DITJEN PKH GELAR WEBINAR BUILDING INDONESIAN DAIRY INDUSTRY
INNOVATIONS IN DAIRY WEBINAR DARI PT LUNAR CHEMPLAST
Masing-masing materi yang disampaikan narasumber dalam webinar Innovations in Dairy yang digelar PT Lunar Chemplast. (Foto: Infovet/Ridwan) |
Dipandu oleh Anisa Odang dan Renny Chan, webinar menghadirkan narasumber yang merupakan mitra dan expert di bidang peternakan sapi perah. International Sales Manager Semex Alliance, Michael Haambuckers, mengawali presentasi pertama dengan membahas mengenai solusi genetik dalam penyediaan sapi perah unggul.
Ia memaparkan bahwasanya Semex berkomitmen memberikan kualitas terbaik melalui genetik ternak sekaligus solusi dan pelatihan genetik, pelayanan peralatan untuk meninjau dan menganalisis data peternakan, pelacakan untuk peningkatan dan kemajuan peternakan serta pelatihan berkelanjutan, konsultasi dan pembinaan pelanggan.
Sementara pemaparan selanjutnya dibawakan oleh Senior Dairy Specialist VES-Artex, Sue Hagenson, yang membahas mengenai manajemen perkandangan, ventilasi, manajemen air dan teknologi berbasis data.
Dilanjutkan pemaparan materi oleh Adam Pretty dari Dairy Livestock Export/DLE-GVC dan General Manager Daviesway, Nikk Taylor yang memaparkan mengenai teknologi pemerahan susu dan penggunan produk berbasis probiotik, vitamin dan mineral, serta suplemen untuk menunjang pemeliharaan ternak sapi perah. (RBS)
TEGUH BOEDIYANA: INDUSTRI SUSU DALAM NEGERI DARURAT
Teguh Boediyana dalam ILC edisi 20 membahas tentang penantian kebangkitan persusuan Indonesia. (Foto: Istimewa) |
“Indikasi kedaruratan persusuan Indonesia tersebut dapat dilihat dari produksi susu yang cenderung stagnan, populasi sapi yang masih rendah, jumlah koperasi susu primer yang menurun dan saat ini hanya tinggal 55 buah yang sebagian besar menangani susu segar di bawah 20 ton/hari, pemasaran susu masih tergantung pada IPS dan produktivitas sapi masih rendah,” ungkap Teguh.
Walaupun saat ini bermunculan peternak sapi perah skala menengah dan besar sebagai tambahan dari peternakan rakyat, lanjut dia, populasi dan produktivitas sapi perah rakyat yang cenderung stagnan menghasilkan kurangnya pasokan SSDN untuk memenuhi dan mengimbangi makin meningkatnya permintaan susu.
Dijelaskan, peningkatan konsumsi susu dan produk olahannya dipengaruhi secara umum oleh meningkatnya kelas menengah, komposisi penduduk usia produktif, meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan peningkatan sektor pengolahan makanan dan minuman.
Bank Dunia (2018) melaporkan bahwa kelas menengah Indonesia meningkat sekitar 7% pertahun. Semua faktor ini secara akumulatif akan mendorong meningkatnya konsumsi hasil ternak, sehingga diperkirakan tingkat konsumsi susu/kapita orang Indonesia akan terus meningkat dalam jangka panjang.
“Tingginya permintaan atau kebutuhan susu secara nasional ini tentu merupakan peluang ekonomi besar untuk dimanfaatkan, khususnya bagi penguatan ekonomi rakyat dan ekonomi nasional secara umum. Tingginya konsumsi susu dan produk susu pada akhirnya juga akan berdampak kepada peningkatan kualitas SDM bangsa,” ucap dia.
Untuk itu, kata dia, sangat dinantikan kebangkitan persusuan domestik sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor susu yang tinggi seperti yang terjadi saat ini, sekaligus dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan susu dan produk olahannya. (IN)
MENYIAPKAN KONSENTRAT BERKUALITAS UNTUK SAPI PERAH
Ternak sapi perah memerlukan asupan pakan yang baik, berkualitas dan tersedia sepanjang tahun. (Foto: Dok. Fapet UGM) |
Dalam memilih bahan baku pakan dalam penyusunan konsentrat harus memperhatikan beberapa persyaratan, seperti memiliki kandungan nutrien yang baik, tersedia dalam jumlah banyak dan mudah diperoleh, harga relatif murah, serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan penyusun konsentrat untuk sapi perah berasal dari bahan pakan sumber energi, yakni berasal dari pakan butiran (serealia), ubi-ubian, hasil samping industri-agro, serta bahan pakan sumber protein yang berasal dari kacang-kacangan dan hasil samping industri-agro.
Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Bahan Baku Pakan
Sumber Energi
Bahan Baku |
Kelebihan |
Kekurangan |
Jagung
kuning |
Energi
tinggi (TDN 80,8%), provitamin
A tinggi,
asam lemak linoleat tinggi |
Metionin,
lisin dan Triptopan, Ca dan P rendah, rentan tumbuh jamur |
Dedak
padi |
Protein
lebih tinggi dari jagung, kandungan thiamine, niasin, asam lemak dan fosfor tinggi |
Kualitas
bervariasi, mudah
tengik, asam amino isoleusin dan treonin
rendah, sering dipalsukan
(ditambah dengan sekam) |
Polar |
Protein
lebih tinggi dari dedak padi, memiliki thiamin dan niasin |
Riboflavin
rendah, vitamin A dan D tidak
ada |
Sorgum |
Nutrien
hampir sama dengan jagung |
Mengandung
tannin 0,2-2 %, menurunkan kecernaan ransum |
Onggok |
Energi
siap pakai tinggi |
Basah,
amba, mudah berjamur, harus diperhatikan kualitasnya karena kadangkala
terdapat pasir |
Gaplek |
Energi
siap pakai tinggi |
Mengandung
HCN, jumlah banyak keracunan |
Tetes |
Energi
siap pakai tinggi |
Kadar
K tinggi, jumlah banyak menyebabkan mencret, perhatikan kualitasnya karena
kadangkala dicampur dengan air |
Sumber: Hernaman (2021).
Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Bahan Baku Pakan
Sumber Protein
Bahan Baku |
Kelebihan |
Kekurangan |
Bungkil
kedelai |
Sumber
protein nabati terbaik, protein
45%, kandungan Ca dan P
tinggi |
Terdapat
antitrypsin,
pada kacang mentah mengandung haemaglutinin |
Bungkil
kacang tanah |
Kualitas
protein baik |
Tumbuh
jamur aflatoksin, lisin rendah |
Bungkil
kelapa |
Kualitas
protein baik, kandungan minyak 2,5-6,5% |
Mudah
tengik; serat kasar 12%; lisin dan histidin rendah |
Bungkil
Sawit |
Kualitas
protein sedang |
Serat
kasar tinggi,
harus selalu diperiksa kualitasnya karena sering tercampur dengan serpihan
cangkangnya |
Ampas
bir |
Kualitas
protein sedang |
Bentuk basah, mudah busuk |
Ampas
kecap |
Kualitas
protein sedang |
Bentuk basah, NaCl tinggi |
Ampas
tahu |
Kualitas
protein sedang |
Bentuk
basah, mudah busuk, perdagingan pucat |
Bungkil
biji kapuk |
Kualitas
protein sedang |
Terdapat
asam siklopropenoid, menurunkan fertilitas |
Sumber: Hernaman (2021).
Maksimum Penggunaan Berbagai Bahan Baku dalam Konsentrat
Bahan Baku |
Maksimum Penggunaan |
Jagung |
20% |
Gandum |
20% |
Polar |
25% |
Dedak
padi |
10% |
Gaplek |
10% |
Onggok |
30% |
Tetes/molases |
10% |
Tepung
ikan |
3% |
Bungkil
kacang kedelai |
10% |
Bungkil
kelapa |
15% |
Bungkil
sawit |
10% |
Bungkil
biji kapuk (klentheng) |
10% |
Kulit
biji coklat |
5% |
Ampas
kecap |
5 |
Ampas
bir |
5 |
Garam
dapur |
0,25 |
Sodium
bicarbonate |
0,35 |
Tepung
tulang |
2 |
Dicalcium
fosfat |
1 |
Kapur |
2 |
premiks |
0,2 |
TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DOMESTIK DI ERA 4.0
Industri susu di Indonesia harus selalu berinovasi memanfaatkan perkembangan teknologi. (Foto: Istimewa) |
Susu adalah cairan yang berwarna putih kekuningan atau putih kebiruan yang merupakan sekresi kelenjar ambing sapi yang sedang laktasi tanpa ada penambahan atau pengurangan komponen dan belum mengalami pengolahan.
Berdasarkan daerah asal, pengelompokan sapi perah dibagi menjadi dua, yaitu sapi perah daerah sub tropis, yakni negara yang memiliki empat musim (semi, panas, dingin dan gugur). Sapi tersebut diantaranya Friesian Houlstein (FH), Jersey, Guernsey, Ayrshire dan Brown Swiss. Adapun daerah tropis adalah negara yang memiliki dua musim (kemarau dan penghujan) layaknya di Indonesia. Sapi daerah tersebut yakni Red Sindhi, Sahiwal dan PFH.
Dua kategori besar bangsa sapi perah dunia tersebut dijelaskan oleh Kepala Quality Contol & Research and Development CV Cita Nasional, Moh. Nur Ali Muslim SPt dalam Bincang Peternakan bertema “Strategi Keberlangsungan Peternakan Sapi Perah di Era Industri 4.0” pada Minggu (1/11/2020).
Acara diselenggarakan oleh KSPTP, BEM FAPET UNPAD, panitia MUNAS ISMAPETI XVI dan Indonesia Livestock Alliance (ILA) melalui aplikasi daring tersebut dilangsungkan dalam rangka menyongsong Musyawarah Nasional ISMAPETI XVI yang menurut rencana akan dilaksanakan pada 9-15 November 2020.
Dalam webinar tersebut, hadir juga narasumber penting lain, yakni Ir Raden Febri Christi, SPt MS IPM (Pengajar Fakultas Peternakan UNPAD), Septian Jasiah Wijaya (owner Waluya Wijaya Farm). Acara diikuti sekitar 200 peserta dari berbagai latar belakang, baik dari kalangan akademisi, pemerintahan, serta swasta dan umum.
Dijelaskan Nur Ali Muslim, di Indonesia sapi perah yang umum dibudidayakan adalah sapi jenis Peranakan Friesien Houlstein (PFH), merupakan sapi hasil persilangan antara sapi asli Indonesia yakni sapi jawa atau madura dengan sapi FH. Ciri fisik sapi PFH yakni secara penampilan menyerupai jenis sapi perah FH, produksi air susunya relatif lebih rendah daripada sapi perah FH, bentuk badannya juga lebih kecil dibandingkan sapi FH, produksi susunya berkisar 2.500-3.000 liter per masa laktasi.
Di era industri 4.0 yang dicirikan oleh adanya penggabungan teknologi automatisasi dengan teknologi siber tersebut, membawa konsekuensi pada teknologi cerdas yang dapat terhubung dengan berbagai bidang kehidupan manusia, menjadi inovasi baru, temuan baru, teknologi baru, sistem baru dan juga peluang bisnis baru yang sangat besar.
Menghadapi hal itu, Ali mengatakan, industri pengolahan susu memiliki berbagai tantangan untuk segera berbenah. “Harus selalu berinovasi, karena jika tidak maka akan tertinggal dengan industri dan produk lain, terus mencari informasi-informasi terkait dan terkini, ketersediaan tenaga ahli menjadi hal yang diharuskan, serta mampu menggunakan media seperti Facebook dan Instgram sebagai sarana pemasaran, kemudian mampu menggunakan startup e-commerce agar produk lebih dikenal masyarakat,” kata Ali.
Sementara ditambahkan oleh Septian Jasiah, salah satu kendala juga suplai susu lokal Indonesia yang masih jauh dalam mencukupi kebutuhan nasional.
“Dari kebutuhan susu, Indonesia masih mengimpor hampir 78% sedangkan susu dari peternak sapi perah Indonesia hanya 22% saja. Hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang dalam sektor peternakan sapi perah maupun pengolahan produk susu,” ujar Septian.
Padahal susu merupakan produk yang memiliki nilai gizi tinggi untuk masyarakat. Peluang usahanya pun masih terbuka lebar. “Kebutuhan inilah yang menjadi salah satu peluang berbisnis di sektor pengolahan susu,” tukasnya. (IN)
FENOMENA INDUSTRI SAPI PERAH DI INDONESIA
Seminar Hari Susu Nusantara 2 Juni 2020 lalu yang menghadirkan pembicara Ketua PB ISPI Ir Didiek Purwanto membahas banyak hal, diantarnya menyoroti permasalahan industri sapi perah di Indonesia.
Susu dan produk susu sebenarnya diperkenalkan beberapa tahun sebelum industri perunggasan, namun perkembangannya bisa dibilang sekarang tertinggal dengan industri unggas.
Penyebabnya antara lain ambatnya peningkatan populasi sapi perah di tingkat petani, sehingga tidak mampu mengimbangi pertumbuhan segmen industri yang cepat.
Pemerintah sudah memberi dukungan melalui koperasi dan bisnis, namun secara kualitas dan kuantitas produksi susu sapi masih rendah. Ditambah lagi petani termasuk lambat berinvestasi di teknologi dan pengetahuan.
Sumber daya pendukung dan SDM yang terampil juga lambat berkembang. Semua itu masih ditambah kurangnya infrastruktur dalam transportasi yang mengakibatkan peningkatan volume industri bisa terkendala. (NDV)
GREENFIELDS JAMIN TETAP HASILKAN SUSU TERBAIK DI TENGAH PANDEMI COVID-19
Menjaga kualitas susu untuk jaminan suplai ke masyarakat sangat penting (Foto: Greenfields) |
Greenfields jamin tetap hasilkan susu terbaik di tengah pandemi COVID-19. PT Greenfields Indonesia melakukan proteksi ketat terhadap farmnya. Ada dua peternakan sapi perah yang berada di wilayah Ngajum, Malang dan Ngadirenggo Wlingi Blitar.
Upaya untuk terus menjaga stabilitas suplai susu tersebut dilakukan dengan melakukan karantina peternakan secara ketat. Hal ini ditegaskan Head of Dairy Farm Development and Sustainability, Heru Setyo Pranowo.
Ia menjelaskan menyebarnya wabah COVID-19 secara langsung juga membuat skema pelayanan pekerjaan di dalam peternakan berubah. Sebab ancaman virus itu juga berpengaruh terhadap pola kerja dan penanganan dalam peternakan.
Diakui oleh pria yang akrab disapa dengan sebutan Heru ini, menjaga kualitas susu dan memproduksi susu untuk jaminan suplai masyarakat menjadi penting. Sebab, di tengah imbas wilayah-wilayah melakukan pembatasan kerja juga akan berpengaruh terhadap pola penanganan pekerjaan dalam peternakan.
Sebaran virus COVID-19 memaksa dirinya mengubah pola penanganan untuk sapi-sapi ternak. Jika biasanya pengelolaan sapi dapat dilakukan dengan terbuka. Kini dirinya memilih tertutup untuk melakukan penangan peternakan.
“Kita menerapkan standar ketat untuk karantina wilayah khususnya peternakan. Sebab kita tetap harus menjaga produksi susu dan kualitas susu harus tetap terbaik yang dihasilkan,” urainya.
Greenfields Karantina Ketat Peternakan
Untuk menjaga agar farm tetap terhindar dari COVID-19, seluruh karyawan Greenfields dilarang kontak keluar peternakan hingga masa pandemi berakhir.
Sementara itu berdasarkan keterangan oleh Government Relation – Environment – Safety Manager PT Greenfields Indonesia, Sunarko. Semua pekerja lapangan dikarantina dalam farm. Mekanisme karantina dilakukan dengan standar kesehatan, dan operasional ketat. Selama dua bulan semua pekerja yang masuk karantina di peternakan dilarang melakukan kontak keluar peternakan.
“Kita ada standar dan operasional ketat dalam melakukan karantina peternakan, sebab semua kami lakukan dengan hati-hati dan penuh perhitungan sesuai dengan SOP yang ditetapkan perusahaan,” tegasnya.
Sunarko juga menjelaskan selama dua bulan pertama, semua pekerja yang berada di dalam peternakan dijamin kesehatan dan makanannya. Bahkan di dalam peternakan juga dilengkapi dengan sarana olahraga. Semua kebutuhan pekerja yang berada dalam peternakan ditanggung oleh perusahaan.
Untuk menghilangkan kejenuhan bagi para pekerja peternakan fasilitas olahraga disediakan untuk menjaga para pekerja tetap sehat dan bugar.
Lebih lanjut Sunarko menyatakan jika semua aspek perlindungan terhadap peternakan diperhitungkan. Mulai dari mobilitas pakan ternak dan lalu lintas transporter angkut susu dilakukan pengawasan dengan ketat.
Dia mencontohkan untuk setiap truk keluar masuk kawasan peternakan akan disemprot mengunakan desinfektan. Sedangkan sopir truk juga disemprot dengan mengunakan anti bacterial. Mengingat para pekerja supir truk sangat rentan membawa virus masuk ke dalam peternakan.
“Kami melakukan penyemprotan dengan desinfektan untuk kendaraan/benda mati, tapi untuk orangnya kita gunakan bahan yang aman anti bacterial untuk menghilangkan kuman,” ceritanya.
Imbuh Sunarko, penanganan prosedur dalam peternakan dilakukan dengan baik agar produksi susu yang dihasilkan tetap memberikan kualitas terbaik. Sebab di tengah gencarnya virus corona menyerang manusia dibutuhkan daya tahan tubuh yang mampu memproduksi imun dengan kuat. Salah satunya imun tubuh dihasilkan dari susu sapi murni yang berkualitas.
“Kualitas susu dan produksi susu harus tetap terjaga dengan baik, untuk tetap menjaga kebutuhan akan susu bagi masyarakat Indonesia,” tukasnya. (Sumber: nusadaily.com)
ARTIKEL TERPOPULER
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Manajemen pemberian pakan ayam petelur sangat penting. Mengingat biaya operasional terbesar adalah pakan (70-80%). Jika manajemen pakan buru...
-
Acara pendampingan pakan untuk peternak sapi perah yang dilaksanakan AINI dan KPSBU melalui daring. (Foto: Istimewa) Dalam acara Pendampinga...
-
Kenali Penyebab Turunnya Produksi Telur (( Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya produksi telur, diharapkan peternak dapat m...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Peran brooder sangat penting untuk menjaga suhu dalam kandang saat masa brooding , agar ayam nyaman dan pertumbuhannya bisa optimal. ...
-
Peternak unggas terutama self-mixing harus cerdas dalam memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement. (Foto: Dok. Infovet) Sej...
-
TIDAK ADA CERITANYA PETERNAK BROILER RUGI? (( Ayam pedaging, usaha peternakannya dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. M...
-
Karena kekeringan yang berkepanjangan, ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi Covid-19, dan pemadaman listrik yang berkelanjutan, peter...
-
Seorang peternak bercerita kepada Infovet bahwa ayam broiler umur 12 hari mengalami ngorok atau gangguan pernafasan. Setelah vaksinasi IB...