Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Feedtech | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

AWAS! ANTINUTRISI BUAT AYAM SULIT BERISI

Pemberian pakan yang tidak mencukupi jumlahnya menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah nutrisi yang dapat dimanfaatkan tubuh ternak. (Foto: RBI)

Dalam pakan berstandar SNI, masalah serapan nutrisi pakan akibat zat antinutrisi sudah diatasi. Namun, bagi peternak yang hendak membuat formulasi pakan campuran mandiri, keberadaan zat antinutrisi patut diwaspadai.

Agar dapat tumbuh berkembang dan menjaga fungsinya dengan baik, tubuh memerlukan beragam zat atau nutrisi yang berguna dalam proses pembentukan sel, jaringan, maupun organ. Hal ini berlaku bagi semua jenis makhluk hidup, termasuk manusia, tanaman dan hewan ternak seperti ayam.

Secara garis besar, nutrisi merupakan sekumpulan zat yang diperoleh ayam dari makanan yang dikonsumsi. Meskipun terdapat banyak unsur terkandung dalam makanan, hanya unsur zat yang bermanfaat bagi fungsi dan perkembangan tubuh yang dapat disebut sebagai zat nutrisi. Disebabkan peran pentingnya, kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan hingga berbagai gangguan fungsi pada tubuh. Bahkan, tidak terpenuhinya nutrisi penting dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian.

Pemberian pakan yang tidak mencukupi jumlahnya menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah nutrisi yang dapat dimanfaatkan tubuh ternak. Untuk mengatasi hal tersebut, peternak dapat menambah jumlah pakan yang diberikan. Namun, selain kurangnya jumlah pakan, penyebab tidak optimalnya pertumbuhan ayam disebabkan jumlah nutrisi yang terkandung dalam pakan itu sendiri yang kurang mencukupi.

Selain jumlah pakan dan zat nutrisi yang tekandung di dalamnya, keberadaan zat antinutrisi dalam bahan pakan juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan sebagai penyebab buruknya performa pakan ternak. Singkatnya, zat antinutrisi merupakan kebalikan dari zat nutrisi yang menjadi bahan bakar metabolisme tubuh dan mendorong pertumbuhan.

Mengetahui peranan nutrisi dan kebutuhannya pada tubuh ayam dapat membantu peternak mengambil tindakan tepat untuk mengantisipasi hingga mengatasi keberadaan zat antinutrisi yang merugikan.

Kebutuhan Nutrisi Ayam
Di antara berbagai macam zat nutrisi, terdapat beberapa nutrisi yang dipandang sebagai kebutuhan mendasar bagi tubuh ayam sehingga sering dijadikan patokan dalam menentukan kualitas pakan. Pertama, zat yang umum disebut sebagai makronutrien, yaitu protein, karbohidrat dan lemak. Kedua, zat nutrisi mikronutrien seperti vitamin dan mineral, di antaranya kalsium, zat besi, fosfor dan mikronutrien lainnya yang penting untuk pemeliharaan fungsi organ dan perkembangan tubuh ayam.

Perbedaan utama antara... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2023. (MFR/RA)

CERMAT MENENTUKAN BENTUK DAN UKURAN PAKAN AGAR PERFORMA AYAM MENINGKAT

Pengoptimalan pakan yang diberikan untuk ayam merupakan kewajiban untuk meningkatkan efisiensi dan performa ternak. (Foto: Dok. Infovet)

Bentuk dan ukuran pakan memang bukan segalanya. Namun, ukuran partikel pada pakan ayam merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan efisiensi pakan dan performa ternak.

Secara alami semua makhluk hidup, baik hewan maupun tanaman pasti membutuhkan nutrisi demi bertahan hidup dan berkembang. Dengan begitu, setiap makhluk yang hidup tentu akan mencari makanan dalam bentuk apapun untuk diambil nutrisinya.

Jenis serta bentuk makanan yang diambil berbeda-beda, mengikuti jenis pencernaan makhluk tersebut. Sebagai contoh, meskipun keduanya sama-sama omnivora, pencernaan manusia tidak dapat mencerna biji-bijian seperti halnya sistem pencernaan ayam. Begitu pula sebaliknya, ayam tidak dapat mencerna beberapa zat yang dapat dicerna manusia.

Selain memperhatikan jenis serta kandungan nutrisi dalam pakan, bentuk maupun ukuran partikel pakan juga merupakan salah satu variabel yang berpengaruh dalam perkembangan ayam, khususnya daya cerna pakan pada ayam. Beberapa contoh bentuk pakan ayam yang umum digunakan adalah mash (tepung), crumble (remahan) dan pellet (butiran). Agar pakan yang diberikan dapat menghasilkan performa yang efektif pada ayam, penting untuk memahami pengaruh bentuk dan ukuran pakan terhadap pencernaan ayam.

Memahami Sistem Pencernaan Ayam
Secara garis besar, sistem gastrointestinal atau pencernaan pada ayam terdiri dari beberapa organ dan bagian tubuh. Secara berurutan sistem pencernaan ayam terdiri dari paruh, esofagus, tembolok (crop), proventrikulus, ampela (gizzard), usus halus (duodenum), usus besar (colon) dan berakhir di kloaka. Dari kloaka, sisa makanan yang sudah tercerna dikeluarkan ke lingkungan.

Dalam proses makan, ayam akan mengambil makanan menggunakan paruhnya terlebih dahulu. Seperti pada umumnya unggas, ayam tidak memiliki mulut dan gigi seperti yang terdapat pada mamalia. Meskipun demikian, pada “mulut” ayam terdapat kelenjar yang memproduksi air liur serta enzim pencernaan, seperti amilase, yang memudahkan makanan masuk dan memulai proses awal pencernaan makanan. Setelah itu, makanan ditelan dan melewati esofagus, kemudian disalurkan menuju crop atau tembolok.

Dalam tembolok, makanan disimpan sebelum disalurkan melalui proventrikulus menuju ampela atau gizzard. Tembolok sendiri merupakan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2023. (MFR/RA)

TERBUKTI, KOLABORASI “MAKHLUK HALUS” DAN “CAIRAN SAKTI” BISA TINGKATKAN EFISIENSI

Pemberian probiotik pada ayam meningkatkan nafsu makannya. (Foto: Istimewa)

Makanan merupakan persoalan hidup dan mati bagi semua makhluk hidup. Tidak cukup hanya “tersedia”, kualitas nutrisi yang terkandung dalam makanan pun menjadi unsur penting kedua yang menentukan keberlangsungan hidup.

Dengan mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi, makhluk hidup dapat berkembang lebih pesat dan sehat dibanding banyak makan tetapi nutrisi yang dapat diserap tubuh hanya sedikit. Logika yang sama juga berlaku untuk hewan ternak, dalam hal ini ayam dan bebek.

Pemberian suplemen pada ransum atau pakan bukan hal baru, bahkan menjadi kewajiban untuk memastikan agar unggas dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya agar tumbuh secara optimal. Selain melengkapi mikronutrisi yang dibutuhkan tubuh unggas, suplemen prebiotik dan probiotik juga dapat memberikan manfaat dengan meningkatkan kesehatan pencernaan. Dengan begitu, penyerapan nutrisi berjalan optimal dan bau kotoran dapat ditekan.

Kebutuhan Nutrisi Bebek dan Ayam Pedaging
Sebelum memutuskan menambah suplemen, peternak perlu mengetahui kadar nutrisi yang terdapat dalam pakan. Nilai atau kadar nutrisi yang paling umum dijadikan patokan dalam menentukan terpenuhinya kebutuhan nutrisi ternak adalah energi termetabolis (EM) dan protein kasar (CP). Kedua nutrisi tersebut dihitung berdasarkan jumlah dan dibandingkan terhadap jumlah pakan secara keseluruhan. Energi metabolisme pada pakan berfungsi memberi tenaga bagi tubuh unggas agar metabolisme tubuh berjalan lancar. Adapun protein berfungsi vital untuk perkembangan jaringan, organ dan daging unggas.

Dalam dunia peternakan unggas jenis pedaging, istilah grower maupun finisher tak asing didengar. Secara umum, fase grower adalah masa ketika unggas masih berusia harian hingga mencapai usia dimana organ dalamnya sudah berkembang dengan lebih sempurna. Untuk fase finisher merupakan masa terakhir pemeliharaan sebelum panen.

Sementara bagi bebek pedaging, masa starter dimulai saat bebek berusia harian atau dalam istilah lainnya yaitu DOD (day old ducks) hingga berusia sekitar 2-3 minggu. Fase ini paling krusial dalam pertumbuhan organ dalam bebek. Keterlambatan berkembang dalam fase grower akan berdampak besar pada pertumbuhan selanjutnya. Setelah melalui fase grower, bebek memasuki fase finisher, dimana organ dalam tubuh sudah lebih sempurna. Dalam fase ini perlakuan bebek lebih difokuskan pada penggemukan hingga waktu panen.

Kebutuhan nutrisi yang berbeda pada... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Maret 2023. (MFR/RA)

PERAN KALSIUM DAN FOSFOR PADA PAKAN AYAM

Beberapa nutrisi esensial yang dibutuhkan ayam diantaranya mineral berupa kalsium dan fosfor. Keduanya berperan penting dalam proses pembentukan tulang. (Foto: Dok. Infovet)

Semua makhluk hidup memerlukan sejumlah nutrisi untuk tumbuh dan menjalankan fungsi tubuh dengan baik, tak terkecuali ayam pedaging dan petelur yang diternakkan. Ketika pertumbuhan berjalan optimal, hasil yang diberikan berupa daging maupun telur akan optimal pula. Jika tidak terpenuhi dengan baik, akan terjadi masalah kesehatan hingga efisiensi usaha peternakan.

Beberapa nutrisi esensial yang dibutuhkan ayam diantaranya mineral berupa kalsium dan fosfor. Kedua mineral tersebut berperan penting dalam proses pembentukan tulang. Kekurangan salah satu maupun keduanya bisa berdampak buruk pada kepadatan tulang. Akibatnya, terjadi pengeroposan tulang atau osteoporosis pada ayam hingga menyebabkan kelumpuhan. Kondisi tersebut biasa dikenal sebagai “lelah kandang”.

Kalsium (Ca) merupakan mineral penting bagi banyak jenis makhluk hidup. Selain berperan dalam pembentukan tulang, gigi dan cangkang, kalsium juga berperan menjaga kelancaran detak jantung dengan bertindak sebagai penghantar sinyal elektrik.

Dalam proses pembentukan tulang, kerja kalsium bersamaan dengan mineral lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu fosfor (P). Fungsi unsur ini terletak dalam proses penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang dan cangkang telur. Lebih dari itu, senyawa fosfat juga berperan dalam proses glycolysis, yang mengubah glukosa menjadi energi untuk digunakan dalam tubuh.

Bagi ayam petelur, peran kedua nutrisi tersebut menjadi lebih vital. Hal tersebut disebabkan sebagian unsur kalsium pada kerangka tubuh ayam dialihkan untuk pembentukan cangkang telur. Akibatnya, ayam membutuhkan kalsium dan fosfor lebih banyak agar telur yang dihasilkan memiliki cangkang yang kuat dan sempurna, sekaligus mencegah kerapuhan tulang.

Seperti pada tubuh manusia, proses penyerapan kalsium pada tubuh ayam diatur hormon yang dihasilkan oleh kelenjar paratiroid, yang dikenal dengan istilah lain seperti parathormone atau PTH dan didukung vitamin D dalam ginjal. Keberadaan vitamin D penting untuk memastikan agar kalsium bisa diserap dengan baik dalam tubuh ayam dan tidak terbuang sia-sia melalui kotoran.

Kalsium dan fosfor sendiri merupakan unsur tidak stabil dan bisa saling terikat satu sama lain. Akibatnya, kelebihan pada unsur yang satu bisa menyebabkan ketidakstabilan zat secara keseluruhan. Oleh karena itu, terdapat rasio atau perbandingan ideal untuk kadar kalsium terhadap fosfor dalam pakan yang dikonsumsi agar kebutuhannya tercukupi secara efektif.

Akibat Kekurangan dan Kelebihan
Kekurangan kalsium dan fosfor berakibat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2023.

Dirangkum oleh: 
Muhammad Faris Ridwan &
Rochim Armando
Koresponden Infovet Tulungagung, Jawa Timur

SENYAWA BERACUN (TOXICANT) DALAM PAKAN

Senyawa aflatoksin dalam jagung tidak dihasilkan oleh tanaman jagung itu sendiri, tetapi akibat jagung ditumbuhi jamur atau kapang. (Foto: Dok. Infovet)

Sumber bahan pakan ternak umumnya diperoleh dari hasil pertanian, peternakan maupun perikanan. Bahan-bahan tersebut dihasilkan langsung dari hasil panen maupun hasil pengolahan berupa hasil samping atau limbah pertanian maupun industri pengolahannya. Karena banyak dari hasil tanaman, maka dalam bahan pakan dapat ditemukan berbagai senyawa beracun yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai toxicant.

Dalam hal ini perlu dibedakan antara toxicant dan poison, senyawa poison umumnya racun yang dapat mematikan hewan dalam jumlah kecil, tetapi toxicant merupakan senyawa yang ketika diberikan kepada ternak dapat memengaruhi pertumbuhan atau kesehatan hewan tetapi tidak sampai mematikan, kecuali over dosis. Toxicant juga dapat dikenal dengan istilah faktor antinutrisi yang menghambat kecernaan bahan pakan atau penyerapan zat-zat gizi dalam saluran pencernaan atau memberikan pengaruh negatif terhadap metabolisme tubuh.

Dalam tulisan ini dan berikutnya akan difokuskan membahas senyawa toxicant yang umum terdapat dalam bahan pakan. Informasi lebih menyeluruh dapat dibaca dalam buku yang ditulis oleh Peter R. Cheeke dari Universitas Oregon, AS atau buku sejenis lainnya.


Sumber Senyawa Beracun
Sumber beracun (toxicant) dalam bahan pakan dapat berupa senyawa alami yang dikandung dalam tanaman atau hewan, tetapi juga dapat dihasilkan sebagai pencemaran ketika bahan pakan diproduksi atau diolah. Sebagai contoh toxicant yang umum terdapat dalam kacang kedelai adalah anti-tripsin (trypsin inhibitor), senyawa aflatoksin dalam jagung tidak dihasilkan oleh tanaman jagung itu sendiri, tetapi akibat jagung ditumbuhi jamur atau kapang yang dalam pertumbuhannya menghasilkan metabolit aflatoksin.

Senyawa logam berat sering masuk ke dalam tanaman atau ikan maupun hewan, karena ditumbuhkan atau dipelihara dalam kondisi lahan/air yang mengandung logam berat di dalamnya. Sebagai contoh… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

MERAUP UNTUNG DARI BERTANAM PAKAN HIJAUAN

Peluang usaha tanaman pakan hijauan terbilang besar. (Foto: Istimewa)

Meraup untung dari bisnis peternakan, tak melulu hanya dari produksi hasil ternaknya saja seperti daging, telur, susu dan lainnya. Keuntungan lain yang bisa diraih dari sektor ini juga bisa didapat dari usaha pakan hijauan atau rumput untuk ternak ruminansia.

Bahkan, peluang usaha komoditi ini terbilang besar, mengingat pelaku usahanya masih jarang. Salah satu indikator jarangnya pelaku usaha penyedia pakan ternak hijauan adalah para peternak skala besar masih banyak yang mencari rumput sendiri dengan cara ngarit di sekitaran kandang mereka.

Para peternak skala besar ini ngarit bukan karena mau irit. Tetapi pasokan pakan rumput dari para petani tidak bisa diandalkan tersedia setiap hari. “Pasokan rumput dari hasil tanam memang sangat tergantung masa panen. Rata-rata masa panen rumput gajah antara 40 sampai 50 hari,” tutur Asep Nurdin Soleh, petani rumput gajah dari Sukabumi, Jawa Barat, kepada Infovet.

Faktor lain yang kadang membuat pasokan kurang stabil dikarenakan kebutuhan dari para peternak cukup besar. Kebutuhan pasokan rumput bukan hanya untuk kepentingan ternak sapi perah dan pedaging. Menurut Asep, kebun binatang pun membutuhkan pasokan yang cukup besar dan harus rutin untuk hewan-hewan mereka.

Besarnya kebutuhan pasokan menjadi tanda peluang pasar usaha bertanam rumput sangat menjanjikan. Intinya, selama dunia peternakan sapi dan hewan ruminansia lain masih ada, usaha pakan hijauan akan terus menghasilkan. Dan inilah yang membuat Asep bersemangat menekuni usaha bertanam rumput gajah.

Mantan karyawan PT Green Global, industri peternakan sapi perah ini, sekarang sukses menjadi petani pakan hijauan ruminansia. Merintis dari nol sejak 2010, Asep kini sudah memiliki lahan sewa hingga 10 hektare lebih di Sukabumi. Bahkan, saat ini ia masih terus memperluas lahannya di tempat lain di Jawa Barat.

Kuasai Pasar Kebun Binatang
Kisah sukses Asep bermula saat dirinya masih menjadi karyawan industri peternakan. Pada 2010, beberapa petani rumput gajah yang semula menjadi mitra binaan perusahaan tempat ia bekerja kebingungan untuk menjual hasil panen rumputnya. Rupanya perusahaan sudah memutus kemitraan dengan para petani karena pihak perusahaan sudah menanam rumput sendiri untuk kebutuhan ternaknya. Alhasil, para petani mitra bingung tak tahu kemana akan menjaul hasil panen rumputnya.

“Saat itulah saya punya inisiatif untuk bantu para petani mencarikan pasar di perusahaan lain. Alhamdulillah ada beberapa perusahaan besar yang siap menampung hasil panennya,” ujar Asep.

Sembari bekerja, Asep mulai berpikir lebih serius menjadi pengusaha pakan hijauan. Lima tahun membina petani, akhirnya ia mengundurkan diri sebagai karyawan. Asep memilih untuk serius membuka usaha pakan hijauan.

Hanya dalam beberapa tahun, Asep menemukan jalannya untuk mengembangkan usaha tanam rumput gajah. Tak ada yang sulit bagi Asep untuk bertani rumput pakan ternak ini. “Yang namanya rumput asal ada lahannya bisa tumbuh di mana saja,” ucap dia.

Ada dua jenis rumput gajah yang ia tanam, yakni jenis Pak Chong dan Odot. Rumput gajah Pak Chong untuk pakan sapi, dengan tinggi tumbuh mencapai 3 meter. Sedangkan rumput gajah jenis Odot untuk pakan kambing atau domba dengan ukuran tumbuh antara 1- 1,5 meter pada masa panen.

Salah satu kelebihan bertani rumput gajah adalah cukup sekali tanam bibit, panennya bisa berkali-kali. Sejak ditanam, baru bisa dipanen pada umur 100 hari. Untuk panen kedua dan seterusnya bisa dilakukan pada umur 40-50 hari.

Untuk panen kedua dan seterusnya, Asep tak perlu menanam dari bibit lagi. akar rumput yang tersisa setelah panen pertama akan trubus atau tumbuh tunas lagi, begitu seterusnya. “Untuk pemberian pupuk cukup sekali dalam dua kali masa panen. Saya gunakan pupuk kandang, lebih murah,” katanya.

Harga rumput gajah di petani per kg dihargai Rp 200. Ditambah ongkos kirim dan lainnya, sampai di peternak bisa mencapai Rp 600-700 per kg. Menurut hitungan Asep, per hektare bisa menghasilkan keuntungan bersih rata-rata Rp 10 juta sekali panen. Saat ini luas lahan Asep mencapai 10 hektare lebih.

Selain rumput hasil panen, Asep juga menyediakan bibit rumput gajah. Untuk satu batang bibit berukuran dua titik mata, panjangnya sekitar 15 cm. Harganya per batang Rp 150, belum termasuk ongkos kirim. “Satu stek ditanam sekali bisa dipanen berkali-kali. Jarak tanam 50 cm antar bibit. Karena saat tumbuh akan terus bercabang akarnya dan tumbuh tunas baru,” ungkap Asep.

Tujuh tahun lebih menekuni usaha, Asep sudah memiliki jaringan pasar tetap yang mampu menampung hasil panennya. Kebun Binatang Taman Safari Sukabumi, peternak sapi perah Cimory dan beberapa peternak sekitar Bogor dan Depok, merupakan pelanggannya.

Tentang kandungan nutrisi antara rumput gajah hasil tanam dengan rumput liar, Asep menyebut beda. Kandungan nutrisi rumput liar lebih bagus untuk ternak. Sebab, jenis rumput liar sangat beragam sehingga nutrisinya sudah pasti lebih lengkap. Sedangkan rumput gajah hanya satu jenis nutrisi.

Hanya saja, keterbatasan ketersediaan rumput liar sering menjadi masalah bagi para peternak. “Kebun Binatang Ragunan butuh 3 ton rumput liar per hari, tapi tidak bisa saya sanggupi karena susah dapatnya. Biaya untuk tukang ngarit-nya juga besar,” ucapnya.

Sulit Andalkan Pasokan 
Meski ladang rumput cukup luas, namun untuk sebagian peternak, pasokan pakan hijauan ini tidak bisa diandalkan sepenuhnya. Banyaknya peternak yang membutuhkan pasokan rumput dan kendala transportasi, menjadikan hambatan untuk mendapatkan pasokan pakan hijauan secara rutin.

“Ternak itu butuh makan setiap hari. Sementara untuk mengandalkan pasokan dari petani rumput agak sulit. Satu-satunya jalan kami ngarit sendiri untuk memenuhi kebutuhan harian kandang, selain juga mendatangkan pasokan dari petani,” tutur Nurtantio, petrenak sapi perah dan pedaging di Depok, Jawa Barat.

Di kandang milik Nurtantio, saat ini terdapat 160 ekor sapi perah dan 10 ekor sapi pedaging sisa sediaan Hari Raya Idul Adha lalu. Peternakan ini merupakan salah satu pelanggan rumput gajah dari Asep. Hanya saja, untuk memenuhi kebutuhan rutin harian sapi-sapinya, para pekerja di kandang Nurtantio juga harus ngarit rumput di sekitaran Depok. “Selain rumput, saya juga berikan pakan tambahan ampas tahu dan konsentrat,” tambahnya kepada Infovet.

Nurtantio merupakan peternak cukup dikenal di kawasan Depok. Dokter hewan ini memiliki pelanggan sapi potong, khususnya saat Hari Raya Kurban. Per ekor sapi di kandangnya membutuhkan pakan setidaknya 20 kg rumput dan pakan lainnya per hari.

“Kalau beli dari petani memang praktis. Tapi risiko kalau mengandalkan pihak ketiga, kalau tidak datang rumputnya, produksi susu sapi perah kami bisa berantakan. Makanya saat ini full ngarit, kurang lebih 2 ton per hari,” kata dokter hewan ini.

Kebutuhan pakan hijauan akan makin banyak di saat jelang Hari Raya Idul Adha. Beberapa bulan sebelumnya, sudah masuk ratusan sapi potong yang akan dijual kembali. Di saat seperti ini, Nurtantio tak hanya bisa mengandalkan pasokan rumput ngarit dari sekitaran Depok. Ia juga mendapat pasokan dari para petani rumput, mulai dari Sukabumi, Bandung, hingga Cirebon. “Tergantung ketersediaannya saja, bisa jerami, jagung, rumput, karena tidak bisa pilih-pilih juga, karena tinggi kebutuhan saat kurban,” jelas dia.

Pakan Berkualitas, Ternak Sehat
Menyimak penjelasan di atas, potensi dan peluang pasar pakan hijauan di dalam negeri cukup besar. Seperti diketahui, hijauan pakan merupakan bagian dari tumbuhan selain akar dan biji yang layak dikonsumsi ternak, baik dalam keadaan segar maupun sudah diolah.

Kekurangan hijauan pakan untuk ternak ruminansia akibat musim kemarau, sangat memengaruhi performa pertumbuhan ternak. Hijauan pakan juga sangat berperan dalam turut menjaga kesehatan rumen dengan cara memelihara fungsi rumen melalui proses fermentasi.

Bagian tanaman yang bisa menjadi hijauan pakan antara lain daun, ranting, batang dan pelepah. Dengan demikian, hijauan pakan adalah produk yang dihasilkan dari tanaman pakan atau tumbuhan lain yang menghasilkan biomasa dan berklorofil yang dapat berfungsi sebagai hijauan pakan. Sehingga hijauan pakan dapat diperoleh dari semua tanaman pakan atau tanaman lain seperti jagung, sorgum, pelepah kelapa sawit, pelepah pisang, pelepah sagu dan lainnya.

Penyediaan hijauan pakan berkualitas tinggi setiap waktu dapat mengurangi biaya pemeliharaan, karena dapat mengurangi biaya penggunaan konsentrat, yang harganya terus meningkat.

Kesuksesan peternak dalam menyajikan hijauan pakan berkualitas tinggi seperti legum akan menambah efisiensi produksi ternak. Sebab, selain biayanya murah juga nilai nutrisinya tinggi, yang memungkinkan pertumbuhan komparatif dengan pemberian ransum berbasis konsentrat.

Peran hijauan pakan lainnya bagi ternak ruminansia adalah meningkatkan mutu dan keamanan produk ternak yang mengonsumsi hijauan pakan. Ketersediaan hijauan pakan juga terbukti dapat mempertahankan stabilitas usaha ternak ruminansia di beberapa perusahaan ternak sapi perah maupun pedaging. (AK)

FUNGSI LAIN MINERAL SEBAGAI ANTIMIKROBA

Pemberian mineral pada ternak yang baru lahir atau masih muda banyak memberikan manfaat. (Foto: Dok. Infovet)

Antimikroba umumnya diperoleh dari jenis antibiotik baik yang digunakan untuk pengobatan (terapeutik) maupun dalam bentuk AGP (Antibiotic Growth Promoter) yang ditambahkan dalam pakan. Dengan dilarangnya pemakaian AGP, maka banyak alternatif yang diusulkan sebagai imbuhan pakan. Berbagai bahan dalam bentuk mikroba (probiotik), maupun ekstrak tanaman (fitogenik), bahkan enzim diklaim sebagai bahan alternatif.

Disamping itu, beberapa mineral juga diperkenalkan sebagai bahan yang mempunyai sifat antibakteri, meskipun pada mulanya mineral dibutuhkan untuk tubuh ternak karena fungsinya dalam metabolisme, pertumbuhan atau fungsi organ. Dalam dekade terakhir, beberapa jenis mineral yang diperoleh dari alam maupun dari hasil sintesis, banyak dikembangkan sebagai antibakteri yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti AGP.

Bentuk dan Jenis Mineral
Berbagai bentuk dan jenis mineral dijual di pasaran dan digunakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tetapi juga digunakan sebagai fungsi lainnya.

Oksida dan Garam
Penggunaan mineral sebagai antimikroba sudah banyak diketahui cukup lama, misalnya pemakaian Cu (Cuprum/Copper/tembaga) dalam mencegah perkembangan mikroba. Beberapa pabrik pakan sudah lama menambahkan tembaga sulfat (CuSO4) ke dalam pakan dalam jumlah yang melebihi kebutuhan Cu sebagai sumber gizi. CuSO4.5H2O ditambahkan dalam jumlah 500 g/ton makanan atau 200 ppm Cu dalam pakan yang melebihi kebutuhan Cu untuk ayam sebesar 5-8 ppm.

Disamping Cu pada ayam, pemberian ZnO pada babi juga sudah lama dilakukan untuk mencegah babi menceret karena kontaminasi bakteri yang berpengaruh terhadap saluran pencernaan. Pemberian ZnO dalam pakan babi lepas sapih dapat mencapai 2.000-3.000 ppm untuk mencegah timbulnya anteritis akibat bakteri dan mempercepat pertumbuhan. Tetapi,  pada 2022, Uni Eropa mengeluarkan peraturan baru untuk melarang pemakaian ZnO dalam pakan babi karena pencemaran lingkungan dari kotoran babi yang banyak mengandung Zn.

Dengan perkembangan teknologi, bentuk pemberian Cu atau Zn tidak hanya dalam bentuk garam atau oksidanya, tetapi juga dimodifikasi untuk di”masuk”kan ke dalam monmorilonit atau salah satu bentuk zeolit untuk meningkatkan aktivitasnya. Penambahan mineral tersebut tidak hanya masing-masing, tetapi juga dikombinasikan keduanya ke dalam zeolit. Hasil pengujian secara in-vitro menunjukkan bahwa mineral dalam zeolit mampu... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2022.

Ditulis oleh:
Prof Budi Tangendjaja
Konsultan Nutrisi Ternak Unggas

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer