Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Aplikasi Angon, Jembatani Peternak Rakyat dan Masyarakat Urban




Angon dalam bahasa Jawa diartikan sebagai menggembala. Berangkat dari rasa kepedulian terhadap salah satu permasalahan di sektor peternakan yaitu rantai distribusi panjang, Agif Arianto membuat aplikasi berbasis financial technology (Fintech) bernama Angon.

Beternak kambing domba zaman now bisa dilakukan online melalui aplikasi Angon Indonesia. Aplikasi ini menjembatani masyarakat yang ingin beternak namun terkendala lahan, waktu dan keterampilan. Aplikasi ini juga menciptakan kerjasama antara peternak rakyat dengan masyarakat urban.

Ketika salah satu stasiun televisi swasta mewawancarai Agif pada 11 September 2017, dia menyatakan bahwa rantai distribusi panjang karena keberadaan tengkulak. “Kita melihat harga daging yang dijual ke masyarakat mahal, namun mengapa masih banyak peternak atau petani yang menjerit,” ungkapnya.

Agif sendiri semasa kuliah telah beternak 30 ekor domba dan ketika sebagian dombanya mati, dia merasakan bahwa beternak itu tidak mudah.

“Beternak itu tidak mudah, kita haru memikirkan bagaimana memperoleh bibit yang bagus, pakan berkualitas, masa panen hingga ketika menjual hasil ternak di pasaran, harga tidak sesuai ekspektasi,” imbuhnya.

Saat ini, Angon sudah memiliki 11.100 hewan yang diternakkan dari 10.000 lebih member aktif dengan 800 transaksi di setiap bulannya. Sentra peternakan rakyat (SPR) merupakan  mitra yang tersebar di desa beternak online  di Wawar Lor Kabupaten Semarang, Jogjakarta, dan Bogor.

Jadi, bagaimana caranya ternak kambing domba secara online? Kita cukup memasang aplikasi Angon di smartphone (saat ini baru tersedia untuk Android) -> mendaftarkan diri -> memilih jenis kambing yang ingin diternakkan -> membayar -> selesai. Mudah bukan?

Berikut cara kerjanya :

1. Beli bibit ternaknya
Angon menyediakan bibit domba dan sapi terbaik yang terbagi dalam beberapa jenis. Harga yang kita bayarkan di awal besarnya bervariasi, mulai dari  1 hingga 10 juta rupiah. Biaya tersebut meliputi harga ternak (sesuai bobot saat beli), asuransi ternak, biaya pakan, biaya perawatan oleh peternak rakyat, serta  biaya sewa kandang selama 3 bulan.

Ada beberapa jenis kambing domba yang ditawarkan yaitu Merino, Garut dan Gembel. Selain bisa memilih jenisnya, kita bisa memilih umur dan berat dari hewan tersebut. Hal ini mempengaruhi harga beli dan nilai Return of Investment (ROI) yang akan kita dapatkan.

Setelah memilih jenis kambing, kita akan ditunjukkan perhitungan perkiraan ROI selama tiga bulan. Jika sudah yakin, kita bisa memilih tombol ‘Beli Sekarang’ untuk melakukan transaksi. Ada dua metode pembayaran, yaitu melalui Tcash dan transfer bank.

2. Dirawat dalam 3 bulan
Jangka waktu perawatan ternak di Angon adalah 3 bulan. Selama itu, ternak akan diberi pakan dan dirawat oleh peternak rakyat mitra Angon. 

Kita dapat memantau kenaikan bobot ternak melalui aplikasi Angon pada tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Kenaikan bobot ternak tergantung pada jenis dan kondisi ternak yang dipilih.

3. Jual kembali hewan ternak ke Angon
Setelah 3 bulan, sistem Angon secara otomatis akan membeli kembali ternak dan kita  mendapatkan hasil sesuai bobot saat panen. Besaran keuntungan bervariasi antara 2% hingga 15%. 

Kita bisa memperpanjang masa ternak untuk 3 bulan berikutnya.Kita juga berhak untuk mengkonsumsi sendiri karena ternak ini sepenuhnya milik kita. ***

(sumber : angon.id)














Dirjen PKH Raih Doktor : Ritual Caru Tidak Melanggar Animal Walfare

Ritual Caru di Bali tidaklah melanggar prinsip animal walfare, justru apa yang dilakukan pada ritual Caru lebih dari sekadar animal walfare,  karena animal walfare hanya menilai dari aspek fisik semata sedangkan cari lebih dari sekadar fisik. Hewan caru bahkan didoakan agar kelak ketika reinkarnasi menjadi manusia hebat.

Demikian dikemukakan I Ketut Diarmita pada promosi Doktor di Institut Hindu Dharma Negeri (IDHN) Denpasar , hari ini (31/7).

Ketut yang saat ini menjabat sebagai Dirjen PKH menyampaikan desertasi dengan judul "Kajian Penerapan Animal Walfare Dalam Pelaksanaan Caru di Bali". Setelah sidang terbuka selesai dan diadakan rapat tim penguji, Ketut dinyatakan lulus dengan predikat Cumlaude. 

Acara yang berlangsung di aula pasca sarjana IHDN ini mendapat tanggapan antusias dari kalangan masyarakat peternakan, terlihat dari banyaknya pengusaha dan pimpinan asosiasi yang hadir. Selain para  para pejabat di Bali dan dari pusat, hampir semua  pimpinan asosiasi peternakan antara lain Ketua Pinsar Indonesia Singgih Januratmoko,  ketua umum GPPU Achmad Dawami, Ketua Umum GPMT Desianto Budi Utomo, Ketua ASOHI Bali Tarya (mewakili Ketua Umum ASOHI Irawati Fari),  sejumlah pengurus GOPAN dan PPUN (Dudung Rakhmat, Sigit Prabowo,  Kadma Wijaya), Ketua GAPPI Anton Supit, Direktur eksekutif Gapuspindo Joni Liano  dan lain-lain. Karena keterbatasan ruangan aula pasca sarjana IDHN, sejumlah tamu undangan terpaksa berdiri di baris belakang.

Menurut referensi yang ditemukan Infovet, Caru, dalam bahasa Jawa-Kuno (Kawi) artinya  korban (binatang), sedangkan ‘Car‘ dalam bahasa Sansekerta nartinya ‘keseimbangan atau keharmonisan’. Jika dirangkaikan, maka dapat diartikan : Caru adalah korban (binatang) untuk memohon keseimbangan dan keharmonisan.

Dalam presentasinya di depan guru besar tim penguji IHDN , ketut memaparkan hasil kajiannya di 5 wilayah di Bali untuk melihat bagaimana pelaksanaan caru dalam rangka mengkaji  secara ilmiah dari sisi kesejahteraan hewan (animal walfare).

Dari kajian ilmiahnya ia menyimpulkan, dalam pelaksanaan Caru di Bali , hewan diperlakukan dengan sangat baik. Hewan tersebut harus sehat, tidak cacat,  harus bebas dari rasa lapar. Ia dihormati seperti hormat kepada manusia. 

Ditanya oleh tim penyanggah perihal manfaat dari penelitian ini bagi jabatannya sebagai Dirjen PKH, Ketut menegaskan  ia akan mensosialisasikan penelitian kepada dunia internasional bahwa caru itu lebih holistik dari animal walfare. "Dengan jabatan yang  saya pegang saat ini,  saya lebih banyak kesempatan untuk bertemu lembaga internasional, LSM dan pihak lainnya, sehingga dapat menjelaskan informasi caru secara ilmiah dan diharapkan tidak ada lagi tuduhan bahwa caru melanggar animal walfare " ujarnya.

Sejumlah pertanyaan lain disampaikan tim penyanggah,  dapat dijawab dengan jelas dan tegas oleh Ketut.

Seorang guru besar menyampaikan rasa salutnya kepada Ketut yang di tengah kesibukannya dapat menyelesaikan jenjang pendidikan tertinggi. Guru besar lainnya menyampaikan pengakuannya bahwa tema yang diangkat adalah hal baru bagi masyarakat ilmiah sehingga diharapkan dapat menjadi referensi yang penting tentang caru dan animal Walfare.

Ketika ditanya tentang fakta bahwa di dalam pelaksanaannya tak bisa dipungkiri adanya kegiatan caru yang sangat mungkin melanggar prinsip animal walfare,  Ketut menjelaskan bahwa pelanggaran terjadi karena kurang pemahaman atas kaidah agama hindu.

Sejumlah pegiat organisasi ketika dimintai tanggapannya, menyampaikan selamat dan ikut bangga bahwa  Dirjen PKH sukses meraih gelar doktor.

"Gelar doktor ini topiknya agama dikaitkan dengan animal walfare yang sekarang sedang banyak dibahas.  Ini menunjukkan beliau sudah berada pada level pemuka agama sekaligus tingkat ilmiah yang tinggi, "kata Kadma Wijaya.

"Saya sampaikan selamat kepada pak Dirjen dengan gelar doktornya,  semoga bermanfaat bagi masyarakat, " kata Joni Liano. Hal senada disampaikan Sigit Prabowo, Dudung Rakhmat, Desianto Budi Utomp dan yang lainnya ketika ditemui Infovet di tengah acara promosi doktor. (Bams)***









Harga Telur Hari ini




Semenjak beberapa pekan lalu, harga telur meroket. Rabu (25/7/2018) di Pasar Cijantung, Jakarta Timur harga telur sudah mulai turun sejak lima hari lalu.

Bersumber dari tribunnews.com, sejumlah pedagang telur menjual dengan kisaran harga Rp 23.500 hingga Rp 24 ribu per kilogram. Sebelumnya, harga telur sempat menyentuh Rp 28 ribu per kilo.

Dilansir dari pikiran-rakyat.com, di Karawang, sejak harga telur ayam melambung tinggi sejumlah ibu rumah tangga di lebih senang membeli telur pecah atau retak. Pasalnya, harga telur yang kondisi kulitnya sudah rusak itu lebih murah, hanya Rp 1.000 per butir.

Hal tersebut disampaikan seorang pedagang telur di Pasar Johar, Rafli (29). "Saat ini harga telur utuh masih berada di kisaran Rp 25 ribu per kilogram. Harga tersebut masih cukup memberatkan para ibu rumah tangga," katanya, Selasa (24/7/2018).

Disebutkan Rafli, pasokan telur ayam ke kiosnya hanya 95 kilogram per hari. Padahal, sebelumnya pasokan bisa mencapai 150 hingga 200 kilogram per hari.

Berdasarkan Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang diperoleh Infovet hari ini, (27/7/2018), rata-rata harga telur di wilayah DKI Jakarta sebesar Rp 26.250 ribu per kilogram. Di Jawa Barat tercatat Rp 25.050 per kilogram dan Banten Rp 26.850 per kilogram. (NDV)

Kongres XII GPPU, Gandeng Stakeholder Perunggasan Hadapi Tantangan

Pemukulan gong oleh Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono,
sebagai simbolis pembukaan Kongres XII GPPU. (Foto: Ridwan)
Menghadapi tantangan nasional, regional dan global menjadi tema yang diangkat dalam Kongres XII Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU), yang dilaksanakan Kamis (26/7), di Santika TMII, Jakarta.

Ketua GPPU, Krissantono dalam sambutannya mengajak seluruh stakeholder bidang perunggasan untuk bersama-sama menghadapi tantangan industri perunggasan Indonesia. “Mari kita buka lembaran baru dan kita tinggalkan budaya saling menyalahkan  untuk bisa bergandengan tangan dan berjalan bersama. Karena kita tidak bisa memikul tantangan itu sendirian,” ujarnya.

Kongres yang dihadiri lebih dari 50 orang peserta ini turut mengundang Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Kementerian Pertanian, Sugiono, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Eko Putro Sandjojo dan Ketua Federasi Masyarakat Perunggasan (FMPI), Don P. Utoyo.


Mendes PDTT, Eko Putro Sandjojo (kiri) saat menerima
cinderamata dari Ketua GPPU, Krissantono. (Foto: Ridwan)
Dalam arahannya, Mendes Eko mengungkapkan, di era global saat ini industri yang bergerak harus mampu mengikuti perubahan agar tak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Ia pun menampilkan beberapa kegiatan pembangunan desa lewat komoditi pertanian melalui program Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) yang bisa menjadi contoh bagi industri perunggasan.

“Saya menawarkan peluang bagi GPPU dan pelaku usaha perunggasan lain untuk ikut membangun kemitraan, rumah potong atau produk olahan yang bisa meningkatkan konsumsi ayam di pedesaan, manfaatkan peluang pembangunan tersebut,” kata Eko.

Sementara disampaikan Sugiono, walau banyak kisruh yang terjadi di industri perunggasan, kekompakan tetap diperlukan demi penyediaan protein asal hewani. “Walau terjadi saling senggol tetapi kita bisa mempertahankan industri perunggasan, bahkan produksinya bisa mencapai surplus. Mari kita kompak untuk menyelesaikan masalah dan mencari jalan keluarnya,” tutur dia.

Hal itu pun ditanggapi sigap oleh Sekjen GPPU, Chandra Gunawan, yang menyatakan pihaknya sangat siap dalam menghadapi tantangan industri perunggasan ke depan. “GPPU akan sangat siap, kita dorong bersama upaya yang sudah dilakukan pemerintah, salah satunya konsumsi telur dan daging ayam untuk kecerdasan bangsa. Kita juga sangat siap membantu membangun roadmap perunggasan,” tukas Chandra. (RBS)

Hasil Kongres
Dari hasil Kongres XII GPPU, ditetapkan kepengurusan baru BPP GPPU periode 2018-2022 sebagai berikut:
Ketua Umum : Ahmad Dawami
Ketua I : Krissantono
Ketua II            : Eko Parwanto
Sekjen : Chandra Gunawan
Wakil Sekjen I : Wahyu Nugroho
Wakil Sekjen II : Erwan Julianto
Bendahara : Theresia Yeni

Dirjen PKH I Ketut Diarmita Segera Raih Gelar Doktor

Di tengah kesibukannya sebagai Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diam-diam Drh. I Ketut Diarmita MP terus memperdalam ilmunya  hingga jenjang tertinggi. Direncanakan akhir Juli 2018 ini ia secara resmi akan menerima gelar doktor dari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar (IDHN) dengan judul desertasi "Kajian Penerapan Animal Welfare dalam Pelaksanaan Caru di Bali".

Kepastian tersebut diterima Infovet dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan melalui komunikasi whatapps. Menurut Dirjen, acara promosi gelar doktor akan berlangsung Selasa 31 Juli 2018 pukul 10 -12 WITA di gedung Aula Pascasarjana IHDN, Jl Kenyeri no 57 Denpasar, Bali.

Sebelumnya, pada saat menyampaikan sambutan di acara Opening Ceremony Indonesia International Pets Expo (IIPE). di ICE BSD (20 Juli),  Dirjen juga menyampaikan bahwa meskipun tugas sebagai Dirjen sangat menyita waktu, tapi ia tetap berusaha menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. "Mohon doanya, dalam waktu dekat saya akan ke denpasar untuk ujian terbuka gelar doktor," kata Dirjen yang disambut tepuk tangan hadirin.

"Ujian tertutup sudah selesai, tinggal ujian terbuka. Kebetulan salah salah satu profesor yang menguji saya hadir di sini," katanya sambil menunjuk salah satu profesor yang hadir di tengah acara pembukaan IIPE.

Selamat buat Pak Dirjen. Semoga dengan ilmu yang makin berbobot, semakin tinggi nilai pengabdiannya untuk masyarakat Indonesia. ***


OtoVet Nasional Deklarasikan Zona Bebas Penyakit Kuda


Jakarta (25/07), Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), I Ketut Diarmita, selaku Otoritas Veteriner (OtoVet) Nasional mendeklarasikan zona bebas penyakit kuda atau Equine Disease Free Zone (EDFZ) Jakarta. Self-declaration tersebut dipublikasi oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dalam website-nya setelah melalui screening administrasi dan teknis sesuai dengan standar OIE. (http://www.oie.int/animal-health-in-the-world/self-declared-disease-status/)

Mengingat Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang, mulai 18 Agustus-2 September 2018, salah satu dari 40 cabang olahraga yang diperlombakan di Asian Games adalah Equestrian meliputi tiga disiplin, yaitu jumping, eventing dan dressage. Kompetisi ini akan dilaksanakan di Jakarta Equestrian Park Pulomas.

Untuk memfasilitasi partisipasi kuda-kuda peserta Asian Games 2018 yang sebagian besar tinggal di Uni Eropa, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PKH bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta telah membentuk zona EDFZ sesuai pedoman OIE. Terdiri dari Venue (Jakarta Equestrian Park Pulomas) sebagai kompartemen bebas penyakit, zona surveilans meliputi wilayah Provinsi DKI Jakarta (kecuali Kepulauan Seribu) dan zona pelindung yang meliputi Kota dan Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota dan Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, serta Kota dan Kabupaten Bekasi.

Status bebas penyakit kompartemen ini dipertahankan melalui tindakan biosekuriti yang terdokumentasi, terutama venue yang tertutup, zona penyanggah dalam radius 1 km di venue, serta pengawasan vektor dan pengawasan pergerakan kuda. Tindakan biosekuriti tersebut dilaksanakan oleh manajer biosekuriti atas nama panitia penyelenggara didampingi oleh pejabat berwenang Badan Karantina Pertanian, serta diawasi oleh OtoVet kementerian dan Provinsi DKI Jakarta.

Ditjen PKH membuat pernyataan Jakarta Equestrian Park Pulomas sebagai kompartemen EDFZ bebas penyakit equine infectious anaemia, glanders, equine influenza, surra, piroplasmosis dan Japanese encephalitis. Serangkaian kegiatan sensus dan registrasi kuda, surveilans dan pengujian laboratorium penyakit dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari Balai Veteriner Subang, Balai Besar Penelitian Veteriner dan Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, serta otoritas veteriner kabupaten/kota se-Jabodetabek dalam dua tahun terakhir. Berbagai perbaikan dalam sistem kesehatan hewan juga dilakukan untuk memenuhi standar OIE dan Uni Eropa.

EDFZ tersebut telah diakui oleh Uni Eropa sebagai pendekatan regionalisasi yang memungkinkan kuda-kuda ber-passport Uni Eropa dapat kembali ke Uni Eropa dengan persyaraatan teknis kesehatan hewan yang telah disepakati setelah mengikuti kompetisi Asian Games 2018 di Jakarta. Keputusan tersebut tertuang dalam Commission Implementing Decision (EU) 2018/518 tanggal 26 Maret 2018 yang dipublikasi di Jurnal https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/PDF/?uri=CELEX:32018D0518&from=EN (INF)

Waspada Parasit, Sebelum Kerugian Membelit

Infestasi kutu pada ayam.
((Kata parasit seringkali didengar dalam kehidupan sehari-hari, tentunya dengan konotasi yang selalu negatif. Pada kenyataannya memang begitu, organisme parasit memang selalu merugikan inang yang ditumpanginya, baik pada manusia maupun hewan.))

Dalam kamus biologi, paarasit merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut makhluk hidup yang hidupnya tergantung pada makhluk hidup lain. Kata parasit berasal dari bahasa Yunani ‘Parasitos’ yang artinya di samping makanan (para = di samping/di sisi, dan sitos = makanan).

Parasit hidup dengan menempel dan menghisap nutrisi dari makhluk hidup yang ditempelinya. Makhluk hidup yang ditempeli oleh parasit disebut dengan istilah inang. Secara umum, keberadaan parasit pada suatu inang akan merugikan dan menurunkan produktivitas inang. Karena selain menumpang tempat tinggal, parasit juga mendapatkan nutrisi dan sari makanan dari tubuh inang. Hal seperti ini akan menyebabkan tubuh inang mengalami mal nutrisi yang akan mempengaruhi metabolisme tubuhnya.

Dalam ilmu kesehatan hewan, parasit identik dengan organisme penyebab penyakit pada hewan. Sebagian penyakit yang menyerang hewan disebabkan oleh parasit yang hidup dan berkembang biak dalam tubuhnya. Dalam istilah “perparasitan” digunakan dua istilah, yakni infeksi dan infestasi. Perbedaannya, istilah infeksi adalah ketika sejumlah kecil dari suatu parasit dapat menimbulkan respon seluler atau imunologi tubuh maupun kerusakan pada inang, dan istilah infestasi mulai digunakan ketika sejumlah kecil parasit tidak dapat menimbulkan kerusakan pada inang, atau dengan kata lain sejumlah besar parasit yang dapat menimbulkan kerusakan pada tubuh inang.

Kutu ayam Menopon gallinae.
Serangan Luar-Dalam
Digolongkan dari tempat hidupnya, ada dua jenis parasit yakni parasit yang hidup di luar tubuh inang (ektoparasit) dan parasit yang hidup di dalam dalam tubuh inangnya (endoparasit). Keduanya tentunya sama-sama merugikan apabila menyerang inangnya, dalam hal ini hewan ternak.

Berbicara mengenai ektoparasit, Prof Upik Kesumawati dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB angkat bicara. Menurutnya, beberapa jenis arthtropoda merupakan ektopasarit yang penting dan berperan atas kerugian berupa penurunan produktivitas pada ayam. “Kita ambil contoh misalnya kutu ayam dari spesies Menopon gallinae yang biasa menjadi ektoparasit pada ayam, mulanya satu atau dua, namun lama kelamaan si kutu akan berkembangbiak dan menghisap darah dalam jumlah besar pada si ayam tadi,” ujar Upik.

Ia menjelaskan, dengan keberadaan dan aktivitas kutu di tubuh inangnya, membuat inang akan menjadi tidak nyaman. Gigitan dari kutu menyebabkan rasa gatal yang amat sangat. Selain itu, kutu juga mengisap darah dari si inangnya. “Selain stres akibat tidak nyaman, nutrisi dari inang juga otomatis terhisap, hal ini tentunya menjadikan produktivitas menurun dan imunitas juga turun akibat stres,” jelasnya.

Ektoprasit lain yang kerap ditemukan juga pada ayam misalnya tungau dari spesies Megninia sp. dan Knemidokoptes sp. Kedua ektoparasit tersebut memang tidak menghisap darah seperti halnya kutu, namun tungau memakan sel-sel kulit pada ayam dan dapat menggali terowongan di bawah kulit si ayam. Aktivitas menggali terowongan tersebut menyebabkan rasa gatal dan nyeri pada ayam, serta mengakibatkan kerusakan kulit yang biasa disebut kaki berkapur (scaly leg). “Dampaknya akan sama seperti infestasi kutu tadi, ayam akan stres sehingga imunitasnya turun, mudah terserang penyakit infeksius lainnya,” ucap dia... (CR)


Selengkapnya baca Majalah infovet edisi Juli 2018.

Pasca Bebas AGP Tetapi Belum Bebas Kutu Frangky

Dampak kerugian kehadiran kutu franky. (Sumber: Tony Unandar)
Permasalahan  kutu kandang (frangky) sebagai hama penggangu peternakan ayam faktanya dijumpai disemua kalangan peternak. Baik pada budidaya dengan kandang open house ataupun closed house, bahkan pada area budidaya di pegunungan maupun daerah pantai. Samar-samar kerugian usaha pun tergerogoti hama pengganggu itu. Bebas AGP dan biosekuriti ketat belum membebaskan kandang dari hama kutu frangky.

Budidaya ayam tanpa AGP (Antibiotic Growth Promoter) telah efektif berlaku sejak 1 Januari 2018, implementasi nyata dari regulasi pemerintah seputar pelarangan penggunaan AGP yang di campur dalam pakan, secara formal sudah termaktub secara lengkap dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Kriteria obat hewan yang dilarang tercantum dalam pasal 15 ayat 1. Kebijakan tersebut sesuai dengan amanat UU No. 18/2009 juncto UU No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Seiring dengan adanya regulasi tersebut, maka semua peternak berbenah diri. Tidak hanya sekedar mencari alternatif pengganti AGP seperti probiotik, prebiotik, acidifier, penggunaan tambahan enzim, penggunaan berbagai macam penggunaan sediaan herbal/produk fitogenik (essensial oil) dicampur dengan beberapa asam organik, bahkan pelaksanaan tingkat biosekuriti di farm pun harus semakin ekstra ketat (bahkan sejak awal kosong kandang sampai pencucian kandang, hingga masa budidaya ayam berakhir).

Tidak hanya itu, bagi peternak yang sudah bisa menutup kerugian usahanya dengan harga daging ayam berada di atas HPP (Harga Pokok Produksi) dan mempunyai tabungan lebih, tidak jarang mereka berbondong-bondong memodifikasi kandangnya.

Bagi kalangan peternak yang memiliki kandang terbuka yang terbatas keuntungan usahanya, mereka malakukan berbagai macam upaya untuk memodifikasi kandangnya, yakni dari penggunaan tambahan kipas, plafonisasi atap, penggunaan waring untuk meminimalisir kepadatan semu, serta dampak buruk adanya cekaman cuaca ekstrim panas, bahkan penggunaan misting (partikel air kabut yang dihasilkan oleh spuyer lembut dengan pompa bertekanan). Di sisi lain para peternak yang mempunyai anggaran yang cukup, tidak tanggung-tanggung langsung menyulap kandangnya dari open house menjadi semi closed house (tunel), bahkan langsung ke full closed house dengan evaporative cooling system.

Hama Pengganggu 
Namun di sisi lain, ada aspek pencetus penyakit terselubung yang banyak dilupakan oleh para peternak. Apakah itu? Permasalahan  kutu kandang (frangky) sebagai hama penggangu peternakan ayam.

Di peternakan ayam, hama pengganggu berasal dari kelompok Arthropoda. Hama ini sering disebut dengan istilah ektoparasit. Secara umum berdasarkan sifatnya, ada dua jenis ektoparasit:

1. Obligat, adalah hama yang selalu berada bersama inangnya. Menghabiskan seluruh siklus hidup pada bulu dan rambut inangnya. Contohnya kutu penghisap (Anoplura).
2. Fakultatif, adalah hama yang sebagian besar hidupnya berada di luar inangnya. Ektoparasit yang bersifat fakultatif akan datang dan mengganggu inangnya pada saat makan atau menghisap darah ketika diperlukan. Contohnya kutu busuk, kutu frangky. 

Kutu kandang frangky (dark beetle) termasuk dalam kelas insekta (serangga), yang masih tergolong kumbang, namun masyarakat mengenalnya sebagai kutu frangky. Karakter hidupnya berkelompok dalam jumlah yang banyak terutama di tempat-tempat yang lembab dalam area kandang ayam. Tempat hidup favoritnya ada di litter/manur (di sekam yang terdapat pakan ayam dan kotoran ayam), gudang pakan dan sering bersembunyi pada lantai kandang yang berlubang ataupun tiang kandang yang keropos...


Drh Eko Prasetio
Private Commercial Broiler Farm Consultant


Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi juli 2018.

Upaya Pemerintah Turunkan Harga Telur

Mentan Amran saat meninjau OP telur ayam di Toko Tani Indonesia. (Foto: Ridwan)
Kementerian Pertanian menggelar operasi pasar (OP) telur ayam di 50 titik, yang digelar di 43 pasar di kawasan Jabodetabek. Telur dijual dengan harga Rp 19.500 per kg.

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, yang melepas langsung 100 ton telur ayam di Toko Tani Indonesia menyatakan, operasi pasar ini merupakan salah satu cara menstabilkan harga telur ayam di tingkat konsumen yang melonjak mencapai Rp 30.000 per kg.

“Satu minggu terakhir ada kenaikan. Tapi belum seminggu harga sudah turun. Memang disvaritasnya 60 persen. Kita ingin buat pedagang untung, peternak dan kosumen bisa nyaman, semua sejahtera,” ujar Amran, Kamis (19/7).

Ia menyebut, OP akan terus dilakukan sampai harga telur stabil di tingkat konsumen. “Kita guyur terus-menerus ke pasar, jika sudah stabil dan aman kita rem agar tidak mengganggu peternak kecil,” ucapnya.

Ia pun menghimbau peternak bisa meningkatkan produksi untuk mengantisipasi melonjaknya harga. “Kalau demand meningkat, supply-nya kita tambah. Intinya kita harus menambah produksi,” imbuhnya.

Kegiatan yang melibatkan peternak ini juga digelar di beberapa kota besar di Indonesia. Menurut Atung salah satu peternak petelur Pinsar Indonesia yang ikut berpartisipasi menyebut, saat itu penurunan harga telur sudah terjadi di beberapa daerah.

“Di wilayah timur dan tengah harga sudah 19 ribu per kg, di Jakarta sudah 21 ribu lebih lah per kg. Perlahan mulai turun. Kalau dieceran harga 25-26 ribu per kg masih normal lah, karena mereka belinya pas harga lagi tinggi. 2-4 hari ke depan akan turun,” kata Atung saat ditemui Infovet.

Ia menilai, penyebab terjadinya kenaikan harga telur karena faktor libur panjang pasca lebaran dan banyaknya hajatan. “Demand-nya jadi meningkat, walau dikit-dikit jadi banyak juga semua,” tukasnya. 

Diwaktu yang sama, pantauan Infovet mengenai info harga telur melalui website Pinsar Indonesia. (RBS)


Wilayah Jabotabek dan Banten
Harga (Rp per kg)
Kamis, 19 Juli 2018
Minggu, 22 Juli 2018
Serang
22.000-22.500
22.500-22.700
Tangerang
23.000
23.000
Jakarta
22.500-23.000
22.500-23.000
Bogor
23.000
23.000
Cianjur
23.000
23.000
Sukabumi
23.000
23.000
Bekasi
23.000-24.000
23.000
Bandung
22.300
22.800
Tasikmalya
23.000
23.000
Cirebon
21.500
21.500
Kuningan
21.500
21.500

Sumber: Info harga telur Pinsar Indonesia, 2018.

Menaik dan Menukik, Sama Salahnya



Daging ayam ras dan telur ayam ras termasuk volatile food. Di pasar, harga bahan pangan ini fluktuatif. Dalam waktu singkat, bisa menaik dan menukik. Dinamika naik-turunnya bukan dalam hitungan minggu, bisa harian, bahkan hitungan jam. Pagi harganya masih baik, sorenya bisa saja tertukik.

Begitu pula sebaliknya. Pada momen-momen tertentu, menjelang Lebaran misalnya. Harga yang tadinya rendah atau wajar-wajar saja, bisa melonjak naik. Kenaikan harga yang fantastis itu membuat napas konsumen seolah-olah tercekik. Dan menjadikan banyak pihak terjangkiti penyakit panik.

Dalam konferensi pers di kantornya, Senin (4/6), Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), mengingatkan pemerintah agar mewaspadai kenaikan harga daging ayam dan telur ayam menjelang Idul Fitri tahun ini. Menurut pantauan BPS, komoditas yang harganya naik signifikan sehingga memberikan kontribusi inflasi tinggi adalah daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar dan bawang merah.

Merujuk pada data inflasi Mei 2018 sebesar 0,21%, kenaikan harga daging ayam memberikan andil 0,07% terhadap besaran inflasi bulan tersebut. Sedangkan naiknya harga telur ayam berkontribusi 0,06%. Andil kenaikan harga ikan segar dan bawang merah pada inflasi Mei itu masing-masing 0,03% dan 0,02%.

Pergerakan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di pasar, memang perlu diantisipasi. Seperti halnya Lebaran tahun-tahun sebelumnya, demand terhadap kedua komoditas tersebut biasanya akan terus meningkat hingga Idul Fitri tiba. Ujung-ujungnya, jumlah duit yang di keluarkan untuk membeli kedua komoditas kaya zat gizi ini bertambah banyak. Akibat dari harga yang melonjak naik.

Kepanikan Musiman

Kenaikan harga bahan pangan pokok dan penting menjelang Idul Fitri, biasanya memang menimbulkan nuansa panik. Kepanikan musiman. Padahal, pola dan trend-nya selalu berulang dan sama. Namun, respon terhadap kejadian itu yang beraneka ragamnya. Bahkan, tak jarang timbul silang pendapat.

Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), salah satu penyebab naiknya harga beberapa komoditas pangan itu adalah lambannya pemerintah dalam merespon peningkatan permintaan pasar. Komisioner KPPU, Kodrat Wibowo, menyatakan, kenaikan beberapa komoditas pangan bukan karena praktik persaingan tidak sehat, tapi kekurangan suplai.

Kenaikan harga tersebut lebih disebabkan lambannya respon pemerintah dan suplai dari produsen dalam menanggapi kenaikan permintaan konsumen menghadapi Ramadan dan Lebaran, ungkap Komisioner KPPU itu di kantornya yang berlokasi di jalan Ir. Juanda, Jakarta.

Saat dilakukan penelusuran lapangan, beberapa penjual daging ayam ras di pasar-pasar sejumlah kota besar menyampaikan keluhan. Pasokan daging ayam ras tidak optimal, pasokannya menurun. Tentu saja, berimbas pada meningkatnya harga.

Ketika dikejar dengan pertanyaan kenapa demikian. Para penjual daging ayam ras itu menjawab, tidak tahu persis mengapa pasokan daging ayam ras berkurang. Pengepul yang memasok komoditas daging ayam ras juga tidak memberikan penjelasan.

Operasi Pasar

Menyikapi dan menyiasati naiknya harga daging ayam ras, Kementerian Perdagangan akan menggelontorkan daging ayam ras beku. Caranya dengan melakukan Operasi Pasar (OP) di daerah-daerah. Keputusan itu disampaikan oleh Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita. Mendag RI menyampaikan hal tersebut dalam Rapat Koordinasi Kesiapan dan Pengamanan Hari Raya di Mabes Polri, Selasa (5/6).

Menindaklanjuti keputusan tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Timur, melakukan OP daging ayam ras. Pelaksanaannya selama seminggu (5-12 Juni) di Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Bangkalan. Selain itu, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur juga mengadakan pasar murah produk peternakan 5-6 Juni di Surabaya.

OP merupakan katub pengaman instan guna menetralisir peningkatan harga daging ayam ras di pasar. Untuk jangka menengah dan panjang, harus dilakukan perbaikan pola distribusi (pemerataan dan peningkatan konsumsi). Juga wajib dilaksanakan pembenahan manajemen stok (kuantitas dan kualitas produksi). Ketiga program tersebut harus dirancang secara sistematis, terpadu dan berkelanjutan.

Namun sayangnya, berdasarkan pengamatan dan pengalaman, program yang selalu dilaksanakan adalah OP. Menjelang Ramadan dan Lebaran (juga hari-hari besar Keagamaan lainnya). Dari tahun ke tahun yang dilakukan OP, OP dan OP lagi. Padahal pelaksanaan OP ibaratnya tindakan pemadam kebakaran.
Memang terlihat ada efek serta hasilnya, dan itu tercatat sebagai suatu prestasi dalam rangka menstabilkan harga bahan pangan pokok dan penting. Namun, sadarkah bahwa hal itu merupakan prestasi sesaat. Prestasi yang bukan sebagai solusi guna mengatasi akar permasalahannya.

Sudah saatnya bagi segenap pemangku kepentingan (khususnya bidang perunggasan) untuk merapatkan barisan dan bersatu-padu. Mari duduk bersama guna menyusun konsep dan strategi program penstabilan harga produk perunggasan. Tentu saja konsep/program yang komprehensif dan berjangka panjang, bukan yang sesaat dan singkat.

Bila tidak memiliki konsep/program penstabilan harga yang komprehensif dan berjangka panjang, maka tahun depan dan ke depannya kita akan terkejut dan terheran-heran kembali. Kepanikan, kehebohan dan kegaduhan akibat fluktuasi harga berjangkit lagi. Harga menaik salah, menukik pun salah.

Dewan Pakar Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia,
tinggal di Surabaya

Refleksi Majalah Infovet Edisi Juli 2018

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer