Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Biosekuriti | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BIOSEKURITI: BUKAN TEORI, TAPI AKSI NYATA

Tata letak dan struktur bangunan dalam lokasi suatu unit farm juga dapat menopang tingkat efektivitas operasional implementasi biosekuriti yang ada. (Foto: Istimewa)

Oleh:
Tony Unandar (Anggota Dewan Pakar ASOHI-Jakarta)

Pada tataran lapangan, seorang praktisi perunggasan memandang kejadian kasus penyakit infeksius pada ayam modern umumnya bersifat multifaktor, baik faktor secara langsung ataupun tidak. Dengan demikian, interaksi antar faktor dan atribut yang menyertainya pada titik tertentu akan menghasilkan manifestasi gejala klinis dan/atau gejala patologi anatomis penyakit dalam populasi ayam yang ada. Biosekuritas merupakan salah satu strategi yang sifatnya wajib alias “mandatory” untuk diterapkan dalam rangka mencegah dan/atau mengurangi prevalensi kejadian kasus infeksius di lapangan. Tulisan singkat ini bertujuan berbagi pengalaman dalam strategi mereduksi kasus-kasus infeksius di lapangan terutama pasca pakan non-AGP (Antibiotic Growth Promoter).

Deskripsi Biosekuriti
Biosekuriti adalah satu perangkat tata laksana praktis lapangan yang kalau diimplementasikan secara kolektif dapat mereduksi introduksi potensial patogen dan mencegah penyebarannya ke dalam, antar dan sekitar lokasi, dimana induk semang berada (ayam). Dengan demikian, aspek terpenting yang mesti dipahami dalam implementasi biosekuriti di lapangan adalah bukan teori, melainkan aksi nyata mencegah introduksi dan penyebaran patogen di dalam lingkungan ayam.

Walaupun skala prioritas dan bentuk-bentuk nyata pelaksanaan biosekuriti pada masing-masing farm belum tentu sama, namun dalam realitanya sangat dibutuhkan komunikasi yang baik dan integritas tinggi setiap level personal di peternakan tersebut.

Prioritas segenap tindakan implementasi biosekuriti yang realistis adalah mempertimbangkan besarnya risiko yang dihadapi dan juga jenis patogen yang dominan dalam lingkungan lokasi farm tertentu, misalnya:

a. Apakah mereduksi patogen yang bersifat sangat menular dan/atau menyebabkan mortalitas yang tinggi, misalnya HPAI, ND ataupun Gumboro.

b. Apakah mereduksi tantangan penyakit endemik yang menyebabkan kematian dan/atau gangguan performa, misalnya Koksidiosis, Kolibasilosis ataupun Nekrotik Enteritis (NE).

c. Apakah mereduksi atau mengeliminasi patogen yang memberikan efek imunosupresi bagi ayam, misalnya Gumboro, Mareks, Reo, CAV, IBH.

d. Apakah bertujuan untuk mereduksi patogen yang penting untuk kesehatan manusia (foodborne disease) alias bersifat zoonosis, misalnya Salmonellosis dan Campylobacteriosis.

Interaksi Ayam & Patogen
Ayam dan patogen, termasuk juga makhluk hidup lainnya, pada hakikatnya mempunyai karakter “Ego”. Tegasnya, ekspresi sifat ego adalah dalam menjaga kelestarian kehidupannya (baca: eksistensinya di atas muka bumi) dan sifat ini menjadi sangat penting sekali. Sebab kalau tidak, makhluk hidup yang bersangkutan (termasuk patogen) dalam tempo cepat atau lambat pasti akan lenyap dari permukaan bumi alias punah.

Pada patogen, manifestasi dari sifat ego ini adalah kemampuannya untuk menerobos mekanisme pertahanan tubuh ayam (kemampuan melakukan invasi/invasiveness), termasuk kemampuannya menggagalkan kinerja suatu preparat antibiotika (kemampuan membentuk reaksi resisten).

Di sisi lain, sifat ego pada ayam dimanifestasikan dengan keberadaan mekanisme pertahanan tubuhnya yang berlapis-lapis, mulai dari mekanisme pertahanan fisiko-kimiawi (epidermis kulit dan mukosa beserta kelenjar pelengkapnya), pertahanan seluler via sel darah putih (innate immunity via mekanisme fagositosis) ataupun melalui sel limfosit yang terkait dengan sistem kekebalan (adaptive immunity baik humoral immunity dan cell-mediated immunity).

Kemampuan melakukan invasi dari suatu patogen dapat mengalami perubahan, tergantung… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. (toe)

PELAKSANAAN DISINFEKSI DALAM BIOSEKURITI PETERNAKAN

Disinfeksi untuk kendaraan saat akan memasuki areal peternakan. (Foto: Istimewa)

Saat ini pemakaian disinfektan sudah menjadi hal yang umum dan biasa, sehingga seringkali tidak diperhatikan efektivitas pemakaiannya. Asalkan sudah melakukan disinfeksi dengan menggunakan air dan disinfektan, seakan-akan semua masalah telah selesai dengan tuntas. Hanya beberapa farm dengan manajemen biosekuriti ketat yang secara rutin melakukan evaluasi terhadap keberhasilan pemakaian disinfektan yang sudah rutin diberikan.

Evaluasi terhadap keberhasilan pemakaian disinfektan dapat dilakukan dengan uji pengembangbiakan bakteri. Beberapa bahan organik dari farm diambil untuk dijadikan sampel uji, untuk ditumbuhkan pada media-tumbuh di laboratorium. Setelah itu media-tumbuh akan diuji untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan bakteri tertentu.

Dari hasil tersebut dapat dilakukan analisis mengenai ada tidaknya bakteri tertentu. Apabila uji ini dilakukan secara rutin, maka dapat dilakukan analisis lebih lengkap karena dapat mengetahui perkembangan maupun penurunan jenis bakteri tertentu. Setelah itu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan biosekuriti yang diterapkan termasuk didalamnya evaluasi mengenai efektivitas disinfektan.

Perlu disadari bahwa tidak ada disinfektan terbaik untuk semua situasi dan kondisi lingkungan farm. Tentukan terlebih dahulu sasaran pemakaiannya dengan mempertimbangkan penyakit yang menjadi target perlakuan disinfeksi, kondisi lingkungan sekitar farm, material yang akan dilakukan desinfeksi, keamanan bagi ayam, pekerja kandang dan peralatan.

Disinfeksi artinya melakukan proses mencegah terjadinya infeksi atau mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh ayam. Pelaksanaan disinfeksi biasanya menggunakan bahan kimia tertentu yang bertujuan membunuh mikroorganisme. Bahan kimia tertentu ini dapat bekerja optimal apabila terjadi kontak langsung dengan mikroorganisme, tanpa dihalang oleh bahan/material lain misalnya feses, pecahan telur, bekuan darah, lumpur, karat, debu dan kotoran lain.

Oleh karena itu, proses disinfeksi akan berjalan dengan baik apabila didahului dengan proses sanitasi yang baik. Pemakaian bahan sabun detergen sebelum proses disinfeksi adalah satu prasyarat utama. Sabun detergen berfungsi untuk melarutkan sisa bahan/material organik yang menempel dalam kandang.

Bahan kimia untuk proses disinfeksi biasa disebut sebagai disinfektan, misalnya amonium quartenair, glutaraldehide, phenol, iodium PVP, maupun gabungan diantaranya. Masing-masing mempunyai aktivitas utama terhadap mikroorganisme tertentu. Meskipun demikian, syarat utama disinfektan diantaranya:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021.

Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264 JAKARTA
Telp (021-8300300)

PERAN KRUSIAL DISINFEKSI DAN BIOSEKURITI

Disinfeksi dan biosekuriti akan membatasi masuknya agen penyakit di titik-titik kritis peternakan ayam. (Sumber: rezahygine.com)

Ketika membahas mengenai disinfeksi dan biosekuriti, salah satu pertanyaan yang pasti terlintas adalah sepenting apakah disinfeksi dan biosekuriti untuk dilakukan di peternakan? Pelaksanaan disinfeksi dan biosekuriti jelas memakan biaya dan membutuhkan perhatian yang konsisten, apakah efek yang dihasilkan akan sebanding?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, harus dilihat kembali dari sifat ternak ayam yang dipelihara. Seperti diketahui bersama bahwa ayam petelur dan pedaging merupakan ayam yang memiliki materi genetik unggul untuk produktivitasnya. Jika dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, ayam petelur saat ini dapat menghasilkan telur lebih banyak. Demikian pula ayam pedaging juga dapat memberikan karkas yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat. Hal ini tentunya memiliki konsekuensi, yaitu daya tahan tubuh yang lebih rentan sehingga membuat penyakit lebih mudah masuk dalam tubuh ayam. Beberapa jenis penyakit ayam dan efek kerugian yang ditimbulkan tampak sebagai berikut:

Jenis Penyakit

Tingkat Kematian

Tingkat Penurunan Produksi

Avian Influenza (AI)

≤100%

≤100%

Infectious Bronchitis (IB)

≤75% (terutama pada ayam kecil)

20-50%

Infectious Bursal Disease (IBD)

2-31,8%

5-50%

Infectious Laryngotracheitis

5-70%

1-20%

Newcastle Disease (ND)

0-100%

Tergantung umur ayam dan masuknya infeksi sekunder

Chronic Respiratory Disease

5-40%

Tergantung kondisi lingkungan dan masuknya infeksi sekunder

Aspergillosis

5-20%

Tergantung umur ayam dan tingkat keparahan penyakit

Coryza

0-5%

10-40%

Sumber: Kementerian Pertanian, 2014; Tarmudji, 2005; Tabbu, 2000.


Sumber utama masuknya penyakit ke tubuh ayam adalah dari lingkungan. Lingkungan yang dimaksud dapat berupa peralatan kandang, kandang, halaman lingkungan kandang, transportasi, makhluk hidup lain di area peternakan, maupun daerah di sekitar farm. Agen penyakit akan menempel pada lingkungan dan masuk ke tubuh ayam melalui udara, luka, makanan atau air minum.

Sementara itu diketahui bahwa hampir semua peternak Indonesia menggunakan kandang baterai untuk ayam petelur, yang berarti bahwa ayam petelur tersebut tidak bebas bergerak. Sedangkan pada ayam pedaging, bobot badan yang tinggi juga membuat jenis ayam ini tidak mudah bergerak. Akibatnya adalah ayam akan terpapar dengan apapun kondisi lingkungan yang ada di sekitarnya (terutama pada kandang sistem open house), serta lebih mudah mengalami stres.

Dapat dibayangkan bukan apa yang terjadi jika sifat rentan ayam ditambah stres, kondisi lingkungan yang tidak nyaman, serta rentan paparan penyakit? Risiko infeksi penyakit yang masuk ke tubuh ayam jelas sangat tinggi.

Beberapa contoh kondisi lingkungan kurang baik yang berperan terhadap masuknya agen penyakit sebagai berikut: Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. ***

PENERAPAN BIOSEKURITI TIGA ZONA DALAM PETERNAKAN

Biosekuriti dalam bidang peternakan diartikan sebagai upaya mencegah kuman penyakit tidak masuk ke peternakan sehingga ayam tetap sehat dan menghasilkan produk yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Terdapat rambu sederhana dalam penerapan biosekuriti 3 zona, yaitu membagi area peternakan menjadi 3 zona, yaitu  merah, kuning, dan hijau.

Hal tersebut diungkapkan oleh Dr Ir Suci Paramitasari Syahlani, MM, IPM selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan UGM. Menurutnya, pembagian zona bertujuan mengatur masuknya orang dan benda ke peternakan karena keduanya merupakan perantara yang memungkinkan kuman masuk ke tubuh ayam.

Suci menjelaskan, zona merah mencakup semua area di luar peternakan setiap orang termasuk karyawan kandang dan benda yang dibawa dianggap berpotensi membawa kuman penyakit, misalnya kendaraan dan sepatu. 

Untuk masuk area kandang, peternak harus mandi dengan sabun dan berganti pakaian yang disediakan. Setelah mandi, harus mencelupkan kaki ke dalam disinfektan dan memakai alas kaki yang khusus diperuntukkan untuk zona kuning, yaitu beralas rata dan berwarna kuning. Peternak tidak disarankan mengenakan sepatu boot karena alasnya berlekuk dan sulit dibersihkan.

Zona kuning adalah zona transisi antara zona merah yang berisiko tinggi terpapar penyakit dan zona hijau atau area produksi. Di zona ini, dilakukan penyortiran telur sebelum dibawa ke penjual.

Zona hijau merupakan area bersih/produksi. Sebelum masuk zona hijau, peternak harus berganti alas kaki khusus zona hijau. Di zona ini, diharapkan tidak ada kuman penyakit yang masuk yang dapat membahayakan ayam petelur sehingga hanya pekerja kandang dan yang berkepentingan saja yang dapat masuk ke area ini. Semua benda yang masuk di area ini harus didisinfektan.

Untuk memastikan penerapan biosekuriti agar berjalan dengan baik, diperlukan komitmen dari pemilik yang diikuti oleh keluarga, karyawan, pemasok, dan pembeli. Selain itu, kandang harus dibersihkan secara rutin untuk menjaga higienitasnya. 

Biosekuriti 3 zona ini dapat diterapkan oleh semua peternak, bahkan peternak kecil. Prinsipnya, zona merah adalah area kotor, zona kuning adalah area transisi, dan zona hijau adalah area bersih atau area produksi. Praktik ini dapat diterapkan dengan mudah dan murah di peternakan kecil sekalipun. Kunci keberhasilan penerapan bukan pada peralatan tetapi pada niat kuat dan kedisiplinan pemilik.

Jika peternakan dekat dengan rumah tinggal, cukup pastikan bahwa area kandang terlindungi dan dijadikan zona hijau. Peternak dapat memberi tanda dengan bahan sederhana, misalnya tali rafia hijau. Beberapa peralatan yang perlu disiapkan antara lain: beberapa pasang sandal dengan warna berbeda sesuai dengan warna zona dan cairan disinfektan di ember untuk mencelupkan kaki. Peternak diharuskan membiasakan diri untuk mandi sebelum memasuki zona hijau dan setelahnya mengenakan pakaian dan sandal khusus. Hal ini terkesan sederhana tetapi sangat bermakna untuk merintis biosekutiti 3 zona. 

Biosekuriti sangat penting untuk dilakukan di peternakan, terutama karena alasan kesehatan, ekonomi, dan hukum. Dengan menerapkan biosekuriti, telur lebih sehat dan berkualitas sehingga aman dikonsumsi. Jika ayam sehat, peternak dapat meminimalkan biaya kesehatan dan memaksimalkan keuntungan. Selain itu, ayam yang sehat memiliki produktivitas tinggi. Terkait alasan hukum, dengan menerapkan biosekuriti,  peternak melaksanakan cara beternak yang baik dan sesuai aturan. 

Saat ini, Fakultas Peternakan UGM mendampingi penerapan biosekuriti kepada 200 peternak Gunung Kidul yang tergabung dalam Pinsar Petelur Nasional. Pendampingan implementasi biosekuriti juga merupakan syarat perolehan Nomor Kontrol Veteriner (NKV), oleh karena itu, Fakultas Peternakan juga melakukan pendampingan pendaftaran NKV bagi 2-4 peternak. (Rilis/INF)

SELUK-BELUK VAKSINASI DALAM BIOSEKURITI PETERNAKAN AYAM

Vaksinasi, salah satu upaya mencegah penyebaran virus. (Sumber: Istimewa)

Setelah lebih kurang setahun pandemi COVID-19 melanda dunia, berbagai elemen masyarakat menjadi akrab dengan istilah vaksinasi, padahal sebelumnya istilah ini hanya terdengar dan dikenal di Posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit saja. Sedang di dunia peternakan, khususnya peternakan ayam, vaksinasi sudah lama menjadi kegiatan rutin untuk mencegah berbagai serangan penyakit yang sangat merugikan usaha.

Biosekuriti
Bio = Hidup, Sekuriti = Perlindungan, biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman/mikroorganisme yang menyebabkan penyakit unggas.

Biosekuriti yang baik akan berkontribusi pada pemeliharaan unggas yang bersih dan sehat dengan menggunakan sumber-sumber yang telah ada di peternakan, mengelola ternak unggas secara semestinya, menggunakan obat lebih sedikit, serta mengurangi kontaminasi.

Tujuan biosekuriti yang baik adalah untuk membangun dan mengintegrasikan beberapa usaha perlindungan yang dapat menjaga ternak unggas tetap sehat, yang menghasilkan kematian (mortalitas) yang lebih sedikit, penghematan yang cukup besar dalam biaya produksi dan pendapatan yang lebih baik bagi peternak.

Perlunya Prosedur Biosekuriti yang Baik
Penyakit unggas berpengaruh negatif terhadap keuntungan peternak dan kadang membahayakan kesehatan manusia. Peternakan unggas selalu berisiko terserang penyakit yang pada akhirnya mengurangi produksi daging dan telur, tergantung pada tingkat keparahan penyakit.

Beberapa negara di dunia telah diserang oleh penyakit unggas yang mengakibatkan tingkat kematian dan kerugian ekonomi sangat tinggi.

Ketika unggas terpapar pada kondisi lingkungan yang tidak sehat, seperti panas yang berlebihan, kedinginan, kelembapan, amonia, suara bising, kekurangan air minum/pakan, maka tingkat ketahanan tubuh unggas terhadap penyakit menjadi berkurang, membuat unggas rentan terhadap penyakit yang disebabkan virus, bakteri dan jamur (CONAVE & IICA EQUADOR, 2008).

Beri Vaksinasi
Vaksinasi adalah prosedur untuk meningkatkan imunitas (kekebalan), memberikan imunitas protektif dengan meningkatkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021.

Ditulis oleh: Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumnus Fapet Unpad

SEMINAR VIRTUAL AMI BAHAS AFRICAN SWINE FEVER

Seminar virtual AMI yang membahas mengenai wabah ASF. (Foto: Dok. Infovet)

Kamis, 10 Desember 2020. Bekerja sama dengan Ceva Animal Health Indonesia dan Better Pharma, Asosiasi Monogastrik Indonesia (AMI) sukses menggelar seminar secara virtual membahas mengenai African Swine Fever (ASF) yang merebak di Indonesia.

Seperti diketahui ASF mulai menyebar di Tanah Air beberapa tahun lalu dan langsung menyebar ke peternakan babi di Indonesia dan memusnahkan jutaan ekor ternak babi. “Sekitar 3 juta kurang lebih populasi babi kita sudah habis. ASF ini sudah banyak menyerang peternak babi di Indonesia,” ujar Ketua AMI, Dr Sauland Sinaga dalam opening speech-nya.

Sementara ditambahkan Country Manager Ceva Indonesia, Drh Eddy Purwoko, untuk melawan ASF pihaknya bekerja sama dengan Better Pharma turut membantu meningkatkan kepercayaan diri peternak dalam melawan ASF agar terjadi peningkatan populasi babi di Indonesia.

“Sejak awal tahun kita bekerja sama dengan Better Pharma untuk melengkapi kebutuhan peternak mengenai produk disinfektan, agar peternak confident meningkatkan populasi ternak babinya di tengah wabah ASF,” ungkap Eddy.

ASF sendiri menyerang segala jenis umur babi dan virusnya mampu bertahan dalam produk/daging babi. Oleh karena itu, biosekuriti dan disinfeksi menjadi fokus utama yang harus diperkuat para peternak babi di Indonesia untuk mengurangi wabah.

Kontrol transportasi dan hewan carrier seperti tikus menjadi beberapa cara yang bisa dilakukan peternak untuk menekan penyebaran ASF dari satu farm ke farm lain. Hal itu seperti disampaikan Technical Specialist Better Pharma International Bussines, Dr Waranee, sebagai pembicara yang membahas “Penggunaan Disinfektan yang Tepat sebagai Kunci Penanganan ASF.”

Waranee juga menjelaskan beberapa penggunaan disinfektan yang efektif dalam meminimalisir ASF di peternakan, mulai dari yang digunakan secara semprot maupun melalui air minum.

Selain dia, dihadirkan pula pembicara selaku pemerhati kesehatan dan nutrisi peternakan babi yang juga anggota AMI, Drh Michael Indra, yang mengupas soal “Meningkatkan Jumlah Produksi Anak Babi di Masa Pandemi ASF.”

Webinar yang dihadiri sekitar 165 peserta ini dimulai sejak pukul 09:00 WIB dan dipandu oleh praktisi kesehatan hewan yang juga anggota ADHMI, Drh Antonia Agnes. Seminar diakhiri dengan sesi tanya-jawab dan beberapa peserta yang mengajukan pertanyaan mendapat cinderamata dari panitia penyelenggara. (RBS)

SEKILAS BIOSEKURITI 3 ZONA: PRODUKSI MAKSIMAL DAN STABIL

Menurut Drh Yunita Widayati dalam webinar HATN ke 10 pada 18/11/2020, dalam konsep biosekuriti 3 zona, peternakan dibagi menjadi 3 zona yaitu zona hijau, zona kuning, dan zona merah.

Zona merah adalah area di luar peternakan, merupakan area kotor yang meliputi di antaranya kantor, halaman, mess karyawan, dan tempat parkir. Di area ini kendaraan yang masuk disanitasi, juga menjad tempat penerimaan dan sanitasi box dan rak telur.

Seluruh area di luar peternakan ini adalah area kotor, yang penuh dengan kuman dan bakteri yang mematikan bagi ayam.

Zona hijau adalah area peternakan dimana tidak sembarang orang boleh masuk. Yang boleh ada di area peternakan adalah peralatan yang khusus dipakai di kandang, kendaraan yang khusus dipakai di peternakan, dan pekerja kandang yang ditugaskan.

Sebelum masuk pekerja harus berganti pakaian dan alas kaki khusus di peternakan. Area ini harus sangat dilindungi bahkan egg tray dari luar pun tidak boleh masuk.

Zona kuning adalah zona perantara antara zona merah dan hijau. Sebelum masuk ke zona ini orang harus didesinfeksi, dan mandi bila perlu, berganti baju kerja dan alas kaki khusus untuk peternakan.

Zona kuning juga menjadi tempat untuk loading barang, dan tempat penyimpanan box dan rak telur yang sudah disanitasi di zona merah.

Yang boleh memasuki zona kuning juga dibatasi, hanya untuk orang yang berkepentingan. Juga kendaraan dan peralatan yang benar-benar diperlukan.

Penerapan biosekuriti yang baik akan menjadikan produksi maksimal dan stabil, ayam terlindungi dari penyakit. Lingkungan di sekitar peternakan pun jadi lebih aman dan nyaman. (NDV)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer