Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SATE BABAT, DITAKUTI TAPI TETAP NIKMAT

Nasi Grombyang dengan sate babat. (Sumber: Istimewa)

Sebagian masyarakat tak berani menyantap menu babat sapi lantaran takut kolesterol dan asam urat. Namun dengan olahan bumbu rempah berlimpah, sate babat bisa jadi lebih nikmat untuk disantap.

Khasanah kuliner Indonesia memang tiada duanya. Hampir di setiap kota memiliki makanan khas. Olahan khas setiap daerah juga memiliki ciri dan nama yang unik. Salah satunya adalah Nasi Grombyang, sajian khas Kota Pemalang, Jawa Tengah. Menu khas ini tak bisa didapatkan di kota manapun, selain di Pemalang.

Jika pernah berkunjung di kota yang menjadi lintasan jalur Pantura (pantai utara) ini, Anda akan menjumpai puluhan penjual Nasi Grombyang di pusat kota. Tidak sulit untuk mencari makanan ini, karena berlokasi tak jauh dari pusat pemerintahan daerah Kota Pemalang.

Di kedai-kedai khusus Nasi Grombyang Anda juga akan dimanjakan dengan menu pelengkapnya, yakni sate jeroan yang menggoda selera. Sate babat dengan kuah penuh rempah nan gurih membuat penikmatnya bisa lupa kalau yang disantap itu jeroan.

Di kedai khas Nasi Grombyang, sebagian pembeli menyebutnya sate handuk karena babat mirip handuk. Dengan tusukan lidi kelapa sate babat ini memiliki ukuran lebih panjang dibanding sate kambing atau sate ayam. Per porsi berisi 10 tusuk sate dibanderol Rp 25 ribu.

“Sate babat paling nikmat kalao disantap bareng nasi Grombyang panas-panas. Empuk dan enggak ada aroma prengus-nya,” tutur Wariman saat bersantap di kedai Nasi Grombyang Pak Warso.

Warung Nasi Grombyang Haji Warso, menjadi salah satu ikon yang cukup populer di Pemalang. Di warung yang berukuran 10 x 12 meter persegi, pengunjung datang silih berganti. Warung yang berada di Jalan Martadinata, Pelutan, Pemalang, ini tak pernah sepi pembeli. Terlebih setiap akhir pekan.

Satu-satunya hidangan yang disajikan di rumah makan itu adalah Nasi Grombyang. Nasi itu terdiri atas potongan daging sapi yang dikuahi mirip rawon, namun lebih memiliki warna kecoklatan.

Sepintas, Nasi Grombyang mirip dengan semangkuk soto khas Semarang atau soto khas Kudus. Sebab, cara penyajian Nasi Grombyang adalah dihidangkan dalam sebuah mangkuk kecil berdiameter sekitar 15 cm. 

Sementara, kuah hitamnya yang mirip rawon itu dibiarkan penuh hingga tumpah-tumpah. Tumpukan potongan daging juga mengumpul di tengah dan dihiasi daun bawang yang dipotong-potong, serta ditaburi bawang goreng, menambah rasa gurih pada Nasi Grombyang. “Pelanggan biasanya enggak puas kalau makan grombyang enggak sama sate babat,” ujar Warso sang pemiliki warung. 

Gampang-gampang Susah
Mengolah babat gampang-gampang susah. Butuh keahlian khusus untuk mengolah jeroan ini agar tak menyisakan bau prengus, aroma khas jeroan. Butuh proses cukup panjang untuk menghasilkan sajian yang lezat. Mulai dari mencuci lembaran babat hingga terpisah dari kotoran yang melekat.

Proses perebusan juga memerlukan waktu cukup lama hingga empat jam, agar tekstur babat menjadi lembut saat disantap. Setelah itu, baru proses masak dengan menggunakan bumbu rempah.

Gurihnya sate babat di warung Warso ini tak lepas dari bumbu rempahnya. Beberapa bumbu andalan sate babat warung ini antara lain kelapa parut yang disangrai, bawang merah, bawang putih, ketumbar, kunyit, jahe, keluwek dan merica. “Sate babat di sini memang khasnya berkuah gurih. Cocok untuk teman makan nasi Grombyang,” ujar Warso.

Dari pantauan Infovet, saat berada di lokasi, dari sekian banyak warung yang ada, Warung Nasi Grombyang Pak Warso tampak paling ramai pengunujung. Selain warungnya permanen, bisa jadi soal rasa menjadi pertimbangan pengunjung. 

Terlebih pada saat akhir pekan. Pada hari biasa warung ini bisa menghabiskan 50 kilogram daging sapi dan 30 kg lebih babat. Sementara, pada saat Ramadhan, mereka bisa menghabiskan hingga 100 kilogram daging sapi.

Nikmat, Tapi Berisiko
Jeroan seperti babat dan lainnya sebenarnya sudah menjadi bagian dari “budaya” kuliner. Tak hanya di Indonesia, tetapi seperti yang ditulis para pemilik bloger kuliner, penduduk di belahan bumi sana seperti Spanyol, Skotlandia, Turki, Korea, Jepang, Italia, juga suka mengonsumsi jeroan.

Di tengah kekhawatiran sejumlah orang untuk mengonsumsinya, jeroan dianggap masih memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan tubuh. American Heart Association dalam situsnya menuliskan, dalam 100 gram jeroan (termasuk babat sapi) mengadung 138 mg kolesterol, 46-69% lebih banyak daripada batas harian yang direkomendasikan untuk asupan kolesterol.

Dalam situs tersebut diulas, dalam satu porsi yang sama, (100 gram jeroan) mengandung 1,6 miligram zinc, 96 kalori, 13.64 gram protein dan kurang lebih 4 gram lemak total (hanya 1,5 gramnya berupa lemak jenuh). Batas harian lemak jenuh per hari untuk pria dewasa adalah 30 dan 20 gram untuk wanita dewasa.

Dalam 100 gram jeroan mengandung 1,57 mg vitamin B-12, memenuhi hampir 65% dari angka rekomendasi harian untuk orang dewasa, lebih sedikit dari 60% batasan untuk wanita hamil dan 56% dari rekomendasi AKG untuk ibu menyusui. Vitamin B12 penting untuk sistem kekebalan tubuh dan fungsi neurologis yang baik. Niacin membantu Anda menjaga kesehatan rambut, kulit, hati dan mata, sekaligus meningkatkan kekebalan tubuh. Selain itu, B-12 membantu tubuh bisa beradaptasi lebih baik terhadap stres dan membantu produksi DNA, serta mencegah anemia.

Dari 100 gram jeroan sapi, Anda akan mendapatkan 72 gram fosfor, 10% lebih banyak daripada rekomendasi AKG harian. Fosfor banyak terdapat dalam tulang dan gigi karena mineral ini penting untuk produksi dan kesehatan tulang-gigi. Fosfor juga membantu tubuh memecah lemak dan karbohidrat, serta membantu produksi protein dan memperbaiki sel maupun jaringan. Anda juga memerlukan fosfor untuk mempertajam indera perasa dan penciuman.

Namun demikian, pecinta jeroan mesti hati-hati, sebab konsumsi makanan ini bisa meningkatkan kadar zat purin dalam tubuh. Zat ini diproduksi secara alami di dalam tubuh dan juga ditemukan pada makanan tertentu, salah satunya jeroan. Nah, tingginya kadar purin inilah yang bisa menyebabkan asam urat.

Menurut para ahli, semakin tingginya purin yang dihasilkan makanan yang dikonsumsi, maka semakin tinggi pula kadar asam urat yang dikeluarkan tubuh. Kadar purin yang tinggi dalam tubuh akan berubah menjadi kristal dan menumpuk di sekitar sendi dan jaringan tubuh lainnya. Itulah alasan sendi menjadi nyeri dan bengkak. Oleh sebab itu, pengidap asam urat mesti kurangi makan jeroan agar asam urat tak semakin memburuk. Maka, hati-hatilah. (Abdul Kholis)

SEMPAT ANJLOK HINGGA RP 4.000 PER KG, HARGA AYAM DI TINGKAT PETERNAK MULAI NAIK

Biaya produksi peternakan ayam lokal di kisaran Rp 18-19 ribu per kg (Foto: Istimewa)

Harga ayam peternak di beberapa daerah saat ini hanya Rp 7.000 per kg. Sementara, biaya produksinya berada di kisaran Rp 18-19 ribu per kg.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi bahkan menyebutkan, harga ayam tingkat peternak di Jawa Tengah (Jateng) sempat anjlok hingga Rp 4.000 per kg.

"Betul, harga bahkan sampai Rp 4.000 di Jateng dari tanggal 1 sampai dengan 6 (April 2020)," jelas Sugeng, Rabu (8/4/2020).

Menindaki situasi tersebut, Sugeng menyatakan GOPAN segera mengajukan tuntutan kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) agar perusahaan besar tidak memasarkan hasil produksinya ke pasar, melainkan menyimpannya ke dalam cold storage.

Upaya tersebut berbuah hasil, dimana harga ayam tingkat peternak di daerah sejak Selasa (7/4/2020) kemarin berhasil terdongkrak hingga ke level Rp 16 ribu per kg.

"Sejak dijalankan, harga mulai naik sejak kemarin tanggal 7 April. Di Jateng harga Rp 11 ribu sampai dengan Rp 12 ribu, Jawa Barat Rp 14.500-16 ribu, dan Jawa Timur Rp 13-13.500," terang Sugeng.

Kendati begitu, Sugeng mengutarakan, kisaran harga tersebut masih belum sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 7 Tahun 2020, dimana harga acuan ayam di tingkat peternak yakni Rp 19 ribu per kg.

"Sudah mulai naik, tapi belum sesuai harga acuan yakni Rp 19 ribu. Tuntutannya, lanjutkan, perusahaan besar enggak jualan dulu ke pasar becek," tukas Sugeng. (Sumber: liputan6.com)

BROODING MANAGEMENT, SUHU DAN KELEMBAPAN

Dengan brooding yang benar anak ayam akan merasa nyaman dan ini akan mendorong anak ayam untuk mengonsumsi pakan awal yang optimal untuk pertumbuhan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Secara sederhana periode brooding didefinisikan sebagai masa pemeliharaan anak ayam ketika indukan buatan diperlukan untuk menjaga kenyamanan anak ayam. Periode brooding adalah periode transisi anak ayam dari sifat “cold blooded” (berdarah dingin) menjadi “warm blooded” (berdarah panas).

Anak ayam pada saat awal hidupnya mulai saat inkubasi telur di hatchery sampai umur sekitar 7-8 hari setelah menetas memiliki sifat “poikiloterm” dimana suhu tubuhnya akan mengikuti suhu lingkungan. Saat inkubasi di mesin setter dan hatcher di tempat penetasan modern, suhu dan kelembapan dapat dikontrol dengan presisi untuk menjaga suhu embrio tetap pada 100-100,5°F (37.7-38.0°C). Saat anak ayam menetas dan ditempatkan di kandang, pemanas atau indukan buatan (brooder) mutlak diperlukan untuk menghindari anak ayam terpapar suhu lingkungan dan kedinginan.


Mengapa Periode Brooding Sangat Penting?
Dengan brooding yang benar, anak ayam akan merasa nyaman dan ini akan mendorong anak ayam untuk mengonsumsi pakan awal (early intake) yang optimal untuk pertumbuhan. Begitu anak ayam mulai mengonsumsi pakan (dan juga air), vili-vili usus akan berkembang dengan sempurna sehingga luas permukaan usus untuk menyerap nutrien pakan meningkat. Dengan brooding yang baik, perkembangan skeletal dan cardiovascular akan tercapai dengan baik. Selain itu, masa awal pemeliharaan ini juga penting untuk perkembangan kekebalan (immunity) dan ketahanan (robustness) anak ayam terhadap cekaman lingkungan.

Periode brooding adalah saat yang paling efisien dalam pertumbuhan anak ayam, dalam waktu 72 jam pertama, berat anak ayam akan naik 100%. Pada ayam broiler dengan berat panen 2 kg, tujuh hari pertama sudah mencakup 21-22% dari keseluruhan hidup ayam. Proporsi tersebut meningkat setiap tahun selaras dengan perkembangan dan seleksi genetik yang terus dilakukan “breeder principal”. Anak ayam yang tumbuh cepat sejak awal (early growth) akan menghasilkan performance berat badan dan FCR yang lebih baik. Sebaliknya jika pertumbuhan awal tidak optimal, performance flock akan terganggu dan tidak bisa diperbaiki setelahnya.

Pemanasan Kandang Sebelum Ayam Datang (Pre-heating
Pre-heating adalah bagian dari prosedur brooding yang sangat penting namun sering diabaikan peternak. Efisiensi biaya pemanas sering dijadikan alasan untuk melewatkan atau mengurangi waktu pre-heating. Pre-heating merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan brooding sehingga harus dilakukan dengan benar. Pre-heating yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan kondisi kandang dengan tingkat suhu yang telah tercapai dan stabil. Suhu disini bukan hanya suhu ruangan, tetapi yang paling penting adalah suhu litter yang hangat dan stabil, karena litter akan kontak langsung dengan telapak kaki ayam. Umumnya pre-heating dimulai 48 jam sebelum kedatangan anak ayam. Jika pre-heating dilakukan tergesa-gesa, suhu ruang mungkin sudah tercapai tetapi litter masih dingin, litter yang dingin akan dirasakan anak ayam melalui telapak kakinya dan menyebabkan suhu tubuh ayam menjadi dingin. Ayam yang kedinginan tidak akan… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020)

Amin Suyono SPt,
Regional Technical Manager
Cobb Vantress Asia Pacific

CEVA DAN BETTER PHARMA INDONESIA: KOLABORASI MEMBERIKAN SOLUSI LENGKAP

Penyelenggaraan seminar di Jakarta (Foto: Dok. Ceva)


Pada 18 dan 20 Februari 2020, Ceva Animal Health Indonesia berkolaborasi dengan Better Pharma Indonesia, perusahaan kesehatan hewan asal Thailand, menyelenggarakan seminar teknis berjudul "Disease Control Management Through Biosecurity" di Jakarta dan Solo.

Sebagai leader di vaksin untuk unggas, Ceva Indonesia selalu menyampaikan dua hal penting dalam pencegahan penyakit yaitu vaksinasi dan biosekuriti. Vaksin yang berkualitas dan teknik vaksinasi yang baik harus didukung oleh biosekuriti yang ketat dan konsisten untuk pencegahan penyakit yang efektif.

Kegiatan seminar di Solo (Foto: Dok. Ceva)

Dihadiri kurang lebih 70 pelanggan dari broiler, hatchery dan layer, seminar ini menghadirkan Prof Dr drh Michael sebagai salah satu pembicara. Prof Michael menyampaikan bahwa sanitasi dan desinfeksi adalah pilar utama dalam biosekuriti.

Dalam kesempatan yang sama, Ayatullah M Natsir sebagai Technical & Marketing Manager Ceva Indonesia memaparkan bahwa dalam proses vaksinasi, selain clinical protection kita juga harus memperhatikan reduction of shedding. “Pilihlah vaksin yang tepat dan mampu mengurangi shedding di lapangan,” ungkap Ayat, dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Senin (6/4).

Pembicara terakhir yaitu Dr Waranee, Technical Specialist Better Pharma menutup seminar dengan menyampaikan biosecurity concept solutions yaitu sanitasi dan desinfeksi melalui foam gun.

Dalam kolaborasi ini Better Pharma memperkenalkan produk desinfektan dan vitamin (DUALGUARD 20, IODOX, BETATOP 200 dan ADEK 126) yang merupakan anak perusahan Betagro Group, Thailand. Hal ini Ceva lakukan untuk memberikan solusi lengkap untuk para pelanggan.

“Hubungan baik antara Better Pharma dan Ceva juga terjalin di negara Thailand, dimana Betagro group merupakan salah satu distributor produk-produk Ceva di Thailand. Sehingga, kenapa tidak kolaborasi baik ini kita jalin di Indonesia," ucap Edy Purwoko, Country Manager Ceva Animal Health Indonesia. (Rilis Ceva/INF)

CENGKRAMAN CORONA

Ilustrasi. (Istimewa)

Dunia sedang digemparkan dengan keunculan virus Corona baru (COVID-19) yang membuat seluruh dunia kalang-kabut dan berdampak pada penurunan neraca ekonomi yang kian hari kian mencemaskan. Bagi insan perunggasan, virus Corona bukanlah hal yang asing lagi karena setiap hari virus ini akan selalu menghantui peternak broiler, layer dan breeder. Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus ini, tetapi virus Corona yang dimaksud adalah gammacoronavirus yang khusus menginfeksi keluarga avian.

Sampai saat ini, IB masih merupakan salah satu jenis penyakit yang sangat penting secara ekonomi bagi dunia perunggasan. Infectious Bronchitis Virus (IBV) pada breeder dan layer dapat menyebabkan penurunan pada kuantitas dan kualitas telur dan tentu saja meningkatkan mortalitas. Khusus pada breeder, penyakit ini akan menyebabkan penurunan fertilitas, baik jantan dan betina yang akan berimbas pada penurunan kemampuan penetasan telur (hatchability). Menariknya, pada broiler penyakit ini ibarat ada dan tiada. Seringkali para praktisi lapang tidak mendiagnosis IBV pada ayam. Gejala penyakit ini tersamarkan dengan kejadian penyakit lain seperti CRD, Snot dan Colibacillosis pada derajat penyakit yang serius. Penurunan average daily gain (ADG), peningkatan feed conversion ratio (FCR) dan gejala “cekrek” yang terus-menerus sehingga deplesi harian yang semakin meningkat, gejala klinis yang umum ini karena IB merupakan pintu gerbang bagi penyakit lain karena virus akan menempel pada reseptor saluran pernapasan, sehingga peluang infeksi sekunder akan terbuka luas.

Situasi epidemiologi IB di Asia pertama kali dilaporkan pada tahun 1950-an di Jepang oleh Nakamura et al (1954) dan di Thailand oleh Chindavanig (1962). Promkuntop (2016) melakukan review tentang strain IBV yang penting secara ekonomi yang ditemukan pada peternakan komersial di negara-negara Asia dan diklasifikasikan dalam strain Mass-type, Japanese/Taiwanese, Taiwanese, Middle East, Far East, Chinese, LX4, QX, QX-like varian dan isolat Korean/Chinese.

Sejak 2008-2018, Ceva melakukan riset internal dalam mengelompokkan strain IBV di negara-negara Asia melalui beberapa sampel organ pada peternakan broiler, breeder broiler, komersial layer dan ayam kampung yang mengalami gangguan pernapasan. Negara-negara tersebut antara lain Banglades, China, Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Sri Langka dan Vietnam. Sampel organ tersebut dikirim ke Ceva Scientific Support and Investigation Unit Laboratory (Ceva SSIU Lab) di Budapest, Hongaria. Dari hasil tersebut diketahui bahwa… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020).

Oleh: Drh Muhammad Abdillah
Veterinary Service PT Ceva Animal Health

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer