Penyakit ayam yang sangat terkenal di kalangan peternak ayam, ND (New Castle Disease), yang juga menyerang pernapasan, tetap menjadi sorotan utama dari berbagai penyakit yang lain. Demikianlah kesimpulan Infovet dalam mengamati perkembangan peta penyakit ternak unggas 2012-2013.
Belum lama ini pada 2012, dua seminar bertema ”Perkembangan Virus ND di Indonesia: ND G7B” diangkat oleh PT Medion Bandung dengan pembicara Drh Witarso dan Drh Budi Purwanto dari PT Medion. Sedangkan seminar bertema ”Pengendalian Genotipe 7 Newcastle Disease di Indonesia” diangkat oleh PT Romindo Primavetcom dengan pembicara Dr Michael Lee.
Belum lama ini juga, Seminar bertema ”Penanganan ND yang masih mendominasi penyakit unggas di Indonesia” diangkat oleh PT Caprifarmindo Laboratories Bandung dengan mengetengahkan pembicara Prof DR Drh Fedik Abdul Rantam MPhil dari Universitas Airlangga Surabaya. Seminar bertema ”Newcastle Disease” diangkat oleh PT Japfa Comfeed Indonesia dengan mengetengahkan pembicara DR Teguh Prajitno. Adapun Seminar tentang ND bertema ”Reaksi ringan, perlindungan Tinggi, Pendekatan baru dalam ND” diangkat oleh PT Intervet Indonesia dengan menampilkan pembicara Dr Jay F Peria.
Dari berbagai liputan terhadap seminar tentang Perkembangan Virus ND di Indonesia tersebut, Infovet melengkapi dengan wawancara khusus dengan pakar penyakit unggas di Indonesia Prof Drh Charles Rangga Tabbu MSc PhD yang Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan dengan studi literatur dari berbagai sumber. Dari hasil semua sumber ini Infovet melaporkan kepada pembaca bahwa secara garis besar virus ND dapat diklasifikasikan berdasarkan serotipe, patotipe, dan genotipe (yang muncul sebagai hasil perkembangan teknologi terkini).
Klasifikasi virus ND berdasar serotipe adalah mengacu pada protein HN dengan melakukan HA/HI test, di mana ND hanya punya 1 serotipe. Sedangkan klasifikasi virus ND berdasar patotipe adalah mengacu pada virulensi atau tingkat keganasan. Sementara klasifikasi virus ND berdasarkan genotipe adalah mengacu pada tingkat susunan asam amino penyusun gen.
Berdasarkan patotipe/tingkat keganasannya, terdapat 3 jenis virus ND. Ketiga patotipe virus tersebut yaitu Velogenik, Mesogenik dan Lentogenik. Karakteristik serangan virus Velogenik ditandai terutama dengan infeksi saluran pencernaan (viserotropik) dan organ syaraf (nerotropik) yang parah, sehingga sering disebut dengan serangan VVND (velogenic viscerotropic Newcastle disease). Sementara karakteristik serangan virus Mesogenik memiliki keganasan menengah dan terutama menyebabkan gangguan pernapasan, bahkan terkadang menunjukkan gangguan syaraf. Sedangkan karakteristik virus Lentogenik merupakan penyebab dari penyakit ND tipe ringan, kadang-kadang tidak menampakkan gejala yang spesifik.
Perkembangan teknologi terkini memunculkan klasifikasi virus secara genotipe. Identifikasinya dengan melihat materi inti virus. Klasifikasi virus ND secara genotipe sesungguhnya berawal dari analisis secara filogenetik (kekerabatan), di mana virus ND dikelompokkan menjadi 2 divisi; yaitu Klas I (yang menyerang unggas air dan terdiri dari golongan virus bervirulensi rendah) yang minimal terdiri dari 9 genotipe, dan Klas II (yang menyerang unggas darat dan terdiri dari virus bervirulensi rendah tapi mayoritas virulen/ ganas) yang terdiri 10 genotipe.
Dengan penggolongan klas ini tentu saja masyarakat peternakan (bakal) lebih familiar dengan 10 genotipe pada virus ND Klas II ini. Baik untuk diketahui bahwasanya dari 10 genotipe (1-10), genotipe “awal” yang ditemukan pada tahun 1930-1960 adalah genotipe 1, 2, 3, 4 dan 9. Sementara genotipe “belakangan” yang ditemukan setelah tahun 1960 adalah genotipe 5, 6, 7, 8, dan 10. Dan, setelah pada tahun 2011 ditemukan isolat NDV dari Madagaskar, diusulkanlah adanya genotipe 11 yang merujuk pada isolat ini
Virus ND Klas II genotipe 2 termasuk virus ND virulensi rendah yang digunakan sebagai galur vaksin, yaitu virus LaSota, B1 dan VG/GA. Kemudian, muncul pendapat bahwa vaksin yang banyak beredar di Indonesia umumnya dibuat dengan isolat virus La Sota dan Hitchner B1 asal Amerika yang tergolong ke dalam genotipe 2 tersebut.
Sementara itu, isu yang berkembang menyebutkan bahwa dari kasus ND sepanjang 2009-2011 yang dominan terjadi di Indonesia saat ini disebabkan oleh virus ND genotipe 7. Keyakinan itu didasarkan pula pada hasil isolasi virus dari kejadian ND terkini di lapangan. Di sinilah kemudian ND Genotip 7 menjadi perhatian utama masyarakat peternakan di Indonesia. Tak mengherankan, berbagai seminar diselenggarakan menyoal hal tersebut.
TIGA PANZOOTIK ND
Untuk membahas ND Genotipe 7 yang sedang menjadi sorotan masyarakat, dapat dimulai dari kenyataan bahwa Virus ND mempunyai patogenisitas dan virulensi yang sangat bervariasi, meliputi virus ND apatogenik sampai virus ND sangat patogen, dan Virus ND ini dapat menginfeksi berbagai jenis unggas dan burung liar.
Infovet mengajak pembaca menelusuri masa lalu tentang penyebaran ND yang padanya dikenal ada 3 panzootik ND (kejadian infeksi ND dari berbagai spesies unggas meliputi area yang luas). Panzootik ND pertama terjadi sebagai akibat serangan virus ND genotipe 2, 3, 4 pada tahun 1926 di Asia Tenggara dan menyebar ke berbagai belahan dunia.
Panzootik ND kedua terjadi sebagai akibat serangan virus ND genotipe 5 dan 6 pada tahun 1960-an di Timur Tengah, lalu menyebar ke berbagai negara pada tahun 1973.
Panzootik ND ketiga terjadi terjadi akibat serangan ND genotipe 7, 8 pada tahun 1970-an yang berawal dari Timur Tengah, kemudian menyebar ke Eropa pada tahun 1981, dan selanjutnya menyebar secara cepat ke berbagai negara di dunia. Panzootik ND ketiga tersebut disebabkan oleh bentuk velogenik neurotropik, yang dikenal sebagai virus pigeon Paramyxovirus type 1.
Akibat Panzootik ketiga tersebut, virus ND genotipe 7, 8 ditemukan di Asia, Afrika Selatan dan beberapa negara Eropa. Genotipe 7 ini terutama bertanggung jawab untuk wabah ND di negara yang bertetangga dengan Taiwan dan China (sekitar 1985); setelah pada 1984 virus ND genotipe 7 ini diisolasi pertama kali di Taiwan. Pada 1995 pun terjadi wabah ND di Taiwan yang disebabkan oleh genotipe 7 ini.
Bagaimana dengan Indonesia? Wabah ND akibat virus ND Genotipe 7 telah terjadi di Indonesia pada akhir 1980. Berdasar laporan Lomniczi dan kawan-kawan pada 1998 dalam Arch Virol halaman 143, virus ND genotipe 7 ini telah diisolasi di Indonesia pada tahun 1980.
Selanjutnya, sejak 1990-an virus ND genotipe 7 merupakan isolat yang paling dominan di dunia, meliputi Asia Timur dan Eropa barat. Dan, jika wabah virus ND terus berlanjut, maka dapat timbul Panzootik ND keempat.
Klasifikasi virus ND Genotipe 7 ini masih dibagi lagi menjadi 2 subgenotipe, yaitu Genotipe 7A mewakili virus ND yang muncul tahun 1990-an di Timur jauh, lalu menyebar ke Eropa, dan Asia. Adapun Genotipe 7B mewakili virus ND yang muncul di Timur jauh dan menyebar ke Afrika Selatan. Kedua subgenotipe tersebut dibagi lagi menjadi genotipe 7C, 7D, 7E yang mewakili isolat dari China, Kazakhstan, dan Afrika Selatan; genotipe 7F, 7G, dan 7H mewakili isolat virus ND Afrika. Dari kesemua sifatnya, virus ND genotipe 7 tersebut merupakan virus Velogenic viscerotropic (VVND). (Yonathan)