Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Hari Ayam dan Telur Nasional | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENINGKATKAN KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS AYAM TANPA AGP

Direktur Pakan, Agus Sunanto, saat menjadi keynote speaker dalam webinar “Training Formulasi Pakan Tanpa AGP”. (Foto: Infovet/Ridwan)

Dampak penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) pada industri ayam ras menjadi alasan pemerintah melarang AGP yang biasanya digunakan melalui pakan. Walau diketahui penggunaannya dapat membantu menekan bakteri patogen di saluran pencernaan.

Namun dalam jangka panjang pemberian AGP dapat menimbulkan residu antibiotik pada produk unggas yang berbahaya dikonsumsi manusia, yang turut meningkatkan kasus antimicrobial resistant (AMR).

“Survei WHO pada 2014 menyebutkan angka kematian global akibat AMR sebanyak 700 juta jiwa (low estimate) dan diperkirakan meningkat menjadi 10 juta jiwa di tahun 2050 mendatang. Banyak negara di Eropa melarang semua jenis antibiotik sebagai growth promoter,” ujar Direktur Pakan Ditjen PKH Kementerian Pertanian, Agus Sunanto, dalam webinar “Training Formulasi Pakan Tanpa AGP”, Rabu (8/9/2021), yang merupakan rangkaian kegiatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) dan World Egg Day (WED) 2021 di Provinsi NTT pada Oktober mendatang.

Pelarangan AGP di Indonesia telah diatur melalui berbagai regulasi, diantaranya UU No. 18/2009 jo UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Permentan No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan, Permentan No. 22/2017 mengenai Pendaftaran dan Peredaran Pakan dan Permentan No. 65/2007 tentang Pengawasan Mutu dan Keamanan Pakan.

Dipaparkan Agus, tujuan dari pelarangan AGP tersebut untuk mencegah terjadinya residu obat pada ternak dan resitensi mikroba patogen, mencegah gangguan kesehatan pada manusia, serta menjaga kesehatan lingkungan.

Oleh karena itu, kata dia, langkah strategis yang bisa diupayakan untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas ayam bisa menggunakan alternatif seperti probiotik, prebiotik, asam organik, minyak esensial, enzim, maupun feed supplement berkualitas.

“Juga dengan penerapan biosekuriti tiga zona, peningkatan kualitas pakan dan pemilihan DOC yang sehat, berkualitas dan bersertifikat,” ungkap Agus.

Hal senada juga disampaikan Direktur Nutricell Pacific, Wira Wisnu, yang menjadi narasumber. Dikatakan di era bebas AGP sekarang ini, pelaku budi daya unggas harus lebih jeli dalam perbaikan pemeliharaan.

Dijelaskan Wira, beberapa hal yang bisa menjadi pertimbangan untuk mengoptimalkan performa ayam yakni dengan memperhatikan kepadatan kandang, kebutuhan air, ketersediaan dan kualitas pakan.

“Serta bagaimana kita mengatur temperatur, kelembapan, oksigen, manajemen pH saluran pencernaan (keseimbangan mikroflora), pengelolaan organ hati dan usus, serta meminimalisir kondisi stres pada ayam,” katanya. (RBS)

TEKAN PENYEBARAN PENYAKIT DENGAN BIOSEKURITI DAN DISINFEKSI

Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, saat menjadi keynote speaker dalam webinar nasional biosekuriti dan disinfeksi. (Foto: Infovet/Ridwan)

Kemunculan penyakit viral pada ternak unggas berkaitan erat dengan keberhasilan/kegagalan program biosekuriti. Biosekuriti merupakan program yang dirancang untuk melindungi ayam terhindar dari bibit penyakit dari luar dan agar bibit penyakit tidak menyebar keluar peternakan, serta tidak menginfeksi peternakan lain.

Hal tersebut dibahas dalam webinar nasional “Biosekuriti dan Disinfeksi Farm di Tengah Pandemi”, Kamis (26/8/2021), yang merupakan rangkain kegiatan Hari Ayam Telur Nasional (HATN) dan World Egg Day (WED) 2021 yang akan dipusatkan di Kupang, NTT. Kegiatan ini dilaksanakan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia didukung Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi NTT, USSEC, FAO dan Gita Organizer.

“Biosekuriti menjadi hal utama dalam meminimalisir penyebaran penyakit. Dengan ayam yang sehat kita bisa menekan biaya kesehatan dan mendapat keuntungan yang baik. Penerapan biosekuriti dan disinfeksi menjadi hal utama dalam pencegahan penyakit khususnya di masa pandemi COVID-19 ini, dimana penyebaran virus semakin tinggi,” kata Ketua Pelaksana yang juga pengurus Pinsar Indonesia, Ricky Bangsaratoe.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Nuryani Zainuddin dan Plt Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Johanna Lisapaly. Keduanya menyebut bahwa penerapan biosekuriti dan perlakuan disinfeksi memegang peranan penting dalam upaya mencegah dan mengendalikan penyakit pada ternak unggas.

Lebih jauh soal biosekuriti dibahas Koordinator Substansi Pencegahan dan Penyebaran Penyakit Hewan, Ditkeswan, Arif Wicaksono. Dalam paparannya, ia menyebutkan elemen biosekuriti yang terdiri dari isolasi, kontrol lalu lintas, serta cleaning dan disinfeksi.

“Hal itu untuk mencegah penularan penyakit dengan isolasi atau pemisahan, kemudian membatasi pergerakan manusia, hewan, maupun benda yang akan memasuki kandang, serta pembersihan sebagai usaha mensterilkan sesuatu dengan disinfeksi,” kata Arif.

Adapun dijelaskan Arif mengenai biosekuriti tiga zona yang kini sudah banyak diterapkan di beberapa peternakan unggas Indonesia. Dimana pada prinsipnya program tersebut membagi beberapa zona (merah, kuning dan hijau) sebagai pembatas untuk menekan masuk dan keluarnya sumber penyakit.

Pada kesempatan yang sama, penekanan biosekuriti tiga zona diperkuat National Technical Advisor FAO ECTAD Indonesia, Alfred Kompudu. “Biosekuriti tiga zona ini dapat mencegah kuman menginfeksi ternak, menyaring kuman hingga tiga lapisan perlakuan, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, sesuai good farming practices, serta meningkatkan daya saing perunggasan,” kata Alfred.

Selain biosekuriti, lanjut dia, pembersihan dan disinfeksi juga menjadi kunci utama meminimalisir munculnya penyakit. “Pembersihan kandang mampu membunuh kuman hingga 80%. Namun melakukan disinfeksi tanpa pembersihan adalah hal yang sia-sia,” ucap dia.

Dalam menggunakan disinfektan, Alfred juga menekankan pentingnya memperhatikan keselamatan diri. Karena disinfekatan merupakan racun berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh.

“Dalam melakukan pemberian disinfektan sebaiknya gunakan alat pelindung diri, baca label, ikuti petunjuk dan aturan dalam kemasan, juga kebutuhan larutan disinfektan (luas P x L: 300 ml/m2, volume 300 ml x 2.5 = 750 ml/m3). Dan perlu diketahui bahwa disinfektan tidak bekerja maksimal jika ada benda organik dan disinfektan membutuhkan waktu kontak di industri peternakan ayam selama 10 menit,” pungkasnya. (RBS)

PANDEMI COVID-19 BUKAN PENGHALANG BAGI HATN DAN WORLD EGG DAY 2020

Hari telur dan ayam nasional 2020 siap digelar


Konferensi pers menuju peringatan Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) serta World Egg Day 2020 digelar via daring Senin (12/10). Kedua acara tersebut sudah menjadi kalender rutin di kalender peternakan Indonesia sejak 2011. Pada tahun tersebut beberapa wilayah di Indonesia banyak terjadi kasus stunting sehingga dibutuhkan asupan gizi protein agar dapat mengentaskan masalah tersebut.

Pemimpin Redaksi Majalah Infovet sekaligus panitia acara Bambang Suharno menjabarkan bahwa acara tersebut dilatarbelakangi oleh rendahnya konsumsi ayam dan telur di Indonesia yang bahkan konsumsinya lebih rendah daripada rokok.

“Konsumsi rokok masyarakat Indonesia tertinggi di ASEAN, yakni 1300 batang / kapita / tahun atau 3,5 batang perhari. Padahal jika dikalkulasikan 3,5 batang itu bisa membeli 2 butir telur,” tutur Bambang.

Ia juga menyebut sekarang ini banyak beredar berita hoax mengenai ayam dan telur, sehingga masyarakat enggan mengonsumsi ayam dan telur. Selain itu pesaing bagi telur dan ayam dalam konsumsi rumah tangga juga bertambah, pesaing tersebut bernama pulsa atau paket data.

“Oleh karena itu ini merupakan tantangan bagi sektor peternakan Indonesia dimana produksinya berkembang terus, tetapi konsumsinya tidak meningkat secara signifikan,” lanjut Bambang.

Acara ini tentu saja bertujuan untuk meningkatkan konsumsi ayam dan telur di Indonesia. Dimana telur dan daging ayam merupakan sumber protein hewani termurah ketimbang sumber lainnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa protein merupakan zat pembangun yang juga menjadi komponen utama dalam membentuk sistem imunitas tubuh. Harapannya, konsumsi protein hewani yang seimbang membuat imunitas tubuh bekerja dengan prima dan dapat mencegah agen infeksi  baik bakteri maupun virus masuk ke dalam tubuh.

Secara garis besar acara peringatan HATN dan WED 2020 akan berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya karena wabah Covid-19 yang masih melanda. Tahun ini tidak ada acara pengumpulan massa serta lebih mengedepankan daring melalui webinar, live streaming media sosial, dan publikasi media massa baik radio, media cetak, dan elektronik.

Acara terdekat yakni Webinar bertajuk “Ayam dan Telur Meningkatkan Imunitas” yang akan digelar pada 15 Oktober 2020. Webinar tanggal 15 Oktober ini juga spesial karena juga akan diadakan demo masak oleh chef Eddrian Tjhia. Lalu pada tanggal 27 Oktober acara HATN juga akan dilaksanakan di Samarinda, Kalimantan Timur melalui Talkshow di radio dan Televisi lokal dan kunjungan duta ayam dan telur ke peternak di Kalimantan Timur. Acara seremonial juga akan diadakan pada 28 Oktober yang juga dibarengi dengan webinar dengan tema “Prospek Bisnis dan Upaya Meningkatkan Daya Saing Perunggasan Nasional”.

Panitia berharap agar acara kampanye gizi serupa dapat digelar tidak hanya sekali dalam setahun, tetapi beberapa kali. Selain itu dengan adanya kampanye gizi, masyarakat dapat lebih sadar akan pentingnya konsumsi protein hewani bagi imunitas tubuh dan perkembangan kecerdasan. (CR)


Perkembangan Pariwisata dan Prospek Perunggasan Sulawesi Utara


Tahun 2018 ini Manado sebagai tuan rumah HATN (Hari Ayam dan Telur Nasional) dan WED (World Egg Day) 2018. Terpilihnya Manado  tidak terlepas dari penilaian bahwa daerah Sulawesi Utara (Sulut) merupakan daerah dengan pertumbuhan industri perunggasan yang relatif lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan di Kawasan Indonesia Timur (KTI). Selain itu, para pemangku kepentingan perunggasan di Sulut sangat antusias dengan program yang membantu meningkatkan usaha perunggasan.

Selama periode 2012-2016, pertumbuhan populasi ayam pedaging (broiler) di Sulut mencapai 280,8%, jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata KTI sebesar 111,1% dan 10 kali lipat dari pertumbuhan rata-rata Nasional sebesar 28%. Pada periode yang sama, populasi ayam petelur di Sulut tumbuh 31,8%, lebih tinggi dari rataan Nasional sebesar 16,8%, meskipun masih lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan KTI yang sebesar 53,3 %. Melihat data ini, konsumsi telur di Sulut masih memiliki prospek yang tinggi.

Salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan usaha perunggasan di Sulut adalah meningkatnya ekonomi pariwisata yang pesat. Wisata Bunaken misalnya, kini sudah dikenal seantero Tanah Air dan di berbagai negara sebagai pulau yang sangat indah dan eksotis. Adanya jalur penerbangan langsung China-Manado membuat pertumbuhan wisatanya melesat. Kabarnya Korea juga akan membuka jalur penerbangan langsung ke Manado yang tentunya makin meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara.

Pertumbuhan wisata tentunya juga akan mendongkrak kebutuhan ayam dan telur di wilayah Manado dan sekitarnya. Selain itu, dengan pendapatan masyarakat yang meningkat akibat pertumbuhan wisata, maka konsumsi ayam dan telur masyarakat Sulut diharapkan ikut meningkat. Acara HATN 2018 yang terpusat di Manado diharapkan akan membuat masyarakat Sulut semakin meningkat kesadaran terhadap pentingnya konsumsi ayam dan telur sebagai sumber protein yang paling murah dan peternakan unggas di Sulut semakin berkembang.

Coba bayangkan, Sulut saat ini berpenduduk sekitar 2,5 juta orang. Jika setiap penduduk Sulut dalam setahun menambah konsumsi telur 10 butir telur saja, maka dibutuhkan 25 juta butir telur ayam. Jumlah ini membutuhkan lebih dari 100 ribu ekor ayam petelur produktif yang akan menyerap tenaga kerja ribuan orang, mulai dari peternak, usaha pakan, obat hewan, peralatan, pemasok bahan pakan dan sebagainya. Ini belum termasuk tambahan konsumsi dari wisatawan. Tambahan konsumsi telur itu sangat bisa dilakukan jika masyarakat mulai mengurangi konsumsi rokok yang sangat tidak bermanfaat.

Semua itu bisa dilakukan dengan kerjasama semua pemangku kepentingan perunggasan, baik peternak, perusahaan sarana produksi ternak, dinas pertanian dan peternakan, perguruan tinggi, serta dukungan media. Kerjasama itu misalnya, perguruan tinggi melakukan kajian pasokan bahan baku pakan dan menyusun konsep kemitraan petani jagung dengan peternak. Dinas Pertanian dan Peternakan sebagai fasilitator dapat memulai pertemuan koordinasi rutin antara semua stakeholder agar usaha peternakan unggas di Sulut dapat tumbuh pesat dan tidak terganggung oleh gejolak harga yang terlalu merepotkan peternak sebagaimana yang sering terjadi di Pulau Jawa.

Tak kalah pentingnya, adalah jaminan lokasi usaha peternakan, agar para peternak bisa nyaman melanjutkan usahanya tanpa terganggu oleh perubahan kebijakan lokasi usaha. Di beberapa daerah kerap terjadi peternakan yang sudah dirintis di daerah yang jauh dari permukian, dalam beberapa tahun terjadi pertumbuhan perumahan di wilayah peternakan, sehingga peternak harus merelokasi usahanya ke daerah lain. Ini adalah akibat tidak jelasnya peta lokasi usaha peternakan.

Dengan adanya HATN, para pemangku kepentingan perunggasan menyadari pentingnya peran media. Liputan kegiatan HATN oleh Manado Post membuat publik setempat menyadari perlunya peningkatan konsumsi ayam dan telur. Dukungan ini perlu terus dilanjutkan. Bahkan pihak Manado Post sendiri menyatakan sangat terkesan dengan para pelaku usaha perunggasan dan siap menjadi “rumah” bagi para peternak unggas.

Sebuah hikmah luar biasa dari terselenggaranya HATN 2018 di Sulut yang memiliki potensi besar dalam peningkatan industri dan konsumsi protein hewani yang bersumber dari ayam dan telur. ***

HATN Jakarta: Konsumsi Ayam dan Telur Perlu Ditingkatkan

Simbolis makan telur bersama. (Foto: Infovet/Ridwan)

Hari Ayam dan Telur Nasional (HATN) dan World Egg Day (WED) 2018, sukses terselenggara di Jakarta, mengambil tempat di Taman Tanjung, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Minggu (28/10).


Senam jantung sehat mengawali acara HATN di Jakarta. (Foto: Infovet/Ridwan)

Acara yang didukung oleh Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Food and Agriculture Organization (FAO) Indonesia dan segenap perusahaan bidang perunggasan ini dilaksanakan setelah puncak HATN yang dipusatkan di Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (20/10).


Lomba menggambar dan mewarnai. (Foto: Infovet/Ridwan)

HATN di Jakarta dibuka dengan kegiatan senam jantung sehat bersama ibu-ibu PKK, serta lomba menggambar dan mewarnai khusus siswa/siswi Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) dari wilayah Jatipadang, Pasar Minggu.


Pengunjung bazaar telur murah di HATN Jakarta. (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam sambutannya, Ketua Panitia HATN, yang juga Pimred Infovet, Bambang Suharno, mengungkapkan, kegiatan HATN dan WED selalu diperingati tiap tahun di berbagai daerah.

“Acara ini diselenggarakan mengingat konsumsi ayam dan telur masih rendah bila dibandingkan dengan konsumsi rokok di Indonesia. Dengan adanya kegiatan seperti ini harus diperbanyak lagi konsumsi protein hewani,” ujar Bambang dihadapan peserta.

Pemberian hadiah bagi pemenang lomba mini blog ayam dan telur. (Foto: Infovet/Ridwan)

Senada dengan hal itu, Dewan Penasehat ASOHI, Rakhmat Nuriyanto, menyebut bahwa konsumsi ayam dan telur sangat bermanfaat khususnya untuk kecerdasan bangsa. “Karena itu konsumsinya perlu ditingkatkan,” katanya.


Peserta memadati posko pemeriksaan kesehatan/pengobatan gratis. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pada kesempatan itu, hadir pula perwakilan dari FAO Indonesia, Alfred Kompudu dan Ketua Bidang Usaha dan Promosi Pinsar Indonesia, Ricky Bangsaratoe. Acara juga dimeriahkan dengan adanya bazaar telur murah, santunan anak yatim dan Bakti Sosial pemeriksaan kesehatan/pengobatan gratis bagi masyarakat, serta pemberian hadiah bagi pemenang lomba mini blog ayam dan telur.
(RBS)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer