Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Seminar | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BEGINI CARA MAKSIMALKAN POTENSI GENETIK BROILER

De Heus Mengajak Peternak Memaksimalkan Potensi Genetik Ayam Broiler

Berkat seleksi breeding yang baik selama lebih dari 100 tahun ayam broiler mengalami perkembangan genetik yang sangat pesat. Hasilnya ayam broiler di masa kini semakin efektif dalam mengonversi pakan menjadi bobot padan sehingga menghasilkan daging yang lebih banyak yang tentunya dapat memenuhi keinginan pasar.  

Namun begitu perkembangan pesat di sisi genetik harus dibarengi dengan pengaplikasian yang apik dari berbagai aspek agar potensi genetik si ayam maksimal. De Heus Indonesia selaku produsen pakan ternak paham betul akan hal ini, bersama dengan Cobb - Vantress Indonesia mereka mengadakan seminar dengan tema “Dealing With Genetic Changes”. Seminar ini dilaksanakan secara daring via Zoom dan luring di IPB International Convention Center, Bogor, Kamis (29/9) lalu.

Bagus Pekik selaku Head of Poultry Value Change De Heus Indonesia menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya kepada para peserta yang menghadiri acara tersebut. Terlebih lagi pasca pandemi, dimana menurutnya kini dirinya bertatap muka langsung dengan para peserta. Selain itu dirinya juga mempromosikan konsep baru model bisnis De Heus yang diberi nama De Heus Broiler Model.

Konsep dari model bisnis ini kata Bagus serupa tapi tak sama dengan integrator lain, yakni membudidayakan ayam broiler dengan sistem kemitraan sampai menghasilkan produk berupa karkas. 

"Yang membedakan, kami menghitungnya dari harga karkas (hilir), yang lainnya menghitung mulai dari hulu (DOC,sapronak, pakan, dll). Ketika harga kontrak karkas dihitung duluan, maka harga sapronak dll dapat lebih terukur karena siapapun akan berlomba untuk lebih efisien, sehingga keuntungan yang didapat terasa lebih adil. Ini tentunya akan memperkecil rasa persaingan dan ini adalah solusi bagi fluktuatifnya harga live bird di tingkat peternak. Kolaborasi di sini akan terjadi ketimbang persaingan, dan inilah yang kita butuhkan dimasa yang penuh ketidakpastian ini," tutur Bagus.

Pada sesi pertama dijabarkan mengenai perkembangan genetik ayam broiler oleh Amin Suyono selaku Key Account Technical Manager Cobb Asia Pacific. Ia menjabarkan mengenai perkembangan genetik ayam broiler sejak tahun 1950-an hingga kini. Dimana pada tahun 1950-an presentase daging dada yang dihasilkan oleh karkas hanya 11,5%, sedangkan di masa kini presentasenya meningkat 2,5x lipatnya. 

Meskipun begitu menurut Amin, dibutuhkan manajemen pemeliharaan yang baik untuk memenuhi potensi genetik yang luar biasa tersebut. Yang apabila ada satu aspek yang gagal dipenuhi, potensi tersebut tidak termanfaatkan secara maksimal.

Yang tidak kalah penting dalam suatu manajemen pemeliharaan adalah pakan. Hal ini disampaikan oleh Suttisak Boonyoung Nutritionist Cobb Asia Pacific. Menurutnya komposisi pakan harus dapat memenuhi kebutuhan dari ayam itu sendiri untuk dapat tumbuh. Ia menyinggung keterkaitan antara kebutuhan protein (asam amino) dengan pertumbuhan ayam.

"Beberapa asam amino misalnya lisin dan metionin berperan dalam pertumbuhan daging dan produksi telur. Jangan lupa pula kebutuhan fosfor dan mineral esensial untuk pertumbuhan frame alias kerangka yang menunjang otot," tuturnya.

Pentingnya pakan baik dari segi kualitas dan kuantitas juga dijabarkan oleh Patrick Van Vugt selaku International Product Manager Royal De Heus. Berdasarkan hasil penelitian, kata Patrick program pemberian pakan pada broiler harus berdasarkan pada genetik, manajemen pemeliharaan, nutrisi dan target produksi. Pada tahap awal proses ayam mulai belajar mencerna  hal terpenting yaitu feed intake alias asupan pakan.

"Jika ayam tidak diberikan pakan dalam bentuk dan ukuran yang tidak tepat akan terlihat pada organ proventriculus dan gizzard, dimana pemberian pakan dalam bentuk yang tepat di setiap fase pemeliharaan akan memberikan efek yang baik bagi perkembangan kedua organ tersebut," tutur Patrick.

Dalam kesempatan yang sama,Technical Manager Breeding De Heus Indonesia, Sofin Faiz  memaparkan sistem housing (kandang) broiler yang aplikatif terhadap kondisi iklim di Indonesia. Dalam paparannya, Ia meyakini bahwa investasi kontrol iklim mikro adalah investasi untuk meningkatkan performa dan aspek finansial.
“Kandang closed house bukan cuma menerapkan sistem ventilasi tunnel dan side saja. Pada kandang yang hanya menggunakan ventilasi tunnel, sangat sulit untuk mendapatkan sirkulasi udara yang tepat dan temperatur yang merata, sehingga kombinasi ventilasi dari samping dan tunnel adalah solusi terbaik untuk kandang di iklim tropis,” tutur Faiz. (CR)

MEMAKSIMALKAN UTILISASI PROTEIN DALAM BAHAN BAKU PAKAN

Demi Estacio memaparkan materi

Tidak bisa dipungkiri bahwa biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam suatu usaha budidaya peternakan. Berdasarkan data dari GPMT, biaya pakan mencakup 65-70% dari seluruh biaya operasional di suatu peternakan. 

Terlebih lagi di masa kini dimana harga bahan baku pakan mengalami kenaikan akibat banyak faktor mulai dari pandemi Covid-19 sampai konflik Rusia - Ukraina. Tentunya ini semakin membuat para produsen pakan harus memutar otak lebih keras dalam mencapai efisiensi.

Selain jagung sebagai sumber energi, di dalam suatu formulasi pakan ternak komponen yang tidak kalah penting lainnya adalah protein. Dalam kondisi terkini, harga bahan baku pakan sumber protein seperti bungkil kedelai dan tepung ikan pun juga mengalami kenaikan yang juga akan berdampak pada kenaikan harga pakan.

Namun begitu, dengan kemajuan teknologi di bidang formulasi pakan masalah tersebut dapat diatasi dengan baik. Hal tersebut disampaikan oleh Demi Estacio, Techincal Service Specialist Jefo Nutrition Inc. 

Dalam paparannya Demi menyebut bahwa dunia sedang mengalami defisit dalam bidang pertanian. Berbagai komoditi pertanian di pasar dunia langka sedangkan permintaan cenderung meningkat sehingga, banyak dari komoditas pertanian harganya meroket.

"Jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, kacang kedelai, MBM, kenaikan pada harga komoditas ini akan juga mengangkat harga pakan, jadi bagaimana solusinya?," tutur Demi.

Ia pun merekomendasikan produsen pakan agar lebih maksimal dalam memaksimalkan nutrien dalam bahan baku terutama sumber protein, dengan menggunakan enzim protease.

"Enzim digunakan untuk memaksimalkan nutrien yang ada pada bahan baku, dengan menggunakan enzim nutrien di dalam bahan baku semisal protein dapat terutilisasi dengan baik. Sehingga dapat diserap lebih maksimal oleh ternak," tuturnya.

Ia melanjutkan bahwa penggunaan enzim protease juga dapat menekan cost pakan. Misalnya ketika dalam suatu formulasi digunakan fish meal dan Soybean meal dalam jumlah 20%, komposisinya penggunaannya dapat ditekan bahkan hampir setengahnya, sehingga cost dari harga pakan semakin irit.

Bukan hanya itu, penggunaan enzim juga dapat mengurangi zat anti nutrisi yang berada di dalam pakan sehingga pakan memiliki kualitas yang lebih baik. Performa dari ternak pun akan tetap terjaga tanpa ada kekhawatiran. (CR)

AINI BAHAS OPTIMALISASI PALM KERNEL MEAL UNTUK BAHAN BAKU PAKAN TERNAK

Ketersedian PKM di Indonesia melimpah, tetapi pemanfaatannya masih minim


Indonesia dan Malaysia dikenal dunia sebagai dua negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Salah satu produk sampingan dari kelapa sawit adalah bungkil inti sawit alias palm kernel meal yang ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak.

Potensi ini sepertinya belum banyak dimanfaatkan oleh produsen pakan Indonesia. Asosiasi Ilmu Nutrisi Indonesia (AINI) melihat ini sebagai peluang dikala lesunya industri pakan karena wabah Covid-19. Mereka juga membahas hal ini dalam webinarnya pada Kamis (1/10) melalui aplikasi zoom. Seminar tersebut membahas mengenai pemanfaatan palm kernel meal sebagai bahan baku pakan ternak dari mulai unggas, ruminansia, babi, dan bahkan satw akuatik. Animo peserta yang hadir ternyata sangat tinggi, hal ini terlihat dari jumlah peserta yang mencapai lebih dari 350 orang.

Seminar dibuka dengan opening speech dari Ketua Umum AINI yang juga guru besar FAPET IPB, Prof. Nahrowi. Dalam sambutannya Nahrowi menyebutkan bahwa Indonesia menurut data USDA Indonesia menghasilkan 10,7 juta ton PKM pada tahun 2019, atau 57% produksi dunia.

"Tentunya ini merupakan potensi, kita penghasil PKM terbesar di dunia tetapi kurang memanfaatkan PKM. Padahal kandungan nutrisi PKM dapat dimanfaatkan, namun begitu karena beberapa kendala kita jadi enggan menggunakannya, oleh karena itu diharapkan seminar ini dapat membedah PKM secara dalam dan menambah khazanah kita mengenai PKM," tukas Nahrowi.

Narasumber yang dihadirkan pun juga bukan sembarangan, Prof Arnold Sinurat dari BALITNAK adalah salah satunya. Dalam presentasi berdurasi dua puluh menit, Prof Arnold banyak menjabarkan berbagai hasil penelitian terkait penggunaan PKM sebagai bahan baku bakan di berbagai jenis hewan ternak.

"Rerata di feedmil PKM digunakan 2-3%, paling banyak 5%. banyak orang yang enggan menggunakannya karena beberapa hal, Salah satunya kandungan Mannan yang merupakan Non Starch Poliscaharide yang menyebabkan vsikositas usus meningkat," tuturnya.

Selain itu secara struktur, PKM kandungan nutrisi yang berguna dan dapat dimanfaatkan dalam PKM "terkunci" di dalam. Butuh beberapa treatment yang tepat untuk mengeluarkannya agar dapat dimanfaatkan oleh hewan ternak.

Beberapa perlakuan yang dapat diberikan untuk mengakalinya menurut Arnold yakni dengan melakukan fermentasi dan melakukan penambahan enzim eksogen untuk dapat membuka "kunci" tersebut.

Sementara itu Drh Agus Prastowo dari PT Elanco Animal Health yang bertindak sebagai narasumber kedua menuturkan bahwa kandungan β - mannan yang terdapat dalam PKM sangat tinggi. β - mannan merupakan zat NSP yang bisa dibilang bersifat anti nutrisi, namun begitu jika β - mannan dipecah maka hasilnya adalah Mannan Oligosakarida (MOS) yang dapat berguna sebagai prebiotik untuk bakteri yang menguntungkan di saluran cerna.

"β - mannan jika dipecah akan menjadi MOS dan beberapa jenis gula yang dapat menjadi prebiotik dan sumber energi dari suatu ransum. Oleh karenanya perlu penambahan enzim eksogen semisal β - mannanase, selulase, dan lainnya untuk menguraikan harta karun tersembunyi tersebut," tutur Agus.

Lebih jauh Agus menjelaskan bahwa penambahan enzim semisal β - mannanase dalam susatu ransum yang menggunakan PKM sebagai bahan baku juga dapat meningkatkan produktivitas, kecernaan, feed intake, dan meningkatkan kesehatan saluran cerna pada unggas. (CR)

ADVANCING ANIMAL PRODUCTION SYSTEM FOR RURAL DEVELOPMENT AND ENVIROMENTAL SUSTAINABILITY

The 2nd Animal Science and Food Technoloy Conference (AnSTC) 2020

Konferensi Ilmu Hewan dan Teknologi Pangan ke-2 (AnSTC) 2020

The 2nd Animal Science and Food Technology Conference (AnSTC) 2020 adalah Seminar Internasional tentang kenyataan bahwa hingga saat ini industri peternakan masih memainkan peran penting di banyak negara di kawasan tropis seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan lainnya.

Salah satu pertanyaan yang menarik adalah apa saja tantangan dan peluang bagi industri peternakan di daerah tropis dengan datangnya revolusi industri keempat (Industri 4.0). Juga, penting untuk menemukan perspektif yang tepat tentang bagaimana industri peternakan agar dapat mendukung peningkatan produksi ternak untuk mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan dinegara tropis.

The 2nd AnSTC ini menawarkan forum yang menarik bagi para peneliti, akademisi, profesional, pegawai pemerintah, dan mahasiswa pascasarjana untuk berinteraksi dan berbagi pengetahuan mereka di berbagai bidang ilmu dan industri peternakan. Penelitian yang berkualitas dalam semua aspek ilmu peternakandan kerja sama internasional antara peneliti, pembuat kebijakan dan industri perlu diikat bersama untuk membangun perspektif yang tepat dalam peningkatan produksi ternak guna mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan di negara tropis.

Pelaksanaan The 2nd AnSTC disinergikan bersamaan dengan perhelatan Dies Nastalis Fakultas Peternakan Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) Purwokerto yang ke 54 tahun 2020. Para peneliti, pembuat kebijakan, industri, dan mahasiswa pascasarjana yang terlibat dalam bidang peternakan diundang dalam konferensi internasional ini untuk membahas perkembangan terbaru dan inovasi di bidang Ilmu Peternakan serta untuk menciptakan peluang baru, termasuk membangun kolaborasi baru.

Output dari buah pemikiran peneliti dan ahli/pakar dalam Seminar Internasional ini diharapkan mampu menjadi refrensi bagi pengembangan industri dan bisnis peternakan di wilayah tropis.

The 2nd AnSTC akan dilaksanakan secara daring. Para akademisi, pengusaha, serta pemangku kebijakan terkait industri peternakan akan berbagi ilmu dan memperluas jejaring dalam sebuah forum daring. Meski demikian, panitia berpegang teguh untuk menyelenggarakan forum daring secara profesional sehingga tidak mengurangi kualitas The 2ndAnSTC.

Tujuan:
1. Menyediakan forum untuk sharing atau berbagi pengetahuan tentang perkembangan terbaru dan isu-isu dalam ilmu dan industripeternakan, khususnya yang di daerah tropis.
2. Membahas dan menemukan perspektif tentang bagaimana industri peternakandapat mendukung peningkatan produksi ternak untuk mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan di negara tropis.
3. Mengembangkan jaringan di antara akademisi, profesional, dan pemerintah.

Manfaat:

1.Meningkatkan paradigma berpikir sesuai kepakaran.
2.Terjalinnya komunikasi antar pakar keilmuan.
3.Diperolehsolusi atas permasalahan pada pengembangan industri peternakanditinjau dari produksi, nutrisi, sosial-ekonomi,danteknologi.
4.Diperoleh solusi pada peningkatan produksi ternak untuk mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan di negara tropis.

BENTUK KEGIATAN

 Tema: Fakultas Peternakan sebagai lembaga pendidikan tinggi berkontribusi dalam pembangunan peternakandi daerah tropis. Oleh karena itu tema Seminar Internasional pada Dies Natalis ke 54 tahun 2020 ini adalah “Advancing Animal Production System for Rural Development and Environmental Sustainability”.

Kegiatan: Pelaksanaan The 2nd Animal Science and food Technology Conference (AnSTC) 2020 merupakan serangkaian kegiatan seminar yang akan dilaksanakan pada hari Rabu-Kamis, Tanggal 4-5 November 2020 secara daring.

Peserta: Target total peserta adalah 200 orang yang terdiri atas dosen, peneliti, mahasiswa S1, S2, S3, pakar/professional, pebisnis dan pemerintahan.

Narasumber pada Plenary Session adalah:
a. Prof. Todor Vasiljevic (Victoria University, Australia)
b. Prof. Dr. Vu Dinh Ton (Vietnam National University of Agriculture, Vietnam)
c. Assoc. Prof. Dr. Yanin Opatpatanakit (Maejo University,Thailand).
d. Assoc. Prof. Henny Akit, Ph.D (Universiti Putra Malaysia, Malaysia).
e. Prof. Dr. Budi Guntoro (Universitas Gadjah Mada, Indonesia).
f. Prof. Dr. Edy Kurnianto (Universitas Diponegoro, Indonesia).
g. Prof. Dr. Suyadi (Universitas Brawijaya, Indonesia).
h. Assoc. Prof. Juni Sumarmono, Ph.D (Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia).
i. Assoc. Prof. Dr. Triana Setyawardani (Universitas Jenderal Soedirman, Indonesia)

Output Kegiatan
Output kegiatan berupa terbitnya prosiding IOP (terindeks SCOPUS).

Narahubung: Dr. Ir. Elly Tugiyanti, M.P.(08154881 8474)

****(DARMA)

ZOOM SEMINAR: PELUANG INCOME JUTAAN RUPIAH DENGAN AFFILIATE MAREKTING KAMUS ONLINE


Setelah sukses menerbitkan kamus online Peternakan dan Kesehatan Hewan (http://kamusrumuspeternakan.com) , GITA Pustaka memberikan kesempatan kepada kaum milenial dan siapa saja yang ingin menambah income dengan mempraktekkan ilmu Affiliate Marketing untuk memasarkan ebook kamus online. 

Affiliate Marketing menjadi peluang besar bagi generasi milenial dan siapa saja yang ingin mendapatkan income tak terbatas. Bagaimana langkah-langkahnya? Bagaimana peluang kamus online dan produk affiliate marketing lainnya untuk menambah income jutaan rupiah per bulan?

Ikuti Zoom seminar 
"Peluang Income Jutaan Rupiah dengan Affilliate Marketing Kamus Online"

- Hari,  tanggal  : Jumat 10 Juli 2020
- Pukul              : 13.30-16.00 WIB
- Tempat           : Di rumah saja (menggunakan aplikasi zoom)
- Biaya              : Hanya Rp, 75.000, peserta mendapatkan ebook online Kamus & Rumus Peternakan dan Kesehatan Hewan senilai Rp. 167.000 beserta bonus-bonusnya yang senilai Rp. 1,5 juta
Narasumber :
Bambang Suharno (Direktur Utama PT Gallus Indonesia Utama/GITA Pustaka, penerbit Kamus Peternakan online dan buku-buku lainnya)
Aditya Maulana (Creator affiliate marketing)

Moderator : Wawan Kurniawan (Manager GITA Pustaka)

Materi seminar :
  1. Potensi Market kamus online khususnya Kamus & Rumus Peternakan dan Kesehatan Hewan
  2. Memanfaatkan akun medsos dan  group medsos untuk mempromosikan produk affilliate
  3. Pengertian affiliate marketing dan peluangnya di era digital
  4. Cara mendaftar menjadi affiliate marketer
  5. Cara sukses menjalankan affiliate marketing
  6. Kendala dan cara mengatasinya
Pendaftaran :
Hubungi achmad : hp/wa : 0896 1748 4158  dan 0857 7267 3730

Untuk melihat kamus online silakan klik http://kamusrumuspeternakan.com/


HARUS TAHU LEBIH TENTANG RESISTENSI ANTIMIKROBA

Mencegah AMR dengan bijak menggunakan antibiotik (Foto : CR)

Dalam dunia medis dan peternakan isu resistensi antimikroba merupakan isu yang sangat seksi untuk dibicarakan. Namun begitu, masyarakat luas kurang mengetahui akan pentingnya isu ini. Padahal ancaman resistensi antimikroba setingkat dengan bio terorisme. Atas inisiatif inilah ReAct bersama Yayasan Orangtua Peduli dan FAO menggelar seminar resistensi antimikroba di Jakarta, 14 November lalu.

Narasumber dalam acara tersebut adalah drh Wayan Wiryawan dan dr Purnamawati Sp.A(K). Wayan Wiryawan dari Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia mengatakan, penggunaan antimikroba yang serampangan dalam dunia peternakan ridak hanya akan merugikan usahanya sendiri tetapi juga konsumen yang mengkonsumsi produknya. “Tentunya ini akan berbahaya bagi semuanya, bukan hanya yang beternak saja”, katanya.

Wayan juga menyampaikan bahwa pemakaian antibiotik yang tidak bijak menjadi tantangan dalam beberapa tahun belakangan karena banyak mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antimikroba tertentu.

“Saya selalu bilang pada peternak pemakaian antibiotik bukan untuk pencegahan tapi untuk mengobati. Jadi tidak baik untuk kesehatan hewan itu sendiri. Selain itu saya juga selalu mengingatkan peternak agar menerapkan biosekuriti yang baik serta penerapan Good Farming Practices”, ujarnya.

Senada dengan Wayan, Purnamawati juga menekankan bahwa penggunaan antimikroba untuk penyakit - penyakit yang ringan seperti flu, radang tengorokan dan diare tanpa lendir atau darah sebaiknya tidak dilakukan.

"Kami sudah bekerjasama bahkan sudah sampai ke KEMENKES isu ini, sejak beberapa tahun lalu. Namun memang sangat sulit ya mengubah mindset masyarakat kita tentang antibiotik ini. Mereka masih menganggap antibiotik ini sebagai obat dewa, tetapi mengkonsumsinya seperti "dewa mabuk"," tukas Purnamawati.

Maksudnya adalah ketika memang dibutuhkan antibiotik dalam medikasi, masyarakat tidak bijak dan disiplin dalam mengonsumsinya (tidak sampai tuntas), sehingga timbul resistensi antimikroba. Selain itu fakta lain yang mengejutkan yang dipaparkan oleh Purnamawati adalah bahwa sejak tahun 1980-an tidak lagi ditemukan antimikroba jenis baru, sehingga ini mempersempit drug of choice terhadap infeksi bakterial atau parasitik.

Guna mencegah "bencana" yang lebih besar akibat resistensi antimikroba, baik Wayan maupun Purnamawati mengajak serta masyarakat Indonesia agar menggunakan antimikroba dengan bijak dan cerdas. Karena jika hal ini kerap berlanjut, bukan tidak mungkin akan jatuh lebih banyak korban akibat resistensi antimikroba.

Perlu juga peran dari media sebagai penyambung kepada masyarakat agar mengamplifikasi pengetahuan kepada masyarakat awam akan pentingnya isu ini, karena menurut Purnamawati dan Wayan di masa kini, apa yang muncul dari media lebih dipercaya oleh masyarakat ketimbang pendapat para ahli (CR).


 

IKUTI WORKSHOP BIOSEKURITI BERSAMA FAO ECTAD INDONESIA


HEMAT BIAYA PAKAN ALA FARMA SEVAKA NUSANTARA


Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam usaha peternakan, pakan merupakan komponen penyumbang biaya tertinggi. Oleh karenanya dibutuhkan berbagai macam trik dalam mengakali biaya pakan agar lebih efisien.

PT Farma Sevaka Nusantara merasa terpanggil untuk membantu peternak dan produsen pakan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Bertempat di Hotel Harris Surabaya, Selasa 2 Juli 2019 PT Farma Sevaka Nusantara mengadakan seminar yang bertajuk Optimization of Nutrient Digestibility & Feed Mixing Cost by Novel Enzymes. Seminar tersebut dihadiri oleh peternak, produsen pakan dan praktisi perunggasan.

Drh I Wayan Wiryawan selaku Direktur PT Farma Sevaka Nusantara mengingatkan akan pentingnya kualitas pakan dalam menunjang performa ternak. “Kita harus memberikan pakan yang berkualitas dan harus bisa terserap sepenuhnya oleh ternak kita dengan biaya yang murah. Bicara nutrisi bukan melulu soal kadar protein, tetapi juga kandungan gizi lainnya,” tukas Wayan. Ia melanjutkan bahwa jika ternak tercukupi kebutuhan nutrisinya, maka selain performanya akan baik produksi akan maksimal pula. Oleh karenanya ia bersama timnya concern untuk memberikan edukasi berkelanjutan utamanya pada peternak akan hal ini.

Peserta dan Narasumber berfoto bersama (Foto : CR)


Pentingnya Suplementasi Enzim

Seminar kemudian diisi oleh Prof. Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc Ketua Umum Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia. Dalam presentasinya Prof. Nahrowi banyak menjelaskan mengenai zat – zat antinutrisi serta potensi bahan baku pakan yang tidak termanfaatkan dengan baik dalam suatu formulasi ransum.

Oleh karenanya beliau mengingatkan kepada para peserta tentang pentingnya penggunaan enzim secara ekosgen dalam memecah substrat yang tidak dapat dicerna oleh ternak, utamanya monogastrik. Beliau juga berbicara banyak mengenai potensi bahan baku alternatif seperti Palm Kernel Meal (PKM). “Saya sedang fokus di PKM, karena Negara kita penghasil sawit terbesar, potensinya sangat baik sebagai bahan baku alternatif dan jumlahnya yang banyak di Negara kita, harganya pun murah,” kata Prof. Nahrowi. Namun menurut beliau memang dibutuhkan trik khusus dalam mengloah PKM agar dapat termanfaatkan dengan baik secara menyeluruh.

Memilih Enzim Yang Tepat

Suplementasi enzim yang tepat akan menghasilkan ransum yang berkualitas baik dengan energi metabolism yang mencukupi bagi ternak. Dengan kecenderungan kenaikan harga bahan baku pakan disertai dengan menurunnya kualitas bahan pakan, rasanya menggunakan enzim untuk meningkatkan kualitas serta mengefisienkan formulasi di masa kini adalah suatu keharusan.

Dr. Saurabh Agarwal dari Alivira Animal Health menjabarkan lebih jauh mengenai prinsip penggunaan enzim, fungsi – fungsi enzim, serta tips dalam memilih enzim. “Pemilihan enzim yang tepat ini penting, karena enzim harus digunakan pada substrat yang tepat. Enzim juga harus tahan pada segala kondisi pH dan tidak gampang terdegradasi oleh suhu pelleting,” pungkasnya.

Dengan memanfaatkan enzim sebagai katalisator dalam suatu ransum, harapannya produsen pakan dan peternak selfmixing dapat membuat pakan dengan kualtas yang prima namun harganya murah dan tetap efisien. (CR)



ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer