Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini kambing | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

LEBIH PAHAM MANAJEMEN KESEHATAN & REPRODUKSI KAMBING DAN DOMBA

Menambah wawasan dan ilmu di bidang kambing dan domba melalui webinar


Sabtu (10/7) Program Studi Di luar Kampus (PSDKU) Unpad mengadakan webinar mengenai manajemen ternak domba dan kambing yang bertajuk "Meningkatkan Efektivitas Reproduksi dan Manajemen Kesehatan Domba dan Kambing" Via daring Zoom meeting. Sebanyak lebih dari 200 peserta hadir menyaksikan webinar tersebut.

Waskita Julian selaku ketua panitia acara tersebut mengatakan bahwa digelarnya webinar tersebut bertujuan untuk menambah edukasi dan wawasan peserta baik peternak, mahasiswa, calon peternak, dan petugas lapangan di bidang kambing dan domba. Dirinya juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung jalannya acara tersebut.

Narasumber pertama dalam acara tersebut yakni Ir Kundrat Hidajat staff pengajar Fakultas Peternakan Unpad. Dalam presentasinya Kundrat membahas lebih dalam mengenai manajemen reproduksi pada kambing dan domba. Secara detail Kundrat menjabarkan hal - hal penting dan beberapa titik kritis pada reproduksi kambing dan domba termasuk penyakit reproduksinya.

"Reproduksi ini penting untuk diketahui dan dimanage, yang ingin saya garisbawahi terutama adalah terkait recording. Peternak kita didominasi oleh peternak - peternak berskala kecil, sehingga jarang melakukan recording yang apik, padahal dari recording kita bisa banyak mengetahui seluk - beluk peternakan kita," tutur Kundrat.

Kundrat juga menekankan bahwa sejatinya Indonesia diberkahi dengan iklim tropis sehingga kambing dan domba dapat berkembang biak di setiap musim. Oleh karenanya seharusnya Indonesia dapat menjadi negara penghasil kambing dan domba dibanding negara - negara 4 musim. 

Presenter kedua yakni Drh Dwi Cipto Budinuryanto yang juga staff pengajar di program studi Kedokteran Hewan Unpad. Dalam presentasinya ia banyak mengulas manajemen pemeliharaan serta penyakit - penyakit penting pada kambing dan domba yang sering ditemui di Indonesia.

"Penyakit pada domba dan kambing mirip - mirip, ada yang infeksius dan non-infeksius. Intinya kita harus benar - benar mencegahnya dengan mengaplikasikan biosekuriti di peternakan kita," tutur Dwi.

Hal tersebut bukanlah tanpa sebab, Dwi merasa bahwa para peternak kambing dan domba di Indonesia terutama yang berskala kecil kurang memperhatikan aspek biosekuriti. Entah karena memang tidak mengerti atau enggan mengaplikasikannya di farm karena kendala budget.

Sebagai penutup, para narasumber kembali menghimbau utamanya kepada para peternak bahwa beternak haruslah serius. Karena hewan ternak adalah bentuk investasi, yang apabila dirawat dengan sepenuh hati dengan manajemen terbaik, hasil yang mereka berikan pada pemiliknya juga akan baik, pun sebaliknya. (CR)


TARGET BESAR SUMATERA UTARA MENJADI LUMBUNG DOMBA KAMBING NASIONAL 2023

Wagub Sumatera Utara (Tengah) bersama Safwan Khayat dan drh Adil dikala kunjungan silaturahmi ke peternak kambing domba (sumber : Adil)


Domba dan kambing merupakan salah satu komoditas unggulan di Sumatera Utara. Hal ini terlihat dari permintaan pasokan domba dan kambing dari provinsi terdekat serta dari negara tetangga, Malaysia. Indonesia melalui Sumatera Utara sudah beberapa kali mengekspor domba ke Malaysia. Hal ini merupakan indikasi bahwa domba kambing Sumatera Utara memiliki kualitas dan daya saing kuat di pasar internasional. 

Menghadapi tingginya demand tadi, produktivitas peternakan domba dan kambing tentunya perlu ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan arahan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara untuk membuat Sumatera Utara sebagai Lumbung Ternak Domba Kambing Nasional 2023. Peternak domba kambing perlu diberikan fasilitas dan akses terhadap kemudahan dalam beternak. Hal ini akan menumbuhkan kepercayaan tersendiri bagi peternak domba dan kambing.

Menyongsong target yang dicanangkan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara dalam hal Lumbung Ternak Domba Kambing Nasional 2023 tersebut, Kapala BNN Serdang Bedagai Safwan Khayat, menginisiasi Silaturahmi peternak domba kambing Sumatera Utara. Selain menjabat sebagai Kepala BNN, Safwan juga merupakan peternak domba di Kota Binjai. Acara silaturahmi ini dimaksudkan agar membuka diskusi antara peternak domba kambing di Sumatera Utara dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 

Silaturahmi Peternak Domba Kambing Sumatera dilaksanakan pada Sabtu (15/8)di Az Zahra Farm, Jl. Samanhudi, Pasar VI, Kec. Binjai Selatan, Kota Binjai. Acara ini merupakan silaturahmi yang kedua setelah tahun lalu dilaksanakan di Kab. Batu Bara. Acara silaturahmi ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah, Walikota Binjai Muhammad Idaham, Bupati Langkat Terbit Rencana Perangin-Angin, serta seluruh perangkat dinas baik tingkat Provinsi Sumatera Utara serta tingkat Kota Binjai dan Kab. Langkat. Acara ini juga menghadirkan drh. Bobby Benedictus Chrisenta yang merupakan salah satu dokter hewan praktisi sekaligus peternak domba dan kambing di Kab. Karo.

Agenda utama silaturahmi tersebut adalah menghimpun masukan dari peternak domba kambing Sumatera Utara dan menggali fakta di lapangan yang dihadapi oleh para peternak. Silaturahmi ini memberikan kesempatan kepada para peternak domba kambing memberikan saran dan masukan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam mengambil kebijakan-kebijakan terkait peternakan domba dan kambing.

“Acara silaturahmi seperti ini sangat bagus. Melalui acara silaturahmi ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memperoleh bahan masukan terhadap kebijakan-kebijakan atau program-program peternakan yang sudah, sedang dan akan ditetapkan. Pada akhirnya Pemerintah mampu memberikan kenyamanan dan keuntungan untuk para peternak sehingga mampu menggenjot produksi ternak, sehingga Sumatera Utara Lumbung Domba Kambing Nasional 2023,” ungkap Musa Rajekshah, dalam sambutannya.

“Peternak domba dan kambing di Sumatera Utara bisa dikatakan merupakan peternak yang mandiri dan bisa belajar sendiri. Peternak memang butuh sosialisasi terkait ilmu dasar serta kebutuhan beternak, seperti obat-obatan hewan, pakan hewan, dan lain-lain. Namun yang lebih dibutuhkan oleh peternak domba kambing adalah akses kepada pemerintah,” ungkap Safwan Khayat.

“Dengan akses yang terbuka, saya yakin peternak domba kambing bisa bersinergi dengan Pemerintah dengan sangat baik. Sinergi yang sangat baik ini, saya yakin Sumatera Utara Lumbung Domba Kambing Nasional 2023 bisa tercapai,” tambah drh. Bobby.

Usaha-usaha yang dapat diturunkan dari ternak domba dan kambing cukup beragam. Mulai dari akikah, kurban, makanan berbahan dasar daging domba/kambing, kulit, serta susu. Secara pribadi dalam acara silaturahmi tersebut, drh. Adil Harahap memperkenalkan produk olahan susu kambing kepada Wakil Gubernur Sumatera Utara.

“Ini merupakan susu kambing yang dihasilkan oleh peternak-peternak binaan saya di Kota Tanjungbalai dan Kab. Asahan. Susu kambing ini sudah melewati proses pasteurisasi. Pasteurisasi merupakan proses pengolahan susu yang bertujuan untuk membunuh organisme pathogen (merugikan), seperti bakteri, protozoa, kapang, dan khamir, sehingga susu ini aman dikonsumsi dan memberikan manfaat yang sangat baik untuk tubuh kita,” ungkap drh. Adil Harahap secara pribadi kepada Wakil Gubernur.

“Saya cukup terkesan dengan susu kambing yang sudah saya minum tadi. Saya senang ada produk-produk seperti ini di Sumatera Utara, apalagi produk ini dihasilkan langsung oleh peternak Sumatera Utara. Produk seperti ini dapat menghasilkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat secara langsung. Selain itu, susu ini akan menciptakan masyarakat dengan tubuh yang sehat dan gizi terpenuhi,” ungkap Musa Rajekshah. 

“Saya akan dukung penuh dan bantu drh. Adil Harahap dan Bapak Safwan Khayat dalam mengurus proses perizinan di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) di Kementerian Pertanian. Bantu saya dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk membuat hal seperti ini juga, tapi dalam skala yang lebih besar, yaitu skala Provinsi Sumatera Utara,” tambahnya.

Sekedar informasi, susu kambing merupakan susu yang dihasilkan oleh kambing betina setelah menghasilkan susu kolostrum. Susu kambing memiliki nilai protein yang cukup tinggi dan dipercaya berkhasiat untuk tubuh dan gangguan kesehatan.  Susu kambing diyakini memiliki lebih banyak khasiat seperti kecernaannya yang tinggi, alergenisitas yang rendah, komposisi kimia bermanfaat, dan lebih mirip dengan susu manusia dibandingkan susu sapi. Susu kambing dapat menjadi salah satu susu alternatif selain susu sapi yang saat ini menjadi susu komersial. 

Beternak kambing perah mulai dilirik oleh masyarakat Sumatera Utara. Hal ini disebabkan karena permintaan pasar dan nilai ekonomi yang cukup tinggi di Sumatera Utara. Semoga dengan berkembangnya ternak kambing perah di Sumatera Utara dapat memberikan peningkatan ekonomi bagi masyarakat serta manfaat kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. (Adil/INF)

EKSISTENSI PETERNAK KAMBING PERAH KABUPATEN ASAHAN

Para peternak yang tergabung dalam PDKTAh

Kambing perah merupakan ternak yang sangat diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa keunggulan yang dimilikinya. Salah satu keunggulan dari susu kambing adalah manfaatnya yang sudah terbukti dalam menjaga kesehatan terutama dalam pemulihan penyakit.

Permintaan susu kambing pun tergolong cukup tinggi. Namun begitu, tingginya permintaan masih sulit terpenuhi oleh peternak kambing perah yang ada sekarang. Potensi ini kemudian dilihat oleh para peternak kambing sebagai prospek yang cerah untuk dikembangkan baik sebagai usaha pokok maupun usaha sampingan.

Hal ini jugalah yang mengugah semangat para peternak milenial di Kabupaten Asahan. Para peternak yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang bernama Peternak Domba Kambing Tanjungbalai Asahan (PDKTAh) ini rutin melakukan kongkow sembari berdiskusi terkait perkembangan peternakan domba dan kambing di Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Minggu, 5 Juli 2020, di salah satu peternakan milik anggota PDKTAh di Air Joman, mereka melakukan diskusi rutin. Diskusi yang dilakukan di kandang Jack Farm ini membahas tentang potensi ternak kambing perah. Kegiatan tersebut juga membahas tentang strategi pengembangan ternak kambing perah dan pemasaran susu kambing perah.

“Beternak ini sebenarnya pekerjaan yang harus kita jiwai. Dalam beternak ini, yang kita urus adalah benda hidup yang punya nyawa,” ungkap Zulhendra membuka diskusi.

Zulhendra merupakan salah satu peternak kambing perah senior di Kabupaten Asahan. Zulhendra selalu mendukung dan menyemangati para peternak yang berusia muda di Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan.

“Saya yakin ternak kambing perah dalam 2 (dua) tahun kedepan akan meriah. Minat masyarakat semakin tinggi untuk mengkonsumsi susu kambing perah. Oleh sebab itu, kita harus mempersiapkan potensi yang ada di depan mata kita,” tambah Zulhendra.

“Beternak kambing perah bisa dibilang cukup sulit tetapi juga cukup mudah. Cukup sulit karena kita harus selalu memperhatikan kesehatan ternak kambing. Cukup mudah karena program-program untuk menjaga kesehatan ternak bisa diterapkan dengan mudah,” ungkap drh. Adil Harahap.

“Susu kambing yang dihasilkan seyogianya harus memenugi standar yang berlaku dan yang terpenting aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH),” tambah drh. Adil Harahap.

“Susu yang aman artinya susu tidak mengandung cemaran atau bahan yang merugikan kesehatan. Susu yang sehat artinya susu memberikan nutrisi sehingga memberikan manfaat bagi kesehatan. Susu yang utuh artinya susu tersebut tidak dicampur atau ditambahkan dengan bahan lain. Susu yang halal artinya susu tersebut halal dikonsumsi sesuai syariat agama Islam,” tambah dokter hewan yang setia memberikan arahan-arahan terkait kesehatan hewan kepada peternak. 

Sebagai informasi, PDKTAh merupakan sebuah perkumpulan peternak domba dan kambing yang berdomisili di Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan. PDKTAh ini dibentuk oleh peternak-peternak muda di Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan sebagai wahana sharing dan diskusi yang tentunya bermanfaat. Harapan dari para peternak yang tergabung dalam PDKTAh yakni  Kabupaten Asahan bisa menjadi sentra pengembangan kambing perah di Sumatera Utara. (INF)

LIBATKAN PETERNAK MILENIAL, DOMPET DHUAFA KEMBANGKAN SENTRA PETERNAKAN KAMBING

Dompet Dhuafa - HKTI kembangkan sentra peternakan domba dan kambing (Foto: Dok. Dompet Dhuafa)



Lembaga filantropi dan kemanusiaan Dompet Dhuafa menggandeng Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) untuk pengembangan peternakan domba dan kambing."Sinergi dan kolaborasi ini untuk membangkitkan para peternak milenial mengembangkan peternakan domba dan kambing dengan skala ekonomi yang memadai,"ungkap Chief Communication Officer (CCO) Dompet Dhuafa, Guntur Subagja, Senin (30/12/2019).

Guntur Subagja bersama Ketua Umum Pemuda Tani HKTI Rina Saadah serta anggota pengurus, Dian Kresna, dan Tim Manajemen Pengenbangan Peternakan DD, Sigit Iko Sugondo, sebelumnya mengunjungi beberapa lokasi peternakan yang melibatkan para peternak muda di Bojonegoro dan Jember, Jawa Timur.

 "Untuk tahap awal kami mengembangkan tiga sentra ternak di Jawa Timur, satu sentra di Bojonegoro dan dua sentra di Jember dengan kapasitas produksi total 6.000 ekor,"papar Rina Saadah, ketum Pemuda Tani HKTI. Dompet Dhuafa menjadi pembeli (off-taker) kambing/domba yang dikembangkan Pemuda Tani HKTI. "Kami juga menggandeng Tanifund untuk pembiayaan modal peternakan yang dikelola milenial ini, dan kami menjadi penjamin dan off-taker,"jelas Guntur.

Domba dan kambing yang diproduksi para pemuda peternak untuk memenuhi kebutuhan pasar kurban Dompet Dhuafa. Selama ini para anggota kelompok ternak belum teintegrasi sehingga pengembangan ternak, khususnya penggemukan kambing, menjadi kurang efisien. "Dengan manajemen sentra ternak terintegrasi, para peternak akan mendapat pembinaan dan mampu bersaing,"jelas Sigit Iko Sugondo.

Rina mengajak para pemuda terlibat dan pengembangan peternakan ini, yang dalam tahap awal fokus pada penggemukan (fattening). Untuk tahap berikutnya akan melakukan pengembangbiakan (breeding). "Saatnya kita melakukan regenarasi petani dan peternak untuk kemandirian pertanian dan peternakan nasional,"ujar Rina.

Ia berharap kerja sama dengan Dompet Dhuafa tidak hanya untuk pasar kurban, tetapi juga bisa kontinyu untuk memenuhi pasar umum dan ekspor."Saat ini ada mitra kami yang baru mampu memenuhi sebagian permintaan ekspor ke Malaysia karena keterbatasan modal,"kata Rina Saadah.Pemuda Tani HKTI menyiapkan tim yang ahli di bidang peternakan, antara lain alumni IPB dan UGM, yang terjun langsung membimbing peternak. (Sumber: investor.id)



KONTES KAMBING FESTIVAL WONOMERTO 2019

Peternakan kambing (Foto: Google Image)


Selain pengenalan potensi lokal, pergelaran kontes kambing Festival Wonomerto 2019 diharapkan bisa mendorong pengembangan sentra ternak di wilayah setempat.

Kepala Desa (Kades) Wonomarto, Kecamatan Kotabumi Utara, Waskito Yusika, mengatakan pergelaran kontes kambing di Festival Wonomerto 2019 ini diharapkan akan menjadi penyemangat peternakan rakyat untuk lebih berupaya mengembangkan usahanya di bidang peternakan khususnya kambing.

"Sehingga, bukan sebatas daya dukung desa menjadi kawasan sentra ternak, tapi sekaligus menjadi daya dukung bagi masyarakat untuk peningkatan ekonomi," kata dia di lokasi bendungan Tirta Sinta, Desa Wonomarto Kecamatan setempat, Kamis 17 Oktober 2019.

Kabid Peternakan Dinas Pertanian Lampung Utara, Yuli Endratmoko mengatakan, ada lima kategori yang dilombakan, yakni kategori kecantikan (rias), kelas ekstrem (bobot badan), calon pejantan rambon, dan kambing betina rambon.

"Kontes ini bukan hanya menjadi motivasi bagi masyarakat untuk berbudidaya kambing, tapi juga mencari indukan unggul agar kambing yang dibudidayakan bukan hanya unggul dari jumlah anakan tapi juga berat dagingnya," kata dia. (Sumber: www.lampost.co)

PERUMUSAN SKEMA PEMBIAYAAN USAHA PEMBIAKAN DAN PEMBIBITAN KAMBING DOMBA BERKELANJUTAN

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementan bersama Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) menyelenggarakan kegiatan Perumusan Skema Pembiayaan Usaha Untuk Kegiatan Pembiakan dan Pembibitan Domba Kambing yang Berkelanjutan di Kanpus Kementan Jakarta (25/4). 

Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Direktur Sistem Manajemen Investasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Jajaran Direksi Perbankan antara lain: BRI, Bank Mandiri, BNI, BTN, BJB, Bank dan Bank Sinar Mas, jajaran Dekan Fakultas Peternakan IPB, UGM, UNPAD, Universitas Brawijaya, dan Universitas Diponegoro, serta Kepala Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Perwakilan dari Ditjen PKH Kementan, dan perwakilan para peternak kambing-domba Jawa Barat.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Sugiono mewakili Dirjen PKH dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian bersama HPDKI tengah meningkatkan peran strategis pengembangan peternakan domba dan kambing yang diarahkan pada 5 aspek yang menjadi keunggulan ternak domba dan kambing. Keunggulan tersebut diantaranya:

1.    Budidaya domba dan kambing sebagai kegiatan yang relevan dengan pemberdayaan dan penggerak ekonomi masyarakat pedesaan.

2.    Daging kambing & domba sebagai alternatif sumber protein hewani dan alternatif pengganti selain daging ayam dan sapi.

3.    Pembangunan peternakan berbasis budaya masyaraka.

4.    Mewujudkan korporasi peternakan domba kambing guna meningkatkan populasi dan produktifitas untuk menjamin keberlanjutan usaha budidaya peternakan domba dan kambing, serta menyediakan kebutuhan pangan masyarakat.

5.    Mengisi pasokan untuk pasar ekspor ke negara-negara regional ASEAN. 

"Acara ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah rumusan kegiatan pembinaan dan pembiayaan untuk peternak domba kambing nasional dalam rangka mendukung pembangunan peternakan domba kambing nasional khususnya dalam usaha pembibitan dan pembiakan berbasis klaster dengan sinergi antara pemerintah, HPDKI, Perbankan, dan BAZNAS" jelas Sugiono.

Sugiono kemudian menambahkan bahwa merujuk komitmen NAWACITA tentang terwujudnya kedaulatan pangan, peningkatan produktivitas rakyat dan kemandirian pangan, komoditas domba dan kambing merupakan ruang ekonomi rakyat yang strategis untuk dikembangkan. Dalam perencanaan program pengembangan domba dan kambing yang saat ini kepemilikannya kurang ekonomis, apabila ditingkatkan disertai dengan keinginan kuat dari para peternak, asosiasi, pihak perbankan, dan pemerintah kami yakin akan mampu memenuhi kebutuhan domestik dan peluang ekspor.

Penandatanganan MoU antara HPDKI, BAZNAS, dan Bank BTN dimediasi oleh Kementan


"Sebagai penggerak ekonomi masyarakat pedesaan, populasi domba saat ini (2018) yaitu berjumlah 17,4 Juta ekor dengan produksi daging yang dihasilkan sebesar 48,7 ribu Ton sedangkan populasi ternak kambing sebesar 18,7 Juta ekor dengan produksi daging yaitu 66,9 ribu ton. Populasi Domba dan Kambing dari tahun ke tahun kecenderungan selalu meningkat" ungkapnya.

Sentra ternak domba banyak terdapat di Pulau Jawa di Pulau Jawa khususnya Provinsi Jawa Barat yang mencapai 68% (2/3 dari populasi nasional). Penyebaran populasi kambing tertinggi berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yang mencapai 50% dari populasi nasional. Sementara potensi untuk dikembangkan di luar jawa sebagai usaha tani terpadu juga sangat besar. Sebagai contoh Provinsi Lampung yang berpotensi sebagai sentra ternak kambing dengan populasi kambing mencapai 1,4 Juta ekor.

Berdasarkan Data SUTAS BPS Tahun 2018 Rumah tangga pemelihara kambing mencapai 3,1 Juta Rumah Tangga Usaha Peternakan (RUTP), meningkat sebesar 15% dibandingkan tahun 2017 yang mencapai 2,7 Juta RTUP. Sedangkan ternak domba dipelihara oleh 929 Ribu RTUP, meningkat sebesar 44% dibandingkan tahun 2017 yang berjumlah 645 ribu RTUP. 

Pola usaha ternak domba dan kambing masih didominasi oleh peternak rumah tangga (peternak kecil) yang mencapai hampir 95% dan merupakan usaha sambilan dengan skala kepemilikan 4-6 ekor. Dalam upaya melindungi rumpun atau galur ternak asli atau lokal yang mempunyai nilai strategis telah ada penetapan dan pelepasan rumpun/galur yang merupakan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH) dan Perbibitan Ternak. Hal ini kemudisn ditindaklanjuti dengan Permentan Nomor 117 Tahun 2014 Tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Ternak. 

"Saat ini Kementerian Pertanian telah menetapkan 8 (delapan) rumpun/galur domba yaitu domba Garut, Wonosobo, Batur, Kisar, Sapudi, Palu, Compass Agrinak, dan Priangan, sedangkan untuk kambing terdapat 8 (delapan) rumpun/galur yang telah ditetapkan yaitu kambing Kaligesing, Lakor, Kacang, Pernakan Ettawa (PE), Senduro, Saburai, Panorusan Samosir, dan Kejobong" papar Sugiono. 

Pada kesempatan tersebut Irfan Syauqi Beik selaku Direktur Pendistribusian dan Pemberdayaan Baan Amil Zakat Nasional menyampaikan bahwa konsep perbibitan dan penggemukan ternak yang dijalankan dengan tujuan untuk kemandirian penerima manfaat. Model yang diterapkan adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat (economic community development) dengan memberikan asset produktif berupa ternak domba kambing dan sapi.

Yudi Guntara selaku ketua Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia menyampaikan bahwa potensi basis kambing dan domba di Indonesia merupakan keunggulan komparatif dan perlu ditingkatkan daya saingnya untuk meningkatkan kesejahteraan peternak dan sumber devisa negara serta pengembangan kambing dan domba, selain untuk meningkatkan partisipasi konsumsi dalam negeri (kebutuhan dalam negeri) juga untuk mengisi peluang pangsa ekspor (ASEAN dan Timur Tengah). Dirinya juga menyebutkan bahwa strategi peningkatan kelembagaan menuju usaha ekonomi, korporasi dan pegembangan kluster/kawasan merupakan strategi prioritas, selain strategi peningkatan populasi dan produksi untuk menjamin keberlanjutan supply.

Untuk pengembangan kawasan Domba dan Kambing berbasis korporasi di wilayah Indonesia Kementerian Pertanian RI telah menetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 18 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani dan Kepmentan No.472 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional. Peta lokasi kawasan Domba dan Kambing tersebar pada 14 Provinsi di 32 Kabupaten/Kota. 

Kawasan Pertanian Berbasis Korporasi Petani sesuai permentan tersebut adalah Kawasan Pertanian yang dikembangkan dengan strategi memberdayakan dan mengkorporasikan petani yang mana sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh petani. "Para peternak kambing/domba dalam melaksanakan usaha peternakannya dapat melakukan skema kemitraan karena Kemitraan Usaha Peternakan telah dipayungi regulasinya melalui Permentan Nomor 13 Tahun 2017", harap Sugiono.

Dalam upaya mengisi pasokan untuk pasar ekspor ke negara-negara regional ASEAN. Saat ini ternak domba dan kambing berpotensi untuk diekspor ke negara Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam. Brunei Darussalam dalam memenuhi kebutuhan ternak kambingnya 80% didatangkan dari Malaysia. 

”Perkembangan ekspor ini harus kita dorong bersama-sama sehingga ke depan akan lebih meningkat dan berkembang. Pemerintah berupaya mendukung kemajuan peternakan domba dan kambing melalui dukungan kerangka regulasi. Dalam rangka mendukung ekspor domba dan kambing, Pemerintah telah menerbitkan Permentan Nomor 02 Tahun 2018 tentang Pengeluaran Ruminansia Kecil dan Babi. Dengan adanya Permentan tersebut, kegiatan ekspor ternak domba dan kambing dapat dilaksanakan ke berbagai negara seperti yang disebutkan di atas. Selain ternak non-bibit, kegiatan ekspor ternak kambing/domba untuk bibit dapat dilakukan dengan syarat memenuhi persyaratan mutu benih, bibit ternak, dan Sumber Daya Genetik Hewan (SDGH). Regulasi tersebut dituangkan dalam Permentan Nomor 19 Tahun 2012 dan Permentan Nomor 51 Tahun 2011 tentang Rekomendasi Persetujuan dan Pengeluaran Benih dan/ atau Bibit Ternak ke Dalam dan ke Luar Wilayah RI”, tambahnya.

Sugiono berharap agar momentum pertemuan yang baik ini dapat menjadi tonggak kebangkitan meningkatkan usaha peternakan domba dan kambing dalam mendukung dan mensukseskan swasembada protein hewani. “Harapan kami untuk para stakeholder terkait dapat memberikan perhatian lebih serius kepada peningkatan populasi domba dan kambing sebagai upaya untuk mengurangi impor sapi dan daging sapi. Dengan dukungan program yang konsisten kami optimistis pengembangan peternakan domba dan kambing yang digerakkan oleh para peternak rakyat dan didukung kebijakan pemerintah maka akan mampu mendorong peningkatan nilai tambah usaha tani yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak.” pungkas Sugiono.

Pada acara tersebut juga ditandatangani MoU antara BAZNAS dengan HPDKI dalam Pemberdayaan Peternak Domba dan Kambing Indonesia. Selain itu, ditandatangani pula MoU antara HPDKI dengan Bank BTN dalam rangka pembiayaan peternak domba dan kambing Indonesia. (CR)


PERESMIAN PUSAT PELATIHAN KAMBING DAN DOMBA DI YOGYAKARTA

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan meresmikan Pusat Pelatihan Kambing dan Domba di Yogyakarta (Foto: Dok. Kementan)

Berdirinya Pusat Pelatihan Kambing dan Domba Yogyakarta, disambut baik Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita. Minggu (7/4/2019) Ketut hadir meresmikan Pusat Pelatihan Kambing dan Domba Yogyakarta di Peternakan Kambing Domba Bhumi Nararya, Kabupaten Sleman.

Peresmian ini sekaligus diisi dengan kegiatan Breeding Camp. Ketut berharap dengan adanya Pusat Pelatihan Kambing Domba Yogyakarta ini, penerapan teknik pembibitan dan budidaya kambing domba dapat diimplementasikan dengan lebih baik dan dapat mendukung perkembangan populasi kambing-domba di Indonesia, sekaligus meningkatkan potensi ekspor produk peternakan.

"Domba dan kambing berkontribusi penting dalam pemenuhan gizi masyarakat dan populasinya tersebar di seluruh Indonesia. Prospek ekspor kambing dan domba masih sangat terbuka lebar, namun tantangannya ada pada infrastruktur beserta struktur pasar domba dan kambing yang belum terlalu berkembang. Ke depan ini adalah hal yang akan menjadi perhatian pemerintah," terang Ketut dalam keterangan resminya.

Lebih lanjut disampaikan juga bahwa terkait ekspor, domba hidup berpotensi untuk diekspor ke negara Singapura dan Malaysia. Sementara kambing hidup berpotensi di ekspor ke Brunei Darussalam.

Kementerian Pertanian telah menetapkan kawasan pertanian nasional melalui Permentan Nomor 18 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertaian Berbasis Korporasi, dimana lokasi kawasan untuk pengembangan ternak kambing domba telah tesebar di 16 provinsi dan 34 kabupaten/kota. Untuk pengembangan usaha peternakan, Ketut menjelaskan bahwa peternak kambing/domba dapat memanfaatkan skema kemitraan, karena Kemitraan Usaha Peternakan ini telah dipayungi regulasi melalui Permentan Nomor 13 Tahun 2017. (NDV)

KERAKAS SAWIT SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA KECIL

Kerakas sawit yang sudah di parut. (Dok. pribadi)

Indonesia sebagai penghasil minyak sawit terbesar dunia mempunyai luasan kebun sawit yang sangat besar. Dengan luasan kebun sawit, menghasilkan limbah kebun sawit atau kerakas sawit yang sangat banyak. Kerakas yang dimaksud adalah pelepah sawit beserta daunnya, yang memiliki potensi sebagai sumber serat kasar bagi ternak ruminansia, walau memiliki kandungan lignin yang tinggi yang bisa menyebabkan kecernaan menjadi rendah.

Kendati demikian, pemanfaatan kerakas sawit sudah banyak dilakukan dengan adanya program integrasi sapi-sawit. Tetapi pemanfaatan kerakas sawit untuk ternak ruminansia kecil masih belum banyak. Hal ini dikarenakan kapasitas rumen ternak ruminansia kecil lebih minim dan kadar serat kasar kerakas sawit yang tinggi (mencapai 46%), sehingga perlu perlakuan atau sentuhan teknologi sebelum memberikan kerakas sawit tersebut.

Dari penelitian sederhana yang pernah penulis lakukan, penulis mencoba membuat pakan komplit dengan sumber serat dari kerakas sawit yang sudah diparut. Kerakas sawit yang digunakan adalah kerakas sawit kering. Kerakas yang sudah di parut dicampur dengan konsentrat ruminansia dan selanjutnya difermentasikan menggunakan inokulan mikrobia selulolitik. Inokulan yang digunakan adalah Trichoderma harzianum. Proses fermentasi dilakukan  selama 14 hari secara anaerob, menggunakan kantong plastik besar untuk mendapatkan hasil yang baik.

Setelah 14 hari, pakan komplit telah terfermentasi dan berubah warnanya menjadi lebih cerah dengan bau harum khas fermentasi. Uji coba dilakukan pada kambing perah laktasi. Sebab, kambing memiliki karakter lebih suka pakan berupa rambanan atau daun-daunan daripada rumput, berbeda dengan domba yang menyukai kedua jenis pakan tersebut.

Ternyata adaptasi pakan komplit fermentasi berbasis kerakas sawit ini cukup lama. Kambing yang biasa diberi pakan daun-daunan memerlukan waktu lebih dari dua minggu untuk beradaptasi ketika diberikan pakan komplit fermentasi berbasis kerakas sawit. Adaptasi dilakukan dengan cara memberikan sedikit demi sedikit pada pakan  kambing yang terbiasa diberi daun-daunan. Adaptasi pakan harus dilakukan dengan sabar, kambing harus dipancing dengan dedak padi yang ditaburkan di atas pakan komplit fermentasi agar tertarik memakan pakan komplit fermentasi kerakas sawit tersebut.

Uji coba pakan komplit fermentasi ini diberikan pada kambing perah laktasi sejumlah enam ekor yang terbagi menjadi dua kelompok dengan rancangan simple cross over, dengan berat rata-rata kambingnya adalah 37,17 kg, umur rata-rata 3,03 tahun dan produksi susu 525 ml perhari. Pakan komplit fermentasi yang diberikan mempunyai kandungan kadar bahan kering  (BK) 91,02%, bahan organik (BO) 85,11%, protein kasar (PK) 12,42 %, lemak kasar (LK) 2,86 %, serat kasar (SK) 39,63 %, bahan ekstrak tanpa N (BETN) 30,2% dan TDN (Total Digestible Nutrient) 49,58%. 

Setelah melalui proses adaptasi pakan, kambing bisa diberikan pakan komplit fermentasi secara penuh. Dalam pengamatan penelitian, ternyata pemberian pakan komplit fermentasi  memberikan konsumsi bahan kering yang lebih tinggi dibanding kelompok yang diberi pakan hijauan berupa daun niponan, daun karet dan daun kelapa sawit segar. Pemberian pakan komplit fermentasi ini juga memberikan konsumsi protein kasar dan konsumsi serat kasar yang lebih tinggi dibanding yang diberi pakan hijauan, tetapi tidak memberikan hasil yang berbeda pada konsumsi bahan organik dan lemak kasar.

Produksi susu kambing juga tidak mengalami perbedaan signifikan antara kelompok yang diberi pakan komplit fermentasi dengan kelompok kambing yang diberi pakan hijauan, walaupun ada kecenderungan produksi susu pada kelompok yang diberi pakan komplit fermentasi memberikan produksi susu yang lebih tinggi. 

Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa pemanfaatan limbah kelapa sawit (bahkan yang sudah kering) sebagai pakan ternak ruminasia kecil sangat mungkin bisa dilakukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan konsumsi bahan kering, protein kasar dan serat kasar untuk pakan komplit fermentasi, serta tidak adanya perbedaan terhadap produksi susu kambing perah laktasi yang digunakan dalam penelitian.

Kerakas sawit setelah menjadi pakan komplit fermentasi. (Dok. pribadi)

Proses fermentasi dengan menggunakan bakteri selulolitik akan menurunkan kadar  selulosa yang terkandung di dalam kerakas kelapa sawit. Dengan kandungan selulosa yang mencapai 46% di dalam pelepah sawit, merupakan potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan pakan ruminansia. Bakteri selulolitik akan menghasilkan enzim selulase yang mampu menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik di dalam selulosa. Enzim selulase yang diproduksi oleh bakteri selulolitik biasanya merupakan enzim komplek dan bekerja sesuai fungsinya, sehingga mampu memecah selulosa menjadi produk akhir glukosa.

Bakteri selulolitik secara alami ada di dalam rumen ruminansia dan memang hanya ternak ruminansia yang mampu memanfaatkan selulosa secara efisien sebagai bahan pakan, karena keberadaan bakteri selulolitik tersebut. Bahan pakan yang tinggi kandungan selulosa, apalagi dengan kandungan  lignin yang juga tinggi, seperti kerakas sawit, akan susah dicerna oleh bakteri selulolitik di dalam rumen. Pemanfaatan teknologi fermentasi diharapkan mampu membantu kerja bakteri selulolitik di dalam rumen, sehingga kecernaan pakan berserat tinggi akan meningkat. Banyak penelitian membuktikan bahwa proses fermentasi bahan pakan berserat menghasilkan penurunan kadar serat kasarnya. 

Hal yang cukup menarik dari hasil penelitan ini adalah, dari hasil produksi susu yang tidak berbeda nyata, walaupun ada kecenderungan pemberian pakan komplit fermentasi lebih tinggi produksinya, ternyata terdapat perbedaan warna dari susu yang dihasilkan. Susu yang diproduksi dari kambing yang diberi pakan hijauan terlihat lebih kuning dibandingkan dengan susu yang dihasilkan dari kambing yang diberi pakan komplit fermentasi, yang susunya terlihat berwarna putih.

Produksi susu sangat ditentukan dari laju sel sekretori mengubah nutrien dari darah menjadi komponen susu. Hal ini sangat dipengaruhi nutrisi yang dikonsumsi ternak berkaitan dengan prekursor pembentuk susu dan ketersediaan energi. 

Perbedaan warna susu yang diproduksi oleh kelompok kambing percobaan diduga karena pakan komplit fermentasi yang berbasis limbah sawit, menggunakan limbah sawit yang sudah kering, sehingga kadar beta karotennya sudah sangat rendah dibanding pemberian pakan hijauan segar. Beta karoten terdapat dalam hijauan segar dan akan berubah menjadi vitamin A ketika di dalam tubuh. Kadar beta karoten akan sangat berkurang karena proses pengeringan dengan sinar matahari. Senyawa karotenoid ini yang memberikan warna kuning pada susu. Pada bahan pakan yang sudah kering, kandungan beta karotennya sudah rendah sehingga menyebabkan warna susu menjadi putih.

Dari penelitian ini, diharapkan bahwa pemanfaatan kerakas sawit yang sudah kering sebagai pakan ternak ruminansia bisa diaplikasikan untuk ruminansia kecil. Pemanfaatan limbah sawit untuk pakan ruminansia kecil selama ini terbatas pada daun sawit yang masih segar, tetapi dengan teknologi fermentasi dan dibuat menjadi pakan komplit ini bisa memanfaatkan pelepah dan daunnya (kerakas) yang sudah kering untuk pakan ruminansia kecil. Kelemahan terhadap produk susu akibat penggunaan pakan komplit fermentasi yang berbasis kerakas sawit kering bisa diantisipasi dengan suplementasi bahan pakan sumber vitamin A dalam ransumnya. ***

Dr Lilis Hartati, SPt
Penulis adalah pengajar di Jurusan Peternakan, 
Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer