Penggunaan vaksin kill AI H5N1 sangat membantu memberi perlindungan dan tentu saja didukung dengan antigenic matching dari seed vaksin kill yang digunakan. (Foto: Dok. Infovet) |
Akhir-akhir ini banyak diperbincangkan maraknya kasus penurunan produksi telur baik di ayam layer komersial ataupun di ayam pembibit. Banyak informasi yang bermunculan dengan merebaknya kasus tersebut dan kadangkala mengarah ke virus tertentu (H9N2 misalnya), tanpa didasari peneguhan diagnosis rinci mulai dari anamnesa, pemeriksaan gejala klinis, patologis dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium. Untuk itu penulis akan mencoba menyegarkan kembali dengan memberikan update informasi perkembangan terkini AI (Avian influenza) yang menyebabkan gangguan produksi dan kematian tinggi di Indonesia berikut langkah-langkah diagnosisnya.
Peta kasus penyakit di wilayah Sumatra dan Jawa. |
Data dari PT Ceva Animal Health yang dikumpulkan sepanjang 2019 (sampai November) menunjukkan kejadian AI pada peternakan layer komersial masih banyak terjadi di wilayah Jawa Timur. AI menduduki peringkat kedua setelah penyakit ND (Newcastle disease). Hal ini tentunya menjadi perhatian khusus bagi masyarakat peternak untuk lebih waspada dan fokus dalam pengendaliannya.
Virus AI dari berbagai subtipe dapat menimbulkan penyakit dengan derajat keparahan yang berbeda, mulai dari penyakit yang menyebabkan mortalitas tinggi dengan kematian mendadak tanpa didahului gejala klinis tertentu, atau hanya menunjukan gejala ringan sampai pada bentuk penyakit yang sangat ringan atau tidak tampak secara klinis.
Penyakit AI sendiri akhir-akhir ini menjadi primadona dan banyak diperbincangkan, tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Pada Agustus 2017 lalu, pemberitaan tentang teridentifikasinya virus AI H5N1 di Filipina juga tidak luput menjadi perbincangan, sedangkan di Indonesia sendiri virus H9N2 lebih banyak dibicarakan porsinya dibandingkan H5N1, karena ada beberapa laporan baru mengenai teridentifikasinya virus ini di lapangan. Penyakit AI secara garis besar dikategorikan menjadi dua, yaitu Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI), misal H5N1 dan Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI), misal H9N2.
Highly Pathogenic Avian Influenza
Sudah lama diketahui, bahwa ayam petelur yang mendapatkan serangan virus H5N1 akan mengalami gangguan produksi telur. Variasi gejala dan tingkat kematian yang muncul pada ayam masa produksi sangat tergantung kekebalan ayam, kepadatan virus yang menantang dan kondisi umum ayam.
Virus H5N1 akhir ini didominasi dari grup clade 2.3.2.1 yang menjadi ancaman bagi ayam petelur di Indonesia. Tidak jarang gejala yang muncul hanya penurunan produksi telur tanpa ada kematian, hal ini salah satunya diakibatkan… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020)
Ditulis oleh:
Drh Sumarno, Senior Manager AHS
& Han han, praktisi peternakan layer Rehobat
0 Comments:
Posting Komentar