Pakan sangat menentukan produktivitas ternak sehingga kontrol kualitas bahan baku pakan sangat penting dilakukan peternak. Diketahui bahwa kualitas bahan baku pakan di lapangan selalu berubah-ubah tergantung wilayah, cuaca, musim, penanganan pasca panen, tempat penyimpanan, dan adanya kecurangan penambahan bahan tertentu dengan tujuan harga murah.
Jika tidak dikontrol kualitasnya, maka akan merugikan peternak. Terlebih biaya pakan mengambil porsi terbesar dalam biaya produksi peternakan. Ketika penulis melakukan pemeriksaan terhadap bahan baku pakan ternak ditemukan mengandung tambahan bahan tertentu. Adanya bahan tambahan ini akan mengakibatkan nilai nutrisi tidak sebenarnya. Contohnya bekatul atau dedak yang ditambahkan gilingan sekam. Fungsi sekam yaitu sebagai bahan pengisi atau penambah bobot dari bekatul atau dedak. Namun sayangnya sekam mengandung serat kasar yang tinggi sehingga susah dicerna ternak unggas.
Contoh lain bahan baku pakan yang juga sering dipalsukan adalah tepung ikan dan meat bone meal (MBM). Tepung ikan sering dicampur dengan urea, sedangkan MBM dicampur dengan tepung bulu. Penambahan urea maupun tepung bulu akan meningkatkan kadar protein kasar, namun urea tidak dapat dimanfaatkan tubuh ayam bahkan beracun.
Kontrol kualitas bahan baku utamanya adalah mengendalikan kandungan kualitas yang bervariasi. Variasi bahan baku di antaranya berpengaruh terhadap kandungan protein dan komposisi asam amino. Keduanya (protein dan AA) merupakan komponen nutrisi paling mahal dalam menyusun pakan unggas.
Selanjutnya adalah energi (metabolik) dan fosfor yang memberikan beban biaya termahal dalam formulasi pakan. SBM/bungkil kedelai merupakan sumber protein paling ekonomis diandalkan karena kandungan protein yang tinggi (46-48%) dan komposisi/profil asam amino konsisten. Perbedaan asal sehingga dikenal SBM Brasil, SBM Argentina, SBM USA, SBM India membuktikan variasi nyata yang ada di antara jenis bahan baku tersebut. Dalam operasional sehari-hari penerimaan SBM dari satu asal saja bisa memperlihatkan adanya perbedaan dalam kandungan nutrisinya. Adapun factor-faktor yang berkontribusi terhadap variasi tersebut bisa disebabkan cara prosesing (derajat cooking yang pada kondisi ekstrem menyebabkan under-cooked dan over-cooked).
Produk yang tiba di feedmill bisa saja berasal dari beberapa pabrik yang mempunyai cara pengolahan berbeda. Faktor lain yang tidak boleh dilupakan adalah teknik sampling, karena tekstur SBM tidaklah sangat homogen, terkadang ditemukan kontaminan hull atau patahan batang. Mengingat SBM dan jagung merupakan bahan baku sumber protein yang digunakan dalam persentase tinggi, maka perubahan kecil dalam nilai nutrisi kedua bahan baku tersebut yang tidak diantisipasi akan berdampak pada performa unggas.
Kecuali masalah-masalah di atas dalam kontrol bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan memenuhi standar kualitas, maka masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan agar pakan yang dihasilkan berkualitas baik:... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2024.
Ditulis oleh:
Drh Damar
Technical Department Manager
PT Romindo Primavetcom
Jl. DR Sahardjo No. 264
Tebet, Jakarta Selatan
HP: 0812-8644-9471
Email: agus.damar@romindo.net