Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Jagung | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AGAR KEAMANAN DAN KUALITAS PAKAN SENANTIASA TERJAGA

Penyimpanan pakan menentukan kualitasnya. (Foto: Istimewa)

Selain menjadi tanggung jawab produsen, keamanan dan kualitas pakan juga harus diupayakan oleh semua mata rantai yang terlibat, tentunya pakan berkualitas merupakan idaman bagi semua stakeholder.

Iklim vs Kualitas
Kualitas pakan juga bergantung pada lingkungan, hal ini karena lingkungan dapat memengaruhi kualitas dari suatu bahan baku pakan. Contoh keadaan iklim dan musim, dikala musim penghujan tiba, produsen biasanya ketar-ketir dengan kualitas beberapa bahan baku yang cenderung tercemar mikotoksin yang tinggi.

Hal tersebut diungkapkan Nutrisionis PT Farmsco Feed Indonesia, Intan Nursiam. Ketika kelembapan cenderung tinggi dan terjadi penurunan suhu, hal tersebut akan memengaruhi kadar air suatu bahan pakan. Setiap bahan pakan memiliki standar mutu level kadar air, namun selama penyimpanan, level kadar air bahan pakan tidak selalu konstan.

Air di dalam bahan pakan dan udara saling membentuk keseimbangan, yang disebut juga dengan Equilibrium Moisture Content (EMC). Oleh karena itu, selama penyimpanan agar kadar air selalu terjaga tidak mencapai level yang bisa membuat tumbuhnya mikroorganisme penyebab kerusakan, maka perlu dijaga kelembapan udara di tempat penyimpanannya.

“Oleh karena itu, dalam memilih bahan baku misalnya jagung, kita juga mempertimbangkan kadar air yang terkandung di dalamnya, ini akan memengaruhi kualitas dari bahan baku itu sendiri. Formulator dan nutrisionis harus pintar menyiasatinya,” kata Intan.

Bisa diambil contoh untuk jagung, apabila disimpan biasa saja pada musim penghujan (biasanya kelembapan mencapai 80%) maka kadar air bahan pakan akan menjadi 15.6%. Bila kondisi ini dibiarkan, maka akan berisiko meningkatnya pertumbuhan jamur. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka kelembapan lingkungan perlu diatur supaya lebih rendah (di level 60-65%) supaya kadar air jagung menjadi lebih rendah (di bawah 14%).

Memanfaatkan Data dan Jaringan
Sebelum memilih bahan baku pakan terutama… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (CR)

KUALITAS PAKAN SEBELUM DIKONSUMSI TERNAK MENENTUKAN PENAMPILAN PRODUKSI

Penampakan fisik bungkil kedelai dapat menunjukan perbedaan kualitas. (Foto: Istimewa)

Apa yang disebut kualitas pakan? Tiap orang sering kali mempunyati persepsi sendiri tergantung tujuannya. Bagi peternak tertentu, pakan yang berkualitas adalah yang berbau “wangi tepung ikan”, tetapi bagi peternak broiler mungkin yang diperlukan adalah performa produksi yang maksimal. Bagi petani ikan, pakan yang baik mungkin pakan bentuk pellet yang tidak ada debunya (finenya). Kualitas sendiri didefinisikan sebagai sifat-sifat atau atribut tertentu yang dikehendaki pelanggan untuk suatu batasan waktu dan harga. Jadi ada harga ada kualitas, kalau menghendaki kualitas yang baik maka harganya pun akan lebih mahal.

Kualitas Pakan Ternak
Pakan ternak merupakan istilah umum yang diberikan kepada suatu bahan yang akan diberikan kepada ternak. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa pakan ternak dihasilkan oleh pabrik pakan atau oleh peternak yang mencampur pakan sendiri (self-mix) dengan bentuk beragam yaitu ada pakan komplit berupa ransum siap diberikan kepada ternak, ada pakan konsentrat yang harus dicampur dahulu dengan bahan lain berupa jagung giling dan dedak padi dengan perbandingan tertentu sehingga menjadi ransum komplit. Bahan pakan merupakan bahan baku yang digunakan untuk menyusun ransum, baik komplit maupun konsentrat.

Kualitas ransum yang diberikan kepada ternak akan ditentukan oleh empat hal, yaitu bahan baku pakan yang menyusunnya, formulasi sesuai kebutuhan ternak yang dituju, teknik produksi ransum dan penyimpanan setelah ransum diproduksi.

• Bahan pakan. Tidak ada ransum yang berkualitas baik berasal dari bahan baku berkualitas buruk, karena ransum hanyalah campuran bahan pakan dalam proporsi tertentu sehingga kualitas bahan baku yang menyusunnya sangat menentukan kualitas ransum akhir. Sebagai contoh, bahan baku yang sudah busuk tidak akan menghasilkan ransum yang berkualitas baik, malahan akan membahayakan kesehatan ternak yang memakannya. Kualitas ransum dimulai dari pemilihan bahan baku yang akan digunakan, oleh karena itu pengendalian kualitas (quality control) harus dilakukan dalam membuat ransum untuk ternak.
Setiap pabrik pakan atau yang memproduksi ransum harus membuat sistem pengendalian mutu yang akan diterapkan ketika akan membeli bahan baku. Sistem pengendalian mutu bahan pakan harus berisi daftar pemasok bahan baku yang dapat dievaluasi, kontrak pembelian yang jelas, spesifikasi penerimaan dan penolakan bahan baku, skema dan peralatan pengambilan contoh, cara pengujian mutu bahan baku, baik cara fisik, kimia maupun biologis. Suatu buku mengenai pengendalian mutu bahan pakan harus disusun dan menjadi pegangan petugas pengendalian mutu. Buku ini penting untuk dibuat agar dapat digunakan sebagai pegangan, meskipun petugas pengendali mutu berubah atau berganti orang. Kebanyakan pabrik pakan sudah mempunyainya tetapi peternak yang mencampur pakan sendiri sering kali tidak diperlengkapi dengan buku tersebut.

• Formulasi ransum. Umumnya... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

OPTIMALISASI POTENSI GENETIK LEWAT KEAMANAN PAKAN AWAL

Dari sudut keamanan pakan, salah satu kontaminan yang patut dicermati adalah bakteri Salmonella, terutama Salmonella enteritidis dan/atau Salmonella typhimurium. Pada realita lapangan, infeksi yang umumnya terjadi via fecal-oral ini kebanyakan berlangsung secara subklinis dan sangat bandel terhadap beberapa preparat antibiotika yang ada di lapangan.

Oleh: Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI - Jakarta)

Keamanan pakan awal sudah tidak diragukan lagi dari sudut pandang para peneliti dan praktisi lapangan terkait nutrisi awal pada ayam modern. Adanya peranan penting mikroba khususnya bakteri dalam proses pencernaan ayam modern sudah terang benderang. Sesuai kodratnya ayam yang termasuk coprophagic animals memberikan sinyal yang adekuat terkait krusialnya peranan mikroba sejak awal proses pencernaannya pasca menetas (hatching). Tulisan singkat ini menjadi layak untuk disimak, karena merupakan hasil observasi lapangan yang dihubungkan atau dilengkapi dengan publikasi ilmiah mutakhir.

Proses Adaptasi Awal
Segera setelah menetas, sejumlah mikroba atau bakteri dari berbagai sumber (air minum, pakan, lingkungan hidup ayam) tertelan dan kelak akan menjadi mikrobiota usus yang menentukan kualitas kehidupan selanjutnya dari seekor DOC. Bakteri generasi pertama ini menetap dalam usus dan segera melakukan kolonisasi di sekitar sel-sel epitelium usus tanpa perlu berkompetisi, bertumbuh dan berkembang biak, serta menciptakan lingkungan dalam lumen usus yang ideal baginya (Stecher et al., 2011; Edward, 2017). Ternyata populasi bakteri ini mempunyai pengaruh tahap lanjut yang sangat subtansial, khususnya dalam perkembangan fungsi sistem imunitas ayam dan keseluruhan kemampuan ayam untuk bertumbuh (Stecher et al., 2011; Edward, 2017).

Berdasarkan data penelitian, walaupun belum mencapai kondisi optimum, mikrobiota usus ayam umumnya mulai stabil pada hari ketiga ke atas (Apajalahti et al., 2004). Disamping itu, kematangan kondisi mikrobiota usus biasanya diikuti daya tahan yang relatif kuat terhadap beberapa perubahan pada level tertentu (Stanley et al., 2013).

Realita ilmiah pada ayam modern telah membuktikan bahwa pemberian pakan dini selain penting sebagai sumber nutrisi awal bagi anak ayam, tetapi juga krusial bagi status awal mikrobiota usus (Stanley et al., 2013; Baldwin et al., 2018; Thofner et al., 2021). Pakan alias nutrisi awal tidak saja disediakan bagi pertumbuhan lanjut DOC, tetapi juga merupakan nutrisi yang dibutuhkan bagi mikrobiota yang baik (good bacteria) serta menjadi komponen esensial yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen pada hari-hari awal pasca menetas. Melalui strategi ini, pemberian pakan awal ternyata mempunyai kontribusi penting dalam membentuk kolonisasi awal dan keseimbangan komunitas mikrobiota usus di awal kehidupan ayam yang kelak sangat menentukan performa akhir (Stanley dan Bajagai, 2022).

Dalam realita lapangan peternakan ayam modern, proses adaptasi awal tersebut tidak selalu terjadi secara kondusif. Ada beberapa faktor krusial yang sudah terbukti memengaruhi proses kolonisasi awal dan stabilitas lanjut (kematangan) mikrobiota saluran cerna ayam, yaitu: a) Status dan beragamnya antibodi induk alias maternal derived antibody khususnya IgY (Rehan et al., 2022); b) Interaksi atau komunikasi via produk metabolik antara ayam dan mikrobiota (Shealy et al., 2021); c) Realita resistensi kolonisasi (Ducarmon et al., 2019); d) Faktor genetik dan atau asal DOC (Paul et al., 2021); e) Perbedaan jenis kelamin jantan dan betina (Lee et al., 2017); f) Keterpaparan ayam dengan mikroba yang sangat erat kaitannya dengan model pemeliharaan (Sztandarski et al., 2022); g) Faktor-faktor lingkungan lainnya seperti kualitas air minum (Pan dan Yu, 2014).

Fase Kritis Kolonisasi Awal
Pasca pakan non-AGP, kualitas pakan awal yang memberikan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (toe)

MEMAKSIMALKAN UPAYA PENGAMANAN DAN KUALITAS PAKAN

Jagung, bahan baku pakan yang rentan tercemar mikotoksin. (Foto: Istimewa)

Pakan merupakan faktor utama dalam budi daya perunggasan, 70 sampai 80% biaya budi daya dalam beternak berasal dari pakan. Dalam menghasilkan pakan yang berkualitas tentu didukung penggunaan bahan baku berkualitas dan serangkaian proses tertentu.

Apalagi dikala kondisi saat ini yang bisa dibilang harus lebih efisien dikarenakan kenaikan harga berbagai bahan baku yang secara langsung mendongkrak harga pakan. Kualitas pakan menjadi harga mati para produsen pakan agar produk tetap digemari penggunanya.

Risiko di Dalam Pakan
Pakan yang baik dan berkualitas harus memenuhi persyaratan mutu mencakup kualitas nutrisi, kualitas teknis, keamanan pakan dan nilai bioekonomis penggunaan pakan. Keamanan pakan adalah bagian dari keamanan pangan, karena pakan merupakan salah satu mata rantai awal dari keseluruhan mata rantai makanan.

Dalam sebuah seminar perunggasan, Tony Unandar selaku konsultan perunggasan berujar bahwa selain udara dan lingkungan, pakan juga dapat menjadi pintu masuk bagi mikroba patogen ke dalam tubuh ayam. Artinya, pakan yang tercemar mikroba patogen atau kualitasnya buruk akan membawa dampak buruk bagi pertumbuhan, kesehatan dan performa ayam.

Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof Dewi Apri Astuti, kualitas pakan berbanding lurus dengan kualitas bahan bakunya. Dalam menjaga kualitas bahan baku, produsen terkendala dari bahan pakan yang bersifat sensitif dan rentan kerusakan akibat perubahan kondisi lingkungan. Ada beberapa kerusakan sering terjadi akibat kesalahan penanganan dan penyimpanan, antara lain:… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (CR)

MENJAGA KEAMANAN DAN KUALITAS PAKAN

Ancaman mikotoksin dari bahan baku biji-bijian. (Foto: Istimewa)

Sebagaimana dipahami bersama bahwa pakan memegang peranan penting mendukung pertumbuhan dan produksi ternak. Oleh sebab itu, pakan yang diberikan harus senantiasa dijaga kualitasnya. Hal-hal yang berkaitan dengan manajemen pengadaan, penanganan dan penyimpanan bahan baku serta pakan jadi dan cara pemberian pakannya, memegang peran penting untuk memastikan pakan yang diberikan pada ternak tetap terjaga kualitasnya.

Di lapangan, banyak jenis bahan baku pakan yang dapat digunakan. Bahan baku pakan yang umum digunakan berasal dari tumbuhan dan produk asal hewan, baik dalam bentuk olahan maupun produk sampingannya (by products). Beberapa bahan baku yang bersifat umum digunakan dalam formulasi pakan merupakan sumber dari berbagai komponen nutrein yang dibutuhkan ternak. Dimana antara bahan baku pakan yang satu dengan yang lain saling melengkapi dan digunakan dalam komposisi ideal untuk memperoleh keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan ternak.

Penanganan bahan baku pakan yang kurang baik, terutama bahan baku pakan asal biji-bijian seperti jagung, mulai dari panen sampai penyimpanannya, sering ada masalah terkait pencemaran mikotoksin. Pada ternak, kejadian toksikosis yang bersifat akut atau kronis dapat terjadi dari pencemaran pakan oleh toksin yang diproduksi berbagai saprophytic atau phytopathogenic jamur selama masa pertumbuhannya pada biji-bijian, jerami, rumput atau pada beberapa jenis bahan baku pakan lainnya.

Mikotoksikosis sendiri disebabkan oleh zat beracun dari hasil metabolit jamur atau fungi yang umum tumbuh dalam bahan baku atau pakan jadi. Mikotoksin akan sangat cepat dihasilkan jamur atau fungi, bila kelembapan dan temperatur lingkungan serta kadar air bahan baku atau dalam pakan, mendukung tumbuh dan berkembangnya jamur penghasil mikotoksin. Jamur penghasil mikotoksin mudah tumbuh pada kelembapan lebih dari 75% dan temperatur di atas 20° C dan dengan kadar air bahan baku pakan di atas 16%, terutama pada bahan baku pakan asal biji-bijian.

Untuk kondisi Indonesia saat ini terutama pada saat musim hujan, masih cukup banyak ditemukan adanya jagung yang tercemar mikotoksin. Hal ini berkaitan dengan kelemahan pada sistem penanganan pasca panen. Bila panen jagung bertepatan dengan musim hujan, dimana umumnya petani hanya mengandalkan sinar matahari untuk mengeringkan jagung, membuat petani kesulitan mengeringkan jagungnya, sehingga jagung menjadi mudah ditumbuhi jamur penghasil mikotoksin.

Permasalahan yang ada di lapangan, peternak kerap… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

SENYAWA BERACUN (TOXICANT) DALAM PAKAN

Senyawa aflatoksin dalam jagung tidak dihasilkan oleh tanaman jagung itu sendiri, tetapi akibat jagung ditumbuhi jamur atau kapang. (Foto: Dok. Infovet)

Sumber bahan pakan ternak umumnya diperoleh dari hasil pertanian, peternakan maupun perikanan. Bahan-bahan tersebut dihasilkan langsung dari hasil panen maupun hasil pengolahan berupa hasil samping atau limbah pertanian maupun industri pengolahannya. Karena banyak dari hasil tanaman, maka dalam bahan pakan dapat ditemukan berbagai senyawa beracun yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai toxicant.

Dalam hal ini perlu dibedakan antara toxicant dan poison, senyawa poison umumnya racun yang dapat mematikan hewan dalam jumlah kecil, tetapi toxicant merupakan senyawa yang ketika diberikan kepada ternak dapat memengaruhi pertumbuhan atau kesehatan hewan tetapi tidak sampai mematikan, kecuali over dosis. Toxicant juga dapat dikenal dengan istilah faktor antinutrisi yang menghambat kecernaan bahan pakan atau penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan atau memberikan pengaruh negatif terhadap metabolisme tubuh.

Dalam tulisan ini dan berikutnya akan difokuskan membahas senyawa toxicant yang umum terdapat dalam bahan pakan. Informasi lebih menyeluruh dapat dibaca dalam buku yang ditulis oleh Peter R. Cheeke dari Universitas Oregon, AS atau buku sejenis lainnya.


Sumber Senyawa Beracun
Sumber beracun (toxicant) dalam bahan pakan dapat berupa senyawa alami yang dikandung dalam tanaman atau hewan, tetapi juga dapat dihasilkan sebagai pencemaran ketika bahan pakan diproduksi atau diolah. Sebagai contoh toxicant yang umum terdapat dalam kacang kedelai adalah anti-tripsin (trypsin inhibitor), senyawa aflatoksin dalam jagung tidak dihasilkan oleh tanaman jagung itu sendiri, tetapi akibat jagung ditumbuhi jamur atau kapang yang dalam pertumbuhannya menghasilkan metabolit aflatoksin.

Senyawa logam berat sering masuk ke dalam tanaman atau ikan maupun hewan, karena ditumbuhkan atau dipelihara dalam kondisi lahan/air yang mengandung logam berat di dalamnya. Sebagai contoh… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

KEMBANGKAN KOMUNITAS AGRIKULTURAL BERKELANJUTAN DE HEUS BUKA PABRIK KE EMPAT DI PASURUAN

Pemberian bantuan pakan pada acara peresmian pabrik pakan baru milik De Heus di Pasuruan. (Foto: Istimewa)

Pada Selasa (2/11/2022), De Heus dengan bangga merayakan pembukaan pabrik produksi keempatnya di Indonesia. Fasilitas produksi modern ini memungkinkan De Heus memperkuat posisi pasarnya dan membantu mengembangkan komunitas agrikultur berkelanjutan di wilayah tersebut.

Terletak di lahan seluas 5 hektare di PIER Pasuruan, Jawa Timur, dengan kapasitas produksi tahunan 300.000 MT pakan. Pabrik ini menjadi lokasi produksi pakan paling modern sekaligus berkelanjutan di Indonesia.

Sebagai negara terpadat keempat di dunia, penduduk Indonesia diproyeksikan meningkat menjadi 298 juta orang pada 2030. Dengan kata lain, konsumsi protein diperkirakan akan meningkat secara signifikan di masa depan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, De Heus siap berkontribusi membantu menjaga akses pangan yang aman dan sehat bagi populasi yang terus tumbuh secara berkelanjutan.

Dengan pertumbuhan De Heus yang luar biasa di Indonesia sejak masuk pada 2018, Presiden Direktur De Heus Indonesia, Kay De Vreese, sangat gembira dengan pabrik baru ini.

“Dengan kehadiran kami di Indonesia, kami memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi pada bangsa, dalam perkembangannya De Heus di Indonesia fokus pada pengembangan masyarakat agrikultur yang berfokus pada modernisasi, pertumbuhan, peduli dan keberlanjutan. Pabrik modern ini menjadi salah satu kontribusi kami, dengan mesin-mesin dari Eropa, otomatisasi, juga sistem digital," kata Kay dalam keterangan tertulisnya.

Indonesia memiliki program swasembada jagung untuk menjaga ketahanan pangan nasional, bertepatan dengan acara peresmian tersebut, De Heus Indonesia mendukung program swasembada melalui nota kesepahaman dengan Kementerian Pertanian dalam hal penggunaan jagung.

Selain itu, De Heus juga akan bekerja sama dengan petani jagung melalui asosiasi yang mewakili 35.000 petani jagung; pemuda petani milenial (HKTI/Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Kelompok Tani Sinar Tani (Probolinggo, Jawa Timur) dan Koperasi KTNA Mustika Tani Sejahtera (Blora, Jawa Tengah) untuk mengembangkan usahanya yang meliputi pengadaan, pemberdayaan dan pengembangan.

Pada kesempatan yang sama, De Heus juga memberikan bantuan pakan ternak sapi kepada para peternak yang terkena dampak banjir di Malang dan Blitar.

“Kami berharap bantuan ini dapat membantu para peternak yang terkena dampak banjir, kami melakukan ini karena kami peduli dengan kelangsungan hidup para peternak, keluarga mereka dan komunitas di sekitarnya," kata Kay. (INF)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer