MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS BABI INDUKAN MELALUI SINKRONISASI BERAHI
![]() |
Suasana Webinar Ceva (Sumber : CR) |
Wabah African Swine Fever (ASF) yang melanda Indonesia beberapa tahun lalu dampaknya masih terasa hingga kini. Salah satu dampak yang paling kentara adalah sulitnya mendapatkan stok bibit babi untuk penggemukan.
Dalam rangka meningkatkan produktivitas indukan dalam menghasilkan bibit yang berkualitas, tentunya dibutuhkan manajemen pemeliharaan dan trik tertentu agar indukan dapat menghasilkan bibit yang berkualitas secara berkelanjutan.
Ceva Animal Health Indonesia selaku pelaku industri obat hewan mencermati isu ini dengan baik. Mereka mengadakan webinar mengenai produktivitas babi indukan yang berjudul Reproductive Management Through Synchronization of Gilts melalui Zoom Meeting pada Selasa (22/7) yang lalu. Dalam acara tersebut yang bertindak sebagai pembicara adalah Dr Irawin Nimmansamai, Swine APAC Vet Service Manager Ceva Animal Health dan dimoderatori oleh Drh Bintang Mas Kamdoro.
Dalam presentasinya, Dr Irawin menyampaikan bahwa produktivitas indukan dipengaruhi oleh berbagai hal mulai dari pakan, manajemen pemeliharaan, hingga status kesehatan. Selain itu ia juga menekankan bahwa potensi genetik babi saat ini sangat luar biasa, di Eropa bahkan dalam setahun indukan babi dapat melahirkan 35-40 ekor anakan. Sementara di beberapa negara Asia yang maju seperti Cina, 30-35 ekor anakan adalah hal yang lumrah.
"Untuk mencapai itu, selain manajemen pemeliharaan yang baik juga tentunya harus dilakukan trik agar siklus kehamilan dan melahirkan dari indukan berjalan dengan baik. Karena jika terlalu lama dibiarkan non produktif, peternak juga akan rugi dari segi pakan dan tempat," tutur dia.
Dr Irawin mengatakan bahwa salah satu trik yang dapat digunakan dalam mengakali hal ini adalah sinkronisasi berahi. Sinkronisasi berahi adalah upaya manipulasi atau pengaturan siklus reproduksi hewan betina agar berahi (estrus) terjadi secara serempak dalam suatu kelompok. Pada ternak babi, yang memiliki sistem reproduksi poliestrus (birahi sepanjang tahun), sinkronisasi berahi sangat berguna terutama pada peternakan skala menengah hingga besar yang menerapkan sistem batch mating atau kawin kelompok.
Siklus estrus babi betina (gilt dan sow) umumnya berlangsung selama 18–24 hari, dengan rata-rata 21 hari. Namun dalam kondisi normal, waktu berahi antar-individu tidak selalu bersamaan. Hal ini menyulitkan manajemen reproduksi, terutama penjadwalan inseminasi buatan (IB) dan pemanenan hasil ternak secara serempak. Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi sinkronisasi berahi.
Dr Irawin mengatakan bahwa sinkronisasi berahi dapat dilakukan dengan penggunaan sediaan hormonal yang berupa progrsteron sintetis misalnya alternogest. Sediaan tersebut telah banyak digunakan di berbagai negara untuk melakukan sinkronisasi berahi pada babi indukan.
Tujuan dari sinkronisasi berahi selain menyamakan waktu birahi antar-individu dalam satu kelompok, tentunya juga dapat meningkatkan efisiensi reproduksi dengan menurunkan waktu dan tenaga dalam deteksi birahi harian.
"Ini tentunya akan memudahkan pengaturan logistik dan sumber daya (seperti penyediaan semen beku, jadwal tenaga kerja, vaksinasi, dan pakan laktasi). Meningkatkan produktivitas dan profitabilitas secara keseluruhan dalam sistem peternakan babi komersial," tutur Dr Irawin.
Dari webinar tersebut dapat disimplkan bahwa sinkronisasi berahi merupakan teknologi penting dalam sistem reproduksi babi modern. Meskipun metode hormonal membutuhkan biaya tambahan, manfaat jangka panjang berupa efisiensi, konsistensi produksi, dan keuntungan ekonomi membuatnya layak dipertimbangkan terutama pada skala usaha menengah hingga besar. Kombinasi antara teknologi dan manajemen yang baik akan mendukung keberhasilan program reproduksi dan meningkatkan daya saing industri peternakan babi. (CR)
GEGAP GEMPITA CHICK DAY 2024
CEVATALK EPISODE 7 : LESS IS MORE
![]() |
Suasana Saat Cevatalk |
PT Ceva Animal Health Indonesia kembali menyapa para customer mereka dengan menggelar sesi diskusi interaktif mereka yang bernama Ceva Talk melalui laman instagram resmi mereka, Senin 25 Maret 2023 yang lalu. Tema yang diusung kali ini Less is More.
Dijelaskan Adhysta Prahaswari selaku Marketing Manager Ceva, bahwa maksud dari tema tersebut adalah manajemen vaksinasi pada ayam petelur.
"Ayam petelur masa hidupnya panjang, tentunya program vaksinnya juga banyak dan berulang - ulang, tentunya ini meningkatkan risiko kegagalan vaksin akibat stress. Jadi tema kali ini adalah bagaimana mengatur agar vaksinasi lebih efektif," tuturnya.
Hadir sebagai narasumber yakni Drh Dedi Nur Aripin selaku Veterinary Service Layer Specialist PT Ceva. Dalam paparannya, Dedi menjelaskan rutinitas dan fase kehidupan ayam petelur mulai dari DOC, pullet, awal produksi, puncak produksi, dan afkir.
Waktu pemeliharaan yang panjang tentunya membuat ayam petelur membutuhkan waktu timbuh kembang yang maksimal, dimana lingkungan yang baik dan minim stress dibutuhkan. Namun karena padatnya jadwal vaksinasi dapat menambah risiko stress yang dapat menurunkan imunitas tubuh.
"Ayam yang berada dalam keadaan sehat tetapi stress, tetap berisiko menaikkan angka kegagalan vaksin. Ini yang harus diminimalisir," tutur Dedi.
Mengatur Jadwal vaksinasi ayam petelur kata Dedi bisa disesuaikan dengan kondisi terkini di kandang. Ia mengambil contoh salah satu produsen bibit ayam yang menekankan bahwa kunci keberhasilan produksi ayam petelur ada pada angka 5 16 300.
"5 Minggu pertama fase kehidupan merupakan fase dimana ayam harus memiliki bobot yang sesuai standar dengan kseragaman yang tinggi. Ini akan menjadi kunci apakah produksi bisa tepat atau telat," tutur Dedi.
Ia menambahkan bahwa pada lima minggu pertama merupakan perkembangan organ pencernaan dan kekebalan. Sehingga akan menentukan awal mula produksi, puncak produksi, jumlah telur yang dihasilkan, bisa dibilang 5 minggu pertama adalah fase golden age bagi ayam petelur.
Sedangkan pada umur 16 minggu merupakan fase perkembangan sistem hormon dan reproduksi ayam. Pada umur ini harus diusahakan bobot badan sesuai standar dan keseragamannya tinggi, jika tidak peternak harus siap produksi telurnya mundur.
Dan pada tahapan terakhir yaitu 300, ini merupakan kunci ketiga, dimana harus diperhatikan tercapainya berat badan dari mulai produksi 5% sampai puncak produksi. Pada periode tersebut pertambahan berat badan harus mencapai 300 gram.
Dengan manajemen vaksinasi yang tepat, kata Dedi ayam dapat tumbuh secara maksimal sesuai target tanpa risiko stress yang tinggi. Ceva sangat berkomitmen akan hal ini, dimana dengan segala sumberdaya dan teknologi yang dimiliki terus berinovasi dengan berbagai macam program seperti vaksinasi in ovo, hatchery vaksin, dan sebagainya.
"Jadi salah satu yang kami upayakan adalah ayam tidak terlalu sering terpapar stress akibat keseringan divaksin, dengan teknologi yang kami miliki kami yakin dapat memberi solusi manajemen vaksinasi terbaik agar produksi tetap optimal," tuturnya.
RAGAM PENYAKIT YANG MENGHAMPIRI & BAGAIMANA PREDIKSINYA
Yang Terjadi Bisa Diprediksi
Dinamika penyakit unggas di Indonesia sangat menarik untuk dicermati. Pola penyakit yang berulang, membuat berbagai pihak tertarik untuk memprediksinya. Namun begitu, tidak bisa sembarangan dalam menerka dinamika penyakit unggas, perlu digunakan pendekatan tertentu dan pengumpulan data yang apik agar dapat memprediksinya.
Salah satu perusahaan kesehatan hewan yang rutin memprediksi penyakit unggas yakni PT Ceva Animal Health Indonesia. Mereka rutin menyajikan data dan memprediksi penyakit unggas dalam beberapa tahun terakhir di negara tempat mereka beroperasi, salah satunya Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh Veterinary Service Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Drh Fauzi Iskandar.
“Kami berkiblat pada Ceva Global, dimana di situ ada program yang namanya GPS (Global Protections Services). Bentuk dari program tersebut yakni awareness, monitoring, dan troubleshooting. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk servis kami kepada para customer Ceva dan sudah kami lakukan sejak 2018,” tutur Fauzi.
Lebih lanjut dijabarkan mengenai data penyakit unggas yang terjadi di 2023. Dimana Ceva secara rutin mengunggahnya di website mereka sehingga dapat memudahkan peternak, praktisi dokter hewan, bahkan khalayak umum dapat mengaksesnya. Data tersebut diunggah secara berkala setiap bulannya.
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan Ceva melalui program GPS, sampai Desember 2023 setidaknya ada lima penyakit yang dominan menjangkiti peternakan ayam broiler maupun petelur. Kelima penyakit tersebut yakni IBD (gumboro) 12%, chronic respiratory disease (CRD) 11%, dan newcastle disease (ND) 11%.
Pada ternak broiler, serangan ND masih mendominasi sebanyak 14% kasus, IBD 12%, dan CRD 12%. Sedangkan pada ayam petelur kejadian kasus... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2023.
CEVA TALK EPISODE 2 : KUPAS VAKSINASI DI HATCHERY
![]() |
Ceva Talk Episode 2 : Membahas Vaksinasi Hatchery |
Rabu 18 Oktober 2023 PT Ceva Animal Health Indonesia kembali menggelar acara talk show melalui live streaming dari aplikasi instagram. Kali ini acara bertema Ceva Talk tersebut membahas mengenai lika - liku vaksinasi di hatchery. Bertindak selaku narasumber yakni Dedi Rahmadi selaku Vaccination Service Manager dan Untung Prayitno Vaccination Service Supervisor Automation.
Dedi Rahmadi dalam pemaparannya mengatakan bahwa vaksinasi yang dilakukan di hatchery memiliki beberapa keunggulan diantaranya memberikan kekebalan lebih awal di hatchery, kualitas vaksinasi lebih maksimal karena menggunakan produk khusus dan alat–alat modern / otomatis., mengurangi tingkat stress ayam,mengurangi penyebaran penyakit oleh vaksinator yang selalu berpindah dari farm ke farm, serta lebih mudah, lebih praktis, lebih terkontrol dan lebih efisien.
"Vaksin yang bisa diaplikasikan di hatchery diantaranya ND, IBD, Gumboro, dan berbagai penyakit lainnya, dengan teknologi terkini serta sumber daya yang kami miliki vaksinasi menjadi lebih praktis dan efisien karena ayam berumur sehari sudah mendapatkan vaksin yang lengkap," tutur Dedi.
Selain itu Ceva juga memiliki teknologi vaksin in ovo alias aplikasi vaksin pada telur tetas. Vaksinasi in ovo sudah dapat dilakukan sejak telur tetas berusia 18,5 hari. Hal tersebut disampaikan oleh Untung Prayitno. Ia melanjutkan bahwa teknologi yang dibutuhkan levelnya lebih tinggi lagi dimana dibutuhkan semacam perangkat laser yang bekerja layaknya proses candling untuk mendeteksi apakah embrio di dalam telur tetas tersebut hidup atau mati sehingga vaksin yang diberikan dosisnya tidak terbuang alias mubadzir.
"Untuk ini di Indonesia nanti teknologi ini akan kami aplikasikan, sudah ada beberapa Ceva partner yang berminat dengan teknologi ini. Ceva partner juga tidak usah takut terkait dengan keamanan dari teknologi kami karena ini sudah berjalan selama 15 tahun dan yang jelas sangat presisi tanpa dampak negatif bagi embrio," tutur Untung.
Lebih lanjut Dedi dan Untung juga menjabarkan berbagai macam jenis vaksin, alat, dan semua teknologi terkait yang dimiliki Ceva. Dengan berbagai kelebihannya vaksinasi baik di hatchery maupun in ovo dapat diaplikasikan lebih efektif dan efisien.
Selain teknologi dan peralatan, Ceva juga tidak lupa juga dalam aspek sumberdaya manusia. Ceva tentunya juga memiliki tim dengan sumberdaya manusia yang mumpuni. Mereka nantinya siap memantau, dan membantu berjalannya proses vaksinasi sampai benar - benar terlaksana dengan baik. Mereka juga telah dilatih secara khusus dalam melakukan aplikasi vaksinasi baik pada hatchery dan in ovo. Alat yang digunakan juga secara rutin dikalibrasi dan dilakukan proses maintenance, sehingga para customer tidak usah khawatir dengan layanan yang diberikan. (CR)
BEGINI PREDIKSI PENYAKIT UNGGAS 2023 MENURUT CEVA
![]() |
Live Streaming Ceva Animal Health Indonesia |
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler. FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Forum Komunikasi Pelayanan Publik, Rabu (15/10) di BBPPMVP, Depok Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) sebagai ...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Dirkeswan Drh Hendra Wibawa membuka CEO Forum dengan pemukulan gong didampingi Ketum dan Sekjen ASOHI. (Foto: Dok. Infovet) Cibubur, Selasa ...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Hijauan kering dan jerami kering Berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan serta berbagai jerami kering yang sengaja dipan...