-->

MEMBANGKITKAN UNGGAS LOKAL INDONESIA

Ternak ayam lokal Indonesia (Foto: Ist)

Di tengah pandemi COVID-19, sangat penting adanya pemenuhan protein hewani sebagai asupan gizi bagi tubuh agar terbangun sistem imun yang kuat dalam menangkal penyakit. Pemenuhan protein hewani tersebut bisa dipenuhi melalui unggas lokal Indonesia yang diharapkan bisa bangkit dan menjadi industri perunggasan yang lebih luas.

Hal tersebut mengemuka dalam seminar online Indonesia Livestock Club edisi kedua yang diselenggarakan oleh Indonesia Livestock Alliance (ILA) bekerja sama dengan Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI) dan Gabungan Pembibitan Ayam Lokal Indonesia (Gapali), Sabtu (27/6/2020).

Hadir sebagai pembicara, Ketua Gapali, Bambang Krista, yang memaparkan mengenai “Tantangan Pembibitan Ayam Lokal dan Alternatif Solusinya” mengatakan bahwa untuk menyentuh industrialisasi unggas lokal dibutuhkan roadmap, diantaranya strategi dalam pengendalian penyakit pada unggas lokal, menciptakan satu iklim usaha sehingga breeder daerah bisa berkembang dan peternak mudah mendapatkan bibit berkualitas dengan harga kompetitif.

“Bisnis ayam lokal/kampung boleh, tapi jangan kampungan. Ini saatnya ayam lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” kata Bambang. Belakangan ini kebutuhan pasar nasional ayam lokal/kampung terus meningkat.

Ia pun berharap, pemerintah tetap mengoptimalkan fungsinya sebagai instansi terkait untuk menghasilkan galur ayam lokal yang berkualitas. “Sementara peran swasta melalukan pengembangan dan memperbanyak galur yang dihasilkan itu,” ucapnya.

Galur ayam lokal Indonesia pun telah banyak dikembangkan oleh pemerintah. Hal itu disampaikan oleh Peneliti Senior Balai Penelitian Ternak (Balitnak), Prof Sofjan Iskandar, yang membahas materi mengenai “Otentifikasi dan Sertifikasi Unggas Lokal Indonesia”.

“Di Balitnak kita banyak menciptakan galur murni. Penetapan galur ini untuk otentifikasi unggas lokal di masing-masing daerah. Hal ini juga diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 117/2014 tentang Penetapan dan Pelepasan Rumpun atau Galur Hewan,” ujarnya.

Hal ini dilakukan untuk memberikan pengakuan pemerintah terhadap rumpun atau galur hewan yang ada di suatu wilayah sumber bibit dan penghargaan negara terhadap galur baru hasil pemuliaan yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat. Agar terdapat perlindungan hukum dan menjamin kelestarian serta pemanfaatan unggas lokal bisa dilakukan secara berkelanjutan.

Prof Sofjan pun memberikan beberapa contoh unggas lokal yang sudah ditetapkan rumpun atau galurnya, diantaranya ayam Sentul, ayam Pelung, itik Alabimaster maupun ayam KUB dan lain sebagainya. Kesemua galur tersebut memiliki ciri khas dan kemampuan produksi baik telur maupun daging yang sangat baik.

Seminar yang dihadiri sekitar 270 orang peserta dari berbagai profesi ini juga menghadirkan Ahli Genetika Unggas Fakultas Peternakan Unpad, Dr agr Ir Asep Anang, yang memberikan pembahasan mengenai “Teknik Merekayasa Ayam Pribumi (Lokal) Unggul (Pendekatan Industri). (RBS)

SUMBER UNGGAS INDONESIA BERBAGI ILMU DI BALI

Prof. Sofjan (Baju Putih) menjelaskan materi kepada peserta pelatihan (Foto : Roni)


Perusahaan penghasil bibit Ayam Lokal unggul, PT Sumber Unggas Indonesia (PT SUI) kembali menggelar pelatihan bisnis peternakan ayam kampung unggulan di Bali, Kamis, (12/12).  Pelatihan tersebut dihadiri sebanyak 25 peserta yang terdiri dari peternak, pengusaha kuliner, karyawan seasta, dan mahasiswa.

Materi yang diberikan PT SUI kepada peserta meliputi Pengenalan Ayam Lokal, Manajemen Pemeliharaan dan Kandang yang Ideal, Pakan Ayam Lokal dan Pemberiannya, Biosecurity dan penerapannya, dan Keuntungan Berbisnis dengan Sumber Unggas Indonesia. Masing-masing materi tersebut dibawakan oleh Prof. Dr. Sofjan Iskandar (mantan Peneliti Balitnak), Carlim (Direktur Operasional PT SUI), PT Medion (perusahaan obat hewan), dan Febroni Purba (Manager Marketing & Sales PT SUI).

Carlim memaparkan bahwa pemeliharaan Ayam kampung perlu dikerjakan dengan maksimal mulai dari penanganan anak ayam saat masuk kandang, suhu kandang yang optimal setiap minggu, vaksin dan obat, kebersihan kandang dan penanganan pada saat panen, tak ubahnya seperti ayam ras.

Sofjan Iskandar yang juga penemu atau peneliti ayam Sentul Seleksi mengenalkan jenis-jenis ayam asli Indonesia dan potensinya. Sofjan menenegaskan bahwa ayam lokal kita tidak kalah dalam produksi dengan ayam-ayam joper atau super yang banyak beredar di masyarakat. Untuk itu, kata dia, peternak tidak perlu khawatir menggunakan ayam lokal Indonesia sepeti Ayam KUB, Ayam Sentul, Ayam Gaok, Ayam Merawang, dll.

Bali dipilih sebagai lokasi pelatihan dinilai karena potensi kebutuhan ayam kampung cukup besar. Manager Marketing & Sales PT Sumber Unggas Indonesia dalam paprannya mengatakan Bali memiliki potensi kuliner yang menjanjikan. “Jumlah penduduk Bali 4,3 juta, jumlah wisatawan mancanegara sekitar 400-500 ribu per bulan, ditambah lagi katakanlah 1 juta wisatawan dalam negeri per tahun. Bali adalah salah satu destinasi wisata andalan Indonesia yang memiliki potensi kuliner yang membutuhkan pasokan ayam kampung, salah satunya produk ayam Betutu. Ini peluang yang bagus bagi usaha kuliner,” katanya. (Roni)


BILL GATES SEBUT BETERNAK AYAM CARA JITU BERANTAS KEMISKINAN


Berita soal keinginan Bill Gates memelihara ayam ramai dibahas warga net. Orang terkaya nomor wahid ini berniat untuk beternak ayam. Ia berkesimpulan, beternak ayam adalah kunci untuk keluar dari jerat kemiskinan.

Lewat blog pribadinya, Gatesnotes.com, Gates menulis pengalamannya yang berjudul “Mengapa Saya Memelihara Ayam.” Tulisan itu dilatari ketika ia berkunjung ke negara-negara miskin. Pendiri Microsoft Corporation ini mengaku telah belajar dari orang-orang miskin yang memelihara ayam untuk bertahan hidup. “Saya bertemu orang-orang di negara miskin yang beternak ayam, dan saya juga belajar bagaimana beternak ayam. Sebagai anak-anak dari kota Seattle, saya harus banyak belajar!. Orang yang hidup dalam kemiskinan, lebih baik beternak ayam,” ungkapnya.

Tak lupa Gates menjelaskan secara gamblang, bagaimana beternak ayam bisa menjadi solusi jitu mengentaskan kemiskinan. Alasannya, ayam mudah dipelihara. Makanan unggas ini pun mudah didapatkan. Selain itu, harga vaksin ayam murah, kurang dari 20 sen. Tapi, ia menganjurkan, sebaiknya ayam diberikan makanan yang layak supaya pertumbuhannya juga baik.

Gates kemudian merinci nilai investasi beternak ayam. Jika seorang petani beternak dengan lima ekor, kemudian ayam dikawinkan dengan ayam jantan tetangga, setelah tiga bulan, si petani memiliki 40 ekor anak ayam. Ia berkesimpulan, petani di Afrika Barat bisa berpenghasilan lebih dari 1000 dolar AS selama setahun bila ayamnya dijual $5 per ekor.

Berdasarkan cerita Gates itu, ayam yang dimaksud adalah ayam lokal atau di Indonesia biasa disebut ayam kampung. Sebab jika yang dipelihara adalah ayam ras komersil tidak dapat untuk ditelurkan kembali karena produktivitasnya menurun sehingga tidak efisien.

Bantuan Ayam Kampung   dari Kementerian Pertanian untuk Rumah Tangga Miskin
(Foto : Roni)

Berantas kemiskinan

Berdasarkan simpulan Gates, sangat mungkin negara-negara berkembang seperti Indonesia menjadikan komoditi ternak ayam kampung sebagai program pengentasan kemiskinan. Ada enam alasan mengapa ayam kampung cocok sebagai program pengentasan kemiskinan:

Pertama, Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi ayam dunia selain Cina dan India. Memanfaatkan ayam asli sendiri berarti menyelamatkan sumber daya genetik dan plasma nutfah Indonesia. Kedua, nilai investasi ternak ayam lebih murah ketimbang ternak besar seperti sapi. Ketiga, harga jual ayam kampung relatif stabil ketimbang ayam broiler ras. Keempat, hampir semua masyarakat di wilayah perdesaan memiliki ternak ayam kampung sehingga tidak perlu keahlian khusus untuk pemeliharaan. Kelima, ayam kampung sangat erat dengan kegiatan-kegiatan tradisi budaya di Indonesia seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, dll. Keenam, saat ini Indonesia memiliki bibit ayam lokal unggul hasil seleksi genetik dari Badan Penelitian dan Perkembangan (Balitbang) Kementerian Pertanian. Pemerintah telah mengeluarkan galur murni ayam KUB dan ayam Sentul Seleksi (Sensi).

Syukurnya, tahun lalu pemerintah melalui program Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera) Kementerian Pertanian telah membagikan jutaan ekor ayam kampung sebanyak 50 ekor kepada 1 rumah tangga miskin di sejumlah daerah di Indonesia. Program ini cukup efektif meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin. Telur-telur tetas yang dihasilkan dari program ini akan dijual kembali untuk ditetaskan. Meski demikian, progam Bekerja perlu dilanjutkan dengan berbagai catatan yakni memaksimalkan bibit ayam kampung asli, meningkatkan pendampingan pemeliharan, penggunaan obat atau vaksin, pemasaran, dll.

Melalui ayam kampung, kesejahteraan masyarakat bisa meningkat. Seperti kata Bill Gates, kehidupan orang yang hidup dalam jurang kemiskinan akan membaik jika mau memelihara ayam. Ayo beternak ayam kampung!. (Roni)


Oleh : Febroni Purba
(Penulis merupakan praktisi dan pengamat Ayam Kampung)

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer