Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Search Posts | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Kunci Utama Ayam Sehat dan Produktif

Kontrol terhadap amonia. (Dok. Pribadi)

Di zaman now, kemunculan kasus penyakit dalam suatu lingkungan peternakan ayam tidaklah terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi secara bertahap, sesuai dengan interaksi antara agen penyakit yang ada dengan ayam yang dipelihara. Kunci mendapatkan ayam produktif adalah bagaimana membuat ayam tetap sehat walaupun dengan kondisi tantangan agen penyakit yang semakin tinggi.

Ibarat sebuah rumah yang memiliki pagar dan pintu rumah, dibudidaya ayam, pagar tersebut diibaratkan adalah sistem biosekuriti dan vaksinasi, sedangkan pintunya adalah sistem pernapasan bagian atas. Faktanya saat ini ayam broiler modern sangat rentan sekali terjadi ayam nyekrek di umur 15 hari ke atas dan kondisi tersebut dapat menjadi predisposisi agen penyakit masuk ke dalam sistem tubuh.

Melihat anatomis sistem pernafasan ayam, mengapa makhluk ini sangat rentan terhadap munculnya penyakit pernafasan dan sulit untuk disembuhkan?

• Sistem pernafasan ini merupakan saluran tertutup yang ujungnya di kantung hawa dan yang menyebar di seluruh rongga tubuh, sehingga memudahkan penyebaran bibit penyakitnya keseluruh organ tubuh penting lainnya.

• Kantung hawa sangat minim pembuluh darah, sehingga antibiotik akan sulit untuk mencapainya jika terjadi infeksi sekunder dan pengobatan sangat mustahil untuk menghilangkan 100% mikrobanya.

• Pada broiler modern, proporsi sistem pernafasan ini dari periode ke periode semakin mengecil dibandingkan berat tubuhnya akibat perkembangan genetik yang sangat progresif. Dengan kata lain sistem kekebalan di sistem pernafasan bagian atas makin kecil proposinya.

Untuk mengendalikan kasus pernafasan ini, langkah yang paling penting adalah menjaga integritas sistem pernafasannya dari gangguan berbagai faktor utama pemicunya. Hal ini dapat tercapai jika mampu menjaga sistem mukosiliaris dari saluran pernafasan tersebut. Sistem ini merupakan gabungan dari silia sel epitel pernafasan dan mukus, yang dihasilkan oleh sel mukus yang terdapat di sel epitel trakhea. Sistem mukosialiaris ini menjadi...

oleh: Drh Sumarno
Sr Mgr Animal Health
PT Sierad Produce, Tbk

Selengkapnya baca Majalah Infovet edisi November 2018.

Yuk, Ikuti Seminar Tingkatkan Konsumsi Protein Hewani Menuju Generasi Industri 4.0




Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan PhD akan menjadi salah satu pembicara Seminar Nasional Bisnis Peternakan bertema ‘Meningkatkan Konsumsi Protein Hewani Menuju Generasi Industri 4.0’.

Selain Anies, para pimpinan asosiasi peternakan juga menjadi narasumber utama diantaranya Direktur Kesehatan Hewan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa PhD, Direktur Pakan Ir Sri Widayati, Ir Sugiono selaku Direkur Bibit dan Produksi, dan Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari.

Seminar yang selalu dinantikan oleh pelaku industri peternakan dan khalayak pemerhati peternakan ini diadakan pada Kamis, 22 November 2018 di Menara 165, Jakarta.    

Tema yang diangkat pada seminar kali ini merupakan tema kekinian berkaitan erat dengan revolusi industri 4.0.

Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut peternakan memegang peranan penting dalam mendongkrak perekonomian Indonesia. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita dalam sebuah kesempatan mengemukakan, dalam proses pembangunan penggunaan teknologi tidak bisa dikesampingkan. Apalagi di era digital seperti saat ini yang hampir semua sektor mengusung revolusi industri 4.0 (industri digital).

Nah, jangan lewatkan ya untuk mengikuti Seminar Nasional Bisnis Peternakan ini. Segera daftarkan diri Anda sebelum 19 November 2018. (NDV)

Temu Alumni Nasional Kafapet Unsoed Pecahkan Rekor

Kegembiraan alumni angkatan 1986 menerima The Best Kafapet Award Trophy (Foto: Bams)


Mengusung tema ‘Harmony in Diversity’, acara Temu Alumni Nasional Keluarga Alumni Fakultas Peternakan (Kafapet) Unsoed yang diselenggarakan Minggu (4/11/2018) di MG Setos  Hotel, Semarang berlangsung meriah.

Acara temu alumni kali memecahkan beberapa rekor dibanding acara sejenis yang diselenggarakan tahun-tahun sebelumnya. Antara lain rekor jumlah peserta sekitar 600-an orang.

Rekor lainnya adalah mampu menghadirkan alumni yang menjadi pejabat dari negara tetangga yaitu Menteri Petrolium Timor Leste, Hernani Coelho Da Silva yang merupakan alumni angkatan 1996.

Berfoto bersama Menteri Petrolium, Hernani Coelho Da Silva (Foto: Bams)

Jumlah daerah yang hadir juga lebih beragam, tercatat hadir perwakilan Kafapet Wilayah Sulawesi,  Lampung,  Sumatera Selatan,  Jatim,  Jogja Solo, Pantura,  Ciayumajakuning,  Priangan Timur,  Bandung Raya,  Banten,  Jabodebeksuci dan Semarang Raya.

Selain itu, kekompakan terasa dari hampir semua angkatan hadir juga. Di mulai dari angkatan 66, Angkatan 70-an, angkatan 80-an,  angkatan 90-an dan angkatan 2000-an, semua angkatan menggunakan uniform khas masing masing.

Temu alumni ini juga dihadiri Wali Kota Semarang (Diwakili oleh Kadis Perekonomian), Pihak Rektorat yaitu Prof Ahmad Sodik,  Dekan Fapet Prof Ismoyowati beserta Jajarannya,  Ketum PP KA Unsoed  Haiban Hadjid beserta jajarannya, serta Ketum PP Kafapet Bambang Riyanto Japutra.

Panitia juga memberikan piala untuk kategori The Best Uniform (Costume), The Best Quantity, The Best Perform, dan The Best of The Best. Berbagai angkatan berusaha tampil sebaik mungkin untuk mendapatkan piala.

Alumni angkatan 83 berhak meraih The Best Costume dan angkatan 86 memborong semua piala yaitu The Best Perform, The Best Quantity dan The Best of The Best.

Ketua Panitia Ign Harijanta Nugraha menyampaikan rasa syukur dan haru atas suksesnya rangkaian acara Temu Alumni Nasional Kafapet Unsoed di Semarang yang berjalan lancar, semarak, dan banyak kejutan.

"Dari junior hingga senior larut dalam kebersamaan, keakraban, kekeluargaan yang sebenarnya melebihi ekspektasi kami panitia. Hal tersebut merupakan cerminan kerinduan para alumni untuk bertemu satu dengan yang lain, dan kekuatan cinta pada Kafapet yang mendorong alumni hadir di Semarang," ujarnya.

Paling Aktif dan Kompak
Kesuksesan Temu Alumni Nasional Kafapet Unsoed makin mengukuhkan Kafapet sebagai keluarga alumni fakultas di lingkungan Unsoed yang paling kompak dan aktif. Hal ini diakui oleh Ketua KA Unsoed, Haiban Hadjid dalam beberapa kesempatan dan diakui juga oleh beberapa pengurus keluarga alumni fakultas lain di lingkungan Unsoed.

Acara kajian bulanan di Jabodetak, acara temu alumni nasional tahunan, reuni per angkatan dan berbagai kegiatan lainnya di berbagai daerah membuat decak kagum alumni fakultas lain.

Bahkan juga alumni Fakultas Peternakan dari kampus lain juga mengaku heran dan kagum dengan kemeriahan temu alumni nasional satu fakultas yang kemeriahannya sama bahkan melebihi temu alumni satu perguruan tinggi.

Keakraban dan kekompakan ini bisa terjadi karena sudah dipupuk sejak masa kuliah, dimana para dosen Fapet pada umumnya dekat dengan mahasiswa.

Sistem pendidikan di Fapet yang banyak tugas kelompok baik di kelas maupun praktek lapangan, sangat mungkin membuat para mahasiswa secara alamiah menjadi saling mengenal dan akrab satu sama lain. Ditambah lagi Fapet Unsoed juga dikenal menghasilkan aktivitas yang produktif sejak tahun 80-an, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Beberapa karya mahasiswa Fapet Unsoed antara lain berperan aktif sebagai pendiri Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia (Ismapeti) tahun 1980-an di era Hery Suprapto (alm) dan Satriyo Widhi Purboyo yang diaktifkan kembali atas gagasan Ketua Senat Mahasiswa Tahun 1997, Joni yang kemudian menggelar Munas Luar Biasa Ismapeti di Makassar, dan berlanjut aktif hingga sekarang.

Karya majalah kampus Husbandry yang beberapa kali mendapat penghargaan di tingkat nasional, juga prestasi di lomba karya ilmiah nasional.

Wakil Rektor Unsoed Prof Ahmad Sodik dan Dekan Fapet Unsoed Prof Ismoyowati menyampaikan kebanggaannya kepada para alumni Fapet yang luar biasa dalam menyelenggarakan Temu Alumni Nasional ini. (Bams/ndv)


Penggerak Konsumsi Protein Hewani, Jadi Tugas Duta Ayam dan Telur

Foto bersama saat pemilihan Duta Ayam dan Telur. (Foto: Infovet/Ridwan)

Masi rendahnya konsumsi protein hewani yang berasal dari unggas melatarbelakangi hadirnya Duta Ayam dan Telur yang diinisiasi oleh Forum Majalah Peternakan (Format) bersama Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat) Indonesia.

“Penobatan Duta Ayam dan Telur ini dalam industri perunggasan diharapkan menjadi penggerak masyarakat untuk gemar mengonsumsi ayam dan telur,” ujar Ketua Panitia, Farid Dimyati pada acara pemilihan Duta Ayam dan Telur, Selasa (6/11).

Menurutnya, hadirnya duta ayam dan telur bisa ikut mendongkrak peningkatan konsumsi ayam dan telur di Indonesia.

Senada, Ketua Format, Suhadi Purnomo, mengungkapkan, konsumsi ayam dan telur di Indonesia per tahunnya masih jauh lebih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia. “Penetapan Duta Ayam dan Telur ini nantinya bisa membantu meningkatkan program konsumsi ayam dan telur,” ungkapnya.

Berdasarkan data konsumsi antara BPS, Kementan dan Kemenko Perekonomian, tingkat konsumsi penduduk Indonesia terhadap daging ayam sekitar 11,5 kg per kapita per tahun, sementara konsumsi telur hanya sekitar 6,63 per kapita per tahun, ini masih jauh lebih rendah ketimbang Malaysia, Thailand dan Singapura.

Selain ikut mendorong peningkatan konsumsi, lanjut Suhadi, Duta Ayam dan Telur ini juga akan berkontribusi pada momen-momen penting kampanye ayam dan telur seperti pada kegiatan Indo Livestock Expo ataupun International Livestock Dairy Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia.

“Kita juga akan kerjasamakan dengan perusahaan-perusahaan industri perunggasan, selain kegiatan-kegiatan dinas yang mendukung program pemerintah. Mudah-mudahan bermanfaat,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, mengapresiasi kehadiran Duta Ayam dan Telur ini. “Duta ini sangat menolong sebagai salah satu upaya menyerap hasil usaha peternakan kita. Intinya meningkatkan konsumsi ayam dan telur agar kita bisa mensukseskan swasembada protein hewani,” ujar Ketut.

Dalam kegiatan tersebut, Dewan Juri yang terdiri dari  Ketua Umum GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) Ahmad Dawami, Direktur Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan Fini Murfiani dan pakar SDM Vera Damayanti, resmi menobatkan Offie Dwi Natalia dan Andi Muhammad Ricki Rosali sebagai Duta Ayam dan Telur periode 2018-2021. Keduanya terpilih melalui seleksi ketat dari puluhan aplikasi.

(Dari kiri) Fini Murfiani, Andi Muhammad Ricki Rosali, I Ketut Diarmita, Offie Dwi Natalia dan Direktur Perbibitan Sugiono. (Foto: Infovet/Ridwan)

Diakui Offie dan Muhammad Ricki, mereka optimis bisa mengangkat konsumsi protein hewani yang berasal dari ayam dan telur. “Amanah yang baru saja diemban menjadi tugas bersama untuk mengembangkan konsumsi ayam dan telur. Saling bahu-membahu mempromosikan konsumsi ayam dan telur,” ujar keduanya.
(RBS)

Seminar Penyakit Infeksi Baru dan Konsep One Health Dikupas

Foto: Dok. Kementan


Memperingati ‘One Health Day’, Kementerian Pertaniaan (Kementan), FAO Indonesia, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan diundang dalam kuliah umu/Studium Generale di Universitas Udayana, Bali, Sabtu (3/11/2018). Direktur Kesehatan Hewan (Dirkeswan), Ditjen PKH, Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa menjadi salah satu narasumber.

Dalam sesi dialog tersebut, Dirkeswan menyampaikan pemerintah saat ini mewaspadai kemunculan Penyakit Infeksi Baru (PIB) yang mengancam manusia dan hewan.

Fadjar menjelaskan dalam 30 tahun terakhir, PIB semacam Avian Influenza/Flu Burung, Ebola, MERS-COV, Zika Virus maupun SARS biasanya terjadi mencakup geografis yang luas serta mengancam manusia dan menimbulkan kerugiaan ekonomi yang tinggi.

“Pengendalian PIB dan penyakit zoonosis bergerak menuju konsep ‘One Health’ yaitu upaya kolaboratif dari berbagai profesi ilmu kesehatan, bersama dengan dengan disiplin ilmu dan institusi yang berhubungan serta bekerja di tingkat lokal, nasional dan global,” katanya.

Konsep One Health  dimaksudkan untuk mencapai tingkatan kesehatan yang optimal bagi masyarakat, hewan, dan lingkungan. Penanganannya tidak lepas dari tiga sektor penting, yaitu satwa liar, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat.

Lebih lanjut Fadjar menerangkan, kemunculan PIB dan zoonosis erat kaitannya dengan peningkatan populasi manusia dan hewan/ternak, arus urbanisasi yang tinggi, perubahan sistem pertanian dan alih fungsi lahan (kerusakan hutan), serta globalisasi perdagangan hewan.

“Adanya kasus penyakit di satwa liar, kemungkinan dapat menularkan ke hewan domestik atau langsung ke manusia, sehingga memerlukan usaha mitigasi risiko”, ungkap Fadjar.

Komponen penting mitigasi merupakan kemampuan untuk mendeteksi, melaporkan, dan memberi respons awal, sehingga pengendalian penyakit dapat dilakukan di sumber sebelum menginfeksi atau menularkannya ke hewan lain atau bahkan ke manusia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis (P2TVZ) Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penyakit zoonosis itu sangat sulit ditemukan obatnya. Menurutnya, flu burung misalkan, saat ini hanya bisa disembuhkan oleh obat Tami Flu.

Oleh karena itu, 3E yang menjadi keutamaan dari One Health yaitu early detection, early reporting dan early response mutlak untuk ditingkatkan di semua sektor. “Kerja bersama lintas elemen menjadi dasar terwujudnya dan terlaksananya one health," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Team Leader FAO ECTAD Indonesia James McGrane mengakui, One Health mudah diucapkan, tapi sulit melaksanakannya. Semua pihak harus membangun empati sosial dan semangat kekeluargaan yang kuat, sehingga semua elemen sosial dari berbagai pemangku kepentingan menyatu.

“Saya melihat realisasi pengendalian rabies di Bali yang dilakukan Kementerian Pertanian, FAO, dan lainnya. Di sana terlihat  keberhasilan menyusun Tata Laksana Gigitan Terpadu (Takgit) yang membuat penanganan rabies lebih cepat,” ujarnya.

Konsep tersebut merupakan upaya strategis untuk menjauhkan Indonesia dari ancaman pandemi. 
“Karena Indonesia dikenal sebagai hotspot penyakit baru di Asia, jadi kerja bersama dengan semua sektor itu adalah hal mutlak,” jelas Kepala Subdit Keamanan Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Lulu Agustina.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana I Nengah Kerta Besung berharap, para mahasiswa yang hadir dalam perayaan One Health Day akan menjadi agen perubahan yang dapat berkolaborasi, berkoordinasi, dan berkomunikasi lebih baik lagi dalam mengatasi ancaman pandemi.

“Komunikasi dan keterlibatan mahasiswa diharapkan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga kesehatan lingkungan,” pungkasnya. (NDV)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer