 |
Ternak sapi perah memerlukan asupan pakan yang baik, berkualitas dan tersedia sepanjang tahun. (Foto: Dok. Fapet UGM) |
Untuk dapat mengoptimalkan produktivitas ternak sapi perah, pakan konsentrat sapi perah harus memenuhi syarat kualitas dan kuantitas yang baik, serta berasal dari bahan baku pakan yang tepat, sehingga tidak hanya terjaga performa ternaknya, peternak pun dapat meraih margin keuntungan yang nyata dari budi daya sapi perah.
Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus dan mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya. Adapun konsentrat, merupakan pakan yang kaya akan sumber protein dan/atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan/atau imbuhan pakan.
Dalam memilih bahan baku pakan dalam penyusunan konsentrat harus memperhatikan beberapa persyaratan, seperti memiliki kandungan nutrien yang baik, tersedia dalam jumlah banyak dan mudah diperoleh, harga relatif murah, serta tidak mengganggu kesehatan ternak. Bahan pakan penyusun konsentrat untuk sapi perah berasal dari bahan pakan sumber energi, yakni berasal dari pakan butiran (serealia), ubi-ubian, hasil samping industri-agro, serta bahan pakan sumber protein yang berasal dari kacang-kacangan dan hasil samping industri-agro.
Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Bahan Baku Pakan
Sumber Energi
Bahan Baku
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Jagung
kuning
|
Energi
tinggi (TDN 80,8%), provitamin
A tinggi,
asam lemak linoleat tinggi
|
Metionin,
lisin dan Triptopan, Ca dan P rendah, rentan tumbuh jamur
|
Dedak
padi
|
Protein
lebih tinggi dari jagung, kandungan thiamine, niasin, asam lemak dan fosfor tinggi
|
Kualitas
bervariasi, mudah
tengik, asam amino isoleusin dan treonin
rendah, sering dipalsukan
(ditambah dengan sekam)
|
Polar
|
Protein
lebih tinggi dari dedak padi, memiliki thiamin dan niasin
|
Riboflavin
rendah, vitamin A dan D tidak
ada
|
Sorgum
|
Nutrien
hampir sama dengan jagung
|
Mengandung
tannin 0,2-2 %, menurunkan kecernaan ransum
|
Onggok
|
Energi
siap pakai tinggi
|
Basah,
amba, mudah berjamur, harus diperhatikan kualitasnya karena kadangkala
terdapat pasir
|
Gaplek
|
Energi
siap pakai tinggi
|
Mengandung
HCN, jumlah banyak keracunan
|
Tetes
|
Energi
siap pakai tinggi
|
Kadar
K tinggi, jumlah banyak menyebabkan mencret, perhatikan kualitasnya karena
kadangkala dicampur dengan air
|
Sumber: Hernaman (2021).
Kelebihan dan Kekurangan Berbagai Bahan Baku Pakan
Sumber Protein
Bahan Baku
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
Bungkil
kedelai
|
Sumber
protein nabati terbaik, protein
45%, kandungan Ca dan P
tinggi
|
Terdapat
antitrypsin,
pada kacang mentah mengandung haemaglutinin
|
Bungkil
kacang tanah
|
Kualitas
protein baik
|
Tumbuh
jamur aflatoksin, lisin rendah
|
Bungkil
kelapa
|
Kualitas
protein baik, kandungan minyak 2,5-6,5%
|
Mudah
tengik; serat kasar 12%; lisin dan histidin rendah
|
Bungkil
Sawit
|
Kualitas
protein sedang
|
Serat
kasar tinggi,
harus selalu diperiksa kualitasnya karena sering tercampur dengan serpihan
cangkangnya
|
Ampas
bir
|
Kualitas
protein sedang
|
Bentuk basah, mudah busuk
|
Ampas
kecap
|
Kualitas
protein sedang
|
Bentuk basah, NaCl tinggi
|
Ampas
tahu
|
Kualitas
protein sedang
|
Bentuk
basah, mudah busuk, perdagingan pucat
|
Bungkil
biji kapuk
|
Kualitas
protein sedang
|
Terdapat
asam siklopropenoid, menurunkan fertilitas
|
Sumber: Hernaman (2021).
Maksimum Penggunaan Berbagai Bahan Baku dalam
Konsentrat
Bahan Baku
|
Maksimum Penggunaan
|
Jagung
|
20%
|
Gandum
|
20%
|
Polar
|
25%
|
Dedak
padi
|
10%
|
Gaplek
|
10%
|
Onggok
|
30%
|
Tetes/molases
|
10%
|
Tepung
ikan
|
3%
|
Bungkil
kacang kedelai
|
10%
|
Bungkil
kelapa
|
15%
|
Bungkil
sawit
|
10%
|
Bungkil
biji kapuk (klentheng)
|
10%
|
Kulit
biji coklat
|
5%
|
Ampas
kecap
|
5
|
Ampas
bir
|
5
|
Garam
dapur
|
0,25
|
Sodium
bicarbonate
|
0,35
|
Tepung
tulang
|
2
|
Dicalcium
fosfat
|
1
|
Kapur
|
2
|
premiks
|
0,2
|
Sumber:
Hernaman (2021).
Dalam sebuah pendampingan manajemen pakan untuk peternak sapi perah belum lama ini, Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI), Dr Iman Hernaman IPU, menjelaskan tentang penggunaan bahan baku pakan untuk ternak sapi perah yang tidak boleh berasal dari hewan, seperti meat bone meal (MBM) atau tepung tulang dan daging.
Hal itu mengacu pada regulasi yang ada, yakni Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/4/2009 tentang syarat dan tata cara pendaftaran pakan. Pada Pasal 8 Ayat 4 dalam Permentan disebutkan, untuk pakan konsentrat ternak ruminansia tidak diperbolehkan menggunakan bahan baku pakan asal hewan ruminansia seperti tepung daging dan tulang.
Di samping itu, penggunaan bahan baku pakan juga harus memperhatikan kelebihan dan kekurangan masing-masing bahan baku digunakan, karena agar dapat mengoptimalkan manfaat nutrisi yang terkandung di dalamnya, hal itu juga untuk mengantisipasi adanya zat antinutrisi yang ada. Zat antinutrisi adalah senyawa yang terdapat dalam pakan, yang sistem kerjanya adalah mengganggu metabolisme nutrien. Oleh karena itu, para ahli telah merekomendasikan penggunaan maksimum berbagai bahan baku pakan dalam penyusunan ransum.
Pembuatan konsentrat pada sapi perah dibedakan atas umur dan statusnya, hal itu untuk menyesuaikan kebutuhan nutrisinya, sehingga pemberian pakan dapat berjalan optimal dan ekonomis. Jenis-jenis konsentrat itu yakni:
• Konsentrat dara, yakni pakan konsentrat untuk sapi perah umur lebih dari enam bulan sampai dengan umur 12 bulan dan/atau sudah dikawinkan.
• Konsentrat laktasi, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai bunting lagi dengan umur kebuntingan tujuh bulan.
• Konsentrat produksi tinggi, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah setelah beranak sampai sapi bunting lagi dengan umur kebuntingan tujuh bulan, dengan produksi susu rata-rata lebih dari 15 liter/hari.
• Konsentrat kering bunting, yakni pakan konsentrat untuk periode sapi perah dua bulan sebelum beranak kedua dan seterusnya setelah periode laktasi selama 10 bulan.
• Konsentrat pemula-1, yakni pakan konsentrat untuk pedet yang baru lahir sampai dengan umur tiga minggu.
• Konsentrat pemula-2, yakni pakan konsentrat untuk sapi perah umur lebih dari tiga minggu sampai dengan enam bulan.
• Konsentrat pejantan, yakni pakan konsentrat yang diperuntukkan untuk sapi pejantan.
Cara Pemberian Konsentrat
Untuk metode pemberian konsentrat pada sapi perah, Iman Hernaman menyarankan pemberiannya berkisar pada 1-2% dari bobot sapi, dengan waktu dua kali sehari yakni pagi dan sore. Adapun perbandingan komposisi jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum sapi perah atas dasar bahan kering, yang disarankan adalah 60% hijauan dan 40% konsentrat, serta komposisi tersebut tergantung kualitas hijauan. Sebaiknya pemberian pakan konsentrat sebelum pakan hijauan dan diberikannya ada jeda. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan mikroba rumen. Konsentrat juga sebaiknya diberikan dalam bentuk kering, dengan penyediaan air tidak dibatasi.
Hal lain yang harus diperhatikan yakni pemberian konsentrat harus diberikan secara bertahap selama enam minggu pertama laktasi dan konsentrat dapat diberikan pada sapi perah laktasi sebanyak 50% dari tampilan produksi susunya, atau dengan perbandingan 1:2.
Periode kolostrum (sejak lahir sampai tujuh hari). Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, maksimum dua jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak dua liter. Selanjutnya dalam jangka waktu delapan jam setelah pemberian pertama diberikan sebanyak dua liter dan pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari sebanyak minimum empat liter. Apabila kurang dari empat liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60° C hingga kolostrum mencair sampai suhu 40° C.
Adapun metode tahapan pemberian konsentrat untuk hasil terbaik, maka sebaiknya mengacu pada Permentan No. 100/Permentan/OT.140/7/2014 tentang pedoman pemberian pakan sapi perah, yang diklasifikasikan dalam tujuh periode, yakni:
• Periode kolostrum (sejak lahir sampai tujuh hari). Diberikan kolostrum selama 5-7 hari sejak lahir, maksimum dua jam setelah lahir diberikan kolostrum sebanyak dua liter, selanjutnya dalam jangka waktu delapan jam setelah pemberian pertama diberikan sebanyak dua liter dan pada hari kedua sampai hari ketujuh diberikan kolostrum 2-4 kali sehari sebanyak minimum empat liter. Apabila kurang dari empat liter dan/atau mutu kolostrum kurang dari yang dipersyaratkan, dapat menggunakan kolostrum dari induk lainnya dalam bentuk segar atau kolostrum beku yang sudah dicairkan. Pencairan kolostrum dilakukan dengan cara merendam dalam air dengan suhu 60° C hingga kolostrum mencair sampai suhu 40° C.
• Periode pedet prasapih (umur 8 hari-3 bulan). Diberikan susu atau susu pengganti sebanyak 4-8 liter/hari dengan pengaturan berkurang secara bertahap sampai dengan tidak diberikan susu pada umur tiga bulan, pada umur satu bulan mulai diberikan serat berkualitas secukupnya, seperti rumput star grass atau rumput lapangan, diberikan pakan padat dalam bentuk calf starter (konsentrat pedet) berkualitas dengan kandungan protein kasar (PK) 18-19% dan total digesti nutrien (TDN) 80-85% dengan jumlah pemberian mulai 100 gram dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 1,5 kg/ekor/hari; serta diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum).
• Periode pedet lepas sapih (umur di atas 3-12 bulan). Diberikan pakan konsentrat berkualitas PK 16% dan TDN 75% sebanyak 1,5 kg/ekor/hari dan meningkat sampai mampu mengonsumsi 2 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan, diberikan hijauan pakan berkualitas sebanyak 7 kg/ekor/hari dan ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi 25 kg/ekor/hari pada umur 12 bulan (atau 10% dari berat badan) dan diberikan air minum tidak terbatas.
• Periode dara siap kawin (umur 12-15 bulan). Diberikan hijauan pakan sebanyak 25-35 kg/ekor/hari, diberikan konsentrat berkualitas minimum PK 15% dan TDN 75% dengan jumlah 2-3 kg/ekor/hari. Pemberian konsentrat di bawah PK 15%, diberikan penambahan sumber pakan lain sebagai protein seperti ampas tahu dan bungkil kedelai, serta diberikan air minum secara adlibitum.
• Periode dara bunting (setelah umur 15 bulan sampai beranak pertama 24 bulan). Diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat badan dan konsentrat berkualitas PK 16% dan TDN75% sebanyak 2-3 kg/hari dan diberikan air minum secara adlibitum.
• Periode laktasi (setelah beranak sampai dengan kering kandang). Diberikan hijauan pakan minimum 10% dari berat badan sebelum sapi diberi konsentrat untuk menghindari asidosis, diberikan konsentrat sesuai periode laktasi (produksi susu) dengan PK 16-18% dan TDN 70-75% sebanyak 1,5-3% dari berat badan dan pemberian air minum tidak terbatas.
• Periode bunting kering/kering kandang (setelah tidak diperah sampai beranak). Diberikan hijauan pakan berkualitas dalam jumlah adlibitum, diberikan konsentrat minimum PK 14% dan TDN 65% sebanyak 2 kg/ekor/hari sampai dengan dua minggu sebelum beranak dan mulai ditingkatkan secara bertahap sampai mampu mengonsumsi konsentrat sesuai estimasi produksi sapi laktasi awal dan diberikan air minum tidak terbatas (adlibitum). ***
Ditulis oleh:
Andang S. Indartono
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)
0 Comments:
Posting Komentar