Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Petelur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KUALITAS PULLET DAN GANGGUAN REPRODUKSI

Pemeliharaan pullet ayam petelur modern dengan sistem koloni dalam kandang tertutup ternyata selain mampu mengurangi kasus-kasus infeksius selama masa pullet, tetapi juga dapat membentuk kualitas pullet yang optimal dengan keseragaman yang tinggi.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant-Jakarta)

Slogan "more eggs less feed" tampaknya sudah lengket dengan karakteristik umum ayam petelur modern. Sadar atau tidak, sekarang para peternak ayam petelur tengah berhadapan dengan ayam petelur “gaya baru”. Keengganan mengikuti perubahan tata laksana pemeliharaan yang seiring dengan perkembangan genetik ayam petelur modern tentu dapat memengaruhi total penampilan akhir ayam. Ujung-ujungnya, tidak saja menyebabkan keuntungan yang sudah di depan mata tereduksi, tetapi juga dapat menjadi faktor pencetus masalah baru yang kompleks dan terkesan misterius.

Dalam satu dekade terakhir, para praktisi lapangan yang jeli tentu dapat mengidentikasi meningkatnya kasus-kasus non-infeksius pada ayam petelur modern, khususnya gangguan reproduksi yang berkorelasi dengan metabolisme tubuh (penyakit metabolik). Pada kenyataannya, selain kasus yang tergolong dalam kelompok ini memang relatif sulit untuk didiagnosis secara cepat karena banyak faktor yang terlibat, juga rendahnya persentasi kesembuhan.

Dengan kata lain, kasus penyakit metabolik gangguan reproduksi pada ayam petelur modern umumnya bersifat semi permanen (non-reversible). Ini berarti, ayam yang sudah mengalami masalah umumnya mempunyai produktivitas sub-optimal pada sepanjang hayatnya.

Beberapa bentuk penyakit metabolik pada ayam petelur modern yang sering ditemukan di lapangan seperti tertera dalam tabel:

Kasus Non-infeksius (Metabolik) pada Ayam Petelur Modern

Problem yang Tampak

Efek

Prolapsus dan kanibalisme

Deplesi meningkat, % HH rendah

Kejang kalsium (calcium tetany)

Deplesi meningkat, % HH rendah

Egg-yolk peritonitis

Deplesi meningkat, % HH rendah

Kerabang telur tipis/bobot telur ringan

Bobot telur rendah, telur afkir meningkat

Kelelahan bertelur (cage layer fatigue)

Deplesi meningkat, % HH rendah

Osteoporosis

Deplesi meningkat, % HH rendah


Sekilas Tentang Ayam Petelur Modern
Perkembangan genetik ayam petelur modern memang sangat spektakuler. Jika diikuti dengan perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, maka seekor ayam petelur modern mampu menghasilkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023. (toe)

KENALI FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN REPRODUKSI PADA UNGGAS

Ayam petelur, sebuah mesin biologis. (Foto: Istimewa)

Layaknya sistem organ lain, sistem organ reproduksi pada unggas juga memegang peran krusial. Mungkin pada broiler gangguan pada organ reproduksi jarang dibicarakan, namun bagi layer dan breeder, gangguan pada organ reproduksi akan sangat memengaruhi performa produksi.

Sebagai makhluk hidup ovipar, unggas juga berkembang biak dengan cara bertelur layaknya ikan dan reptil. Telur unggas merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, baik diolah maupun tanpa diolah. Sebagai salah satu komoditas yang digemari masyarakat dunia, sangat penting agar produksi telur tetap terjaga.

Di era modern ini unggas petelur didesain sebagai mesin biologis penghasil telur yang sangat masif. Salah satu produsen bibit ayam petelur bahkan mengklaim bahwa ayam petelur keluaran mereka dapat bertelur sebanyak 500 butir lebih dalam kurun waktu 100 minggu, tentunya perkembangan yang luar biasa dari tahun ke tahun.

Kuantitas vs Kualitas Telur
Setidaknya ada dua aspek yang dinilai dari keberhasilan pencapaian produksi telur, yakni kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas telur berkaitan dengan hen day (produksi telur), sedangkan kualitas terkait bentuk, ukuran, konsistensi, haugh unit, dan berbagai aspek lain dari telur yang dihasilkan. Keduanya amat penting untuk dijaga peternak.

Misalnya jika produksi telur dari satu peternakan melimpah, namun kualitasnya buruk (ukuran kecil, kisut, mudah pecah, dan bermasalah lain), tentu akan banyak telur yang diafkir dan tak terjual. Begitupun sebaliknya, jika kualitas telur sudah baik namun produksinya sedikit, peternak pun akan merugi.

Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 4-5% alias baru belajar bertelur. Selanjutnya produksi telur akan meningkat secara cepat hingga mencapai puncak produksi sekitar 96%, bahkan ada yang mengklaim 98% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 26 minggu).

Sesuai pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan. Pada saat ayam berumur 90-100 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dengan jumlah telur per hen house 466 butir dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap diafkir (HyLine Brown Management Guide, 2019).

Staf pengajar sekaligus ahli Kesmavet SKHB IPB University, Drh Denny Widaya Lukman, mengatakan bahwa untuk menentukan kualitas dari sebutir telur harus melihat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023. (CR)

KESIAGAAN MENGHADAPI GANGGUAN REPRODUKSI

Gambar kiri: Kerabang telur lunak (EDS). Gambar kanan: Albumin luar sangat encer. (Foto-foto: Dok. Romindo)

Untuk mencapai target produktivitas ayam petelur, faktor kesehatan harus selalu mendapat perhatian serius untuk mencapai performa genetik ayam yang optimal. Dengan semakin tingginya target produktivitas, menyebabkan ayam menjadi semakin sensitif terhadap perubahan lingkungan dan meningkatnya risiko penyakit, sehingga diperlukan manajemen kesehatan yang lebih baik.

Upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit penyebab gangguan produksi telur adalah dengan menghindari atau mengurangi faktor-faktor yang dapat mendukung terjadinya penyakit, antara lain iklim dan cuaca, fluktuasi temperatur, atau kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya stres pada ayam. Risiko ini akan semakin tinggi pada kandang sistem terbuka, sehingga ayam akan semakin rentan terhadap infeksi penyakit.

Selain itu, kualitas air minum pada peternakan yang menggunakan air permukaan karena sulitnya mendapat air tanah yang dalam, kualitas air minum merupakan masalah utama yang sering menjadi faktor pendukung timbulnya penyakit, terutama cemaran koliform yang melebihi batas normal.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas pakan. Bahan baku pakan asal biji-bijian yang tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang menghasilkan toksin. Selain itu, tak kalah penting adalah program kesehatan dan pencegahan penyakit. Dengan semakin kompleksnya kejadian penyakit saat ini, program kesehatan dan pencegahan penyakit semakin banyak dan membutuhkan biaya tinggi, oleh sebab itu harus dilakukan pemilihan program kesehatan dan  biosekuriti yang tepat dan efisien.

Penurunan produksi pada ayam petelur dapat disebabkan beberapa faktor:

• Usia: Produksi telur biasanya mencapai puncak ketika ayam berusia 24-50 minggu. Setelah itu, produksi telur secara alami mulai menurun seiring bertambahnya usia ayam.

• Nutrisi: Kekurangan nutrisi atau gangguan dalam pemberian pakan dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Ayam petelur membutuhkan asupan pakan seimbang, termasuk protein, vitamin, mineral, dan air yang cukup. Nutrisi yang tidak seimbang atau kekurangan pakan dapat memengaruhi kesehatan dan produksi telur ayam.

• Penyakit dan infeksi: Seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran reproduksi, atau penyakit menular lainnya dapat menyebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

PETERNAKAN DISEGEL, 30 RIBU EKOR AYAM PETELUR TERANCAM MATI

Lokasi peternakan ayam PT Sube Rezeki Semesta di Serang, Banten.
(Sumber : Istimewa)

Sebanyak 30 ribu ekor ayam petelur di Desa Sukamenak, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, terancam mati di kandang usai adanya penyegelan peternakan oleh Pemerintah Kabupaten Serang, Banten.

Kepala Seksi Penindakan dan Pengawaaan Dinas Satpol PP Kabupaten Serang, Yogi Hernanto, mengatakan pihaknya melakukan penyegelan lantaran adanya aduan dari warga.

"Biar kondusif, kita (Dinas Satpol PP) lakukan penyegelan kembali. Kalau dipaksakan juga tidak bisa. Yang dikhawatirkan tidak kondusif," kata Yogi saat dikonfirmasi, Jumat, 21 Juli 2023.

Sementara penjaga kandang milik PT Sube Rezeki Baru Semesta, Ariah, mengatakan pihaknya telah menjelaskan  puluhan ribu ayam di kandang tidak bisa dibiarkan hidup begitu saja tanpa pasokan makanan dari mesin pakan. Menurutnya, Dinas Satpol PP juga sengaja menghentikan aliran air untuk minum unggas tersebut. 

"Saya pribadi sedih, karena harus meninggalkan ayam tanpa makan dan minum begitu. Pakan yang ada di kandang hanya bertahan sampai pagi nanti. Kemungkinan bisa mati separuhnya atau semua kalau dibiarkan," jelas Ariah.
 
Sebagai informasi sebelumnya Dinas Sat Pol PP telah melaksanakan kegiatan penutupan aktivitas peternakan tersebut beberapa bulan lalu lantaran dinilai melanggar peraturan daerah. (INF)

INGAT, PERIODE REARING PENTING

Pertumbuhan ayam memiliki ukuran yang berbeda-beda, dimana kebutuhan ventilasinya berbeda. (Foto: Istimewa)

Mengapa fase rearing sangat penting? Performa ayam akan bergantung pada apa yang dilakukan di setiap fase layer. Hal ini dikupas dalam webinar “Pullet Rearing: Micro Climate and Feeding Program” yang diadakan De Heus Indonesia, Selasa (4/4).

Pertumbuhan ayam memiliki ukuran yang berbeda-beda dimana kebutuhan ventilasinya berbeda, mulai dari ayam kecil ke ayam besar atau dewasa amat penting menyesuaikan kebutuhannya sesuai usia.

Pada puncak produksi ayam layer sangat tinggi hampir mendekati 100%, yang akan berangsur turun mengikuti umur. “Jadi cara kita mempertahankan keuntungan adalah dengan mempertahankan produksi pada ayam di usia tua,” kata Senior Specialist Poultry De Heus Indonesia, Jan van de Brink.

Ayam layer saat ini target bisa mencapai produksi 500 butir telur di umur 100 minggu. Untuk mencapai hal tersebut membutuhkan kombinasi tiga hal yaitu genetic potential, nutrisi, dan melalui manajemen yang salah satunya terkait microclimate.

Ketika ayam sudah memiliki potensi unggul tetapi tidak didukung lingkungan yang memadai, maka hasilnya tidak akan maksimal. Manajemen yang baik tentu akan menghasilkan produksi telur yang baik atau meningkat. Begitupun sebaliknya, manajemen buruk maka hasil pun tidak akan bagus.

Jan mengatakan, pertumbuhan dan fase rearing tidak selesai di umur 16 minggu melainkan sampai umur 30 minggu. “Kita harus mempersiapkannya, karena mungkin pada saat ayam memulai bertelur hingga fase puncak,” tambahnya.

Apabila sudah mencapai umur 18 minggu yang bisa diperbaiki hanyalah sedikit. Karena apa yang dilakukan di umur 17 minggu sebelumnya itulah yang menentukan keberhasilan produksi. Sebab sangat mudah merusak pullet yang baik, namun sulit memperbaiki pullet yang sudah rusak.

Microclimate Control
Microclimate control apa saja yang bisa dilakukan peternak? Diantaranya dengan kontrol suhu atau temperatur. Kemudian comfort zone atau zona nyaman untuk ayam patut disediakan. “Pastikan alas/litter kering. Keluarkan gas-gas berbahaya contoh amonia dan pastikan terjadi pertukaran udara yang baik,” urai Jan.

Lebih lanjut dijelaskan terkait climate parameters yaitu… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (NDV)

KONSUMSILAH TELUR, MAKA ASI AKAN BERLIMPAH

Kandungan protein dan omega 3 dalam telur yang tinggi sangat bagus untuk ibu yang sedang menyusui bayi. (Foto: Dok. Infovet)

Dua ibu muda ini punya pengalaman menarik, tentang konsumsi telur. Atas anjuran dokter anak yang mereka kunjungi sekali dalam sebulan, air susu ibu (ASI)-nya berlimpah setelah rutin konsumsi telur.

Belum ada tiga bulan seorang ibu muda, Winarti melahirkan anak kedua. Masa dimana kebutuhan ASI untuk buah hatinya masih tinggi. Sebagai ibu rumah tangga yang tahu pentingnya ASI bagi anak, maka sejak masa mengandung hingga sekarang, ia selalu mengonsumsi makanan bergizi. Daging ayam setidaknya ia konsumsi dua kali dalam seminggu, plus aneka sayuran.

Namun untuk konsumsi telur ayam, Winarti tak pernah melupakan. Setiap pagi sebelum sarapan nasi, ia merebus dua butir telur untuk makanan pembuka. Satu jam kemudian baru ia sarapan nasi beserta lauk seperti biasa.

Rutinitas mengonsumsi telur ayam setiap pagi ternyata bukan karena sekadar doyan. Winarti memiliki alasan dari sisi kesehatan dan kebutuhan nutrisi. Sebagai ibu muda, ia rajin membaca artikel atau mendengarkan video di media sosial yang mengulas tentang kesehatan ibu pasca melahirkan dan ASI bagi bayi.

“Saya sudah sering tanya ke dokter anak setiap kali saya kontrol. Kata dokter konsumsi telur ayam yang direbus secara rutin bukan hanya menyehatkan ibunya, tapi juga dapat memenuhi nutrisi bagi bayi melalui ASI yang diberikan,” tutur Winarti yang tinggal di Depok, Jawa Barat, kepada Infovet.

Ia memercayai kandungan protein dan omega 3 dalam telur yang tinggi sangat bagus untuk ibu yang sedang menyusui bayi. Awalnya ia enggan mengonsumsi telur rebus tiap hari. Selain mudah bosan, ia beralasan kadang berasa mual setelah konsumsi telur.

Namun setelah sering mendengar masukan dari dokter anak, ia menjadi yakin dan akhirnya konsumsi telur rebus setiap pagi. Hasilnya produksi ASI-nya cukup berlimpah. “Alhamdulillah anak saya sehat. Pas waktu lahir berat badannya 3,7 kg dan dalam tiga bulan naik menjadi 6 kg lebih,” ujarnya.

Pesatnya pertumbuhan sang bayi tentu bukan hanya telur yang ia konsumsi. Winarti juga rajin mengonsumi sayur dan buah. Susu berbahan kacang-kacangan juga menjadi pelengkap minumannya setiap hari. Namun menurutnya, konsumsi telur sangatlah dianjurkan agar ASI yang dihasilkan berkualitas.
  
Tingkat Kualitas ASI 
ASI menjadi satu-satunya makanan bernutrisi lengkap untuk bayi. Kualitas ASI yang baik dapat berpengaruh pada perkembangan otak si kecil. Untuk itu para ibu perlu mengonsumsi makanan tinggi protein, kalsium hingga omega 3 agar si kecil tetap sehat. Telur ayam adalah sumber omega 3 paling murah dari sisi harga.

Para ibu juga membutuhkan banyak kalori untuk menunjang produksi ASI. Pastikan konsumsi makanan dengan diet seimbang, dengan mengonsumsi karbohidrat, protein, lemak hingga vitamin yang berasal dari bahan makanan alami. Jangan lupa mengonsumsi beragam variasi makanan agar nutrisinya komplet.

Journal of Health, Population and Nutrition, sebuah jurnal kesehatan di Amerika Serikat, dalam salah satu ulasan artikelnya menyebut konsumsi telur saat hamil dan menyusui aman, asalkan benar-benar dimasak dengan baik. Tak disarankan mengonsumsi telur mentah atau setengah matang, karena kemungkinan tercemar bakteri berbahaya seperti salmonella.

Bakteri tersebut bisa berdampak buruk pada kesehatan ibu menyusui. Dengan memasak telur akan membunuh bakteri, sehingga akan mengurangi risiko keracunan bakteri salmonella saat hamil atau menyusui.

Menurut data dalam jurnal tadi, manfaat telur rebus untuk ibu hamil dan menyusui dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan kolin sekitar 550 mg. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak dalam kandungan.

Mengonsumsi telur dalam jumlah yang cukup juga dapat membantu pertumbuhan janin dan bayi saat menyusui. Karena mengandung asam amino esensial yang tidak dapat disintetis oleh tubuh.

Kandungan vitamin D pada telur terkonsentrasi di kuning telur. Oleh karena itu, wanita hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak vitamin D dibanding wanita tidak hamil. Nutrisi ini penting untuk kesehatan, termasuk menjaga kesehatan tulang, mendukung fungsi kekebalan tubuh dan menstrimulasi perkembangan janin.

Dokter Jadi Rujukan
Nurkhikmah adalah ibu muda lain yang juga masih menyusui anaknya yang berumur satu tahun lebih enam bulan. Wanita asal Kota Pemalang, Jawa Tengah, ini juga tergolong rajin mengonsultasikan masalah kesehatan anaknya ke dokter anak yang sekali dalam sebulan ia kunjungi.

Masalah yang banyak ditanyakan ke dokter adalah nutrisi dan pentingnya ASI bagi sang buah hati. “Pokoknya setiap kali imunisasi anak ke dokter saya selalu manfaatkan untuk konsultasi. Kalau sudah dokter yang kasih masukan kan lebih yakin untuk kesehatan anak,” ungkapnya kepada Infovet.

Soal pemberian ASI, Nurkhikmah menuturkan, telur memiliki sederet kandungan gizi yang dibutuhkan ibu menyusui agar ASI yang dihasilkan berkualitas. Meski kecil, telur mengandung kalori tinggi sehingga termasuk makanan yang baik untuk sumber energi.

Bagi ibu menyusui, ini menjadi penting karena untuk menghasilkan ASI tubuh membutuhkan energi ekstra. Selain itu, kebutuhan energi sangat dibutuhkan mengingat proses menyusui sangat melelahkan.

Telur yang dikonsumsi ibu menyusui akan membantu menunjang kebutuhan energi yang dibutuhkan dalam meningkatkan produksi ASI. “Selain energi, kandungan protein, vitamin dan mineral yang terkandung dalam telur juga akan meningkatkan kualitas ASI,” kata Nurkhikmah menirukan penjelasan dokter.

Mengonsumsi telur juga dapat membantu proses pemulihan. Sebelum menyusui, tubuh wanita mengalami stres tinggi akibat hamil dan proses persalinan. Salah satu kandungan telur yang paling dominan adalah protein yang penting dalam pembangunan sel-sel tubuh.

“Dulu waktu setelah masa persalinan di rumah sakit selesai dan saya pulang ke rumah, dokter bilang dengan konsumsi telur yang kaya protein, proses pemulihan sel yang rusak dan pembentukan otot akan berjalan baik,” tambahnya.

Makan telur untuk ibu menyusui juga berkhasiat menjaga daya tahan tubuh. Vitamin A, B12 dan selenium di dalam telur juga penting untuk sistem pertahanan tubuh. Nutrisi ini penting agar ibu menyusui tidak mudah sakit meski harus sering begadang mengurus bayi.

Di balik besarnya manfaat konsumsi telur ayam bagi ibu hamil dan menyusui, masih ada sebagian orang yang takut makan telur setelah melahirkan. Khususnya para ibu muda yang tinggal di pedesaan masih ada yang dihantui mitos-mitos yang tak jelas asal usulnya.

Menurut Nurkhikmah, di kampungnya masih ada orang yang meyakini kalau ibu hamil tua yang mengonsumsi telur bisa berakibat kulit bayi belang seperti panu dan masih banyak keyakinan lainnya. “Tapi itu dulu, sekarang sudah mulai berkurang pemahaman seperti itu. Mungkin karena akses informasi di handphone sudah gampang,” ucapnya.

Ia juga mengaku pernah bertanya kepada dokter anak, intinya seberapa bahaya ibu yang menyusui tapi alergi dengan telur. Nurkhikmah mendapat jawaban yang cukup membuatnya lega. Ia katakan, ibu menyusui tidak memiliki pantangan untuk menghindari makanan yang memicu alergi seperti telur, karena tidak akan berdampak pada bayi.

Namun, perlu dihindari jika ibu yang memiliki alergi terhadap telur. Jadi intinya, selama ibu hamil tersebut tidak ada alergi terhadap telur, maka tak perlu khawatir. Sebab, ibu hamil yang mengonsumsi telur dapat meningkatkan asupan kolesterol baik dalam tubuh, sehingga bisa terhindar dari berbagai gangguan kesehatan yang memengaruhi jantung. (AK)

TELUR REBUS, PILIHAN TEPAT UNTUK MPASI

Konsumsi telur ayam maupun telur puyuh sama baiknya. (Foto: Shutterstock)

Mitos konsumsi telur ayam tak baik bagi ibu pasca melahirkan masih “berlaku” di sebagian masyarakat pedesaan. Padahal, sumber protein hewani ini kaya manfaat bagi pertumbuhan janin hingga sang bayi lahir.

Usai menjalani masa pesalinan di rumah sakit, setiap pagi Laila Sukma mendapat kunjungan dokter anak di ruang perawatan. Kunjungan dokter dilakukan rutin setiap pagi untuk mengecek kondisi ibu muda yang baru melahirkan anak pertamanya itu.

Dalam setiap kunjungan, dokter selalu mengingatkan agar pasiennya tak melupakan makan telur rebus yang disiapkan dalam menu sarapan. “Telur rebus penting untuk mempercepat penyembuhan luka Ibu, soalnya kan lahirannya sesar. Makan telur bisa membantu luka lebih cepat sembuh,” pesan dokter, seperti ditirukan Laila.

Menurutnya, sang dokter juga berpesan agar konsumsi telur tetap dilanjutkan setelah pulang dari rumah sakit. “Dokter bilang selama masa menyusui, telur ayam yang direbus bagus banget untuk memacu ketersediaan air usu ibu (ASI),” ujarnya kepada Infovet.

Sebagai wanita yang sedang menikmati masa bahagia atas kelahiran anak pertamanya, Laila merasa perlu banyak mencari informasi seputar gizi untuk ibu pasca melahirkan. Wanita ini rajin berburu informasi tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) untuk buah hatinya, jika sudah umurnya sudah cukup untuk makan.

“Saya suka baca-baca info tentang makanan yang bagus buat bayi. Telur ayam rebus banyak direkomendasikan sebagai makanan pendamping ASI. Kalau sekarang kan banyak makanan produk pabrikan, saya nanti maunya bikin sendiri saja. Lebih murah, tapi gizinya terpenuhi,” tuturnya.

Laila memang termasuk ibu yang cerdas dalam memilih makanan. Apa yang dipikirkan olehnya tentang telur adalah benar adanya. Dalam banyak literatur kesehatan, pasca persalinan seorang ibu sedang dalam masa menyusui anaknya, sudah pasti sedang membutuhkan asupan gizi ekstra agar ASI yang dihasilkan memenuhi kebutuhan sang bayi.

Ibu yang masih dalam masa menyusui membutuhkan protein hewani, protein nabati, kalsium, vitamin dan jenis gizi lainnya. Jika asupan gizi komplit tak dipenuhi, maka yang terjadi adalah anak akan menderita gizi buruk dan lambat dalam pertumbuhan atau yang dikenal dengan istilah stunting. Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Dalam laman jurnal American Heart Asociation menyebutkan, hal itu dibuktikan oleh penelitian di Afrika yang pernah membandingkan anak yang memiliki pola makan vegan atau sama sekali tidak mengonsumsi produk hewani dengan anak yang rutin makan protein hewani.

Dari penelitian tersebut, hasilnya anak yang mengonsumsi protein hewani memiliki tubuh lebih tinggi dibanding yang hanya mengonsumsi protein nabati. Meski demikian, bukan berarti protein nabati tidak boleh diberikan sebagai MPASI pada anak.

Inilah satu salah alasan pentingnya edukasi kepada masyarakat soal mengonsumsi makanan yang menjadi sumber protein hewani, seperti telur dan daging ayam. Edukasi tentang pentingnya konsumsi telur dan daging ayam perlu dilakukan. Kampanye makan telur dan daging ayam juga harus terus digaungkan.

Jurnal American Heart Asociation juga menyebutkan manfaat telur rebus untuk ibu hamil adalah dapat meningkatkan kualitas ASI. Wanita hamil membutuhkan minimal 450 mg kolin. Sementara wanita yang sedang menyusui membutuhkan sekitar 550 mg kolin. Selain untuk ASI, telur juga meningkatkan kecerdasan otak bayi sejak kandungan.

Beda Gengsi 
Telur ayam merupakan sumber protein dan nutrisi lainnya yang tergolong murah. Dibandingkan daging sapi, dengan takaran yang sama, harga telur jauh lebih murah namun memiliki kandungan gizi yang luar biasa. Perbedaan konsumsi daging dan telur hanya pada “gengsi” saja.

Menurut ahli gizi dari Univeritas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Taufik Maryusman SGz MGizi MPd, kandungan asam amino yang ada di dalam telur juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh.

Sebab itu, menjadikan telur dan daging ayam sebagai MPASI sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu-ibu menyusui bayinya hingga anaknya makan makanan padat. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin dan fosfor. Kandungan ini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang si kecil. Tak hanya itu, kandungan kolin dan vitamin C-nya dapat meningkatkan perkembangan otak anak.

Sementara telur ayam, selain mudah didapatkan juga merupakan makanan yang mengandung nutrisi komplet untuk bayi hingga orang dewasa. Dalam satu butir telur, mengandung 75 kalori, 7 gram protein tinggi, zat besi, lemak dan vitamin.

Sebagai catatan, tentunya pemberian MPASI dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan usia bayi. Dimulai dari makanan bertekstur lunak seperti bubur susu, lalu bubur saring, lembek seperti bubur biasa, lalu nasi tim, hingga yang padat seperti nasi biasa atau makanan keluarga.

Masih menurut Taufik, telur ayam bukan satu-satunya sumber protein hewani yang terjangkau dari sisi harga. Ada telur puyuh yang juga dapat menjadi sumber protin yang sama, dengan takaran yang sama pula. Telur puyuh memiliki sejumlah kandungan nutrisi yang baik untuk tubuh.

Menurutnya, telur puyuh memang tidak sefamiliar telur ayam yang lebih banyak dikonsumsi anak-anak dan orang dewasa. ”Tetapi manfaatnya tidak ada bedanya dan bermanfaat bagi tubuh,” kata Taufik.

Ada beberapa kandungan nutrisi telur puyuh yang cukup baik untuk diketahui oleh orang tua, agar anak-anaknya juga gemar mengonsumsi. Pertama, sama seperti telur ayam, telur puyuh tinggi protein. Satu porsi telur puyuh (isi lima butir) mengandung 6 gram protein yang ternyata sama banyak dengan satu butir telur ayam. Protein diperlukan tubuh untuk dijadikan sumber energi, menjaga stamina, memelihara kesehatan kulit dan rambut, serta membangun dan menguatkan massa otot, baik dikonsumsi untuk anak-anak hingga orang dewasa.

Kedua, telur mini yang dihasilkan burung puyuh juga kaya vitamin A dan kolin. Setiap porsi telur puyuh menawarkan 119 miligram kolin dan 244 IU vitamin A. Artinya, seporsi telur puyuh (setara lima butir) mampu menyajikan sekitar 22-28% kebutuhan kolin harian dan 8-10% asupan vitamin A dalam sehari. Dua nutrisi ini bersamaan menjaga kerja sistem imun tubuh untuk mencegah risiko penyakit dan infeksi, khususnya mencegah perkembangan penyakit jantung. Vitamin A dan kolin juga berperan memelihara fungsi sistem saraf dan indra penglihatan.

Ketiga, telur burung puyuh mengandung lebih banyak selenium (26%) dan zat besi (9%) daripada telur ayam. Selenium bermanfaat untuk memelihara fungsi kognitif otak, meningkatkan metabolisme hormon tiroid dan memperbaiki kerusakan DNA. Sementara, zat besi berfungsi memproduksi sel darah merah sehat untuk mencegah anemia. Zat besi juga mungkin berpotensi memberikan perlindungan terhadap penyakit jantung. Kombinasi zat besi dan selenium dibutuhkan tubuh untuk memetabolisme otot serta memelihara kesehatan pembuluh darah. Jadi, mulailah konsumsi telur puyuh karena cukup baik untuk anak-anak maupun orang dewasa dan bisa diolah menjadi aneka ragam makanan yang lezat.

Dengan kepadatan nutrisi yang terkandung di dalamnya, menurut Taufik, telur puyuh bisa menjadi salah satu pilihan untuk makanan pendamping ASI bagi anak bawah tiga tahun.

Telur Ayam vs Telur Puyuh
Menurut data dari jurnal American Heart Asociation yang dirilis pada 2002, telur puyuh terdiri atas putih telur (albumen) 47,4%, kuning telur (yolk) 31,9% dan kerabang serta membran kerabang 20,7%. Kandungan protein telur puyuh sekitar 13,1%, sedangkan kandungan lemaknya 11,1%. Untuk kuning telur puyuh mengandung 15,7-16,6% protein, 31,8-35,5% lemak, 0,2-1,0% karbohidrat dan 1,1% abu. Telur puyuh juga mengandung vitamin A sebesar 543 ug (per 100g).

Lalu, bagaimana perbandingan kandungan nutrisi telur puyuh dengan telur ayam? Setiap 50 gram atau sekitar satu butir telur ayam berukuran besar mengandung 6 gram protein dan 78 kalori. Sedangkan, satu porsi telur puyuh (lima butir) mengandung 6 gram protein dan 71 kalori.

Bila konsumsi satu porsi telur puyuh, ini artinya akan mendapatkan asupan protein yang sama dengan sebutir telur ayam. Kandungan kalorinya pun hanya terpaut tujuh kalori saja, sehingga tak jauh berbeda.

Bukan hanya jumlah kalorinya saja yang mirip, kandungan vitamin dan mineral pada dua jenis telur inipun cenderung sama. Dari sisi kandungan kolesterol, setiap lima butir alias seporsi telur puyuh mengandung 5 gram lemak, yang terdiri dari 1,6 gram lemak jenuh. Sementara, sebutir telur ayam ukuran besar (50 gram) mengandung 5 gram lemak, dengan 1,5 gram lemak jenuh.

Meskipun perbedaannya tampak sedikit, namun kandungan lemak jenuh dalam telur puyuh tetap lebih tinggi dari telur ayam. Oleh karena itu, jangan mengonsumsinya secara berlebihan, makanlah secukupnya. (AK)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer