Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini pakan | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

APA ITU PALM KERNEL MEAL DALAM PAKAN? GRATIS...IKUTI WEBINAR INI

Indonesia merupakan penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas areal perkebunan mencapai 12,3 juta hektar. Dalam proses produksinya, industri kelapa sawit menghasilkan berbagai produk hasil samping, salah satunya yaitu Palm Kernel Meal (PKM) yang produksinya mencapai 5,8 juta ton/tahun.

Berdasarkan kandungan nutrisinya, PKM berpotensi sebagai sumber energi dan protein, namun memiliki constraint kandungan serat yang tinggi sehingga tidak cocok dengan saluran pencernaan hewan monogastrik.

Berbagai teknologi diterapkan untuk memperbaiki kualitas nutrisi PKM diantaranya melalui perlakuan fisik, kimia dan enzimatik.

Pada Zoominar AINI ke-8 yang diselenggarakan oleh @ainifeednutrition ini akan dibahas mengenai "Optimalisasi Pemakaian Palm Kernel Meal dalam Pakan Unggas, Babi dan Ikan", yang akan diselenggarakan pada
Kamis, 1 Oktober 2020 pukul 09.00-11.10

Acara ini gratis dengan kuota terbatas
Silakan segera mendaftar pada link bit.ly/ZOOMINARAINI8

Acara ini didukung oleh media partner: @majalahinfovet;
@livestockreview; @majalahtrobos; @poultryindonesia; @agropustaka; @majalahagrina

KENAPA SREEYA MEMBUAT PAKAN DENGAN EKSTRAK NANAS?


Tantangan bisnis perunggasan ada 4 yaitu penyakit, performa, manajemen. Terakhir adalah pemerintah menetapkan non AGP, sehingga pakan tidak memakai AGP dan berefek performa di kandang menurun. Meskipun ada solusi seperti prebiotik namun jatuhnya lebih mahal.

Menjawab tantangan terkait pakan tersebut Sreeya Sewu Indonesia bekerjasama dengan GGP memproduksi pakan yang diberi ekstrak nanas.

Ekstrak nanas mengandung enzim bromelain yang sebenarnya adalah enzim protease. Enzim yang membuat pencernaan ayam menjadi sehat sehingga penyerapan nutrisi di usus jadi lebih baik

Enzim tersebut secara alami ada di pankreas jadi tidak berbahaya bagi tubuh. Selain itu kandungan vitaminnya tinggi dan mempunyai efek anti peradangan.

Sreeya telah mengaplikasikan pakan ekstrak nanas di kandang internal. Dimulai pada populasi kurang dari 1000 ekor kemudian ditingkatkan pada populasi yang lebih besar. Akhirnya pada Juni 2020 lalu mulai diaplikasikan ke free market.

Pada saat dicoba pada populasi kecil, hasilnya dalam 7 hari bobot ayam lebih tinggi, tapi sampai panen berat cenderung sama dengan pakan standar. Lalu dilakukan percobaan dalam skala besar, dan berat pada umur 21 hari ke atas lebih tinggi dari standar.

Feed intake lebih tinggi yang menunjukkan ayamnya sehat dan FCR lebih rendah. Tes yang dilakukan pada usus menunjukkan penyerapan nutrisi lebih baik. Di tingkat konsumen ayam yang diberi pakan ekstrak nanas cenderung lebih disukai secara aroma, tekstur, dan rasa.

(Sumber: Kelvin Mosara, Senior Manager Business Improvement/CRM, PT Sreeya Sewu Indonesia)

SOLUSI LOGISTIK JAGUNG UNTUK PAKAN

Sistem logistik jagung sebaiknya dibangun berbasis klaster, yaitu dengan mengelompokkan lokasi produksi jagung dan lokasi pabrik pakan yang berdekatan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Logistik melibatkan kegiatan terkait penyediaan, keamanan, penanganan material, pengangkutan, penyimpanan, pengemasan, distribusi, pemulangan, penggantian dan pembuangan barang. Untuk melakukan hal-hal tersebut, maka diperlukan biaya-biaya, termasuk biaya logistik.

Sistem produksi atau budidaya jagung dan pemanfaatan serta penggunaan jagung bukan bagian dari sistem logistik atau dengan kata lain, di luar masalah logistik. Adapun biaya logistik, merujuk pada biaya sumber daya riil publik dan swasta untuk mengangkut dan memindahkan barang, orang dan informasi dari satu lokasi ke lokasi lain, biasanya dari tempat produksi ke tempat pembelian atau konsumsi. Sedangkan yang dimaksud dengan tataniaga suatu komoditi adalah rantai transaksi atau bertemunya produsen dengan pembeli sampai kepada konsumen akhir.

Hal itu dijelaskan oleh Direktur Pakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan periode 2010-2015, Dr Mursyid Ma'sum, dalam acara seminar online Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) bertajuk “Strategi Ketahanan Pakan Lokal”.

Seminar yang diselenggarakan pada Kamis (18/6/2020) dibuka secara resmi oleh Ketua Umum AINI, Prof Nahrowi, serta dihadiri narasumber penting lain, yakni Guru Besar Fakultas Peternakan IPB, Prof Dr Luki Abdullah dan Direktur PT Agriniaga Indonesia, Ismunandar.

Mursyid memaparkan, dalam membahas logistik jagung, maka harus dilihat dari perspektif yang lebih luas, yaitu logistik sebagai subsistem dari sistem tata niaga jagung ataupun supply chain jagung. Dengan kata lain, sistem logistik jagung harus “diletakkan” di antara persoalan segmen hulu, yakni petani dan sistem budi daya dan produksinya, serta segmen hilir, yakni industri pakan dan pengguna jagung lainnya. Hal ini untuk memperoleh sistem ataupun model logistik jagung yang holistik dan komprehensif.

“Atau dengan kata lain hal ini untuk menghindari penyelesaian secara parsial persoalan jagung sebagai bahan  pakan,” kata Mursyid sembari menyarankan, sistem logistik jagung sebaiknya dibangun berbasis klaster, yaitu dengan mengelompokkan lokasi produksi jagung dan lokasi pabrik pakan yang berdekatan dalam satu wilayah tertentu.

Dengan pendekatan berbasis klaster tersebut maka sistem logistik jagung akan dapat memperpendek rantai tata niaga antara produsen jagung dan pengguna. Sehingga hal ini dapat mengurangi biaya logistik, biaya transaksi dan illegal cost. Jika hal itu dapat diwujudkan, maka diharapkan dapat terjadi distribusi margin keuntungan yang lebih adil dan proporsional antara produsen, pedagang perantara, agen dan distributor jagung.

“Hal ini penting agar petani terus termotivasi untuk menanam jagung sebagai pilihan utamanya setelah tanaman padi,” pungkasnya. (IN)

DE HEUS ANIMAL NUTRITION MEMPERKUAT POSISINYA DI INDONESIA

PT Welgro dan PT Wirifa Sakti berhasil diakuisisi oleh De Heus Animal Nutrition

Tepat pada tanggal 2 Juni 2020 yang lalu, De Heus Animal Nutrition (De Heus) menyelesaikan proses akuisisi pabrik pakan miliki Neovia Indonesia (PT Welgro Feedmill dan PT Wirifa Sakti). Dengan selesainya proses akuisisi dua pabrik pakan yang berlokasi di Jawa Barat dan Jawa Timur ini semakin memperkuat posisi De Heus di Indonesia.

Pada tahun 2019 volume penjualan kedua pabrik tersebut mencapai 125.000 ton, sebagaimana kita ketahui juga bahwa Welgro dan Wirifa berfokus pada pakan unggas, aqua dan babi. Bagi De Heus Indonesia, akuisisi ini adalah langkah penting dalam mewujudkan ambisinya untuk menjadi pemain terkemuka di pasar pakan ternak Indonesia.

Gabor Fluit, Business Group Director De Heus Asia mengatakan bahwa proses akuisisi ini dapat mempercepat strategi pertumbuhan De Heus di Indonesia.

"Kami berhasil melakukan penetrasi di sini (Indonesia) pada tahun 2018 melalui akuisisi PT Universal Agribisnisindo (UAB), dengan selesainya proses ini kami melihat adanya potensi meningkatkan peluang yang sangat baik untuk memperluas posisi kami di area peternakan dan satwa aquatik, tentunya juga kami ingin lebih dekat dengan pelanggan baru kami yang sudah ada di kedua daerah tersebut dan terus mengembangkan potensi kami," tuturnya.

Gabor juga berujar meskipun dampak dari wabah Covid-19 menyebabkan permintaan pakan ternak turun, bukan berarti tidak akan kembali normal. De Heus percaya situasi akan kembali normal dan pasar akan kembali pulih. De Heus sendiri tidak berpikir dalam jangka pendek, mereka juga konsisten dalam menerapkan teknologi baru dan mengaplikasikannya pada customer sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan.

"Sejak akuisisi UAB, De Heus telah mereplikasi cara pendekatan pasarnya yang kemudian berhasil dikembangkan di negara-negara Asia Tenggara lainnya, kami berusaha mendukung profesionalisasi lebih lanjut dari peternak independen di sektor peternakan dan aquatik dengan produk-produk pakan ternak berkualitas prima dan pendampingan teknis yang mumpuni. Selain itu, kami telah meningkatkan proses produksi, berinvestasi dalam pelatihan teknis personil dan memulai konstruksi jalur produksi baru untuk pakan ternak di pabrik pakan UAB yang ada, " urai Gabor.

Sementara itu Kay De Vreese, Presiden Direktur De Heus Indonesia juga menyatakan kegembiraannya dengan proses akuisisi tersebut.

"Kami sangat senang bahwa fokus kami pada peningkatan kualitas produk dan berbagi praktik terbaik diakui dan dihargai oleh pelanggan yang tumbuh secara signifikan di Indonesia. Kami akan terus menerapkan rencana investasi kami di tahun-tahun mendatang," tuturnya.

Ia melanjutkan bahwa pihaknya dengan senang hati menyambut Welgro dan Wirifa sebagai rekan baru di De Heus di Indonesia. 

"Kami telah mengenal Welgro dan Wirifa sebagai perusahaan yang dinamis dengan fokus pada peningkatan yang berkelanjutan, budaya ini sangat sesuai dengan budaya perusahaan De Heus," pungkasnya.

Bisnis pakan ternak sendiri tetap ramai, diperkirakan bahwa market size pakan ternak di Indonesia akan meningkat dan terus berkembang dari 19 juta ton pada 2019 menjadi 22 juta ton pada 2022. Dengan populasi Indonesia saat ini adalah 273 juta penduduk, tentunya ini menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar bagi protein hewani di Asia Tenggara. Permintaan protein hewani akan terus meningkat selama tahun-tahun mendatang karena pertumbuhan pendapatan dan populasi yang cepat, serta perubahan preferensi konsumen. (CR)

MENGAMANKAN SALURAN PENCERNAAN

Pentingnya menjaga kualitas pakan. (Sumber: Istimewa)

Ada sebuah pepatah yang berbunyi “Perut merupakan sumber segala penyakit”. Mungkin pepatah tersebut ada benarnya, bukan hanya pada manusia tetapi juga hewan.

Mengapa saluran pencernaan memegang peran yang penting? Karena hakikatnya makhluk hidup memang butuh makan. Bahkan jika diingat kembali ke masa sekolah dulu, salah satu ciri dari makhluk hidup adalah butuh makan dan minum. Makan dan minum tentunya dilakukan dalam rangka memperoleh nutrisi untuk menunjang keberlangsungan hidup.

Mempengaruhi Efisiensi
Dalam dunia perunggasan sudah dipahami bahwa pakan memegang peranan penting dalam keberlangsungan hidup, baik ayam maupun peternaknya. Seringkali didengar dalam seminar, kolokium dan lain sebagainya, bahwa persentase terbesar dalam bisnis perunggasan berasal dari pakan, yakni sekitar 60-70%. 

Kembali penulis mengingatkan bahwa siapa yang paling efisien dalam biaya pakan maka dialah yang akan mendapat margin terbesar. Hal tersebut juga sering ditemui dalam program-program kemitraan bisnis unggas, plasma berusaha seefisien mungkin untuk menghasilkan performa terbaik dengan pakan. 

Dari kacamata lain, juga tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan genetik ayam di masa kini sangat pesat. Jika pada masa awal perkembangannya, ayam broiler baru bisa dipanen dalam kurun waktu dua bulan, kini mereka sudah bisa dipanen dalam waktu separuhnya. Hal yang hampir serupa juga terjadi pada ayam petelur yang genetiknya sudah berkembang sedemikian rupa hingga dapat menghasilkan telur yang sangat banyak dalam kurun waktu tertentu.

Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Prof Nahrowi, ketika ditemui oleh Infovet dalam suatu acara mengamini pernyataan di atas. Menurutnya, kini ayam memiliki pertumbuhan yang lebih cepat, namun begitu ayam modern memiliki kekurangan.

“Perkembangan ternak ayam terutama pedaging ini sangat luar biasa, mereka boleh saja kita sebut monster, sebab pada waktu berumur sehari bobotnya masih 40-an gram lalu dalam waktu kurang dari sebulan bobotnya bisa mencapai lebih dari 1 kilogram, itu artinya naik lebih dari 20 kali lipat,” ujarnya. 

Pun begitu, Nahrowi mengakui bahwa walaupun pertumbuhannya cepat, keluhan-keluhan peternak terutama masalah penyakit kerap kali datang menyerang. “Ayam modern bisa dibilang mudah stres kalau tidak dipelihara dengan baik pasti sakit, pakannya tidak cocok juga sakit, begitupun jika kandang kondisi kurang layak ayam juga sakit, lalu mati berjamaah,” jelasnya.

Oleh karenanya perlu diterapkan manajemen yang baik dalam pemeliharannya terutama pakan. “Karena makhluk hidup itu nutrisinya dari situ, kualitas pakan juga harus terjaga, coba lihat kalau nutrisinya tidak mendukung, pasti stres ayam, gampang terkena penyakit karena itu. Belum lagi kalau pakannya terkontaminasi oleh zat yang bahaya seperti mikotoksin, tentunya akan makin parah,” ucap dia.

Nahrowi juga tidak memungkiri bahwa... (CR) Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2019.

PT CARGILL INDONESIA LUNCURKAN PAKAN BEBAS ANTIBIOTIK

Ivan Hindarko saat memaparkan produk terbaru Cargill, Selasa (20/8/2019). (Foto: Infovet/Ridwan)

PT Cargill Indonesia resmi meluncurkan produk pakan untuk ayam petelur terbarunya yang menawarkan nutrisi tepat sesuai kebutuhan ayam dan bebas dari antibiotik.

Country Director PT Cargill Indonesia, Ivan Hindarko, mengatakan, peluncuran pakan ayam petelur ini merupakan seri tertinggi atau platinum yang digadang-gadang mampu menjadi solusi pakan secara menyeluruh.

“Kami meluncurkan Qmax Series yang merupakan seri tertinggi untuk solusi kebutuhan pakan. Kami hadirkan nutrisi dan teknologi terbaik untuk peternak, agar produk yang dihasilkan berkualitas dan tentunya efisien bagi peternak,” kata Ivan dalam konferensi pers yang digelar PT Cargill Indonesia, Selasa (20/8/2019), di Jakarta.

Selain memiliki benefit bagi peternak, lanjut Ivan, produk terbarunya ini bebas dari penggunaan antibiotik pemacu pertumbuhan/AGP yang saat ini sudah dilarang oleh pemerintah, namun masih dapat membantu mengurangi permasalahan kesehatan ayam.

“Kami mematuhi aturan dari pemerintah, inilah yang mendorong kami mengembangkan pakan ternak tanpa antibiotik yang masih dapat mengatasi masalah kesehatan ayam sekaligus meningkatkan produktivitas untuk membantu peternak mencapai hasil optimal,” ungkapnya.

Sebab setelah AGP dilarang, peternak dihadapkan dengan persoalan penyakit dan cost pemeliharaan yang meningkat. “Disini kami memberikan efisiensi bagi peternak sekaligus memberikan kualitas telur yang baik bagi konsumen. Itu sesuai dengan spirit kami, yaitu nutrisi lebih baik untuk hidup lebih baik,” ucapnya.

Sementara, Business Development Manager PT Cargill Indonesia, Adi Widyatmoko, menjelaskan secara detail keunggulan Qmax Series, diantaranya seri Rearing meliputi fase starter, grower dan developer, serta seri Laying untuk fase bertelur.

Dijelaskan, untuk rearing merupakan fase penentu penting dalam menghasilkan pullet berkualitas. Disini program pemberian pakan sesuai genetik ayam akan membantu membentuk fungsi organ pencernaan yang bekerja secara optimal dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, serta mengantarkan pullet siap mencapai target produksi. Sementara seri laying diperuntukan bagi ayam yang siap menginjak fase produksi.

“kami percaya akan nutrisi yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik. Inilah cara kami membantu peternak meningkatkan produktivitas, keberlanjutan dan kesehatan, serta kesejahteraan hewan,” pungkasnya. (RBS)

KEMENTAN GENCARKAN UPSUS JAGUNG UNTUK KEBUTUHAN PAKAN



Ilustrasi jagung dan ayam (Foto: Pixabay)

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) terus meningkatkan produksi ayam potong untuk mendukung akselerasi ekspor dan ketahanan nasional. Salah satu upayanya dengan menggencarkan program upaya khusus (Upsus) Jagung untuk kebutuhan pakan ternak.

Terkait hal ini peternak mandiri ayam broiler asal Cianjur, Jawa Barat, Andi Sugimin mengaku merasakan betul upaya pemerintah dalam penyediaan dan bantuan pakan ternak. Khusus untuk bantuan, Andi menyebutnya sebagai bukti hadirnya pemerintah saat petani menghadapi kesulitan.

Menurut Andi, salah satu kehadiran pemerintah yang sangat dirasakan peternak adalah bantuan jagung selama musim paceklik beberapa bulan lalu. Bantuan itu, kata dia, merupakan suplemen bagi peternak untuk menjaga semangat produksi. 

"Peternak kecil bisa jadi gulung tikar jika saat itu kondisi jagung tetap langka. Tapi kita berterima kasih pada pemerintah atas bantuan penyediaan jagung, sehingga kami bisa melanjutkan produksi. Semoga ke depan bantuan jagung terus bertambah," katanya.

Andi berharap pemerintah membatasi perijinan kuota perusahaan asing yang dinilai tidak seimbang baik dari sisi permodalan maupun alat yang digunakan. Menurutnya dalam hal ini pemerintah harus berani menolak ijin usaha tersebut, sembari mengucurkan bantuan yang ada untuk peternak kecil. (Sumber: wartaekonomi.co.id)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer