

Dewasa ini, kesehatan usus didefiniskan sebagai kemampuan usus untuk melakukan fungsi fisiologisnya secara normal. Status kesehatan usus dihasilkan dari interaksi dinamis dari tiga komponen utama, mikrobioma, sistem kekebalan dan pengaruh eksternal, terutama nutrisi, mikroba, racun atau narkoba. Baru-baru ini, kesehatan usus alias gut health didefinisikan sebagai kemampuan usus untuk melakukan fungsi fisiologis normalnya, dimana mencakup fungsi mempertahankan homeostasis, sehingga mendukung kemampuannya untuk menghadapi faktor infeksius dan non-infeksius (Kogut et al., 2017).

Konsep kesehatan usus itu pula yang akhirnya membuat gagasan AGP digunakan pada masa lampau. AGP (antibiotic growth promotor) menjadi solusi yang sangat efisien dan efektif untuk mencapai status kesehatan usus meskipun pada akhirnya menimbulkan banyak pro dan kontra. Kita tahu selama beberapa dekade terakhir (atau bahkan lebih di beberapa negara), ada  kampanye global untuk mengurangi penggunaan antibiotik sebagai AGP dan mengadopsi pendekatan One Health untuk penggunaannya. Antibiotik yang sebelumnya sebagai pemacu pertumbuhan adalah imbuhan yang sangat berguna dan biasanya dianggap sebagai standar emas (gold standard) untuk membantu ternak mencapai potensi genetiknya.

Filsuf asal Jerman, Ludwig Feurbach (1848), pertama kali menyebutkan frase “We are what we eat”, kita adalah apa yang kita makan. Hal ini sepertinya benar adanya, karena kita sepakat pengaruh eksternal dimana salah satunya kondisi nutrisi yang mencakup jenis bahan baku yang digunakan, komposisi nutrisi, keseimbangan vitamin, makro dan mikro mineral dan lain sebagainya ternyata juga memberikan hasil yang berbeda pula dalam pertumbuhan hewan ternak.

Penggunaan AGP sekarang tidak lagi dilakukan. Mengurangi atau menghilangkan penggunaan AGP, bagaimanapun sering dikaitkan dengan terjadinya peningkatan insidensi gangguan usus. Memang masih ada beberapa kerancuan, tetapi jika total secara langsung melepas AGP (tanpa diiringi penambahan bahan pengganti) memang terdapat perubahan cukup signifikan terhadap kondisi usus.

Hal itu didukung beberapa parameter terkait jumlah mukosa, struktur dan fungsi epitel, gambaran vili-vili usus, jumlah bakteri koloni dalam usus, bahkan terdapat pula data terkait usus dan fungsinya sebagai organ imunitas (Broom, 2018).  Sehingga memahami hubungan antara pengaruh eksternal (nutrisi, faktor infeksius, lingkungan), faktor internal (mikrobiom/flora bakteri dalam usus) dan respon host (kondisi hewan) menjadi sangat penting untuk keberhasilan dalam mengurangi penggunaan antibiotik dalam pemeliharaan hewan ternak.

Usus yang baik dihuni oleh bakteri-bakteri yang membantu proses metabolisme dan pencernaan. Bakteri seperti bakteri asam laktat, bakteri yang memproduksi asam butirat, dan bakteri gram negatif seperti E. coli pun memiliki fungsi sendiri dalam habitat usus. Berbagai faktor telah dilaporkan memengaruhi pembentukan mikrobiota. Usia, makanan/diet dan obat-obatan umumnya dianggap sebagai faktor yang paling berpengaruh, tetapi sekarang faktor lingkungan, manajemen perkandangan, biosekuriti, litter/alas, semuanya telah terbukti ikut andil dalam keragaman mikrobiota usus. Pada tiga penelitian ditemukan hasil bahwa kontak dengan ayam dewasa memiliki pengaruh kuat pada komposisi mikrobiota usus anak ayam (Kubasova et al., 2019).

Penelitian lain juga menunjukkan faktor induk berpengaruh pada komposisi mikrobiota usus anak babi (PaBlack et al., 2015) dan penelitian lainnya menunjukkan bahwa usus hewan muda dipengaruhi pula oleh induk dan bisa jadi terkena mikroorganisme sebelum dilahirkan (babi) dan ditetaskan (unggas) (Leblois et al., 2017; Lee et al., 2019).

Respon host sendiri berarti kaitan saluran pencernaan dengan sistem organ yang lain, seperti contoh jika host/hewan ternak kita ternyata memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh, pastilah ada efek yang ditimbulkan juga pada status kesehatan usus. Sehingga nantinya akan muncul pertanyaan, mana yang duluan mengganggu?

Akhirnya, kita dapat melihat sejumlah konsep komersial yang dikembangkan untuk mendukung topik ini, bahkan sekarang sudah banyak sekali berbagai jenis produk dan layanan yang tersedia di pasaran. Tujuan utama untuk mencapai status “healthy gut” yang menjadi fokus industri di era penggunaan antibiotik yang lebih bijaksana saat ini diantaranya meliputi penyediaan kandang pemeliharaan yang lebih modern, program vaksinasi dan kesehatan ternak, pencegahan penyakit imunosupresif, kesehatan induk, pemberian imbuhan non-AGP untuk ternak, nutrisi yang optimal serta terjangkau dan lain sebagainya.

Dua halaman sepertinya memang tidak akan cukup untuk membahas kesehatan usus yang ternyata tidak sesepele itu. Namun pada prinsip dan praktiknya, poin-poin penting terkait faktor eksternal, internal dan respon host harusnya sudah cukup mudah untuk diterapkan dengan pemahaman yang lebih sederhana. Seperti misalnya jika pada ayam broiler, jika pakan yang diberikan baik, manajemen pemeliharaan dan kesehatan baik, sumber indukan baik (sehingga DOC juga sehat), akan menghasilkan performa maksimal. ***

Ditulis oleh:
M. Yulianto (Ian) Wibowo
T&S Manager Anpario Biotech Indonesia,
dokter hewan dan peternak ayam broiler

MENGOPTIMALKAN KINERJA SALURAN PENCERNAAN

Kepadatan kandang harus diperhatikan agar meminimalisir stres. (Foto-foto: Dok. Infovet)

Tantangan yang dihadapi peternak di masa kini amatlah banyak. Masalah pada saluran pencernaan merupakan persoalan klasik, baik yang bersifat infeksius maupun non-infeksius. Lebih parah lagi ketika keduanya berkomplikasi dan menimbulkan masalah di lapangan.

Sunardi peternak broiler kemitraan asal Tegal mengerti betul hal itu. Ketika kebijakan pakan non-AGP dimulai, dirinya merasa performa ayam di kandangnya menurun cukup drastis. Hal ini semakin menjadi rumit, karena juga diperparah dengan cuaca ekstrem.

“Awalnya ayam cuma diare, terus saya kasih obat anti diare, nah setelah jalan dua hari bukannya sembuh tapi malah diare berdarah gitu. Gimana enggak panik saya. Saat itu langsung telepon TS obat untuk konsultasi dan ternyata ayam saya kena koksi,” tutur Sunardi.

Saat itu untungnya ayam sudah berusia 25-an hari, walaupun bobot badannya di bawah standar, Sunardi langsung buru-buru melakukan panen dini ketimbang merugi. Ia juga langsung berbenah, semua aspek yang berkaitan dengan kasus langsung ia perbaiki dan mencari penyebabnya.

“Pakan ternyata enggak bermasalah, air minum juga, semua aspek saya sudah penuhi. Tetapi mungkin saya teledor di cara pemeliharaan, memang bedaya ketika AGP sudah enggak boleh lagi digunakan cara pelihara juga harus berubah,” ucapnya.

Merubah Mindset
Dilarangnya AGP kerap kali dijadikan alasan peternak di lapangan terkait masalah yang mereka alami. Tidak semua orang seperti Sunardi, memiliki pemikiran positif dan mau merubah tata cara budidayanya. Karena masih banyak peternak yang sangat yakin bahwa AGP adalah “dewa” yang harus ada di setiap pakan unggasnya.

Country Manager PT Alltech Indonesia, Drh Akhmad Harris Priyadi, mengakui bahwa saat ini mindset dari peternak harus diubah terkait pakan. “Semua produsen pakan pasti berlomba-lomba dengan keadaan yang ada saat ini tentang bagaimana menggantikan AGP dengan formulasi yang terbaik. Masalahnya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2022. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer