Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ayam Kampung | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MENTAN SYL DUKUNG PEMBIBITAN AYAM KAMPUNG

Mentan SYL saat mengunjungi pembibitan ayam kampung di Unismu, Makassar. (Foto: Humas Pertanian)

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, untuk mengembangkan pembibitan ayam kampung dan menghasilkan bibit/day old chick (DOC) untuk melepas ketergantungan pasokan DOC dari Pulau Jawa.

“Saya berharap nantinya ada industri pembibitan ayam kampung di Makassar, sehingga tidak tergantung dari Pulau Jawa yang dapat mengakibatkan biaya menjadi mahal karena distribusi,” kata SYL melalui siaran persnya saat kunjungan kerja di Balai Diklat Universitas Muhammadiyah (Unismu), Makassar, Sabtu (26/10).

Dalam kunjungannya, Mentan SYL didampingi oleh para pejabat eselon I, salah satunya Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, yang diimbau secara khusus untuk memastikan bidang peternakan dan kesehatan hewan di Indonesia dalam kondisi aman. 

Sebegai informasi, agribisnis peternakan ayam kampung dan industri pakan ternak yang dikembangkan di Unismu ditujukan untuk mendidik dan melatih para peternak, serta mengembangkan sektor agribisnis dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Kegiatan agribisnis ini berorientasi pada pemberdayaan masyarakat.

Pada tahun ini ditargetkan produksi DOC ayam kampung mencapai 2 juta ekor dan ayam siap potong sebanyak 2,4 juta ekor per tahun. Tahun berikutnya ditargetkan bisa meningkat 100% hingga 8,8 juta ekor per tahun.

Saat ini peternakan ayam kampung milik Unismu memproduksi DOC dan daging ayam segar dengan kapasitas 100.000 ekor. Selain itu, Unismu juga mengembangkan produksi jagung industri sebanyak 3.200 ton per tahun, budidaya jagung 20.000 hektare per musim tanam atau 240.000 ton per tahun (asumsi panen 2x setahun). Untuk saat ini pemasaran komoditas tersebut masih difokuskan untuk kebutuhan dalam negeri. (INF)

BILL GATES SEBUT BETERNAK AYAM CARA JITU BERANTAS KEMISKINAN


Berita soal keinginan Bill Gates memelihara ayam ramai dibahas warga net. Orang terkaya nomor wahid ini berniat untuk beternak ayam. Ia berkesimpulan, beternak ayam adalah kunci untuk keluar dari jerat kemiskinan.

Lewat blog pribadinya, Gatesnotes.com, Gates menulis pengalamannya yang berjudul “Mengapa Saya Memelihara Ayam.” Tulisan itu dilatari ketika ia berkunjung ke negara-negara miskin. Pendiri Microsoft Corporation ini mengaku telah belajar dari orang-orang miskin yang memelihara ayam untuk bertahan hidup. “Saya bertemu orang-orang di negara miskin yang beternak ayam, dan saya juga belajar bagaimana beternak ayam. Sebagai anak-anak dari kota Seattle, saya harus banyak belajar!. Orang yang hidup dalam kemiskinan, lebih baik beternak ayam,” ungkapnya.

Tak lupa Gates menjelaskan secara gamblang, bagaimana beternak ayam bisa menjadi solusi jitu mengentaskan kemiskinan. Alasannya, ayam mudah dipelihara. Makanan unggas ini pun mudah didapatkan. Selain itu, harga vaksin ayam murah, kurang dari 20 sen. Tapi, ia menganjurkan, sebaiknya ayam diberikan makanan yang layak supaya pertumbuhannya juga baik.

Gates kemudian merinci nilai investasi beternak ayam. Jika seorang petani beternak dengan lima ekor, kemudian ayam dikawinkan dengan ayam jantan tetangga, setelah tiga bulan, si petani memiliki 40 ekor anak ayam. Ia berkesimpulan, petani di Afrika Barat bisa berpenghasilan lebih dari 1000 dolar AS selama setahun bila ayamnya dijual $5 per ekor.

Berdasarkan cerita Gates itu, ayam yang dimaksud adalah ayam lokal atau di Indonesia biasa disebut ayam kampung. Sebab jika yang dipelihara adalah ayam ras komersil tidak dapat untuk ditelurkan kembali karena produktivitasnya menurun sehingga tidak efisien.

Bantuan Ayam Kampung   dari Kementerian Pertanian untuk Rumah Tangga Miskin
(Foto : Roni)

Berantas kemiskinan

Berdasarkan simpulan Gates, sangat mungkin negara-negara berkembang seperti Indonesia menjadikan komoditi ternak ayam kampung sebagai program pengentasan kemiskinan. Ada enam alasan mengapa ayam kampung cocok sebagai program pengentasan kemiskinan:

Pertama, Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi ayam dunia selain Cina dan India. Memanfaatkan ayam asli sendiri berarti menyelamatkan sumber daya genetik dan plasma nutfah Indonesia. Kedua, nilai investasi ternak ayam lebih murah ketimbang ternak besar seperti sapi. Ketiga, harga jual ayam kampung relatif stabil ketimbang ayam broiler ras. Keempat, hampir semua masyarakat di wilayah perdesaan memiliki ternak ayam kampung sehingga tidak perlu keahlian khusus untuk pemeliharaan. Kelima, ayam kampung sangat erat dengan kegiatan-kegiatan tradisi budaya di Indonesia seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, dll. Keenam, saat ini Indonesia memiliki bibit ayam lokal unggul hasil seleksi genetik dari Badan Penelitian dan Perkembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian. Pemerintah telah mengeluarkan galur murni ayam KUB dan ayam Sentul Seleksi (Sensi).

Syukurnya, tahun lalu pemerintah melalui program Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera) Kementerian Pertanian telah membagikan jutaan ekor ayam kampung sebanyak 50 ekor kepada 1 rumah tangga miskin di sejumlah daerah di Indonesia. Program ini cukup efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Telur-telur tetas yang dihasilkan dari program ini akan dijual kembali untuk ditetaskan. Meski demikian, progam Bekerja perlu dilanjutkan dengan berbagai catatan yakni memaksimalkan bibit ayam kampung asli, meningkatkan pendampingan pemeliharan, penggunaan obat atau vaksin, pemasaran, dll.

Melalui ayam kampung, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Seperti kata Bill Gates, kehidupan orang yang hidup dalam jurang kemiskinan akan membaik jika mau memelihara ayam. Ayo beternak ayam kampung!. (Roni)


Oleh : Febroni Purba
(Penulis merupakan praktisi dan pengamat Ayam Kampung)

SUMBER UNGGAS INDONESIA BUKA PENETASAN DI JAMBI

Setelah sukses mendirikan penetasan ayam kampung di Bali pada bulan Februari lalu, PT Sumber Unggas Indonesia kini membuka penetasan di Jambi. Lokasi penetasan ayam kampung ini berada di  Desa Tangkit, Kab. Muaro Jambi, Jambi. Tetasan perdana pada tanggal 20 Juni 2019 dengan jumlah menghasilkan produksi DOC ayam kampung sebanyak 12.000 ekor.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita saat diminta pendapatnya mengatakan bahwa pemerintah menyambut baik kehadiran pabrik penetasan ayam lokal di Jambi ini. “Sebagai pabrik penetasan ayam lokal terbesar di Sumatera, hadirnya PT Sumber Unggas Indonesia di Jambi akan membantu para peternak untuk mendapatkan anak ayam lokal yang murah,” ungkapnya.

PT SUI Semakin mengembangkan sayap ke seluruh Indonesia (FOTO : PT SUI)

Semantara itu Direktur Utama PT Sumber Unggas Indonesia Naryanto menjelaskan, PT Sumber Unggas Indonesia memilih pabrik penetasan di Jambi karena pelanggan paling banyak berada di Jambi dan wilayah sekitarnya seperti Riau, Palembang, Sumatera Utara dan Aceh. “Kehadiran pabrik penetasan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak di wilayah Jambi, Pekanbaru, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumbar, Sumut dan Aceh,” ungkapnya.

Berdirinya penetasan ayam lokal di daerah pengguna merupakan langkah yang sangat tepat mengingat ongkos kirim cargo yang semakin tinggi. Harga anak ayam saat ini di Bogor mencapai di harga Rp 7.300 per ekor atau Rp 730.000 per kotak. Satu kotak berisikan 102 ekor. Sementara itu, ongkos kirim anak ayam ke wilayah Sumetara berkisar Rp 1.500-Rp 2.500 per ekor. Jika peternak membeli anak ayam sebanyak 3 ribu ekor maka biaya pengiriman mencapai Rp 4,5 juta – Rp 7,5 juta.

Lebih lanjut, Naryanto mengatakan pembukaan pabrik penetasan anak ayam kampung (DOC) merupakan strategi Sumber Unggas Indonesia untuk meringankan harga anak ayam lokal kepada peternak-peternak di wilayah Sumatera. “Peternak-peternak banyak mengeluh harga anak ayam kampung yang makin tinggi diakibatkan naiknya ongkos kirim melalui cargo bandara, kehadiran kami diharapkan menurunkan beban tersebut” tutupnya. (SUI)

AYAM KAMPUNG KEBAL FLU BURUNG?

Ayam Kampung masih diminati masyarakat. (Istimewa)

Ayam kampung atau ayam buras yang kini populer disebut ayam lokal memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Ayam kampung juga identik dengan pemeliharaan non-intensif. Dikala wabah AI (Avian Influenza) melanda, bagaimana seharusnya memelihara ayam kampung? Benarkah mereka kebal terhadap serangan AI?

Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas yang tinggi, termasuk di sektor ayam asli (native chicken). Nataamijaya (2000) mencatat, terdapat 32 galur ayam lokal asli yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ayam pedaging, petelur, petarung dan ayam hias. Dibalik segala pesonanya, ada satu hal yang menjadi sorotan, yakni mengenai kekebalan alami terhadap AI yang dimiliki oleh ayam lokal. Di sini penulis mencoba menggali hal tersebut untuk membuka cakrawala masyarakat terhadap ayam lokal.

Tahan AI, Mitos atau Fakta?
Sudah menjadi hal yang umum bahwa masyarakat Indonesia khusunya di pedesaan banyak memelihara ayam kampung sebagai hewan pemeliharaan. Pemeliharaan biasanya dengan sistem non-intensif (diumbar tanpa diberi makan), maupun semi intensif (dikandangkan seadanya, diumbar dan diberi makan). Selain minim perawatan, alasan yang biasanya terlontar dari masyarakat adalah tahan penyakit.

Berdasarkan pengalaman dari beberapa rekan-rekan peternak ayam kampung, memang perawatan terutama program medis yang diberikan bisa dibilang minim. Jika yang lain sibuk dengan program kesehatan ayam broiler dan layer berupa vaksin, suplementasi dan sebagainya, ayam kampung justru sebaliknya. Mereka cukup diumbar, diberi makan dan dipanen telur maupun dagingnya.

Meskipun produktivitasnya rendah, ayam lokal memiliki keunggulan tersendiri. Maeda et al. (2006), menyatakan bahwa 63% ayam lokal Indonesia tahan terhadap virus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) atau flu burung, karena memiliki frekuensi gen antivirus Mx+ yang lebih tinggi. Secara genetik, ketahanan terhadap virus, termasuk virus ND (Newcastle Disease), salah satunya dikontrol oleh gen Mx.

Berdasarkan data dari Gen Bank dengan nomor akses DQ788615, berada di kromosom 1 dan bekerja mentranskripsi protein Mx yang berfungsi sebagai promotor ketahanan terhadap infeksi virus. Gen Mx dilaporkan dapat digunakan sebagai penciri genetik untuk sifat ketahanan tubuh ayam terhadap infeksi virus, seperti virus AI dan ND.

Hasil penelitian Maeda tersebutlah yang menjadi rujukan bahwa sebagian besar (63%) ayam lokal Indonesia... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Mei 2019.

BANTU KELUARGA KURANG MAMPU DI KARAWANG, 473.900 BIBIT AYAM SIAP DIBAGIKAN


Foto: wikipedia

Bantuan sebanyak 473.900 bibit ayam kampung akan diberikan kepada 9.478 rumah tangga kurang mampu di Karawang, Jawa Barat. Program ini digagas Dinas Pertanian Kabupaten Karawang. 

"Sasaran bantuan bibit ayam kampung yang bersumber dari Kementerian Pertanian ini untuk keluarga miskin," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Hanafi, di Karawang, Rabu (13/3/2019).
Jumlah penerima bantuan bibit ayam kampung yang mencapai 9.478 tersebut tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Lemahabang, Purwasari, Tirtamulya, dan Kecamatan Telagasari.

"Dari jumlah 9.478 rumah tangga miskin itu, masing-masing akan mendapatkan bantuan 50 anak ayam," kata dia.

Hanafi mengatakan, tujuan penyaluran bantuan bibit ayam kampung itu agar keluarga kurang mampu memiliki ternak peliharaan yang bernilai ekonomis. “Dengan memelihara ayam ini, semoga ada perubahan penghasilan bagi keluarga miskin,” harapnya.

Seperti dikutip dari laman www.ayobandung.com, sebelum bantuan bibit ayam kampung disalurkan, Dinas Pertanian terlebih dahulu memberikan vaksin, untuk menghindari terjangkit penyakit Gumboro atau Infectious Bursal Disease (IDB) yang seringkali menyerang ayam. (NDV)

Pemanfaatan Kotoran Sapi untuk Pakan Ayam Kampung

Kotoran sapi yang diolah dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak ayam kampung dengan hasil yang cukup baik. (Sumber: Istimewa)

Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), merupakan salah satu ternak unggas yang umum dibudidayakan oleh masyarakat pedesaan. Namun, populasi ayam kampung di Indonesia pada 2015 sudah mencapai 285 juta ekor.

Permintaan daging dan telur ayam kampung juga semakin meningkat, walau harganya lebih tinggi dibandingkan ayam ras. Namun disayangkan, sebagian besar masyarakat  masih memelihara ayam kampung secara tradisional. Bahkan masih banyak masyarakat yang memelihara tanpa menyediakan kandang.

Salah satu alasan sebagian masyarakat memelihara ayam kampung dengan cara diumbar adalah mahalnya harga pakan, jika harus membudidayakan secara intensif. Padahal memelihara ayam kampung memiliki prospek yang menjanjikan dan menguntungkan, asalkan memenuhi persyaratan, yakni menggunakan bibit, vaksinasi secara intensif dan teratur, serta menggunakan pakan yang murah dan berkualitas.

Agar memperoleh formula pakan yang murah diperlukan kejelian untuk mencari bahan pakan alternatif, yaitu kotoran sapi dan domba/kambing yang bisa diolah. Fase layer (bertelur) merupakan masa produktif ayam petelur, termasuk ayam kampung, yaitu umur sekitar 20 minggu hingga afkir (90-100 minggu), di mana pada fase ini tidak 100% menggunakan pakan pabrikan, tetapi menggunakan konsentrat yang dicampur dengan jagung, dedak dan bungkil kelapa.

Sebagai contoh ramuan pakan ayam kampung petelur dengan komposisi sebagai berikut. Pakan A (25% konsentrat pabrikan, 40% jagung kuning giling, 35% dedak padi). Kemudian Pakan B (25% konsentrat pabrikan, 40% jagung kuning giling, 20% tepung kotoran sapi, 15% dedak padi). Sebaiknya pemberian dikombinasikan dengan probiotik 1 cc per liter air minum untuk meningkatkan produktivitas telur hingga 5-6% dibandingkan dengan pemberian pakan konvensional dan menghilangkan kemungkinan penurunan produksi.

Perbandingan Nutrisi
Komposisi nutrisi pakan A (konvensional) dan pakan B (dicampur tepung kotoran sapi), dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1: Perbandingan Komposisi Nutrisi Pakan A dan Pakan B, untuk Ayam Kampung Petelur
Jenis pakan
Komposisi (%)
Protein kasar
Serat kasar
Lemak
Kalsium
Fosfor
Energi (Kkal/Kg)
Pakan A
16,30
7,73
8,39
1,60
0,65
3.760
Pakan B
17,64
8,61
5,10
2,89
0,62
3.623

Sumber: Ir Suprio Guntoro (2018).

Dari Tabel 1 tersebut tampak bahwa kandungan protein kasar dan serat kasar Pakan B lebih tinggi dari pada Pakan A, ini disebabkan kandungan protein dan serat kasar pada tepung olahan kotoran sapi lebih tinggi dari pada dedak padi. Sedangkan kandungan energi Pakan B sedikit lebih rendah dari Pakan A, tetapi kandungan nutrisi lainnya (lemak, kalsium dan fosfor) secara umum tidak begitu signifikan.

Teknik Pengolahan Kotoran Sapi
Kotoran sapi perlu diolah dahulu melalui beberapa tahapan agar bisa menjadi bahan pakan bernutrisi, antara lain:

a. Persiapan bahan, pilih kotoran sapi/kerbau/domba/kambing yang masih segar atau sudah berumur tiga hari dan bebas dari campuran tanah. Kemudian jemur kotoran tersebut selama satu hari untuk mengurangi kadar airnya.

b. Persiapan inokulan, persiapkan peralatan (corong, wadah penampung) dan bahan inokulan (gula putih/merah atau mollase, bibit inokulan). Masukkan air bersih (bebas dari lumpur atau kaporit) ke dalam wadah, lalu campurkan irisan gula/mollase dengan perbandingan 1:100 dari bobot air, jadi untuk 100 liter air digunakan 1 kg gula/mollase, lalu aduk gula/mollase sampai larut. Masukkan bibit inokulan sebanyak 1 liter atau 1% dari volume air dan aduk kembali. Kemudian tutup wadah rapat-rapat, lalu diamkan 30-60 menit di tempat teduh.

c. Proses inokulasi, hamparkan kotoran sapi dalam kondisi setengah kering hingga setebal 3-4 cm di atas terpal. Siramkan cairan inokulan dengan menggunakan sprayer ke permukaan kotoran sapi sampai merata. Tebarkan lagi kotoran sapi setebal 3-4 cm di atas kotoran yang telah terinokulasi, lalu siram lagi dengan larutan inokulan. Ulangi hingga semua kotoran sapi terinokulasi.

d. Fermentasi, bungkus dan ikat rapat-rapat semua kotoran sapi yang terinokulasi dengan karung/plastik/terpal, lalu simpan dan tutup dalam bak khusus fermentasi selama 5-6 hari.

e. Pengeringan, setelah lima hari proses fermentasi, lalu kotoran sapi di bongkar dan dijemur di bawah sinar matahari selama 3-4 hari (bila di dataran rendah) atau 5-6 hari (bila di dataran tinggi).

f. Penepungan, setelah kotoran cukup kering, lakukan penepungan dengan menggunakan mixer. Tujuan penepungan agar bahan kotoran sapi lebih lembut, sehingga mudah dicampur dengan bahan pakan secara merata, lebih mudah dikonsumsi dan meningkatkan daya cerna.

Teknik Pencampuran
1. Untuk skala kecil, dapat dilakukan secara manual menggunakan tangan atau sekop, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Siapkan wadah bersih pencampur pakan seperti terpal, lembaran plastik yang dihamparkan di lantai.

b. Taburkan bahan yang jumlah persen komposisinya terkecil di atas hamparan tersebut, dalam hal ini dedak padi. Kemudian taburkan bahan yang komposisinya lebih besar (tepung kotoran sapi) di atas bahan pertama, lalu aduk secara merata. Di atas campuran kedua bahan tadi, taburkan bahan yang lebih besar komposisinya yaitu konsentrat pabrikan dan jagung secara merata.

c. Bagi bahan pakan tersebut menjadi empat bagian, aduk setiap bagian secara merata, lalu satukan kembali. Aduk kembali bahan pakan agar lebih merata menggunakan sekop/tangan.

2. Untuk skala besar, dilakukan dengan menggunakan mixer, sehingga lebih homogen dan efisien. Bahan pakan bisa langsung dimasukkan ke tabung mixer, diawali dengan bahan yang komposisinya terbesar. Pencampuran dilakukan dalam waktu 10-15 menit. Jangan lebih dari 15 menit karena bahan bisa terpisah lagi.

Keuntungan Penggunaan Tepung Kotoran Sapi

Berdasarkan hasil pengamatan Ir Suprio Guntoro (2018), ternyata terdapat beberapa keuntungan dari penggunaan tepung kotoran sapi, seperti disajikan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2: Manfaat Penggunaan Tepung Kotoran sapi Terhadap Produksi Telur, Pendapatan dan Keuntungan Ayam Kampung
Jenis pakan
Konsumsi pakan (gr/ekor/hari)
Feed Convertion Ratio
Produksi telur (butir)
Pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
A
77.52
2,98
1.763
2.291.900
1.110.581
B
78,46
2,98
1.761
2.289.300
1.222.316
C
74,25
2,67
1.894
2.462.700
1.426.298
Sumber: Ir Suprio Guntoro (2018).
Keterangan:
Pakan A = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 35% dedak padi.
Pakan B = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 20% tepung kotoran sapi
Pakan C = Pakan campuran 25% konsentrat pabrikan + 40% jagung giling + 20% tepung kotoran sapi + 0,125 cc Probiotik/ekor/hari (dalam minuman).
Per ekor ayam kampung diberikan 125 cc probiotik per liter air dan per liter air minum untuk delapan ekor ayam.

Dari Tabel 2 tersebut tampak bahwa pakan C yang diberi probiotik dalam air minum mendapat banyak manfaat dan keuntungan, yaitu konsumsi pakan lebih sedikit, FCR lebih rendah, produksi telur meningkat, pendapatan naik dan bertambah. Jadi penggunaan tepung kotoran sapi untuk campuran pakan ayam kampung petelur tidak perlu diragukan lagi.

Demikianlah sekilas tentang penggunaan tepung kotoran sapi untuk menekan biaya produksi ayam kampung petelur yang selalu dibayangi naiknya harga bahan pakan, baik konsentrat pabrikan, jagung maupun dedak padi. Selamat mencoba. (SA)

Ko-Infeksi pada Ayam Kampung


Diagnosa penyakit dengan metode histopatologi dan imunohistokimia merupakan sesuatu yang sangat mengasyikan bagi penulis. Kepuasan pertama seorang diagnostician adalah ketika menemukan agen penyakit pada suatu kasus penyakit atau kejadian outbreak. Histopatologi merupakan teknik diagnostic dengan melihat perubahan menciri pada organ atau jaringan terhadap suatu penyakit. Seorang pathologist dituntut untuk selalu meng-upgrade kemampuanya dengan memperbanyak membaca (buku, jurnal dan slide-slide kasus), hal ini disebabkan karena bidang yang dipelajari begitu luas. Sampel yang diperiksa sangat bervariasi dari unggas, ruminansia, babi, hewan kesayangan, ikan dan yang lainnya. Masing masing hewan dan organya memiliki perubahan spesifik yang menciri terhadap suatu penyakit. Diagnosa histopatologi akan berbunyi menjadi sebuah diagnosa pasti bila diteguhkan dengan imunohistokimia atau dengan pengujian standar lainya. Imunohistokimia merupakan pengujian berdasar pengamatan histopatologi dengan melihat adanya ikatan antigen-antibodi.

Awal tahun ini penulis cukup disibukkan dengan beberapa sampel ayam kampung yang diterima di laboratorium Patologi, Balai Veteriner Lampung. Dari sekian banyak sampel, beberapa sampel ayam kampung tersebut mati karena infeksi gabungan (ko-infeksi) dari Eimeria sp., necrotic enteritis, Ascaridia galli dan Jamur. Koksidiosis merupakan salah satu penyakit penting pada unggas di seluruh dunia dan secara umum menciri dengan enteritis. Koksidiosis disebabkan oleh protozoa, parasit uniseluler dari phylum Apicomplexa. Pada ayam kampung setidaknya ada lima dari sembilan spesies berbeda penyebab koksidiosis, yaitu Eimeria acervulina, Eimeria necatrix, Eimeria tenella, Eimeria maxima dan Eimeria brunetti. Siklus hidup Eimeria di dalam tubuh hospes diawali dengan konsumsi pakan dan minum yang tercemar ookista Eimeria. Parasit ini hidup, tumbuh dan berkembang di dalam sel hospes pada lapisan epithelial dan subepithelial pada usus dari duodenum, jejunum, ileum, sekum dan beberapa spesies dapat menyerang organ lain.

Ada empat spesies clostridium yang sering ditemukan pada unggas (Clostridium perfringens, Clostridium colinum, Clostridium botulinum dan Clostridium septicum). Nekrotik enteritis merupakan penyakit yang banyak ditemukan pada unggas. Terdapat dua bentuk penyakit yang disebabkan karena C. perfringens pada unggas, yaitu nekrotik enteritis dan cholangiohepatitis pada saluran empedu hati. Nekrotik enteritis bentuk ringan, mencakup penyakit subklinis, namun menimbulkan efek buruk pada produksi. Clostridium perfringens menunjukan parameter lingkungan yang kotor dan litter kotor. Penyakit ini diperparah dengan kerusakan dan kematian jaringan pada usus kerena toksin tipe A dan C yang dihasilkan C. perfringens.

Penularan penyakit dapat terjadi secara horizontal dan beberapa penelitian terkini menyebutkan penularan bisa terjadi secara vertikal. Penularan secara mekanik melalui konsumsi pakan dan minum tercemar dan diduga dapat ditularkan melalui vektor. Pada broiler dan layer, tepung ikan diduga menjadi sumber kontaminasi C. perfringens. Kerusakan mukosa yang diakibatkan oleh Eimeria sp. pada usus halus, merupakan faktor predisposisi penting penyakit ini. Walaupun Eimeria tenella tidak menimbulkan lesi pada usus halus, namun lesi nekrotik enteritis tetap terjadi, karena koksidiosis pada sekum meningkatkan kejadian shedding dari C. perfringens dan secara terus-menerus mengontaminasi lingkungan.

Gejala klinis yang ditimbulkan sangat bervariasi dan tidak spesifik. Nekrotik enteritis akut ditandai dengan meningkatnya kematian unggas, morbiditasnya rendah, yang mengindikasikan terjadi kematian secara cepat. Gejala klinis yang muncul pada kondisi wabah meliputi depresi, menurunnya feed intake, malas bergerak, bulu rontok dan diare. Bentuk nekrotik enteritis subklinis ditandai dengan hilangnya berat badan secara berkala, buruknya feed convertion ratio.

Temuan lain pada kasus yang sama adalah terlihat cacing gilig pada lapisan mukosa usus yang diteguhkan oleh laboratorium parasitologi menujukan cacing Ascaridia galli. Ascaridia galli merupakan cacing gilig ini paling sering ditemukan pada ayam kampung dan itik yang dipelihara secara ekstensif, serta menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Cacing gilig ini biasanya menimbulkan kerusakan yang parah pada fase jaringan dari stadium perkembangan larva. Migrasi terjadi pada lapisan mukosa usus dan menyebabkan perdarahan (enteritis hemoraghica). Jika lesi tersebut bersifat parah akan mengalami gangguan proses pencernaan dan mengganggu proses penyerapan nutrisi, sehingga dapat mengganggu pertumbuhan ataupun produksi.


Infeksi Ascaridia galli dapat menimbulkan penurunan berat badan yang berhubungan langsung dengan jumlah cacing yang terdapat dalam tubuh. Status nutrisi juga penting, ayam yang diberi protein tinggi lebih tinggi penurunan berat badannya dibanding dengan diberi pakan dengan protein lebih rendah. Infeksi Ascaridia galli dalam jumlah besar akan kehilangan darah, mengalami penurunan kadar gula darah, peningkatan asam urat, atrofi timus, gangguan pertumbuhan dan peningkatan kematian. Pada infeksi sangat berat akan terjadi penyumbatan usus, yang perlu menjadi catatan penting bahwa infeksi Ascaridia galli mempunyai efek sinergik/menimbulkan infeksi sekunder, seperti koksidiosis dan infectious bronchitis bahkan disinyalir dapat membawa reovirus dan menularkan virus tersebut.

Temuan yang terakhir pada kasus ayam kampang adalah terjadinya area granuloma pada paru-paru. Granuloma merupakan struktur perubahan atau lesi yang terjadi pada jaringan akibat infeksi dari agen-agen penyakit yang sulit diatasi oleh kekebalan ayam. Secara struktur perubahan jaringan, granuloma tersusun atas sentra granuloma yang berisi agen penyakit (jamur) sebagai usaha tubuh mengisolir agen tersebut, pada pewarnaan histopatologi berwarna eosinofilik (kemerahan). Tepi granuloma berisi jaringan ikat, sel-sel radang heterofil, makrofag alveolar dan sel-sel raksasa. Pada tampilan makroskopis, sayatan paru akan terlihat tuberkel, berisi eksudat (nanah) yang disinyalir merupakan aspegillus. Kerusakan paru akibat jamur ini menyebabkan gangguan pernafasan pada ayam dan jika kerusakanya sudah melebihi 50% permukaan paru kemungkinan besar metabolisme tubuh akan sangat menurun berujung kematian.

Ayam kampung yang dipelihara secara bebas (back yard) atau dikelola secara intensif tanpa biosekuritas yang memadai tidak akan mencapai produksi optimal karena kualitas dan kuantitas pakan yang kurang sesuai, serta penyakit yang memiliki paparan lebih besar seperti penyakit penyakit di atas. ***


Drh Joko Susilo, M.Sc.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer