-->

SPACE 2016: KEMERIAHAN KE-30 PAMERAN KELAS DUNIA

Pameran SPACE 2016 yang setiap tahun diselenggarakan di RENNES Exhibition Centre Perancis dari 13-16 September tahun ini telah menginjak usia ke-30. Pameran kelas dunia ini terus berfokus pada kemajuan di masa depan.

Konferensi pers pembukaan pameran dilakukan oleh para petinggi SPACE.
Diresmikan oleh Menteri Sumber Daya Ternak Pantai Gading, beserta beberapa asosiasi profesional yang menemaninya, pejabat dari Togo dan Guinea dan Menteri Peternakan Kamerun, dan ditutup oleh Phil Hogan, Komisioner Eropa untuk Pertanian, SPACE ke-30 ini mencerminkan pameran peternakan dan pertanian dengan dimensi internasional yang sangat kuat.
Perwakilan pemimpin dari negara-
negara Afrika seperti Pantai Gading,
Kamerun, Guinea, Nigeria dan Togo
meninjau pameran SPACE 2016
di Rennes, Perancis.
Expo tahun ini menghadirkan 1.445 peserta pameran termasuk 484 peserta pameran internasional dari 42 negara, dan 101.963 pengunjung, termasuk 12.022 pengunjung internasional dari 120 negara. Partisipasi peserta pameran tetap pada tingkat yang sama seperti tahun lalu (1441 2015), yang merupakan tahun rekor dalam hal ini.
Partisipasi pengunjung dilaporkan sedikit menurun (2015: 106.226 pengunjung, termasuk 15.042 pengunjung internasional). Penurunan ini disebabkan situasi sulit di beberapa sektor dan fakta bahwa acara bertepatan dengan panen silase. Mengenai pengunjung internasional, pengunjung dari Afrika Utara yang datang tahun ini jauh lebih sedikit dikarenakan waktu penyelenggaraan pameran SPACE yang bertepatan dengan hari libur keagamaan penting, Idul Adha. Namun, delegasi besar dari Afrika Barat, Eropa dan Iran hadir.
Peserta pameran di SPACE 2016 secara umum memuji kualitas kontak mereka dengan pengunjung selama pameran empat hari. Rasa profesionalisme di dunia yang telah mengglobal ini jelas tercermin dengan nada konstruktif dan begitu cair dari expo tahun ini.
Sebelum mengikuti kontes,
semua ternak wajib di treatment
untuk memperbaiki penampilan fisiknya. 
SPACE 2016 mengembangkan dimensi politik dari diskusi dengan para pemangku kepentingan sektor peternakan. Menteri Pertanian Perancis, Stéphane Le Foll, serta berbagai kandidat utama presiden, mampu berbicara dan menyampaikan pesan mereka kepada peserta pameran dan peternak selama penyelenggaraan SPACE ke-30. Kunjungan ini memperkuat SPACE sebagai platform ekspresi dan diskusi untuk memajukan isu-isu utama mengenai masa depan sektor peternakan.
Acara tahun ini lagi-lagi ditandai oleh inovasi yang bermanfaat bagi produksi ternak. Sebanyak 50 pemenang penghargaan Innov'Space disajikan di tribun, termasuk 5 penghargaan khusus yang semakin meningkatkan kualitas presentasi di SPACE.
Tema Penelitian dan Pengembangan Desa "Memproduksi untuk Masa Depan - Iklim - Energi - Penggunaan Tanah". Kami berhasil mendapatkan petani untuk merangkul isu emisi gas rumah kaca dan pasar karbon, dengan menunjukkan kepada mereka bahwa solusi sudah ada dan dapat dimanfaatkan segera. Hal ini juga menunjukkan kemampuan mereka untuk merencanakan ke depan.
SPACE adalah pameran peternakan dan pertanian berskala dunia
dengan dengan booth outdoor dan indoor yang sangat luas. 
SPACE kali ini kembali menjadi batu loncatan untuk para pencari kerja dan perdagangan internasional berkat 300 lowongan pekerjaan di acara job-date yang diselenggarakan oleh APECITA, dan lebih dari 300 pertemuan Business to Business diselenggarakan oleh Entreprise Europe Network antara peserta pameran dan investor internasional.
Kontes ternak melibatkan 550 ekor sapi dari berbagai breed.
Kontes ternak juga mendorong daya tarik dan kualitas acara kami. Sebanyak 550 ekor sapi dari berbagai breed (bangsa) yang berbeda memberikan tontonan yang terus-menerus di ring utama. Begitu juga sebanyak 150 ekor domba dan kambing dari 10 breed yang berbeda juga ditampilkan. Sapi dari breed Montbeliarde dan Rouge des Pres adalah dua jenis sapi yang menjadi sorotan tahun ini. Kehadiran mereka dan kualitas presentasi mereka sangat dipuji.
Tersedia lebih dari 11 Hall pameran yang berisi berbagai jenis ternak
mulai dari sapi, domba, kambing, babi, unggas, ternak perah, dan lain sebagainya. 
Selain itu, sebanyak 70 konferensi, debat dan seminar yang berlangsung selama empat hari memberikan acara tahun ini dimensi baru. Banyak peternak mengapresiasi sehingga mereka mendapat tempat untuk mengekspresikan kebutuhan dan harapan mereka, sejalan dengan ambisi pendiri SPACE.
SPACE ke-30 ini menyimpulkan dengan catatan yang sangat baik dalam hal diskusi dan jalinan kontak profesional, berdasarkan kepercayaan, dalam semangat membangun dan kemajuan.

International Club menjadi ajang bertemunya
para mitra bisnis dari berbagai negara
untuk memperluas jaringan 
Perjalanan 30 Tahun SPACE
Selama lebih dari 30 tahun SPACE telah menjadi pameran yang penting bagi semua pelaku industri pertanian dan peternakan. Didirikan oleh para pemimpin organisasi bidang pertanian di Perancis, SPACE didesain sebagai tempat pertemuan, diskusi dan saling tukar pikiran, untuk semua peternak dan profesional yang memiliki kaitan dengan dunia peternakan.
Sebagaimana disampaikan Direktur SPACE yang baru, Anne-Marie Quemener, “Kami telah mengambil banyak manfaat dari perayaan ini untuk kembali melihat ke belakang dan melihat perkembangan evolusi dari pameran ini. Apa yang kita rasakan pertama kali adalah visi kedepan dari para pendiri pameran. Komposisi yang tepat serta peran kami saat ini untuk melanjutkan visi tersebut selagi terus berinovasi untuk para pengunjung pameran telah menjadikan SPACE seperti yang para pengunjung rasakan kari ini.”
Stand Alltech di salah satu sudut
pameran SPACE 2016
Apapun kondisi ekonominya, peternak akan selalu menjadi pengunjung yang utama untuk mencari hal, metode, inovasi dan pemikiran baru yang berkaitan dengan masa depan bidang kerja mereka. SPACE menyediakan 15 Ha lahan pameran untuk menampilkan perkembangan alat dan peralatan terbaru dimana peternak dan pembudidaya dapat menghadapi masa depan mereka dengan lebih percaya diri.
SPACE awalnya memang dikenal sebagai pameran kelas Eropa, namun seiring dengan berjalannya waktu SPACE telah meraih reputasi internasional sebagai pameran kelas dunia. Hal ini terlihat dari terus meningkatnya jumlah eksibitor dari luar Perancis, yaitu sebanyak 484 ekshibitor dari 42 negara. Bersamaan dengan banyak pengunjung internasional, tahun ini SPACE juga menerima beberapa kunjungan pejabat kementerian negara-negara Afrika. Hal ini membuktikan seluruh investasi dan kerja keras yang selama ini dilakukan telah berhasil.

Stand Ceva berdiri megah di pameran
yang dihelat di kampung halamannya. 
Pameran yang Selalu Dinanti
Berbeda dengan banyak pameran yang dilakukan di Tanah Air, SPACE yang setiap tahun diselenggarakan di Rennes Aeroport Exhibition Center - Perancis kembali berhasil menunjukkan bagaimana sebuah expo peternakan internasional digelar. Karena tidak hanya menampilkan teknologi terkini dibidang alat dan mesin peternakan, tetapi juga mencakup seluruh aspek bidang pertanian secara holistik.
Sehingga puluhan hektar lahan yang disediakan untuk pameran indoor dan outdoor seakan masih terasa kurang mengingat banyaknya eksibitor yang berpartisipasi. Namun semua benar-benar dikemas secara profesional oleh pihak penyelenggara SPACE, sehingga jauh dari kesan ruwet dan semrawut. Semua ditata sesuai jenis ternaknya, ada hall khusus untuk ternak babi, unggas, sapi pedaging, sapi perah, pakan ternak, obat-obatan dan vaksin hingga ruang bagi media bidang pertanian/peternakan. Untuk ruang outdoor dikhusukan untuk mesin-mesin pertanian mulai dari skala kecil hingga besar.
Pameran SPACE merupakan agenda tahunan
kebanggaan petani dan peternak Perancis. 
Jumlah eksibitor, pengunjung internasional, dan lahan pameran yang terus bertambah dari tahun ke tahun cukup membuktikan keberhasilan penyelenggaraan SPACE yang untuk tahun 2016 ini merupakan kali penyelenggaraan yang ke-30.
SPACE dikemas dengan profesional namun tetap nyaman dan menyenangkan, sehingga walaupun diselenggarakan di luar kota Paris dengan menempuh perjalanan kereta cepat selama 3 jam, pameran ini sama sekali tak surut pengunjung. Bahkan dari pengamatan Infovet selama kunjungan, cukup takjub dengan animo warga Perancis dan pengunjung internasional yang datang ke pameran peternakan berskala dunia ini.
Salah satu kandang pamer
domba Suffolk yang ikut diperlombakan
Tak sedikit dari kaum muda, tua, peternak, profesional bahkan masyarakat umum yang membawa serta balita mereka untuk berkunjung ke pameran ini. Sehingga selain sebagai ajang bisnis, pameran ini juga menjadi sarana edukasi dan rekreasi keluarga sekaligus. Padahal untuk masuk ke pameran ini tidak gratis, alias harus bayar per kepalanya. Hal yang patut dicontoh untuk penyelenggara pameran sejenis di Indonesia.
Keamanan memang sedikit lebih diperketat dibanding penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dengan digunakannya tenaga pengamanan swasta di setiap sudut pameran. Hal ini wajar mengingat Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya tengah didera isu.
Luasnya lahan parkir, dan kemudahan akses ke lokasi pameran tentu juga menjadi nilai plus bagi pengunjung. Oleh karenanya panitia menyediakan bus gratis untuk menuju ke tempat pameran dengan 3 rute yaitu dari bandara Rennes, Stasiun Rennes, dan St. Malo. Bus tersedia setiap 30 menit yang jadwalnya bisa kita ketahui jauh hari sebelum berangkat ke pameran dengan mengakses website www.space.fr. Lokasi pameran berjarak 10 km dari pusat kota Rennes.
Wartawan Infovet Wawan Kurniawan (paling kiri) berfoto bersama
perwakilan panitia SPACE (Ms. Cecile Berthier dan Ms. Amandine Leroux)
beserta wartawan Poultry Indonesia (Jessy) dan Trobos Livestock (Yopi)
Panitia Penyelenggara berharap dapat berjumpa dengan para pembaca dari Indonesia di SPACE 2017, yang akan digelar 12-15 September di Rennes Exhibition Centre. Jadi persiapkan paspor dan visa anda dari sekarang. Karena pameran satu ini sangat sayang untuk dilewatkan. (wan)

Drama Impor Sapi Bakalan Catur Wulan III

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, rupanya tak main-main dengan janjinya, yakni mewajibkan importir memasok 20% sapi indukan dari kuota sapi bakalan yang diterimanya.

Dengan tidak adanya kepastian Izin Impor sapi bakalan Cawu III akan berdampak terhadap penyediaan sapi potong untuk kebutuhan perayaan natal dan tahun baru serta berpotensi menguras sapi lokal untuk di potong.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), Joni Liano mengungkapkan, sejumlah pengusaha sampai saat ini belum juga mendapatkan Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), meski telah mendapat rekomendasi impor sapi bakalan dari Kementerian Pertanian.
Joni Liano, Direktur Eksekutif Gapuspindo
"Persoalannya itu kebijakan tersebut hanya disampaikan secara lisan, bukan tertulis. Bagi kita pengusaha harus ada landasan hukumnya. Padahal jelas kita sudah mematuhi regulasi impor sapi bakalan. Pasalnya 39 perusahaan anggota Gapuspindo sampai saat ini belum juga mendapatkan Surat Persetujuan Impor (SPI) dari Kemendag atas rekomendasi impor sebanyak 150.000, meski telah mendapat rekomendasi impor sapi bakalan dari Kementerian Pertanian," jelas Joni di kantor Gapuspindo, Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (28/9).
Menurutnya, Menteri Perdagangan memaksa pengusaha agar mau memenuhi keinginannya dengan mengimpor 20% sapi indukan. Sementara rekomendasi impor sebanyak 150.000 ekor sapi yang saat ini sudah diteken Kementan belum mengantongi SPI dari Kemendag.
"Maunya Menteri Perdagangan kebijakan lisannya diterapkan (impor indukan). Tapi kenapa izin impor sapi kita di catur wulan III ikut disandera. Kita sudah ajukan SPI sejak 24 Agustus, tapi sampai sekarang belum keluar. Sesuai aturan dua hari setelah pengajuan SPI, harus sudah ada keputusan," ucap Joni.
Regulasi yang dimaksudnya yakni Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemasukan Sapi Bakalan, dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 59 Tahun 2016 tentang Ekspor Impor Produk Hewan.
"Artinya kalau mau menyandera impor sapi bakalan, harus ada aturan barunya. Jangan tiba-tiba, jadi menurut saya tidak ada alasan Menteri Perdagangan sandera izin sapi bakalan untuk catur wulan III. Karena dasar hukumnya tak ada," ujar Joni.
Kebijakan lisan Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita yang memberlakukan instrumen impor sapi bakalan yang dikaitkan dengan sapi indukan dengan rasio 1:5 dimana setiap 5 ekor sapi bakalan yang di impor harus ada pengadaan 1 ekor sapi indukan lokal atau impor, sangat memberatkan para perusahaan penggemukan sapi potong.
“Terus terang kami terkendala dari segi aspek pendanaan, persiapan infrastruktur, dan lainnya, bahkan dari segi bisnis ternyata juga merugikan,” ujar Joni Liano.
Di luar itu, sambung dia, pengusaha tak masalah jika harus mengimpor sapi indukan. Namun hal tersebut perlu waktu menyiapkan infrastruktur dari kandang, sampai pengadaan sapi indukannya. Selain itu, rasio 20% sapi indukan yang diwajibkan juga dianggap terlalu tinggi dan tidak ada kajian teknis dan akademisnya.
"Jangan lisan saja, perlu waktu penyiapan, secara teknis memelihara sapi indukan dengan penggemukan bakalan berbeda. Harus ada kajian teknis dulu penetapan rasio 1:5 atau 20% itu," tandasnya.
“Idealnya untuk saat ini rasio 1:15 baru memungkinkan bagi pengusaha feedlot,” imbuh Joni seraya mempertanyakan kenapa kewajiban yang sama tidak diberlakukan bagi perusahaan pengimpor daging beku yang sama sekali tidak memberi nilai tambah bagi usaha peternakan dalam negeri.
Didik Purwanto, Wakil Ketua Gapuspindo
Sebagai Ilustrasi jika perusahaan memiliki kapasitas kandang 10.000 ekor maka impor sapi bakalan dapat dilakukan 3 kali periode per tahun sehingga total impor sapi bakalan 30.000 ekor/tahun dan harus memiliki sapi indukan 6.000 ekor (20% dari total impor sapi bakalan). Jika pola tersebut direalisasikan maka pada tahun 2018 total populasi indukan plus anak menjadi 14.880 ekor (148% dari kapasitas kandang-Road map terlampir), kandang akan dipenuhi sapi indukan artinya usaha penggemukan dipaksa untuk berubah menjadi usaha indukan yang bisnisnya jelas merugi.
Total investasi untuk 6.000 ekor sapi indukan senilai Rp. 254,7 Milyar dan selama 14 bulan kerugian sebesar Rp. 21 Milyar (struktur biaya terlampir). Apabila kebijakan lisan tersebut dipaksakan maka Industri penggemukan sapi akan mati, pada hal jumlah tenaga kerja langsung sebanyak 22.000 KK (Kepala Keluarga) dan nilai investasi Rp.15,5 Triliun ditambah 2.5 Triliun per tahun untuk pembelian bahan baku pakan ke petani di pedesaan (Monetisasi Ekonomi di Pedesaan).
Sangat mengkhawatirkan dengan tidak adanya kepastian Izin Cawu III dan tentu akan berdampak terhadap penyediaan sapi potong pada bulan Januari, Februari dan bulan seterusnya di tahun 2017. Saat ini stock sapi sebanyak 160.000 ribu ekor jumlah ini mensuplai kebutuhan akan konsumsi daging yang cenderung meningkat pada bulan November, Desember bertepatan hari Natal dan Tahun baru.
Dampak lainnya adalah akan menguras sapi lokal untuk di potong. Proyeksi kebutuhan konsumsi daging sapi tahun 2017 sebesar 685 .000 ton atau equal sapi hidup sejumlah 3,8 juta ekor sapi yang harus di potong diantaranya 700.000 ekor adalah sapi bakalan impor (kuota sudah ditetapkan Pemerintah sebanyak 700. 000 ekor tahun 2017). Apabila kontribusi sapi bakalan impor tidak dapat direalisasikan karena Industri penggemukan sapi potong tidak beroperasional atau mati akibat dari kebijakan lisan Menteri Perdagangan maka tentu sapi lokal akan terkuras sebanyak 3,8 juta ekor atau 23% dari total populasi. Angka ini menunjukkan negatif growth population (rata-rata angka kelahiran 20,8%). Kondisi tersebut sangat kontradiktif terhadap program pemerintah berswasembada pada 10 tahun kedepan.
“Berita mengejutkannya, saya menyesalkan keputusan Mendag memberikan izin impor sapi bakalan kepada tiga perusahaan penggemukan sapi potong pada 23 September lalu, yang dinilai bersifat diskriminasi, sebab anggotanya tidak dapat,” tegas Joni.
Menurutnya, kebijakan tersebut menciptakan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan mendorong oligopoli karena kuota impor hanya diberikan pada tiga perusahaan besar. Bahkan jika sampai akhir tahun Kemendag tetap tidak menerbitkan SPI kepada seluruh anggota Gapuspindo, maka pasokan sapi untuk awal tahun 2017 akan kosong. Tentu saja ini berpotensi menggerek harga daging sapi dan meningkatkan volume sapi lokal yang dipotong untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita
Kuota Impor Sapi dan Daging Beku Resmi Dihapus
Sebelumnya Pemerintah resmi menghapus sistem kuota impor sapi sebagai disampaikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di kantornya, Senin, 26 September 2016. “Tak hanya berlaku untuk sapi hidup, kuota impor daging beku juga dihapus. Hilang, enggak ada kuota-kuotaan," kata Enggartiasto Lukita.
Sebagai penggantinya, pemerintah akan mengeluarkan ketentuan baru yakni importir diwajibkan mendatangkan satu ekor sapi indukan untuk setiap lima sapi bakalan yang diimpornya. Ketentuan itu akan dituangkan dalam revisi Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 16 Tahun 2016 tentang Pemasukan Ternak Ruminansia Besar ke Dalam Wilayah Republik Indonesia.
Kebijakan ini sebenarnya telah berjalan. Saat ini, Kementerian Perdagangan telah mengeluarkan izin impor 300 ribu ekor sapi bakalan hingga 2018 dengan ketentuan tersebut. Ada tiga perusahaan importir yang telah berkomitmen menjalankannya. Dua di antaranya adalah Santori dan Great Giant Livestock (GGL). "Mereka sudah tanda tangan di atas meterai untuk impor 60 ribu sapi indukan, di luar izin impor 300 ribu sapi bakalan yang didapatnya," kata Enggar.
Kendati izin ini sampai 2018, Enggar tidak menutup kemungkinan ada tambahan impor sapi jika ada pengusaha lain yang memenuhi syarat. "Ya keluarin lagi, mengajukan berapa pun sapi indukan saya kasih," katanya.
Yang pasti, kata Enggar, pada 2018 pemerintah akan melakukan audit di tiap perusahaan penerima izin impor. Bila terbukti mereka tak memenuhi ketentuan, "Kami sita sapinya, kalau tidak ada ya asetnya, itu sesuai perjanjian," kata Enggar.
Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Syarkawi Rauf mendukung langkah pemerintah ini. Sebab ia menilai pembatasan impor dengan kuota akan membuka peluang korupsi. "Kuota itu banyak moral hazard-nya, seperti kasus suap impor sapi dulu kan karena adanya kuota," katanya.
Ia menambahkan, kewajiban mengimpor indukan juga bisa menambah populasi sapi di dalam negeri. "Ini kami apresiasi," katanya. (wan)

Hari ini Drh. Ketut Diarmita Menjadi Dirjen PKH

Ketut dan Istri
Akhirnya terjawablah teka teki tentang siapa Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) pengganti Muladno yang diberhentikan bulan Juli lalu. Hari ini, Senin, 10 Oktober 2016, Menteri Pertanian Amran Sulaiman melantik Drh I Ketut Diarmita MP sebagai Dirjen PKH.

Mengenang Dr. Drh. Soehadji ; Butir-Butir Pasir Membangun Gunung

Buku karya Soehadji terbitan Gita Pustaka


Hari Minggu, 25 September 2016, sekitar jam 15 kami menerima kabar duka cita yang mengejutkan; Innalilahi wainnailaihi Rojiun. Telah meninggal dunia Dr. Drh. H. Soehadji, mantan Dirjen Peternakan. Semoga Khusnul Khotimah. Aamiin. (dari Drh. Andi Wijanarko).

Meskipun meninggal di usia 80 tahun, kepergiaan Dr. Soehadji tetap mengagetkan kami. Minggu lalu, ia datang ke kantor Infovet dalam kondisi yang segar bugar dalam usia 80 tahun. Waktu itu ia mengabarkan tentang rencana Kongres Peternak Rakyat yang konon akan diselenggarakan bersamaan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2016. Ia menunjukkan usulan tema dengan kalimat yang apik "Merakyatkan Peternakan Rakyat". "Saya sudah usulkan tema ini ke Pak Teguh Boediyana (Penggagas kongres)," ujarnya bangga, sambil menunjukkan draft disain konsep kongres.

Rantai Distribusi Jagung Dipangkas

JAKARTA — Pemerintah memotong peran pedagang perantara dalam rantai distribusi jagung dengan melibatkan pelaku industri pakan ternak dari perencanaan tanam hingga penyerapan panen. Guna mewujudkan hal itu, Kementerian Pertanian telah menandatangani nota kesepahaman dengan 41 perusahaan anggota Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dan 29 dinas pertanian provinsi.
Kementerian Pertanian gelar kesepakatan kemitraan
penyerapan jagung nasional dengan Dinas Pertanian Provinsi dan
Gabungan Perusahaan Makanan ternak (GPMT) di Jakarta, (19/9).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menuturkan, kolaborasi itu membuat rantai pasok jagung dari petani hingga pengusaha terpangkas. Perusahaan akan disebar ke seluruh sentra penghasil jagung agar serapan bisa lebih pasti dan harga beli tidak jatuh.
“Kami dan GPMT sepakat membagi wilayah untuk 41 perusahaan. Kalau misalnya ada satu perusahaan butuh 200.000 ton jagung per tahun berarti butuh 50.000 hektar lahan. Kami akan tentukan nanti dia masuk di kabupaten, provinsi mana,” katanya usai penandatanganan nota kesepahaman pasokan jagung oleh Kementan, GPMT, dan Dinas Pertanian se-Indonesia, Senin (19/9).
Amran menyebutkan, perusahaan pakan akan dilibatkan sejak dari perencanaan pembukaan lahan dan penyaluran benih. Setiap usulan calon petani dan calon lokasi (CPCL) dari dinas pertanian kepada Kementan akan sepengetahuan GPMT. Dengan demikian, tidak ada celah bagi timbulnya kelangkaan pasokan atau jatuhnya harga beli di tingkat petani.
“Kalau biasanya orang-orang di tengah yang memainkan harga kini tidak ada lagi. Kami membangun sistem dan ini merupakan solusi permanen untuk jagung sebagai pakan ternak,” kata Menteri Amran.
Kementerian Pertanian menyiapkan anggaran Rp 3 triliun dari kuartal IV/2016 hingga tahun depan untuk meningkatkan produksi jagung. Dana itu akan dialokasikan untuk pengadaan benih, pupuk, alat dan mesin pertanian, pembangunan irigasi, dan pendampingan petani jagung.

Anggaran Ditingkatkan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menambahkan bahwa salah satu upaya untuk menghentikan impor jagung yakni dengan menaikkan anggaran produksi jagung hingga 10 kali lipat. Pada 2014, anggaran jagung hanya Rp 100 miliar, meningkat menjadi Rp 1,2 triliun pada 2015. Sementara pada 2016 ditingkatkan lagi menjadi Rp 2,1 triliun. Bahkan, Kementan memberi tambahan anggaran Rp 2,1 triliun pada tahun ini.
"Anggaran Rp 3 triliun di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tidak ada main-main sehingga kami meminta pengusaha juga tidak main-main," katanya.
Ia mengatakan, pola kemitraan antara industri pakan ternak dengan petani jagung ini diwujudkan pada tahap pertama dengan mengembangkan 724 ribu hektare lahan jagung di 29 provinsi. Ia menargetkan produksi mencapai 3,5 juta ton jagung kering pipil.
Nantinya, GPMT akan menyerap jagung tersebut sehingga menghentikan impor jagung pada 2017. Harga yang diatur pemerintah adalah Rp 3.150 per kilogram dengan kadar air 15 persen.
Jagung merupakan pangan alternatif nonberas yang juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Indonesia merupakan lumbung jagung dunia dan berada di posisi kedelapan dengan kontribusi 2,06 persen terhadap produksi jagung dunia.
Namun, petani jagung kerap merasa kesulitan untuk menjual hasil panennya sementara perusahaan pakan memilih mengambil impor. Padahal, kata Amran, jagung lokal lebih segar dan baik untuk diolah menjadi pakan ternak. "Jagung kita lebih baik dari yang impor," katanya.
Ia menjelaskan, cara ini merupakan pola kemitraan permanen antara petani jagung dengan industri pakan ternak. Pemerintah juga menggenjot produksi jagung sehingga dapat mengendalikan impor serta mendorong ekspor jagung. Untuk kebijakan jangka menengah dan panjang, ia melanjutkan, yakni dengan mendorong investasi pada lahan hutan 500 ribu hektare dan 265 ribu hektare lahan Perhutani.
"Ini merupakan solusi permanen dalam rangka mensejahterakan petani jagung dan pemenuhan kebetuhan ternak," ujar Amran.

Koordinasi Diperkuat 
Di tempat yang sama, Pelaksana Harian Ketua GPMT Desianto B. Utomo mengatakan, asosiasi akan secepatnya mengatur penyebaran anggota yang akan menyerap jagung ke berbagai daerah. GPMT membutuhkan 800.000 ton jagung per bulan untuk dipasok ke 72 pabrik pakan ternak milik anggotanya.
“Kini kami dilibatkan sejak awal. Ini akan memberkuat koordinasi. Yang jelas ini akan memperpendek rantai pasok,” ujarnya. Kendati demikian, Desianto mewanti-wanti bahwa kesukseskan kerja sama ini akan sangat ditentukan oleh dinas pertanian. Pasalnya, dinas pertanian tersebut menjadi ujung tombak dalam penyaluran benih dan pupuk dan memiliki akses kepada gabungan kelompok tani (gapoktan) sebagai pemasok jagung.
Pada tahap awal, kolaborasi ini akan dilakukan di Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat yang tengah memasuki masa panen. Walau demikian, Desianto belum berani memprediksi berapa potensi kenaikan volume produksi jagung yang bisa diserap.
Mentan Amran Sulaiman meyakini kerja sama ini dapat dieksekusi di lapangan dengan optimal dalam jangka waktu setahun. Produksi, menurut dia, bisa dipacu karena pemerintah menyiapkan 1 juta hektar lahan jagung hingga 2017. Lahan itu berasal baik dari lahan tidur maupun area perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, hingga konsesi Perum Perhutani.
“Petani akan terus menanam karena dengan harga patokan Rp 3.150 per kilogram sudah menguntungkan,” katanya. Bila berhasil, Amran berpendapat kelak tidak ada lagi justifikasi perusahaan pakan untuk meminta kuota impor jagung. Bahkan, dia mengklaim, sebelum kerja sama itu dijalankan pun impor jagung per Agustus 2016 baru mencapai 800.000 ton.
Padahal, pada periode yang sama tahun lalu mencapai 2,5 juta ton sehingga realiasi tahun ini sudah terpangkas 60%. “Insya Allah paling lambat pada 2018 Indonesia tidak lagi impor jagung. Kalau bisa lebih cepat lebih bagus,” katanya. (wan)

Sarasehan Peternakan Nasional Rekomendasikan Reformasi Kebijakan

Sarasehan Peternakan Nasional yang diselenggarakan oleh Keluarga Fakultas Peternakan (Kafapet) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)  yang berlangsung 4 September lalu, secara resmi mengeluarkan rekomendasi untuk pemerintah khususnya Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Rekomendasi itu dibagi dua bagian yakni untuk bidang usaha perunggasan dan untuk usaha peternakan sapi (sapi potong dan sapi perah).

SIMA ASEAN Bangkok, Tampilkan Teknologi Pertanian dan Peternakan Terkini

Wilayah ASEAN kini menjadi magnet bagi industri sarana pertanian modern dunia. Hal ini terjadi karena tumbuhnya mekanisasi pertanian, perikanan dan peternakan di kawasan ini, sebagaimana tampak dari pameran agribisnis SIMA ASEAN . Diperkirakan volume perdagangan yang dihasilkan dari pameran ini lebih dari 1 miliar baht (Rp 400 miliar) selama 3 hari. Infovet berkunjung ke Bangkok untuk melaporkan pameran tersebut.


Pejabat dan penyelenggara berfoto saat pembukaan




Bertempat di Hall 5-6, IMPACT Exhibition and Convention Center (IECC) , Muang Thong Thani, dan IMPACT Lakeside, Bangkok, pameran bertajuk Sima ASEAN berlangsung selama 3 hari, 8-10 September 2016. Pameran
Para peserta acara pembukaan
ini diselenggarakan oleh COMEXPOSIUM (organizer pameran terkemuka Perancis) bekerjasama dengan  AXEMA (organisasi peralatan pertanian Perancis) dan IMPACT exhibition management, penyelenggara pameran terkemuka di Thailand dan  dibuka oleh wakil Menteri Pertanian dan Koperasi Thailand Jintana Chaiyawannakan



Saat menyampaikan sambutan pembukaan, Jintana Chaiyawannakan, mengungkapkan,
Traktos dan berbagai peralatan pertanian
Kementerian Pertanian dan Koperasi Thailand sangat bangga menjadi tuan rumah SIMA ASEAN Thailand 2016, pameran internasional terbesar dan konferensi agribisnis di ASEAN .

Infovet di stand sapi perah
Stand Small Holder Dairy Farmer
"Saya melihat pentingnya acara ini dalam membantu untuk mendukung dan mengembangkan industri pertanian Thailand . Acara ini memiliki kepentingan besar bagi industri pertanian karena akan mendorong petani untuk meningkatkan taraf hidup dengan dapat membawa teknologi baru untuk dikembangkan di usaha mereka," ujarnya.

Menurutnya, pameran ini dapat membantu petani meningkatkan kemampuan produksi serta standarisasi produk mereka dan meningkatkan produk agar sesuai standar internasional. Sebagai bentuk komitmen mendukung acara internasional ini, Pemerintah Thailand mengikutsertakan mengirimkan 4 departemen yaitu Departemen Pertanian, Departemen Pembangunan Peternakan dan Departemen Perikanan  untuk memamerkan inovasi terbaru dan teknologi dalam rangka kerjasama lebih lanjut terhadap penguatan sektor pertanian Thailand. 

Sementara itu Loy Joon How, General Manager, IMPACT Exhibition Management Co Ltd, mengatakan, SIMA ASEAN Thailand 2016 merupakan kesempatan penting bagi Thailand untuk melangkah menjadi pusat industri pertanian di ASEAN. Organisasi acara ini telah menerima tanggapan positif dari lebih dari 300 perusahaan terkemuka di seluruh dunia, termasuk merek-merek terkenal seperti New Holland, Case IH, Yanmar dan Claas. Tahun ini, sebagai yang kedua kalinya acara Sima ASEAN, ada perkembangan baru yakni adanya stand outdoor sebagai tempat demonstrasi peralatan dan mesin pertanian yang berlokasi di IMPACT Lakeside, kira-kira 1 km dari lokasi indoor pameran.

Ia menambahkan, lebih dari 20.000 orang dari lebih dari 50 negara hadir di pameran ini baik indoor maupun outdoor, yang juga akan memberikan kontribusi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Thailand. Pada saat yang sama, pameran ini juga menjadi tuan rumah beberapa konferensi internasional, termasuk konferensi tentang Masa Depan Pertanian , konferensi organisasi insinyur pertanian Thailand dan Konferensi Internasional tentang Value Chain Berkelanjutan serta lebih dari 30 lokakarya dan seminar dengan pembicara ternama dari industri pertanian. 

Sementara itu General Manager COMEXPOSIUM Valérie Lobry-Granger,  mengatakan , SIMA merupakan ajang pertanian internasional yang telah diselenggarakan lebih dari 75 kali dalam 150 tahun terakhir di Perancis. SIMA merupakan panggung yang mengumpulkan inovasi terknologi terbaru, khususnya mesin dan peralatan pertanian, dan merupakan kegiatan yang telah dikenal sebagai forum bertemunya pembeli, penjual, pemilik bisnis, importir, eksportir, petani, ahli dan profesional di agribisnis . 

Tahun ini, SIMA telah tumbuh dalam mengorganisir acara di 3 benua - Eropa, Afrika Selatan dan Asia. SIMA ASEAN, khususnya, telah memperlihatkan pertumbuhan yang luar biasa, baik dari ukuran area pameran, jumlah dan merek yang dipamerkan dari berbagai negara antara lain Kanada, Cina, Perancis, India, Indonesia, Italia, Jepang, Malaysia, Polandia, Singapura, Korea Selatan, Spanyol, Taiwan, Turki, Inggris dan banyak lainnya. "Hal ini membuat acara ini menjadi acara benar-benar berskala internasional. Kami yakin bahwa acara ini akan menarik investor dan mitra bisnis dari seluruh dunia, "tegasnya.

Peserta Indonesia

Sebagai pameran yang baru dilaksanakan yang kedua di Bangkok, pameran ini terbilang sukses. menempati 2 hall area ditambah satu area outdoor, pameran ini menampikan bermacam teknologi pertanian khususnya alat dan mesin pertanian termasuk peternakan.  Beberapa peralatan yang sepesifik peternakan yang ditampilkan pada acara ini antara lain teknologi alat pemerah susu otomatis yang disajikan antara lain oleh Barbaros, perusahaan asal Turkey. Juga teknologi peternakan sapi terpadu yang ditampilkan oleh Smallholder Dairy Development Programme, sebuah lembaga yang didukung oleh FAO .

Dari Indonesia, tampil stand dari Kedutaan Besar Indonesia di Thailand yang menampilkan ekspor kelapa sawit, serta stand Universitas Indonesia (UI) yang menampilkan inovasi green teknologi antara lain kompos dari daun. Kasubdit Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Promosi UI Hening Hapsari Setyorini yang memimpin delegasi stand UI mengatakan, UI sering ikut pameran internasional untuk memperkenalkan hasil temuan teknologi UI di bidang kedokteran, pengobatan, termasuk teknologi pertanian. Hal ini ditujukan agar hasil riset UI dapat diterapkan di masyarakat dan industri.

Outdoor dan Pasar Tani

Penyelenggara pameran menyediakan shuttle bus dan kendaraan khas Thailand Tuk Tuk secara gratis setiap 10 menit untuk pengunjung pameran yang ingin melihat stand outdoor, yang lokasinya di Impact lakeside, sekitar 1 km dari hall indoor Impact. Di lokasi ini ditampilkan demo penggunakan peralatan pertanian berupa traktor dan peralatan lainnya yang bisa digunakan untuk usaha pertanian, perkebunan, peternakan. Terdapat juga baazar produk pertanian karya petani Thailand antara lain bibit/benih pertanian unggul, buah dan sayuran unggul yang bisa dinikmati di lokasi pameran dengan harga yang cukup wajar.

Box
Profil SIMA ASEAN
Waktu: 8-10 September 2016 , pukul 10:00 – 18:00 hrs.
Tempat: Hall 5-6, IMPACT Exhibition and Convention Center, Bangkok, Thailand
Organizer: COMEXPOSIUM AXEMA IMPACT Exhibition Management Co., Ltd.
Luas area: 13,500 sm2.
Jumlah Exhibitors: 350 perusahaan
Profil exhibitor: Tractors and Power Equipment | Spare Parts and Accessories, Embedded Electronics | Tilling,
Sowing, Planting | Harvestry (Fodder, Cereals, Root, Fruits and Vegetables, etc.) | Post-
Harvestry (Cleaning, Sorting, Drying, Conservation) | Equipment for Tropical and Special
Crops | Handling, Transportation, Storage, and Buildings | Breeding Equipment |
Dairy and Milking Products | Creation and Maintenance of Rural and Wooded Areas | Pro
Equipment for Green Spaces | Sustainable Development, Renewable Energy | Agro
Chemical, Fertilizer, Pesticides, Insecticides | Irrigation System | Professional Organization,
Services, Consultancy | Management and IT Software
Jumlah pengunjung: 15,000 Professional Trade Visitors
Profil pengunjung: Koperasi pertanian/peternakan, pengusaha mesin dan peralatan pertanian, asosiasi pertanian, distributor produk pertanian, toko sarana pertanian, konsultan , lembaga pemerintah, konsulat pertanian,  petani, peternak, breeder, organisasi pertanian, peneliti, perguruan tinggi dll
 

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1

Buku Manajemen Kesehatan Ayam Vol. 1
Adalah buku terbaru karya Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, M.Sc, Ph.D.

Kehadiran buku yang menyediakan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti tentu sangat bermanfaat dan akan sangat dinanti oleh para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan atau mahasiswa Perguruan Tinggi sejenis, dan peternak unggas.
Khususnya buku yang secara spesifik menyajikan informasi yang lengkap tentang dasar-dasar manajemen kesehatan ayam dan biosekuriti pada peternakan ayam petelur komersial, pedaging komersial, breeding farm, hatchery (penetasan ayam), serta pabrik pakan unggas. Sebagaimana buku berjudul Manajemen Kesehatan Ayam - Volume 1 yang ditulis dan diluncurkan oleh Pakar Patologi unggas dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Drh. Charles Rangga Tabbu, MSc. PhD.
Prof. Charles, demikian ia akrab disapa, dijuluki sebagai Profesor Ayam karena sering menjadi konsultan di berbagai Perusahaan peternakan unggas terbesar di Indonesia. Kiprahnya telah malang melintang dan diakui oleh para stakeholder dalam mengawal perkembangan industri perunggasan di Tanah Air. Profesor yang mengambil gelar Master di Washington State University, AS dan gelar Doctor di Michigan State University, AS ini sebelumnya juga telah menulis buku legendaris berjudul Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. 1 dan 2 yang menjadi Best Seller di kalangan dokter hewan dan pelaku industri perunggasan.
Buku terbarunya setebal 300 halaman ini menguraikan secara khusus ruang lingkup manajemen kesehatan ayam, pertimbangan ekonomik sehubungan dengan manajemen kesehatan ayam, peranan manajemen peternakan terhadap kesehatan ayam, dan cara diagnosis praktis penyakit ayam pada kondisi lapang.
Buku ini juga secara khusus membahas tentang peranan biosekuriti dalam pencegahan dan pengendalian penyakit pada peternakan ayam komersial, breeding farm, dan hatchery, level biosekuriti pada peternakan ayam, standard operating procedures (SOP) untuk biosekuriti, sistem peringatan dini early warning system (EWS) terhadap penyakit, rancangan peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, pabrik pakan unggas, dan cleaning/desinfeksi pada peternakan ayam.
Prof Charles menyerahkan buku terbarunya
kepada Pimred Majalah Infovet Ir Bambang Suharno.
Menurut Prof Charles yang di momen pameran Indo Livestock lalu secara khusus menyerahkan buku ini untuk pertama kalinya kepada Pemimpin Redaksi Majalah Infovet Ir Bambang Suharno, mengatakan bahwa pokok bahasan dalam buku ini, terutama menyangkut program kesehatan ayam, khususnya biosekuriti yang diterapkan pada peternakan ayam komersial, breeding farm, hatchery, dan pabrik pakan unggas di berbagai daerah di Indonesia.
“Sebagian besar uraian buku ini merupakan hasil pengamatan lapangan selama berkunjung ke berbagai peternakan dan feedmill di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara,” ujar Charles.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit PT Kanisius ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manajemen kesehatan dan biosekuriti pada peternakan ayam, hatchery, maupun pabrik pakan unggas bagi para dokter hewan, praktisi perunggasan, mahasiswa Kedokteran Hewan dan mahasiswa pendidikan tinggi lain yang terkait, dan peternak unggas.
Diakhir pertemuan Prof Charles membocorkan harga buku ini bagi siapa saja yang berminat bisa menebusnya dengan harga Rp 135.000/eks. Jadi jika anda adalah peternak ayam, mahasiswa kedokteran hewan dan peternakan, pelaku industri pembibitan, dan feedmill, maka Buku ini adalah kitab wajib yang harus anda miliki. Very highly recommended! (wan)...

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer