Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini I Ketut Diarmita | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

KEMENTAN KENDALIKAN FLU BURUNG, FAO BERI APRESIASI



James McGrane, Team Leader FAO ECTAD Indonesia dan I Ketut Diarmita (Foto: Humas Kementan) 

Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) memberikan apresiasi kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) yang telah berhasil dalam pelaksanaan pengendalian dan penanggulangan penyakit Avian Influenza (AI) atau yang lebih dikenal sebagai Flu Burung (FB). Hal tersebut disampaikan oleh Stephen Rudgard, FAO Representative for Indonesia and Timor Leste melalui suratnya kepada I 
Ketut Diarmita, Dirjen PKH, Kementan, Jumat (19/07).

Penyakit AI atau FB adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta diketahui dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Flu burung merupakan salah satu dari 15 penyakit hewan yang dapat ditularkan ke manusia (Zoonosis) prioritas untuk dikendalikan bagi Pemerintah. Indonesia tertular virus flu burung sejak tahun 2003 yang menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. Dalam rangka melindungi kesehatan manusia dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar melakukan program pengandalian dan penanggulangan flu burung. Berdasarkan data Kementan, angka tahunan kasus FB turun dari 2751 pada tahun 2007 ke 476 pada tahun 2018.

Atas pencapaian dalam pengendalian dan penanggulangan FB tersebut, James McGrane, Team Leader FAO ECTAD Indonesia mewakili Stephen memberikan penghargaan kepada Ketut atas kepemimpinannya dalam pelaksanaan program.

"Sir, your leadership has inspired Indonesia to protect the community from zoonotic disease threats. Thank you for your great partnership!" Atau "Pak, kepemimpinan Anda telah menginspirasi Indonesia untuk melindungi masyarakat dari ancaman Zoonosis. Terima kasih atas kemitraan yang hebat!"


Demikian pernyataan Stephen dan James yang ditulis pada foto/lukisan yang diserahkan kepada Ketut. Pada kesempatan tersebut, FAO Indonesia melalui James juga menyerahkan surat pernyataan apresiasi yang senada untuk Dirjen PKH tersebut.

“FAO telah mendukung program Kementan dalam pengendalian dan penanggulangan FB sejak tahun 2006. Sepanjang kerjasama selama 13 tahun ini, kami mengapresiasi angka kasus penyakit flu burung yang terus menurun,” kata James.

Ketut mewakili Kementan juga menyampaikan apresiasinya kepada FAO atas kontribusinya dalam meningkatkan kapasitas pengendalian dan penanggulangan zoonosis, khususnya FB di Indonesia. 
Menurutnya, banyak keberhasilan yang telah diperoleh dalam kerangka kerjasama Pemerintah Indonesia-FAO dengan dukungan USAID ini.

Lanjut Ketut, pada saat ini pengendalian dititikberatkan pada peningkatan biosekuriti pada peternakan dan sertifikasi kompartemen bebasAI, dan pemantauan dinamika virus AI yang beredar di lapangan untuk tujuan produksi dan penggunaan vaksin yang efektif dalam melindungi peternakan.

"Implementasi strategi ini berhasil menekan kasus flu burung di peternakan rakyat, juga memberikan sertifikasi kompartemen bebas AI bagi peternakan komersial. Keberhasilan sertifikasi tersebut membuat produk unggas Indonesia dapat diekspor ke beberapa negara," pungkasnya. (Rilis/INF)

DIRJEN PKH RESMIKAN RPHU MILIK CHAROEN POKPHAND INDONESIA

Dirjen PKH (kedua kiri) bersama instansi pemerintah lain dan pihak CPI saat peresmian RPHU keenam milik Charoen Pokphand Indonesia di Bali. (Sumber: Istimewa)

“Keberadaan RPHU dengan persyaratan teknis yang memadai menjadi hal penting dalam penyediaan pangan asal hewan yang ASUH (aman, sehat, utuh dan halal), sehingga terjamin mutu dan keamanannya,” kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, yang turut hadir meresmikan RPHU PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) yang keenam, di Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, Bali, Selasa (9/7).

Melalui keterangan tertulisnya Ketut mengatakan, agar penambahan rumah pemotongan hewan unggas (RPHU) dapat berperan besar bagi pendistribusian daging ayam dengan mekanisme rantai dingin, sehingga ketersediaannya dapat terjaga. Selain itu, keberadaan RPHU juga sebagai solusi untuk keseimbangan daging ayam di pasaran.

Pada kesempatan serupa, Gubernur Provinsi Bali yang diwakili Kepala Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Provinsi Bali, I Wayan Mardiana, menambahkan, pembangunan RPHU ini sejalan dengan pertumbuhan konsumsi daging ayam segar maupun daging ayam olahan, begitu pula dengan perkembangan pasar ayam ras pedaging di Bali.

“Adanya peningkatan konsumsi daging ayam harus dibarengi dengan pertumbuhan peternakan ayam dan instrumen pendukungnya, yaitu tersedianya RPHU yang representatif,” katanya. 

Sementara Presiden Direktur CPI, Thomas Effendy, menjelaskan kapasitas RPHU di Tabanan ini dapat melakukan proses pemotongan sebanyak 2.000 ekor ayam per jam atau dalam 2 shift kerja (14 jam) dapat memproses 28.000 ekor ayam. “Hadirnya RPHU ini tidak lantas menghentikan usaha RPHU kecil karena segmentasi pasar CPI dituju adalah Horeka (hotel, restoran, kafe),” ucap Thomas.

Tidak hanya menyediakan RPHU saja, CPI juga melakukan pendistribusian produknya ke konsumen melalui gerai-gerai Prima Freshmart yang hingga tahun ini berjumlah sekitar 600 gerai. “Konsumen dapat langsung menikmati ayam beku ASUH yang telah diproses oleh RPHU kami dengan harga terjangkau,” pungkasnya. (INF)

INDO LIVESTOCK 2019, POTRET KEMAJUAN INDUSTRI PETERNAKAN

Pemukulan gong oleh Dirjen PKH saat pembukaan Indo Livestock 2019. (Foto: Infovet/CR)

Kota Surabaya kembali ditunjuk menjadi tuan rumah penyelanggaraan
Indo Livestock 2019 Expo and Forum, 3-5 Juli 2019. Kegiatan yang sudah ke-14 kalinya ini digelar Grand City Convex, berbarengan dengan Indo Feed, Indo Diary, Indo Vet dan Indo Fisheries 2019.

PT Napindo Media Ashatama selaku penyelenggara menyebut, event ini merupakan ajang promosi dan alih teknologi bagi industri peternakan, sekaligus sebagai wadah memperkuat kapasitas industri peternakan lokal dengan cara membangun kerjasama dengan industri peternakan asing, serta berbagi informasi terkini mengenai tren dunia peternakan.

Sementara, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I ketut Diarmita, saat pembukaan Indo Livestock 2019, Rabu (3/7/2019), mengatakan, Indo Livestock 2019 merupakan acara besar yang memberi segudang manfaat. “Acara ini memberi peluang besar bagi kemajuan bidang peternakan dan kesehatan hewan,” kata Ketut.


Dirjen PKH saat meninjau salah satu booth peserta. (Foto: Infovet/CR)

Pasalnya dari data pemerintah, pertumbuhan sub sektor peternakan periode 2015-2018 cukup tinggi, yakni pertumbuhan produksi daging (17,6%); susu (8,5%); dan telur (17,5%) , serta ekspor meningkat (44,5%) per tahun. Akumulasi investasi usaha peternakan dalam negeri juga meningkat pada periode yang sama sebesar Rp 541,04 miliar, kemudian akumulasi PDB (Pendapatan Domestik Bruto) pada periode serupa meningkat Rp 18,2 triliun, dengan peningkatan 2017 ke 2018 sebesar 13,3% menjadi Rp 155,15 triliun.


Ketut menambahkan, “Indo Livestock juga memberikan solusi bagi dunia peternakan di Indonesia. Kami sangat apresiasi, semoga lebih kreatif dan inovatif lagi ke depannya untuk menjawab tantangan industri peternakan di Indonesia, serta mampu menarik minat masyarakat pada dunia peternakan.”

Selama tiga hari, kegiatan akbar itu dihadiri Dirjen PKH, Musdhalifah Machmud (Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian), Mayjend (purn) Bambang Budi Waluyo (HKTI), serta diikuti sekitar 250 peserta dari 25 negara dengan 6 paviliun negara, diantaranya Indonesia, Tiongkok, Korea Selatan, Taiwan, Eropa dan Amerika, dengan pengunjung mencapai 12.000 orang.

Acara semakin semarak dengan hadirnya booth khusus produk-produk ekspor, paviliun UMKM, KUR (Kredit Usaha Rakyat), seminar asosiasi, maupun seminar teknis dari perusahaan, sosialisasi SDTI (susu, daging, telur dan ikan) dan lain sebagainya yang menambah informasi dan edukasi bagi pengunjung.


Foto bersama asosiasi peternakan yang turut mendukung Indo Livestock. (Foto: Infovet/CR)

Jateng Terima Indo Livestock Services Award wilayah A


Seperti tahun-tahun sebelumnya, Indo Livestock 2019 juga memberikan penghargaan Indo Livestock Services Award bertajuk “Adi Praja Satwa Sewaka” . Kali ini, untuk pertama kalinya penghargaan Indolivestock Services Award diberikan kepada Dinas Provinsi (Indo Livestock sebelumnya diberikan kepada Dinas Kabupaten dan UPT/Unit Pelaksana teknis). Penilian dilakukan oleh Dewan Juri independen dan bersertifikat dari Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI) bekerjasama dengan Ditjen Peternakan dan Kesehatan hewan. Tahapan penilaian meliputi penyebaran formulir award ke semua Dinas Provinsi, pengisian formulir, desk review, verifikasi lapangan dan penetapan pemenang.

Mengingat luas dan ragamnya wilayah Indonesia, wilayah penilian dibagi 3 kategori yaitu wilayah A, B dan C, berdasarkan aspek populasi animal unit, perkembangan industri dan aspek terkait lainnya.

Dari hasil penilaian selama  beberapa bulan, Dewan Juri menetapkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah sebagai pemenang pertama untuk Wilayah A. Berikut data pemenang selengkapnya.

Wilayah A:
Juara 1. Provinsi Jawa Tengah
Juara 2. Provinsi  Jawa Timur
Juara 3. Provinsi  Sumatera Barat

Wilayah B
Juara 1. Provinsi Bali
Juara 2. Provinsi  Sulawesi Selatan
Juara 3. Provinsi  Kalimantan Timur 

Wilayah C
Juara 1. Provinsi Kepulauan Riau
Juara 2. Provinsi  Gorontalo
Juara 3. Provinsi  Sulawesi Barat

Penerima penghargaan Indo Livestock Services Award 2019. (Foto: Infovet/CR)

Perwakilan YAPPI Dedy Kusmanagandi, yang merupakan tim penilai
Indo Livestock Sevices Award, menyatakan bahwa landasan penilaiaan berdasarkan pada aspek nomenklatur, regulasi bidang peternakan, kemandirian dalam menghasilkan devisa daerah lewat komoditi peternakan, realisasi Upsus Siwab (Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting) dan beberapa aspek lainnya. (RBS/Bams)

APRESIASI FAO UNTUK DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN




Dr Stephen Rudgard selaku FAO Representative (kanan) bersama Dr James McGrane, Team Leader FAO Ectad Indonesia (kiri) menyerahkan hadiah untuk Dirjen PKH I Ketut Diarmita. (Foto: Humas Kementan)

Keberhasilan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) dalam penanggulangan penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) diapresiasi Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO).

“FAO telah mendukung program Pemerintah dalam pengendalian dan penanggulangan flu burung sejak tahun 2006. Sepanjang kerjasama selama 13 tahun ini, kami mengapresiasi angka kasus penyakit flu burung yang terus menurun,” kata Stephen Rudgard, FAO Representative untuk Indonesia dan Timor Leste di kantor Kementan, Jakarta, Rabu (28/5).

Kementerian Pertanian mencatat, angka tahunan kasus flu burung turun dari 2751 pada tahun 2007 ke 476 pada tahun 2018. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menyerang semua jenis unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh, serta diketahui dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.

Flu burung adalah penyakit yang dapat ditularkan ke manusia (Zoonosis). Indonesia tertular virus flu burung sejak tahun 2003 yang menyebar ke beberapa wilayah dalam beberapa tahun saja. Dalam rangka melindungi kesehatan manusia dan produksi ternak unggas di Indonesia, pemerintah gencar melakukan program pengandalian dan penanggulangan flu burung.

Dalam kesempatan tersebut, Ketut menyampaikan apresiasi kepada FAO atas kontribusinya dalam program pengendalian penyakit flu burung di Indonesia. Banyak keberhasilan yang telah diperoleh dalam kerangka kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan FAO disertai dukungan USAID.

“Saat ini pengendalian dititikberatkan pada peningkatan biosekuriti pada peternakan dan sertifikasi kompartemen bebas AI. Selain itu, program ini juga memantau dinamika virus yang beredar di lapangan untuk tujuan produksi dan penggunaan vaksin yang efektif dalam melindungi peternakan,” terang Ketut, dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Kamis (29/5).

Implementasi strategi pemerintah berhasil menekan kasus flu burung di peternakan rakyat dan memberikan sertifikasi kompartemen bebas AI bagi peternakan komersial. Keberhasilan sertifikasi tersebut membuat produk unggas Indonesia dapat diekspor ke beberapa negara. “Negara seperti Jepang yang persyaratan kesehatan hewannya sangat tinggi, mau menerima produk unggas Indonesia sebagai bentuk pengakuan penjaminan keamanan dan kesehatan hewan Indonesia,” tambahnya.

James McGrane, Team Leader Unit Khusus FAO di Bidang Kesehatan Hewan (FAO ECTAD Indonesia), pada kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa kerjasama yang baik antara Pemerintah Indonesia dan FAO perlu diteruskan agar dapat memastikan dampak yang berkelanjutan.

“Keberlanjutan kerjasama internasional ini akan memperkuat kapasitas Indonesia dalam melindungi masyarakat dan mata pencahariannya dari bahaya penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia,” kata McGrane.

Ketut menyambut baik tawaran kerjasama lanjutan ini dan berharap akan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia. (NDV)

MARKET PROJECT UNTUK PERMUDAH PETERNAK DAN KONSUMEN

Pemukulan gong oleh Walikota Bogor, Bima Arya, saat membuka launching Market Project, Rabu (22/5/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam rangka memperpendek rantai pemasaran, meningkatkan efisiensi dan membangun saluran pemasaran baru dari peternak ke konsumen, pemerintah menginisiasi kegiatan Market Project (MarkPro).

“Kegiatan ini juga sebagai sarana pelaksanaan sosialisasi atau promosi peningkatan konsumsi pangan asal ternak, serta sosialisasi berbagai program kegiatan nasional,” kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, Kementerian Pertanian (Kementan), Fini Murfiani, saat launching MarkPro di lapangan Kelurahan Baranangsiang Bogor, Rabu (22/5/2019).

Kegiatan tersebut atas kerjasama Kementan, Dinas Pertanian Bogor, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA) dan Koperasi Pertanian Agrisatwa (Koperasi Takwa).

Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, yang turut hadir dalam acara, menyatakan dukungannya atas penyelenggaraan MarkPro guna memotong rantai pasok pangan asal hewan. 

“Hal ini seiring dengan penduduk Kota Bogor yang memerlukan ketersediaan produk asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH), untuk penguatan pemenuhan kebutuhan gizi protein hewani yang cukup tinggi,” ujar Bima.

Ia berharap, kegiatan MarkPro dapat berkelanjutan, sehingga rantai pasok dari tingkat peternak hingga konsumen dapat terjaga. “Tidak hanya menguntungkan bagi kesejahteraan peternak, namun juga meningkatkan asupan gizi bagi masyarakat,” tambahnya.

Sementara di tempat terpisah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, I Ketut Diarmita, mengungkapkan bahwa kegiatan MarkPRO merupakan salah satu upaya mendekatkan peternak dengan konsumen, sehingga peternak dapat menentukan margin price sesuai dengan biaya produksi dan konsumen dapat memperoleh harga yang realistis.

“Selain itu, MarkPro dapat dijadikan embrio saluran pemasaran baru bagi peternak untuk memasarkan produknya secara langsung kepada konsumen, dimana produk yang dijual dapat berupa produk peternakan dan produk olahannya. Ini menjadi peluang bagi UMKM peternakan untuk mengembangkan diri mempromosikan dan memperkuat jalur market-nya,” kata Ketut.

Dalam kegiatan MarkPro, juga dilengkapi edukasi bagi masyarakat untuk pengenalan produk pangan asal hewan yang ASUH, melalui Balai Pengujian Mutu dan Sertifikasi Produk Hewan (BPMSPH) Bogor. Edukasi berupa pengenalan perbedaan karkas ayam sehat dengan karkas ayam mengandung formalin dan ayam bangkai. Kemudian cara membedakan telur ayam yang baik dan yang rusak, serta mengenali perbedaan daging sapi, kerbau dan babi hutan (celeng).

Fini Murfiani dan Dirkeswan Fadjar Sumping Tjatur Rasa (tengah) bersama Bima Arya (pojok kanan) didampingi peternak bogor meninjau bazaar murah di lokasi launching Market Project. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kegiatan yang juga dilakukan dibeberapa kabupaten dan kota lainnya ini juga menampilkan bazaar produk berupa karkas broiler dingin segar sebanyak 4.200 ekor, telur 2.100 kg dan produk lainnya. Selain itu, adapun partisipasi industri pengolahan susu yang memberikan susu gratis kepada masyarakat dan bazaar susu, diantaranya PT Indolakto, PT Frisian Flag Indonesia, PT Industri Susu Alam Murni, PT Fonterra Brands Indonesia, PT Sari Husada, PT Cisarua Mountain Dairy dan PT Greenfields Indonesia. (RBS)

JAMBORE PETERNAK NUSANTARA 2019 DIGELAR DI KARANGANYAR

Peluncuran "Buku Saku Bagi Peternak" dalam acara Jambore Peternak Nusantara 2019 (Foto: Baznas)

Jambore Peternak Nusantara 2019 yang berlangsung selama tiga hari, Senin-Rabu (13-15/5), di The Lawu Park Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita dan Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Irfan Syauqi Beik.

Irfan mengatakan, Jambore Peternak Nusantara 2019 diselenggarakan untuk mempererat tali silaturahim antarpelaku usaha peternakan di Indonesia. Selain itu juga sebagai cara memperluas jaringan. Dalam kegiatan jambore peternak tersebut, para peserta disuguhkan materi-materi tentang peternakan dari tokoh yang andal dalam bidangnya.

"Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen dan teknis budidaya peternakan bagi peternak dan pendamping program pemberdayaan peternak," jelasnya.

Menurut Irfan, dalam kegiatan tersebut Baznas juga mengenalkan kepada masyarakat tentang konsep
Balai Ternak Baznas yang dikembangkan dalam program pemberdayaan ekonomi para mustahik di pedesaan.

Balai Ternak Baznas dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia. Baznas memberikan modal usaha bagi para peternak mustahik. Selain itu, Baznas juga melakukan pendampingan, pengawasan, serta pelatihan-pelatihan.

"Setelah menerima modal usah berupa bibit ternak, para mustahik ini tidak serta merta ditinggalkan, Baznas melakukan pendampingan, memberikan mereka pelatihan agar tidak hanya sekedar ternak hewan, menjadikan mereka lebih mandiri. Baznas juga membantu proses pemasaran," terang Irfan.

Sementara itu, Kepala Pemberdayaan Peternak Mustahik (LPPM) Baznas, Ajat Sudarjat mencontohkan lokasi Balai Ternak Baznas di Magelang. Di lokasi tersebut, para petani mustahik yang diberdayakan Baznas mengalami peningkatan pendapatan.

Penghasilan para peternak di Magelang meningkat dari Rp 1.324.750 menjadi Rp 2.261.250. Padahal, upah minimum kabupaten (UMK) Magelang pada 2019 hanya Rp 1.882.000. Jika dibandingkan dengan Garis Kemiskinan Nasional tahun 2018 yakni Rp 1845.612, maka penghasilan tersebut lebih tinggi sebesar 22,8 persen.

"Artinya program Balai Ternak Baznas di Desa Dayugo, Desa Banyusidi, Pakis, Kabupaten Magelang dapat membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan meningkatkan perekonomian masyarakat," ungkap Ajat.

Jambore Peternak Nusantara 2019 diikuti sebanyak 77 peserta yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Lampung, dan Nusa Tenggara Barat.

Para peserta merupakan peternak binaan Baznas yang tergabung dalam program Balai Ternak Baznas. Selain dari peternak Baznas, acara ini dihadiri juga oleh banyaknya komunitas peternak peternak mandiri.

Pada kesempatan itu juga diluncurkan "Buku Saku Bagi Peternak" yang disusun oleh tim LPPM Baznas yang terdiri dari Ajat Sudarjat, Sugeng Prayitno, dan Achmad Salman Farisy. Buku tersebut diharapkan menjadi panduan pembelajaran bagi semua peternak binaan Baznas dan masyarakat umum yang akan atau sudah beternak. (Sumber: https://baznas.go.id)

TIMOR LESTE TAMBAH IMPOR KOMODITI UNGGAS DARI PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK

Pertemuan IRA digelar di Surabaya (Foto: Dok. Kementan)

Pertemuan Entry Meeting Import Risk Analysis untuk produk unggas dengan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) digelar pada 8-12 April 2019 di Surabaya. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita hadir bersama perwakilan manajemen PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Dalam pertemuan ini, pemerintah RDTL telah menyetujui usulan penambahan impor dari unit usaha dari Indonesia untuk komoditi unggas PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Direktur Jenderal Peternakan RDTL, Domingos Gusmao menyampaikan ketertarikannya untuk meningkatkan impor komoditi unggas, olahan ayam, dan pakan ternak dari Indonesia, hal ini didasari dengan adanya pengalaman impor Day Old Chick (DOC) dan Final Stock (FS) dari Indonesia yang
sudah berjalan dengan baik.

Direktur Jenderal Peternakan RDTL (kiri) bersama Dirjen PKH, I Ketut Diarmita (Foto: Dok. Kementan)

Pemerintah Republik Indonesia menjamin setiap unggas dan produk unggas dari peternakan yang memiliki Sertifikat Kompartemen Bebas Avian Influenza (AI) adalah komoditas yang terjamin sehat dan aman dari virus AI untuk perdagangan dalam negeri atau ekspor ke negara lain. Jaminan ini bisa diberikan karena Indonesia telah menerapkan kompartementalisasi sesuai pedoman Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE).

Hal tersebut dikemukakan Ketut saat menghadiri pertemuan tersebut. “Kementerian Pertanian terus mendorong dan memberikan dukungan terhadap perusahaan perunggasan untuk melakukan ekspansi pasar ekspor ke luar negeri. Kali ini giliran PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk yang akan diantar mengepakkan sayap ke negara tetangga RDTL,” ungkap Ketut dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Jumat (12/4/2019).

Ketut menekankan, semua komoditas unggas dan produk unggas yang diekspor ke Timor Leste berasal dari unit peternakan unggas yang telah mendapatkan Sertifikat Kompartemen Bebas AI dari Kementerian Pertanian, dan untuk komoditas daging ayam beku berasal dari Rumah Potong Hewan Ayam yang memiliki Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV).

Import Risk Analysis (IRA)

Pelaksanaan IRA oleh Delegasi RDTL terhadap unit usaha PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, diakui Domingos sebagai salah satu hasil tindak lanjut dari kerjasama Government to Government antara Republik Indonesia dan RDTL, dan keberhasilan Indonesia melaksanakan kompartemen bebas AI sehingga memenuhi persyaratan perdagangan internasional.

 “Kerjasama bidang pembangunan pertanian termasuk peternakan antara kedua negara telah dimulai dengan penandatanganan MoU antara Menteri Pertanian Indonesia dengan Menteri Pertanian dan Perikanan RDTL pada 26 Agustus 2015, selanjutnya ditindaklanjuti dengan Technical Agreement yang ditandatangani Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan antara kedua negara pada 19 April 2018,” jelas Domingos. 

Import Risk Analysis RDTL kali ini tidak hanya pada breeding farm, hatchery, dan Rumah Potong Ayam, namun juga dilakukan terhadap pabrik pakan ternak,” tambah Ketut.

Sementara itu, Direktur Animal  Health & Laboratory Services PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Teguh Y Prajitno menambahkan bahwa jika proses IRA berjalan lancar dengan dibukanya pasar ekspor bagi produk PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, maka DOC yang akan dikirimkan nantinya berasal dari unit breeding Parent Stock Grati I Pasuruan dan penetasan telur  Baturiti Tabanan Bali. Sedangkan ekspor pakan berasal dari pabrik Sidoarjo dan karkas ayam berasal dari RPA Ciomas Krian, Sidoarjo.

“Sejauh ini PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk sudah mengekspor 3,9 juta butir Hatching Egg Parent Stock Broiler ke Myanmar sejak tahun 2015. Rencana ekspor di tahun mendatang adalah ke Banglades berupa DOC, Brunei, Pakistan dan Vietnam berupa Hatching Egg,” imbuh Teguh.

Lebih lanjut Teguh juga menjelaskan, proyeksi ekspor JAPFA ke RDTL direncanakan sebanyak 520.000 ekor dengan jumlah pakan yang menyesuaikan feed conversion ratio.

Menanggapi peluang ekspor komoditi unggas ke RDTL, Direktur Corporate Affairs PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Rachmat Indrajaya menyatakan, bahwa pihaknya memiliki keyakinan produknya memenuhi standar internasional dan siap untuk memasuki pasar RDTL.

“Mulai dari breeding farm dan hatchery, kami sudah menerapkan sistem biosekuriti yang ketat dan telah memperoleh Sertifikat Kompartemen Bebas AI.  Demikian juga pabrik pakan kami telah bersertifikat ISO 9001:2008 dan RPA kami telah memiliki NKV serta berstandar ekspor,” pungkas Rachmat. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer