![]() |
Dirkeswan Drh Hendra Wibawa membuka CEO Forum dengan pemukulan gong didampingi Ketum dan Sekjen ASOHI. (Foto: Dok. Infovet) |
ASOHI GELAR CEO FORUM 2025
NUTRICELL PACIFIC & KIMIA FARMA JALIN KERJA SAMA DI SEKTOR KESEHATAN HEWAN
Direktur Utama Kimia Farma, David Utama (kiri) dan CEO Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto (kanan), usai penandatanganan nota kesepahaman. (Foto: Dok. Infovet) |
Chief Executive Officer (CEO) Nutricell Pacific, Suaedi Sunanto, pada acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Nutricell Pacific dan Kimia Farma, yang dilaksanakan di kantor PT Kimia Farma, Jl. Veteran No. 9 Gambir, Selasa (14/2/2023), mengungkapkan bahwa kerja sama ini terjalin karena Kimia Farma merupakan perusahaan industri farmasi terbesar di Indonesia yang banyak mengembangkan produk-produk alami. Mengingat di industri obat hewan saat ini penggunaan antibiotik, khususnya untuk pertumbuhan telah dilarang karena dampak resistensi antimikroba (AMR) yang ditimbulkan.
“Kami di industri obat hewan saat ini tengah berbenah, usaha ke sana itu menjadi concern kami dan kami lihat Kimia Farma banyak mengembangkan produk alami,” ujar Suaedi.
Ia pun berharap dari kerja sama ini kedua belah pihak dapat mengembangkan produk terbaik untuk mendukung sektor kesehatan hewan di Indonesia. “Semoga realisasi ke depan bisa kita lakukan bersama-sama dalam mengembangkan produk yang berguna,” ucapnya.
Sementara Direktur Utama Kimia Farma, David Utama, menyambut baik kerja sama yang dilakukan. Pihaknya akan turut mendorong pengembangan produk di sektor kesehatan hewan. “Saya sangat berharap realisasi dari kerja sama ini dapat menghasilkan produk yang membanggakan. Kami sangat mendukung dan semoga terlaksana dengan baik, ini menjadi halaman baru yang menyegarkan,” ujar David.
Kolaborasi ini juga merupakan wujud optimalisasi end-to-end business yang dimiliki Kimia Farma. “Kami memiliki fasilitas produksi dan 49 jaringan distribusi yang tersebar di seluruh Indonesia, sehingga kesepakatan ini akan menjadi langkah awal untuk pengembangan produk kesehatan hewan,” ungkapnya.
Adapun ruang lingkup nota kesepahaman yang terjalin meliputi pengembangan produk dan layanan kesehatan hewan, aktivitas marketing, serta distribusi produk kesehatan hewan termasuk obat-obatan. Hal ini dinilai akan meningkatkan hilirisasi produk kesehatan hewan dan meningkatkan nilai tambah industri.
“Kolaborasi antara KAEF dan Nutricell merupakan dukungan terhadap program pemerintah dalam pengembangan produk dalam negeri, yang akan berdampak pada peningkatan nilai TKDN, di tengah kebutuhan obat hewan yang masih cukup tinggi melalui impor,” pungkas David. (RBS)
NUTRICELL BUKA KERAN EKSPOR KE BENUA BIRU
Pelepasan kontainer ekspor PT Nutricell Pacific |
Pandemi Covid-19 nyatanya tidak serta merta menutup kesempatan PT Nutricell Pasific untuk tetap membuka peluang. Nyatanya pada Kamis (8/10) PT Nutricell Pacific meresmikan ekspor mereka ke benua biru, lebih tepatnya Negara Jerman. Acara launching eskpor tersebut dilaksanakan di pabrik Nutricell yang berlokasi di Taman Tekno, Tangerang Selatan.
Dalam sambutannya, CEO PT Nutricell Pasific Suaedi Sunanto menyatakan kebanggaan dan kegembiraannya terkait kegiatan ekspor tersebut. Pasalnya setelah berhasil menembus pasar Asia pada 2019 yang lalu, kini Nutricell berhasil naik ke level yang lebih tinggi.
"2019 lalu kita tembus pasar Asia, kini Eropa. Dengan begini kita punya portofolio yang lebih baik lagi. Kita semua tahu bahwa pasar Internasional ini terutama Jerman dan Jepang memang sangat sulit ditembus, ini karena mereka menerapkan standar tinggi baik secara regulasi dan kualitas. Oleh karena itu saya juga berterima kasih kepada seluruh tim yang sudah bekerja keras mewujudkan hal ini," tukasnya.
Dalam kesempatan yang sama mewakili Menteri Pertanian yang berhalangan hadir, Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjaturrasa juga memberi apresiasi kepada Nutricell atas pencapaiannya. Menurut dia apa yang dilakukan Nutricell menunjukkan bahwa produk dalam negeri dapat bersaing di kancah dunia.
"Ini sangat luar biasa, kami sangat bangga dengan pencapaian ini. Saya juga berharap apa yang dilakukan oleh Nutricell juga bisa banyak ditiru oleh perusahaan obat hewan lain, dan industri obat hewan hingga kini memang merupakan salah satu komoditas andalan Indonesia di kancah ekspor," tutur Fadjar.
Pada hari itu, sebanyak 5 ton bahan baku obat hewan berupa ekstrak jambu mete diekspor ke negeri Bavaria. Nilainya mencapai 917 juta rupiah atau sekitar 53.000 euro. Semoga saja setelah ini Indonesia kembali dapat membuka pasar di luar negeri, bukan hanya bahan baku tetapi juga produk obat hewan. (CR)
ARTIKEL POPULER MINGGU INI
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler. FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk...
-
Di dunia ini terdapat beberapa jenis ayam terbesar di dunia. Baik dari segi tinggi badannya, ukuran badannya, maupun berat badannya. Di anta...
-
Sumber: Balitbangtan Kementan Ayam KUB adalah ayam kampung galur (strain) baru, merupakan singkatan dari Ayam Kampung Unggul Balitbangtan. A...
-
Salah satu ciri telur asin yang berkualitas adalah bagian kuning telurnya yang tampak masir. (Foto: Istimewa) Bukan hanya cara menyimpannya,...
-
Forum Komunikasi Pelayanan Publik, Rabu (15/10) di BBPPMVP, Depok Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) sebagai ...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Artikel ini membahas secara singkat anatomi ayam (struktur tubuh ayam) meliputi bagian tubuh ayam dan fungsinya. Juga organ tubuh ayam dan f...
-
Hijauan kering dan jerami kering Berbagai hijauan pakan yang sengaja dipanen dan dikeringkan serta berbagai jerami kering yang sengaja dipan...
-
Salah satu komponen penting beternak bebek petelur adalah memilih jenis bebek petelur yang tepat. Tingginya produktivitas bukan satu-satunya...
-
Cara menjadi mitra JAPFA untuk kemitraan ayam pedaging adalah dengan melalui PT Ciomas Adisatwa, yang merupakan anak perusahaan dari PT JAPF...