Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Fapet UGM | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TATA CARA PENYEMBELIHAN TERNAK KURBAN DI MASA PANDEMI, REKOMENDASI FAPET UGM

Ada kententuan umum dan khusus dalam penyembelihan ternak kurban di masa pandemi (Foto: Ist)


Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan ibadah kurban pada masa pandemi COVID-19, Pusat Kajian Halal Fakultas Peternakan (Fapet) UGM menyusun rekomendasi penyembelihan ternak kurban di era COVID-19 dari perspektif ilmu peternakan dan kesehatan umum.

Ir Nanung Danar Dono SPt, MP, PhD, IPM, ASEAN Eng selaku Direktur Pusat Kajian Halal  menyampaikan, rekomendasi ini perlu disusun untuk memberikan acuan bagi para pengurus takmir atau panitia kurban agar ibadah kurban dapat dilaksanakan sesuai kaidah syariat Islam dengan tetap mengikuti protokol kesehatan. Dengan demikian, terhindar dari kemungkinan tertular COVID-19 di tengah kerumunan masa dalam satu lokasi.
Selain itu, rekomendasi ini bertujuan melindungi panitia kurban dan warga masyarakat dari risiko tertular wabah penyakit berbahaya, serta tetap dapat melaksanakan ibadah kurban dengan sempurna sesuai rukun dan syarat ibadah berdasarkan syariat Islam.

Nanung menjelaskan, ada ketentuan umum dan khusus dalam penyembelihan hewan kurban di masa pandemi COVID-19.

Beberapa ketentuan umum yaitu: (1) Penyembelihan ternak kurban hanya dilaksanakan di wilayah yang diyakini aman menurut informasi resmi dari pemerintah. (2) Sebelum memutuskan akan menyelenggarakan penyembelihan ternak kurban di masjid, pengurus takmir hendaknya mengkaji dan mempertimbangkan dengan matang situasi dan kondisi terkini dengan memperhatikan fatwa ulama, ahli kesehatan (dokter), dan instruksi pemerintah. (3) Apabila diketahui di wilayah kecamatan setempat terdapat warga masyarakat yang positif menderita COVID-19, pengurus takmir masjid hendaknya tidak menyelenggarakan kegiatan penyembelihan ternak kurban.

Amanah yang telah dititipkan kepada pengurus takmir dapat disalurkan ke daerah lain yang lebih membutuhkan melalui lembaga resmi yang amanah, seperti: Badan Amal Zakat Nasional (Baznas), Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), Rumah Zakat (RZ), Dompet Duafa Republika, dan lain-lain. (4) Untuk meminimalkan risiko penularan COVID-19, proses penyembelihan sebaiknya dilaksanakan di rumah potong hewan (RPH) resmi milik pemerintah. (5) Apabila tidak memungkinkan disembelih di RPH dan diputuskan ternak akan disembelih di area masjid, hendaknya pengurus takmir/panitia kurban menyiapkan tim jagal (petugas penyembelih) yang memahami syarat sah penyembelihan ternak menurut ketentuan syariat Islam, amanah dengan tugasnya, dan konsisten mengikuti protokol kesehatan.

Adapun ketentuan khusus pelaksanaan kurban adalah pengurus takmir/panitia dapat membantu shohibul kurban menyediakan ternak kurban yang memenuhi syarat syari, yaitu umur kedewasaan hewan dan kesehatannya. 

Sebaiknya shohibul kurban menghindari membeli ternak kurban yang lemah, tidak lincah, terdapat lendir dan atau bercak darah di lubang-lubang di tubuhnya, dan tidak terinfeksi penyakit yang berbahaya, seperti: Anthrax, Aphthae epizooticae (penyakit mulut dan kuku), dll. Nanung menyarankan, ternak kurban dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sebaiknya lebih diprioritaskan untuk dibeli.

Jika diyakini aman, pengurus takmir dapat melaksanakan keseluruhan tata cara penyembelihan ternak kurban dengan memperhatikan beberapa hal. Pertama, Pengurus takmir menunjuk tim khusus yang bertugas menyiapkan, mengawasi, dan memastikan seluruh panitia kurban dalam keadaan sehat. Panitia dan warga yang sedang sakit tidak diperkenankan hadir di lokasi penyembelihan. Kedua, pengurus takmir membatasi jumlah panitia kurban. Ketiga, pengurus takmir mendisinfeksi lokasi dan peralatan yang akan digunakan.

Keempat, pengurus takmir menyediakan hand sanitizer, air, sabun, masker, pisau penyembelihan (telah terasah sangat tajam), lokasi penyembelihan, tali, plastik alas daging, kaus tangan plastik, dan sebagainya. Penggunaan face shield lebih disarankan. Kelima, seluruh panitia dan warga masyarakat yang terlibat diwajibkan mengikuti protokol kesehatan umum COVID-19 secara konsisten dan penuh kesadaran. Keenam, pemotongan bagian-bagian tubuh ternak serta penimbangan potongan-potongan kecil daging dan tulang dapat dilaksanakan di area masjid dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Dekan Fapet UGM, Prof Dr Ir Ali Agus, DAA, DEA, IPU, ASEAN. Eng berharap semoga rekomendasi ini membantu memperjelas tatacara penyembelihan hewan kurban di masa pandemi COVID-19, sehingga umat Islam dapat menjalankan ibadah kurban secara tenang, tertib, dan nyaman, dengan tetap memperhatikan secara seksama dan disiplin protokol kesehatan sebagaimana yang dianjurkan oleh pemerintah. (Rilis/INF)












PAKAN KOMPLET FERMENTASI, SOLUSI PAKAN DI MUSIM KEMARAU

Pembuatan pakan komplet fermentasi (Foto: Fapet UGM)

Pada musim kemarau, penyediaan pakan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi peternak karena terbatasnya stok pakan. Salah satu solusi yang dapat diambil yaitu dengan membuat pakan komplet fermentasi. Pakan ini berbasis hijauan pakan dan jerami yang bernilai nutrisi tinggi.

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus mengatakan pada Senin (18/5), pakan komplet fermentasi sangat cocok diterapkan pada saat musim kemarau atau saat terjadi bencana alam karena lebih praktis. Selain itu kandungan nutrisinya baik, biaya pembuatan terjangkau, dapat disimpan dalam waktu yang lama, dan menghemat waktu peternak.

Pada skala peternakan dan industri usaha sapi potong (feedlot), terdapat realitas berupa pemanfaatan jerami padi secara langsung. Hal itu menimbulkan masalah karena jerami padi dalam segi kuantitas memang melimpah, tetapi dalam segi kualitas masih tergolong bernutrisi rendah sebab hanya mengandung protein sekitar 3-4%.

Jerami padi kering dapat diolah menjadi jerami padi fermentasi yang kemudian diolah menjadi pakan komplet dengan menambahkan bahan lain sehingga kualitasnya meningkat, yaitu dari kadar protein 3-4% menjadi 7-8% dan tahan sepanjang musim. Bahan yang digunakan dalam teknologi pakan komplet terfermentasi adalah jerami padi dan beberapa jenis bahan pakan konsentrat (bersifat pilihan dan situasional) yang terdiri atas bekatul padi, onggok, gaplek, bungkil kopra, kulit kacang, roti, pollard, mollases, garam, jagung kuning giling, “starter mikrobia”, dan calsid. Pemanfaatan limbah pertanian tersebut dapat menekan biaya pembuatan pakan.

Nilai nutrisi pakan komplet dapat diatur dengan cara menentukan jumlah dan jenis campuran. Dengan demikian, ternak tidak berkesempaan memilih pakan sehingga memperkecil jumlah pakan yang tidak dimakan. Pakan komplet berbasis hijauan pakan dan jerami dapat diterapkan dalam skala rumah tangga maupun industri.

Pakan komplet cocok untuk jenis ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Ternak ruminansia memiliki rumen yang berisi jutaan mikrobia yang membuatnya mampu menyintesis beberapa jenis nutrisi penting yang dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan hidup dan produksinya. Ternak ruminansia juga mampu mencerna sumber serat, seperti rumput, daun, jerami, dan by product pertanian.

Pembuatan pakan komplet berbasis jerami padi fermentasi diharapkan membuat peternak tidak perlu lagi merumput setiap hari. Peternak cukup membuat pakan komplet sekali saja dan dapat dipakai untuk cadangan makanan dalam jangka waktu tertentu tergantung pada kapasitas pembuatannya. Dengan demikian, peternak memiliki sisa waktu yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas lain.

Ali Agus menambahkan, Fakultas Peternakan telah mengimplementasikan pembuatan pakan komplet pada saat terjadi erupsi Gunung Merapi pada 2010. Pakan komplet merupakan solusi tepat guna di masa tersebut yang dapat mencegah peternak menerobos daerah berbahaya untuk merumput bagi ternaknya. (Rilis/INF)

FAPET UGM BERDAYAKAN KELOMPOK WANITA TANI MELALUI PENDAMPINGAN PETERNAKAN


Kelompok Wanita Tani binaan Fapet UGM (Foto: Istimewa)

Pada musim kemarau, kondisi di sebagian besar daerah mengalami kekeringan. Demikian pula di beberapa daerah di Yogyakarta, terutama daerah pegunungan yang lahannya merupakan lahan tadah hujan dan tidak ada pengairan.

Saat itu, petani-peternak sering mengalami kesulitan hijauan pakan ternak, karena ketersediaannya mulai berkurang, sehingga lahan tidak dapat diolah atau hanya menunggu panen terakhir, pada umumnya ketela dan jagung dan pengolahan lahan baru akan dilakukan menjelang musim hujan.

Kondisi ini tipikal untuk beberapa daerah di Indonesia yang lahannya merupakan lahan tadah hujan. Di beberapa pedesaan, dikarenakan lahan belum dapat diolah, mendorong para kepala keluarga (bapak-bapak) bekerja di kota sementara ibu-ibu tetap tinggal di rumah. Melihat hal ini, Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Petenakan (Fapet) UGM tergerak untuk memberdayakan kelompok wanita tani di daerah sekitar Yogyakarta melalui pendampingan di bidang peternakan.

Para dosen di Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, dengan Prof Dr Ir Kustantinah DEA, IP, dosen Fapet UGM selaku koordinator pemberdayaan kelompok wanita tani tersebut mengatakan pembinaan pertama dilaksanakan sejak 1999 sampai sekarang. Berawal di Dusun Kwarasan, Desa Kedung Keris, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunung Kidul. Kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fapet UGM dan Aberdeen University, Skotlandia, dengan sponsor DFID, British Council.

Selama pendampingan, para anggota dibekali keterampilan di bidang peternakan, yaitu pembuatan kandang panggung, pengenalan hijauan pakan ternak, penanaman tanaman pakan pada musim penghujan untuk ketersediaan pada musim kemarau, dan hijauan pakan ternak sebagai bahan anti parasit, pengolahan limbah, dan perkawinan ternak., dsb. Demikian juga pengolahan susu, terutama di Kelompok Wanita Gama Turgo Lestari, karena yang dikembangkan adalah Kambing Peranakan Ettawa (PE).

Kustantinah mengungkapkan, para anggota kelompok berdisiplin tinggi dalam melaksanakan kegiatan tersebut sehingga membuahkan hasil yang memuaskan. Kegiatan pemberdayaan tersebut dapat membantu para anggota meningkatkan kesejahteraannya.

Hal itu dilihat dari peningkatan jumlah ternak yang dipelihara, anggota dapat menjual ternak yang dihasilkan (anak) untuk kebutuhan pokok keluarga, pengobatan, sekolah, perbaikan rumah, kamar mandi, dan kebutuhan mendesak lainnya kemudian sebagian besar digunakan sebagai tabungan.

Kegiatan ini secara keseluruhan dilakukan oleh semua staf dosen dan mahasiswa di lingkungan Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, dalam negeri (UGM, Rotary Club, Pemerintah Daerah) dan Luar Negeri (Orskov Foundation, Aberdeen, Scotland UK; DFID, British Council UK). (Rilis/INF)


LONG EGG, OLAHAN TELUR PENUH GIZI DAN MUDAH DIBUAT



Long egg telur ayam (Foto: Istimewa)

Long egg merupakan olahan telur penuh gizi yang dimasak dalam tabung silinder atau bambu sehingga berbentuk memanjang seperti tabung, bertekstur kompak, dan rasanya lebih mantap dibandingkan dengan telur rebus dengan cangkangnya. Olahan telur ini dapat dikombinasi dengan variasi bumbu dan mudah dibuat. Biaya produksinya pun relatif murah dan dapat digunakan sebagai salah satu peluang usaha bagi kelompok.

Kepala Laboratorium Teknologi Susu dan Telur Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Nurliyani MS, IPM ketika dihubungi pada Sabtu (18/4/2020) mengatakan bahwa telur merupakan sumber protein hewani yang mudah dicerna dan sangat bagus dikonsumsi oleh anak-anak sehingga dapat mencegah stunting. Telur juga sangat bagus dikonsumsi oleh orang-orang dalam proses penyembuhan dari sakit dan orang-orang lanjut usia yang umumnya kesulitan mencerna dan menyerap makanan.

Nilai kalori telur yang rendah sangat cocok dikonsumsi oleh individu yang memiliki masalah kelebihan berat badan. Namun, perlu diperhatikan cara mengolah telur agar mendapatkan gizi yang optimal. Telur yang direbus dalam waktu yang tepat merupakan salah satu cara untuk mendapatkan gizi yang bagus. Long egg rebus merupakan salah satu contoh olahan telur dengan waktu yang relatif singkat (sampai telur sudah mengental/matang) sehingga dapat mempertahankan nilai gizinya.

Long egg dapat dibuat dari telur ayam atau telur bebek. Cara membuat long egg sangat mudah.

1. Pertama, pisahkan kuning dan putih telur kemudian masing-masing dikocok.
2. Selanjutnya, siapkan dua tabung bambu berdiameter berbeda dan dilapisi aluminium foil yang panjangnya melebihi panjang bambu agar telur tidak lengket.
3. Tutup ujung bambu bagian bawah. Masukkan bambu berdiameter kecil ke dalam bambu diameter besar.
4. Masukkan putih telur ke dalam bambu berdiameter besar dan masukkan ke dalam panci berisi air, kemudian panaskan. Setelah putih telur menggumpal, keluarkan bambu diameter kecil dan selanjutnya isi dengan kuning telur hingga matang.
5. Telur dikeluarkan dengan cara menarik aluminium foil. Long egg dapat juga dibakar di atas bara api (arang) dengan langkah yang sama seperti long egg rebus.

Setelah matang, long egg didinginkan, kemudian diiris-iris dan dapat langsung dikonsumsi atau digunakan sebagai tambahan dalam sup atau mie rebus. Long egg juga dapat dibuat menjadi berbagai masakan, misalnya balado, pepes, steak, asam manis, dll. Jika tidak langsung dikonsumsi, long egg dapat disimpan di dalam lemari es.

Praktik pembuatan long egg telah dilaksanakan di kelompok Program Kesejahteraan Keluarga di dusun Karangturi, Baturetno, Banguntapan, Bantul pada 2019.  Daerah ini memiliki potensi lokal berupa telur dari ayam dan itik yang dipelihara oleh warga. Program ini bertujuan mengenalkan aneka olahan telur kepada warga dan membuka wawasan tentang peluang usaha olahan telur.

Berkreasi membuat long egg merupakan salah satu aktivitas yang dapat dilakukan di rumah selama terjadi pandemi Covid-19. Selain dikonsumsi sendiri, long egg dapat juga dijual dengan dikemas secara menarik. (Rilis/INF)

PROGRAM MAGANG BERBASIS AKADEMIK DIGELAR DI YOGYAKARTA

Foto bersama dalam kegiatan program magang bertajuk Work-Based Academy (WBA) di Fakultas Peternakan UGM. (Foto: Istimewa)

Sebuah program magang bagi lulusan sarjana peternakan yang dilaksanakan atas kolaborasi antara universitas dan industri yang apik dimaksudkan untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) terampil dalam industri perunggasan.

Program magang bertajuk Work-Based Academy (WBA) yang mengambil tema “Manajemen Closed House Broiler” dilangsungkan selama enam bulan, sejak Februari hingga Agustus 2020 mendatang, merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, dengan PT Charoen Pokphand Indonesia.  

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Ali Agus, menjelaskan bahwa WBA adalah kegiatan pembelajaran bekerja yang berlangsung selama enam bulan untuk memberikan keterampilan pada lulusan baru sarjana peternakan di industri perunggasan, terutama dalam hal teknis budidaya ayam broiler dengan menggunakan teknologi perkandangan closed house.

“Negara tropis seperti Indonesia dengan kelembapan dan temperatur yang tinggi sering menyebabkan ayam stres, sehingga produktivitas menjadi rendah. Adanya kandang closed house membuat lingkungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan ternak, sehingga produktivitas ternak akan lebih baik,” ujar Ali Agus pada kegiatan tersebut Senin (10/2/2020), di Kampus Fakultas Peternakan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta. 

Program WBA Batch #1 ini menjadi inovasi penting dalam membangun SDM unggul untuk mengelola closed house. Andi Magdalena Siadari, yang merupakan Sekjen Charoen Pokphand Foundation Indonesia, mengemukakan bahwa program WBA akan memberikan pemahaman kepada para peserta terkait business process dalam suatu industri perunggasan.

Ia menambahkan, peserta mendapatkan keterampilan teknis dalam pengelolaan teknologi closed house sehingga mendukung operasional pemeliharaan broiler. “Lebih dari itu, para peserta program WBA diharapkan dapat diserap secara langsung oleh industri sektor perunggasan setelah mengikuti program ini. Program WBA membantu industri dalam menyiapkan SDM (man power) yang sesuai kebutuhan,” jelas Magdalena. 

Sementara menurut salah satu peserta program WBA, Alif Fahmi Amrulloh, dirinya mengaku sangat antusias dan bersyukur bisa menjadi salah satu peserta dari program tersebut.

“Selain mendapatkan keterampilan terkait closed house yang nantinya dapat digunakan dalam pemeliharaan broiler, saya berharap dapat pula meningkatkan jejaring dengan lulusan baru dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia,” ucap Alif. 

Koordinator program WBA, Muhsin Al Anas, menambahkan, program tersebut diikuti oleh 20 orang fresh graduate program studi peternakan yang berasal dari tujuh universitas di Indonesia dan diseleksi dari 139 orang pendaftar.

Program in class training berlangsung pada 10-15 Februari 2020 di Fakultas Peternakan UGM, kemudian dilanjutkan kegiatan internship selama enam bulan, berakhir pada Agustus 2020,” katanya. (IN)

SEMINAR PURNA TUGAS, PERAN PETERNAKAN HASILKAN PRODUK PANGAN SEHAT

Dr Ir Setiyono SU saat menyampaikan materinya pada Seminar Purna Tugas di Fakultas Peternakan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta. (Foto: Istimewa)

Daging merupakan salah satu komoditi peternakan dengan permintaan yang tinggi untuk konsumsi manusia sebagai sumber pangan yang tinggi akan protein.

Pertimbangan konsumen dalam memilih bahan pangan adalah dari kandungan gizi, cita rasa, aspek kesehatan dan keamanan pangan. Hal itu disampaikan oleh Dosen Fakultas Peternakan UGM (Universitas Gadjah Mada), Dr Ir Setiyono SU, dalam sebuah Seminar Purna Tugas bertajuk “Peran Peternakan dalam Menghasilkan Produk Pangan yang Sehat” di Fakultas Peternakan UGM, Bulaksumur, Yogyakarta, Selasa (7/1/2020).

Dijelaskan oleh Setiyono bahwa ada beberapa aspek penting yang sangat mempengaruhi kualitas daging, yakni ragam pakan yang diberikan pada ternak dan cara pemeliharannya.

“Pakan yang baik adalah yang memenuhi kesehatan ternak, baik untuk pertumbuhan dan kenaikan berat badan, serta tujuan pemeliharaan ternak. Sehingga produk hasil ternak itu menjadi bahan pangan yang menyehatkan,” kata Setiyono. Oleh karenanya, pakan yang diberikan harus bebas dari residu pestisida, bebas residu antibiotik dan bebas residu logam berat.

Selain dari pemberian pakan, lanjut dia, produk pangan asal hewan yang dihasilkan juga tergantung dari cara pemeliharaan ternak yang dilakukan. Ia mencontohkan, ternak yang dipelihara di daerah pembuangan sampah, tentunya akan memiliki kualitas daging yang buruk, yakni banyak mengandung logam berat dan cemaran-cemaran dari mikrobia, baik itu aflatoksin, dioksin maupun residu pestisida.

“Cemaran-cemaran tersebut harus dihilangkan dengan cara memelihara minimum selama tiga minggu dengan pemberian pakan yang baik dan berkualitas dan bebas dari cemaran-cemaran berbahaya,” pungkasnya. (AS)

PERAN PENTING SDM DALAM MENGELOLA LIMBAH PETERNAKAN BERNILAI EKONOMIS

Pengukuhan Prof Ir Ambar Pertiwiningrum MSi PhD sebagai Guru Besar Fapet UGM (Foto: Istimewa)


Sumber Daya Manusia (SDM) berperan penting sebagai agent of change dan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan peternakan terintegrasi, khususnya dalam hal pemanfaatan limbah peternakan. Limbah peternakan dan hasil ikutan ternak saat dipotong sangat bernilai ekonomi tinggi apabila dikelola secara terpadu oleh SDM yang unggul dan lembaga yang selalu melakukan perubahan untuk peningkatan kemampuan. Dengan demikian, berdampak terhadap peningkatan perekonomian perdesaan dan dapat menurunkan efek gas rumah kaca.

Hal tersebut diungkapkan oleh Prof. Ir. Ambar Pertiwiningrum, M.Si., Ph.D., IPM., ASEAN. Eng saat ditemui di kampus Fakultas Peternakan UGM, Senin (23/12)

Ambar yang baru saja dikukuhkan menjadi Guru Besar Fakultas Peternakan tersebut mengatakan, peternakan terbukti berkontribusi pada pencemaran tanah dan air, yakni limbah peternakan menghasilkan emisi gas metan yang menyebabkan perubahan iklim. Fakta ini mendorong penerapan praktik peternakan terintegrasi yang dapat dikelola untuk menyuplai kebutuhan pangan dalam negeri dan sekaligus ramah lingkungan dengan dikelolanya limbah peternakan dengan baik dan bernilai ekonomi.

Menurut Ambar, diperlukan adanya revitalisasi pengelolaan limbah peternakan dan hasil ikutannya yang ramah lingkungan dan berorientasi ekonomi dengan prinsip 3R, yaitu: Reduce (mengurangi), Re- use (menggunakan kembali), dan Re-cycle (mendaur-ulang). Selain itu, revitalisasi pemeliharaan dan penanganan limbah peternakan juga harus mengacu pada circular economy atau ekonomi siklus sebagai praktik bisnis yang menguntungkan dengan memanfaatkan limbah dan produk samping/hasil ikutan dari aktivitas peternakan.

Circular economy didefinisikan sebagai sebuah sistem dengan mempertahankan nilai dari produk, material, dan sumber daya di dalam siklus ekonomi selama mungkin sehingga limbah dan hasil ikutan ternak dapat diminimalkan atau disebut dengan zero waste. Dalam konteks ini, circular economy tidak hanya berfokus pada pengurangan limbah dengan prinsip 3R tetapi bagaimana merancang pemanfaatan limbah dan hasil ikutan menjadi produk yang berharga secara ekonomi dan bernilai jual tinggi.

Dengan penerapan prinsip circular economy, peternak dapat bertahan ketika ada guncangan fluktuasi harga pakan dan ternak. Mindset pengelolaan usaha peternakan perlu diubah secara terintegrasi agar menghasilkan nilai ekonomi tinggi. Limbah peternakan yang selama ini dianggap sampah, dengan konsep circular economy menjadikannya sebagai sumber pendapatan atau dengan kata lain “tambang emas”. Pengelolaan limbah peternakan dari hulu ke hilir mulai saat produksi sampai pascapanen, seperti kotoran ternak, sisa pakan, isi rumen, kulit, tulang dan sludge biogas dapat dimanfaatkan menjadi by-product memiliki nilai ekonomi.

Prinsip 3R dan circular economy dapat mengintegrasikan bidang peternakan dengan sektor nonpertanian. Ambar menyebutnya dengan sistem pertanian terintegrasi (Integrated Bio-cycle Farming System, IBFS) pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan sumber daya lainnya. Salah satu penerapan IBFS adalah adopsi teknologi biogas yang dikenal pertama kali di Assyria 10 tahun sebelum Masehi, yaitu memanfaatkan kotoran ternak untuk diolah menjadi sumber energi di perdesaan. Gas metana dalam biogas dapat dibakar dan menghasilkan energi panas untuk bahan bakar dan energi listrik.

Implementasi teknologi untuk mendukung sistem IBFS berprinsip 3R dan circular economy ini sangat membutuhkan sumber daya manusia (SDM) kompeten dan berjiwa entrepreneurship. Penguatan kompetensi SDM dalam pengelolaan limbah peternakan dan hasil ikutan ternak (by product) merupakan solusi pengelolaan peternakan secara komprehensif dan berdaya saing tinggi.

Pemberdayaan masyarakat peternak di perdesaan sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kompetensi SDM unggul, dan model penguatan kelembagaan dengan membuka ruang belajar formal dan informal. Selain itu, kompetensi kewirausahaan menjadi poin penting untuk mewujudkan peternakan terintegrasi sebagai lokomotif ekonomi lokal perdesaan dengan mewujudkan produk-produk dari limbah dan hasil ikutan peternakan menjadi bernilai tambah ekonomi yang berdaya saing.

Mencetak petani dan peternak muda melalui lulusan perguruan tinggi dan SMK bidang Agro merupakan solusi jitu dan strategis dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian. Revitalisasi peternakan dan pertanian dapat dilakukan melalui sistem pembelajaran Laboratorium Edukasi Tani (LARETA), yaitu sistem pembelajaran yang memanfaatkan konsep integrated farming system (pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan) dan ilmu lainnya berbasis zero waste dengan konsep circular economy khususnya terkait peternakan dan pertanian dalam satu kawasan. Tujuannya meningkatkan kompetensi generasi muda (lulusan pertanian/peternakan) dalam hardskill maupun softskill dalam transfer teknologi dan pengetahuan dari perguruan tinggi ke masyarakat.

Sinergitas antarpihak untuk konsep di atas perlu menerapkan model pentahelix, yaitu melibatkan berbagai peran: 1) akademisi, dalam hal ini universitas dan SMK; 2) mitra investasi; 3) pemerintah pusat dan daerah; 4) industri, korporasi dan UMKM; dan 5) mitra asosiasi profesional. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian-Kementerian Pertanian, ada berbagai manfaat kegiatan sinergis di sektor pertanian dari sudut pandang ekonomi, moral, dan sosial-politis. Manfaat ekonomi, yaitu mencakup peningkatan produktivitas dan efisiensi, menumbuhkan jaminan kualitas, kuantitas serta kontinuitas, mengurangi resiko kerugian, memberikan, meningkatkan sosial benefit, dan meningkatkan ekonomi secara nasional. Dari segi moral, diharapkan kemitraan usaha mampu menunjukkan upaya kebersamaan dan kesetaraan, serta dari sudut sosial-politis diharapkan dapat mencegah kesenjangan, kecemburuan sosial, dan gejolak sosial-politik. Masing-masing memiliki peran dan menjadi syarat vital dalam keberlanjutan operasional dan perkembangan circular economy sektor peternakan.

Revitalisasi kelompok ternak juga menjadi salah satu upaya penting dalam mengembangkan kemitraan antarpihak. Dalam peningkatan kualitas SDM peternak melalui pelatihan teknologi tepat guna dan pengelolaan agrobisnis, tentunya melibatkan peran profesional penyuluh, pendamping dan akademisi. Kelompok ternak mandiri perlu didorong untuk mengkonsolidasikan diri dalam kelembagaan berbadan hukum, seperti: Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Koperasi atau UMKM sehingga memudahkan transaksi dan kemitraan usaha agrobisnis. Melalui kelembagaan resmi, kelompok ternak diberikan kemudahan akses pasar dan permodalan dengan mitra investasi, misalnya perbankan, koperasi, dan korporasi. (Rilis Fapet UGM)



FAPET UGM PEDULI PELESTARIAN AYAM KETAWA

Foto bersama kegiatan temu guyub pecinta ayam Ketawa di arena Gebyar Lustrum X Fapet UGM, Kampus Bulaksumur, Yogyakarta. (Istimewa)

Pelestarian ayam Ketawa sebagai plasma nutfah asli Indonesia yang dinilai masih terasa minim, membuat Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) menginisiasi  acara Temu Guyub Pecinta Ayam Ketawa, Sabtu (9/11), di arena Gebyar Lustrum X Fapet UGM, Kampus Bulaksumur, Yogyakarta.

Pengajar dan peneliti dari Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Ternak Fapet UGM, Galuh Adi Insani, mengatakan bahwa saat ini pihaknya telah mulai mendampingi peternak ayam Ketawa dalam wadah Paguyuban Pecinta Ayam Ketawa Yogyakarta (PAKYO) dan Persatuan Penggemar dan Pelestari Ayam Ketawa Seluruh Indonesia (P3AKSI) cabang Jawa Tengah.

“Nama aslinya ayam Ketawa adalah ayam Gaga. Saat ini kita baru memajang dulu sekitar 20 ekor ayam koleksi anggota PAKYO. Kita sudah menerima usulan untuk mengadakan latihan kontes setiap bulan di kampus dan menggelar kontes tahunan sebagai puncak rangkaian kontes yang digelar Pakyo dan P3AKSI. Kita sambut baik usulan itu dan kita akan agendakan bersama-sama,” kata Galuh pada acara yang dihadiri 30 penggemar ayam Ketawa yang merupakan anggota PAKYO, P3AKSI, penggemar ayam ketawa Solo dan Jawa Tengah.

Ia menjelaskan, sebagai ayam yang dinikmati suaranya, saat ini belum ada standar ilmiah untuk menilai suara ayam Ketawa. Meskipun sudah ada standar suara menurut penggemar, namun dia menyatakan perlu penelitian ilmiah. “Suara ayam Ketawa direkam secara digital kemudian dianalisis dengan bantuan grafik spektrum suara. Karakter suara kokok ayam Ketawa berupa volume suara, warna, tempo dan durasi akan diketahui secara terukur,” jelas dia.

Penelitian spektrum suara ayam asli Sulawesi Selatan ini, lanjut dia, dilakukan juga untuk membantu mengobyektifkan penelian penjurian kontes ayam Ketawa. Dia mengacu pada informasi kalangan penggemar bahwa selama ini masih harus menghadirkan juri ayam Ketawa dari Sulawesi Selatan untuk penjurian kontes tingkat nasional.

“Kita juga meminta pada PAKYO dan P3AKSI agar peneliti Fapet UGM bisa belajar standar penjurian. Untuk membentuk juri-juri dari kampus dan untuk dikaji juga secara ilmiah,” pungkasnya. (AS)

ULANG TAHUN KE-50, FAPET UGM PECAHKAN REKOR MURI FESTIVAL SATE KLATHAK

Festival Sate Klathak meriahkan HUT emas Fapet UGM (Foto: Istimewa)


Fakultas Peternakan (Fapet) UGM merayakan ulang tahun emas ke-50 atau LUSTRUM X pada Minggu, 10 November 2019. Mengusung tema “50 Tahun Berkontribusi dalam Pembangunan Peternakan Nasional”, Dekan Fakultas Peternakan, Prof Dr Ir Ali Agus DAA DEA IPU ASEAN Eng menyampaikan bahwa Yogyakarta selama ini dikenal dengan kota Gudeg atau Bakpia yang berbahan dasar dari tanaman.

Adapun sate klathak, merupakan salah satu ikon kuliner yang sangat dikenal dan digemari oleh masyarakat luas. Keberhasilan promosi sate klathak akan membawa dampak positif bagi pariwisata dan perekonomian masyarakat, melalui budidaya ternak dan mata rantai bisnis turunannya.

Fapet UGM bekerja sama dengan Perserikatan Peternak Kambing dan Domba Yogyakarta (PPKDY) memperkenalkan sate klathak sebagai kuliner yang identik dengan Yogyakarta. Sate klathak berbahan utama daging kambing atau domba yang merupakan komoditas peternakan.

Hal itu dilangsungkan dalam sebuah pemecahan pemecahan Rekor Muri Sate Klathak, yaitu sebanyak 10.011 tusuk untuk dikonsumsi bersama sebanyak 1969 orang di kampus Fapet UGM. Jumlah sajian sate klathak dan orang yang terlibat merupakan simbol tanggal lahir Fapet, yaitu 10 November 1969.

Pemecahan Rekor Muri tersebut sekaligus menjadi simbol kegiatan untuk memeriahkan Lustrum X Fakultas Peternakan UGM.  Melalui pemecahan Rekor Muri, sate klathak diharapkan dapat menjadi salah satu kampanye untuk peningkatan konsumsi protein hewani oleh masyarakat. Peningkatan konsumsi protein hewani diharapkan dapat meningkatkan usaha peternakan, sehingga berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi.

Acara puncak LUSTRUM X juga dimeriahkan dengan kegiatan Sarasehan Kuda dan Andong, lomba melukis anak-anak, bazar produk olahan ternak, dan fun bike yang melibatkan masyarakat umum. Selain itu juga akan dibagikan door prize dengan hadiah utama dua ekor sapi sebagai simbol Rojo Koyo oleh peternak. (AS)

FAKULTAS PETERNAKAN UGM KEMBALI ADAKAN KULIAH GRATIS

Dekan Fapet UGM, Prof Ali Agus, ketika membuka kegiatan kuliah gratis 2017 silam. (Dok. UGM)

Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali memberikan kuliah gratis “Bagimu Petani Kami Mengabdi” pada Jumat (13/9) di Auditorium Drh R. Soepardjo Fapet UGM.

Dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Dekan Fapet UGM, Prof Ali Agus, mengatakan bahwa kuliah gratis bertujuan untuk membantu menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat di bidang peternakan secara masif. Kehadiran Fapet UGM dalam rangka ulang tahun ke-50 dan Lustrum X, harus mampu membantu mencerdaskan banyak pihak.

Ketua Pusat Kajian Pembangunan Peternakan (PKPP) Fapet UGM, sekaligus penanggung jawab kegiatan kuliah gratis, Dr Ir  Sigit Bintara, mengatakan, jumlah peserta yang melakukan konfirmasi untuk mengikuti kuliah perdana pada Jumat (13/9), mencapai 353 orang dari berbagai daerah, diantaranya Yogyakarta, Klaten, Magelang, Demak, Purworejo, Wonogiri, Madiun, Situbondo, Ponorogo, Jakarta, Tangerang, Lampung hingga Sulawesi Selatan. 

Adapun tema kuliah gratis yang ditawarkan meliputi aneka ternak potong, ternak perah, ternak unggas, pakan ternak dan sistem peternakan terpadu. Kuliah gratis ini dilaksanakan setiap Jumat siang mulai 13 September hingga 11 Oktober 2019. (INF)

KONSUMSI PROTEIN KUNCI SUKSES TUMBUH KEMBANG ANAK

Para pembicara seminar (Foto: Dok. UGM)


Menyemarakkan Lustrum X Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada, digelar Seminar Promosi Konsumsi Protein Hewani dan Nabati Demi Anak Sehat, Tumbuh, dan Cerdas, Sabtu (7/9/2019). Acara yang digelar di di Auditorium Fakultas Peternakan UGM menggandeng Indonesian Children Care Community (IC3).

Direktur IC3 Prof. Dr Ir. Ali Agus, DAA, DEA, IPU menjelaskan, tantangan pertama pasca kelahiran anak adalah kesehatan dan tumbuh kembang. “Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial serta ditopang oleh protein hewani maupun nabati yang cukup, berkualitas dan berimbang dengan nutrisi lainnya,” ungkap Ali yang juga Dekan Fakultas Peternakan UGM. 

Tantangan kedua, lanjut dia, adalah pengetahuan dan preferensi orangtua dalam menyediakan pangan yang sehat, bergizi dan berimbang. Sebab penyediaan pangan dan gizi sumber protein perlu kesadaran, kemauan dan kesungguhan, karena bisa tergoda oleh kebutuhan lainnya yang sebenarnya bisa ditangguhkan. Selanjutnya tantangan ketiga adalah kesibukan orangtua dalam bekerja sehingga tidak lagi sempat memperhatikan pola konsumsi anak-anaknya, bahkan urusan makanan di rumah sepenuhnya diserahkan kepada pengasuh dan atau semata-mata mengikuti kesukaan anak.

Senada dengan Ali Agus, Kepala Seksi Inspeksi Peredaran Pangan Teknologi Baru, Bioterorisme, dan Pertahanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Fitrianna Cahyaningrum, SP., M.Gz menyatakan 46% penduduk Indonesia termasuk kategori cukup protein. “Ada 17% kurang protein dan 36% sangat kurang asupan protein. Kalau status ini terdapat pada anak usia 13 sampai 18 tahun, harus segera ditangani karena  merupakan fase awal produktif untuk pria dan fase awal kesuburan untuk wanita,” jelasnya.

Fitrianna mengimbau agar dilakukan upaya mengubah preferensi pembelanjaan uang jajan. “Uang Rp 1.500 – Rp 2.000 yang biasa digunakan untuk jajan makanan kecil yang kurang bergizi, diupayakan untuk membeli telur ayam saja, yang lebih bergizi bagi anak dan remaja,” tandas dia. Hal itu, dia menambahkan, harus terus didorong meskipun perubahan pola konsumsi pangan sudah terjadi, menurut WHO konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang pada 2011 hanya 17%, tahun lalu sudah meningkat menjadi 34% dari total konsumsi protein.

“Konsumsi protein hewani ini penting, karena mengandung asam-asam amino esensial yang tidak tergantikan dan tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Asam amino dipergunakan untuk pertumbuhan organ dan untuk membentuk hormon-hormon pertumbuhan,” tegasnya. Namun demikian, untuk menyeimbangkan pola makan, protein nabati tetap penting dikonsumsi karena ada nutrisi lain yang terdapat pada bahan pangan sumber protein nabati, namun tidak terdapat pada bahan pangan hewani. (Rilis/INF)


FAPET UGM KENALKAN PETERNAKAN SEBAGAI INDUSTRI BERTEKNOLOGI TINGGI

Siswa-siswi saat mengikuti open house Fapet UGM. (Foto: Dok. Fapet UGM)

Open house Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM), memperkenalkan industri peternakan modern sebagai industri biologis yang sarat teknologi tinggi pada kegiatan Lustrum X Fapet UGM, 26-28 Agustus 2019, yang diikuti oleh siswa SMA, SMK dan mahasiswa baru Fapet UGM angkatan 2019. 

Diawal kegiatan, peserta diberi suguhan video profil Fakultas Peternakan UGM dipandu oleh Sekretaris Prodi S1 Fapet UGM, Ir Ahmad Romadhoni Suryaputra dan materi peternakan dan kedaulatan bangsa yang dibawakan Panitia Lustrum X, Muhsin Al Anas SPt. Hadir pula sebagai narasumber dosen Fapet UGM, Dr Ir EndyTriannanto dan Dr Ir Siti Andarwati. Setelah mendengar materi, peserta diajak mengunjungi laboratorium dan kandang-kandang riset Fapet UGM. 

Dijelaskan Ahmad Romadhoni, bahwa peternakan merupakan industri biologis yang dijalankan menggunakan rakayasa bioteknologi. “Dari sudut pandang engineering, ternak adalah mesin biologis yang menghasilkan pangan berkualitas tinggi berupa daging, telur dan susu dari bahan baku berupa pakan biji-bijian dan hijauan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Kamis (29/8/2019).

Ia menambahkan, struktur industri peternakan juga lengkap, meliputi upstream berupa industri pembibitan, pakan, obat hewan dan peralatan tenak, serta downstream yang meliputi industri pengolahan dan distribusi hasil ternak.

Lebih lanjut dijelaskan, selain kuliah dan mengurus ternak di kandang, mahasiswa Fapet UGM juga mempelajari ilmu nutrisi dan pakan ternak, produksi ternak, pemuliaan dan reproduksi ternak, teknologi (pengolahan) hasil ternak dan sosial ekonomi peternakan.

“Untuk mata kuliah dasar, semua mahasiswa harus masuk ke kandang. Selanjutnya, mahasiswa bisa memilih mata kuliah sesuai konsentrasi yang dipilih. Banyak mata kuliah yang aktivitasnya di laboratorium, tidak selalu harus masuk kandang,” ucap dia.

Ahmad melanjutkan, bahwa teknologi pengolahan daging dan susu hanya dipelajari secara mendalam di Fapet UGM. Di sisi lain, ilmu ekonomi dan kewirausahaan juga dipelajari di Departemen Sosial dan Ekonomi Peternakan. “Di situ disediakan pula fasilitas laboratorium komputer dan audio visual,” tandasnya. (INF)

UGM DESAK PEMERINTAH ATASI KEMELUT HARGA AYAM BROILER

Fakultas Peternakan UGM  (Foto: UGM)



Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Fakultas Kedokterah Hewan UGM mendesak pemerintah untuk segera mengatasi kemelut harga ayam broiler hidup atau live bird. “Kami menyerukan untuk dilakukan penyelamatan peternak dan pelaku industri peternakan ayam mandiri ini,” kata Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Dr Ir Ali Agus, kepada wartawan menanggapi anjloknya harga ayam broiler di kalangan peternak, Selasa (26/6/2019).

FKH UGM

Pemerintah diharapkan, imbuh Prof Ali Agus, agar menetapkan harga acuan atas dan harga acuan bawah baik untuk bibit, ayam hidup dan karkas.

Harga ayam broiler hidup atau live bird selama lebih dari dua pekan jatuh ke titik terendah yakni sebesar Rp 7.000-Rp 9.000. Sementara harga pokok produksi setiap kilogram mencapai Rp 16.000 hingga Rp 18.000 per kilogram (kg) sehingga banyak peternak yang mengalami kerugian besar, bahkan terancam bangkrut dan gulung tikar.

Kendati harga ayam hidup di tingkat peternak jatuh, namun harga di tingkat konsumen Rp 18.000 per kg untuk ayam hidup dan Rp 26.000 hingga 32.000 untuk karkas.

Kesenjangan harga di tingkat peternak dengan konsumen ini, menurut Ali Agus, perlu ditelusuri pemerintah dan pihak berwenang agar peternak mandiri tidak merasa dirugikan. “Setiap pelaku usaha harus memiliki ruang yang adil dalam memperoleh keuntungan usahanya,” katanya.

Selain menetapkan harga acuan, Prof Ali Agus juga meminta pemerintah melalui Kementerian dan Bulog bisa mengendalikan keseimbangan ketersediaan dan kebutuhan daging ayam broiler di pasaran dengan mengurangi stok produksi bibit secara transparan.

“Soal kebutuhan dan ketersediaan ini harus dilakukan secara cermat dan sungguh-sungguh,” tegasnya.

Proporsi usaha di sektor budidaya juga ditingkatkan, sehingga memungkinkan pelaku usaha peternakan ayam mampu bertahan dan memperoleh kesejahteraan. “Meski jumlah peternak mandiri ini hanya 20 persen dari seluruh pelaku usaha, namun puluhan ribu keluarga dan pekerja akan terancam jika usaha mereka bangkrut,” lanjutnya.

Seperti yang dilakukan oleh pelaku usaha dari perusahaan besar di bidang usaha budidaya, pemerintah diminta untuk memfasilitasi para peternak dan pelaku usaha supaya memiliki usaha pemotongan bersama, gudang penyimpanan dan infrastruktur perkandangan yang lebih memadai.

“Perlu restrukturisasi kebijakan di bidang industri perunggasan agar lebih efisen, berkeadilan dan memberikan pemerataan akses berusaha lebih luas,” pungkasnya. (Humas UGM/INF)

SEPERTI APA RESEARCH FARM CLOSED HOUSE HASIL KERJASAMA JAPFA-UGM?

Seremonial peresmian kandang closed house JAPFA-UGM ditandai pengguntingan pita.

Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof Ir Panut Mulyono, M.Eng, D.Eng, Selasa (23/4/2019) meresmikan research farm (closed house) di Fakultas Peternakan UGM. Kandang tertutup tersebut hasil kerjasama dengan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JAPFA) melalui anak usahanya, PT Ciomas Adisatwa.

Dengan dijalinnya kerjasama itu, diharapkan dapat melahirkan lulusan-lulusan UGM yang siap terjun ke industri peternakan dengan kemampuan yang mumpuni.

“JAPFA sebagai perusahaan agribisnis terintegrasi memiliki komitmen yang kuat dalam membantu pemerintah mewujudkan ketahanan pangan, khususnya pemenuhan kebutuhan protein hewani asal unggas yang halal dan higienis. Komitmen tersebut salah satunya diwujudkan melalui kerjasama dengan Fakultas Peternakan UGM,” kata Achmad Dawami, Deputy Head of Commercial Poultry Division JAPFA.

Bagian dalam research farm JAPFA-UGM.

Kandang tertutup ini akan digunakan mahasiswa S1, S2, dan S3 untuk melakukan penelitian terkait budidaya ayam. UGM melalui Fakultas Peternakan UGM menjadi perguruan tinggi Indonesia pertama yang memiliki kandang closed house berstandar internasional.

Dekan Fakultas Peternakan UGM Prof Ali Agus mengemukakan, “Kerja sama research farm closed house menjadi hadiah ulang tahun ke-50 bagi UGM dan ini sangat relevan untuk menemukan riset-riset baru yang berguna bagi Indonesia.”

Luas kandang 8x24 meter persegi dan dibagi menjadi 48 replikasi masing-masing berukuran 1,25x2 meter. Kapasitas tiap replikasi menampung 32 ekor ayam.

Kolaborasi JAPFA dengan UGM merupakan rangkaian kerjasama yang terjalin sejak 2003. Pada saat itu dibangun teaching farm yang dilanjutkan pada 2017 dengan pembangungan Laboratorium Pasca Panen berkapasitas sekitar 20.000 ekor ayam per hari. (NDV)

Fapet UGM Optimis Tanaman Chicory Jadi Pakan Unggul Indonesia

Ir Nafiatul Umami menunjukkan Chicory di kebun rumput Fapet UGM (Foto: Dok. UGM)

Fakultas Peternakan (Fapet) UGM tengah mengembangkan riset tanamana forbs Chicory. Fapet UGM sangat optimis bahwa tanaman Chicorium Intybus ini mampu menjadi pakan unggul di Indonesia.

Riset yang dilakukan Fapet UGM dan Cropmark Seed Company New Zealand menunjukkan bahwa produksi Chicory di Indonesia lebih besar 2—3 kali lipat dibandingkan dengan produksi di negara asalnya, New Zealand.

“Kami melaksanakan riset untuk mengembangkan tanaman tersebut di Indonesia. Chicory mampu beradaptasi dengan baik di sini dengan kandungan protein kasar yang tinggi (25.5% BK) dan serat kasar yang rendah (26,0% BK). Dibandingkan dengan tanaman pakan legum yang umum dibudidayakan di Indonesia, kandungan nutriennya jauh lebih baik. Ini menjadi keunggulan utama dari tanaman Chicory,” ujar Dekan Fapet UGM, Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., IPU dalam keterangan pers yang diterima Infovet, Rabu (9/1/2019).

Prof Ali Agus menambahkan, Chicory yang ditanam di kebun rumput Fapet UGM dapat menghasilkan produksi segar sebanyak 55 ton/hektar pada umur potong 30 hari dengan kadar air sekitar 18%. Pada musim kering (Agustus 2017 – Februari 2018), Chicory dapat menghasilkan produksi hijauan sebanyak 27,5 ton/hektar setiap kali panen.

Jika panen dilakukan setiap bulan, maka produksi Chicory pada musim kering dapat mencapai 330 ton/hektar/tahun atau sekitar 60 ton bahan kering/hektar/tahun.

“Produksi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Chicory yang ditanam di New Zealand dengan bahan kering berkisar 8 – 19% dengan protein kasar 20 – 26 % dan kandungan serat kasar 20 – 30%. Di New Zealand, produksi bahan kering yang dihasilkan sebanyak 8--16  ton/hektar/tahun,” jelasnya.

Hal ini berarti bahwa produksinya 3 sampai 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan di negara asalnya. Kesuburan lahan di Jawa menjadi salah satu faktor pendukung produktivitas yang tinggi.

Selain Dekan, tim peneliti yang terdiri atas Ir. Nafiatul Umami, S.Pt., M.P., Ph.D., IPM., Dr. Ir. Bambang Suhartanto, DEA, Slamet Widodo, S.Pt, Dr. Tim Cookson, dan Brian Thorrington yang berasal dari pihak Cropmark Seed Company New Zealand.

Seperti Apa itu Chicory?

Chicory merupakan jenis forbs, yaitu tanaman pakan herbaceous (bukan kayu) berdaun lebar dan tidak seperti rumput, sehingga tidak termasuk kategori rumput maupun legum. Jenis tanaman ini banyak terdapat pada ladang penggembalaan, dapat hidup 2 tahun atau lebih.

Tanaman ini penting untuk meningkatkan produktifitas ladang penggembalaan. Di negara asalnya, New Zealand, tanaman Chicory merupakan tanaman andalan bagi ternak sapi perah maupun domba di padang penggembalaan.

Sejak 2015, Fapet UGM menjalin kerja sama dengan industri pengembang rumput dan legum Cropmark Seed Company New Zealand yang merupakan salah satu industri eksportir biji rumput dan legum terkemuka di seluruh dunia.

Mulanya, Fapet UGM melaksanakan uji coba pada lebih dari 30 jenis rumput dan legum dari
Cropmark New Zealand untuk dievaluasi potensi pengembangannya di Indonesia.

Hasil studi awal, ditemukan 3 jenis yang sangat potensial dan adaptif dengan kondisi agroekologi Indonesia. Salah satunya adalah tanaman forbs Chicory. (NDV)

Fapef UGM Terapkan Metode Teleconference dalam Simposium


Foto : Dok. Fapet UGM

Menyambut era revolusi industri 4.0, sektor peternakan dituntut untuk mampu berinovasi dalam memanfaatkan perkembangan teknologi. Tema hangat ini mengemuka dalam Simposium Nasional Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tropik (Simnaster) 2018, Senin (5/11/2018) di Auditorium Drh R Soepardjo Fakultas Peternakan (Fapet) UGM.

Simposium ini menggunakan metode teleconference, serta turut mempelopori program #IndonesiaEfisien 4.0. Maksud dari penggunaan teknologi dan program efisiensi ini adalah untuk turut mempelopori penyelenggaraan simposium yang mengutamakan efisiensi dalam penggunaan peralatan dan perlengkapan seminar.

Kebaruan dari metode Simnaster 2018 adalah pendaftaran dapat menggunaan gadget, karena menggunakan aplikasi khusus Simnaster 2018.

Perkembangan industri peternakan saat ini meliputi inovasi pakan, manajemen feedlot, komputasi data, ekonomi digital, big data dan sebagainya. Perkembangan ini selanjutnya mengarah pada sistem automatisasi yang dibutuhkan untuk memudahkan peternak dan industri dalam mengelola usahanya.  Automatisasi memungkinkan industri menghemat sumber daya dan mengoptimalkan efektivitas hasil produksi dalam waktu cepat.

“Acara ini bertujuan memperkenalkan Internet, Communication, and Technology (ICT) dalam bidang peternakan sebagai sarana meningkatkan kesejahteraan peternak dan memenuhi kebutuhan industri. Selain juga menyediakan wadah bagi stakeholder, industri, perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan peternak rakyat untuk menjalin networking,” terang Ketua Panitia Seminar, Dr Ir Endy Triyannato SPt dalam keterangan resminya.

Simposium ini diikuti kurang lebih 150 peserta dengan 46 pemakalah oral dan 26 pemakalah poster dengan berbagai macam tema terkait industri peternakan 4.0. Antara lain tema nutrisi unggas, nutrisi ruminansia, produksi ternak unggas, produksi ternak perah, produksi ternak potong, sosial ekonomi peternakan, inovasi teknologi dalam bidang peternakan, dan lainnya.

Tantangan Bagi Fapet UGM

Jumlah publikasi riset internasional yang dihasilkan oleh peneliti Indonesia semakin meningkat dalam lima tahun terakhir bahkan berada di atas negara Singapura dan Thailand. Kendati demikian, kenaikan tersebut belum diikuti oleh kualitas produk hasil riset karena masih kuatnya ego sektoral masing-masing lembaga.

Oleh karena itu, antarperguruan tinggi dan lembaga riset saling bersinergi untuk menghasilkan hasil riset yang bisa dibanggakan oleh Indonesia di mata internasional.

“Tantangan kita, belum memiliki ikon nasional yang bisa dibanggakan karena antarlembaga tidak sinergi,” kata Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pe­ngembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati, saat menjadi pembicara kunci pada Simnaster 2018 ini.

Melansir dari laman fapet.ugm.ac.id, Dimyati memberi tantangan bagi peneliti di Fakultas Peternakan UGM untuk menghasilkan salah satu produk riset yang bisa dibanggakan bangsa Indonesia.

“Pesan Pak Menteri, tahun depan Fakultas Peternakan bisa hasilkan produk riset sapi Indonesia,” ujarnya. (NDV)




Plastik Berperekat Aman Kemas Daging Kurban

Kemasan berperekat dengan label untuk pengemasan daging kurban
yang aman dan informatif. (Foto: Dok. UGM)

Dalam mengemas daging kurban, masyarakat hampir selalu menggunakan kantong plastik terbuka (kresek) yang sangat rentan oleh kontaminasi bakteri. Oleh karena itu, agar kualitas daging tetap bagus dan awet, dapat dipilih beberapa alternatif pengemasan, salah satunya ialah pengemasan daging menggunakan plastik PA/PE berperekat (sealed plastic bag).

Hal tersebut diungkapkan oleh pakar Food Packaging Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Ir Endy Triyannanto.

“Kantong plastik berperekat merupakan pilihan yang aman, praktis, terjangkau, dan terlihat lebih menarik. Dengan perekat, daging dapat terhindar dari kontak langsung dengan sinar matahari, debu dan risiko tumpah pada waktu didistribusikan. Plastik PA/PE dan mesin sealer juga mudah didapatkan di pasaran,” ujar Endy dalam keterangan tertulis yang diterima Infovet, Selasa (21/8).

Endy menambahkan, kemasan daging akan lebih baik jika diberi label. “Label pada kemasan terlihat sederhana tetapi penting. Dalam label dapat dicantumkan nama masjid penyalur daging kurban, jenis daging, berat daging dan saran penyimpanan. Informasi ini akan meningkatkan fungsi kemasan,” tambah dosen lulusan Gangneung-Wonju National University ini.

Dosen di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Daging Fapet UGM itu menekankan untuk menghindari penggunaan plastik hasil daur ulang.  “Ketika membeli kantong plastik, selama tidak tertera simbol daur ulang dengan kode angka 1-7, sebaiknya dihindari karena sulit diketahui jenis dan asal produk. Kandungan berbahaya dalam plastik hasil daur ulang dapat berpindah ke makanan yang terkena panas dengan lama waktu dan temperatur tertentu, terutama makanan yang mengandung lemak. Plastik daur ulang tidak selalu berwarna hitam, tergantung dari pewarna yang digunakan,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, angka 1 (PET) berarti Polyethylene Terephthalate, angka 2 (HDPE) berarti High-density Polyethylene, angka 3 (PVC) berarti Polyvinyl Chloride, angka 4 (LDPE) berarti Low Density Polyethylene, angka 5 (PP) berarti Polypropylene, angka 6 (PS) berarti Polystyrene dan angka 7 (other) berarti plastik kombinasi atau dari bahan plastik lain. “Untuk produk makanan atau minuman umumnya digunakan jenis PET atau PP,” katanya. 

Alternatif Lain
Selain plastik berperekat, Endy mengungkapkan bahwa terdapat dua alternatif lain pengemasan daging yang potensial untuk digunakan. “Pertama, kita dapat menggunakan kemasan vakum. Dengan pengemasan ini, kadar oksigen dapat dikurangi sehingga otomatis proses oksidasi berkurang. Proses ini efektif untuk mengurangi ketengikan daging,” kata Endy.

Kemasan vakum merupakan pilihan yang mudah dan terjangkau. Kantong plastik vakum berbahan baku PA/PE, dua lapis dengan bahan Polyamide/polyethylene dan mesin vakum sekarang mudah didapatkan di pasaran dengan harga terjangkau.

“Pilihan kedua ialah retort pouch, yaitu pengemasan dengan proses sterilisasi menggunakan plastik multi-layer,” tambahnya. Proses sterilisasi mikrobakteri hingga 121°C dapat mengawetkan daging olahan selama lebih dari satu tahun pada suhu ruangan.

Kendati demikian, Endy menyebut, pengemasan ini belum banyak berkembang di Indonesia. Namun, ia yakin teknik pengemasan ini prospeknya sangat bagus di Indonesia. “Teknik ini sangat sesuai digunakan untuk mengemas daging olahan yang akan disalurkan, seperti misal untuk ke daerah bencana. Transportasi bahan bernutrien tinggi sulit, sehingga retort pouch dapat menjadi solusi yang tepat,” tandasnya. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer