Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Webinar | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

URGENSI MENJAGA KESEHATAN SALURAN PENCERNAAN PADA UNGGAS

Kesehatan saluran pencernaan unggas, penting untuk dijaga

Sistem penceraan pada unggas merupakan salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi performa. Untuk itu sangat penting agar saluran pencernaan ternak unggas dalam keadaan sehat agar performa tetap prima.

PT Sehat Cerah Indonesia bersama principal-nya Norel Animal Nutrition menggelar webinar tentang urgensi kesehatan saluran pencernaan unggas pada Rabu (28/7) yang lalu melalui daring Zoom Meeting. Webinar yang bertemakan "A healthy gut : The Key In Maximizing Genetic Potential" tersebut menghadirkan Prof. Budi Tangendjaja dan Allan Junsay sebagai narasumber.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Budi Tangendjaja yang merupakan peneliti BALITNAK dan konsultan nutrisi ternak menjadi pembicara pertama. Presentasinya membahas lebih dalam mengenai konsep menyehatkan saluran pencernaan unggas, terlebih lagi pada masa kini dimana antibiotik sudah dilarang digunakan sebagai growth promoter

Dirinya juga sedikit menyinggung kebijakan dilarangnya AGP yang pada 2018 lalu, dimana menurut Prof. Budi yang seharusnya dilarang bukanlah penggunaan AGP, melainkan peningkatan pengawasan terhadap penggunaan antibiotik sebagai medikasi yang masih serampangan di lapangan.

"AGP bekerja lokal pada saluran cerna saja, tidak diserap sampai ke daging. Berbeda dengan antibiotik yang memang digunakan untuk pengobatan, kalau tidak tepat penggunaannya pasti akan terjadi residu dan menyebabkan kerugian bagi manusia. Sudah begitu, bakteri juga jadi resisten terhadap antibotik seperti yang sekarang lagi ramai - ramainya diberitakan di Kompas tuh," tutur Prof. Budi.

Prof. Budi juga menyinggung masalah lain berkaitan dengan pelarangan AGP dan kesehatan saluran pencernaan, yakni pentingnya penerapan biosekuriti yang baik di farm. Dirinya berkata bahwa salah satu cara meningkatkan performans dikala AGP dilarang yakni dengan meningkatkan dan mengaplikasikan program biosekuriti yang baik di farm, itulah poin utamanya. Sisanya yakni bagaimana kita cermat memilih bahan apa yang dapat digunakan dalam menggantikan AGP.

Pada presentasinya juga Prof. Budi mengkaji lebih dalam terkait penggunaan asam butirat sebagai pengganti AGP. Disitu beliau menekankan agar sebaiknya penggunaan asam butirat dalam pakan sebaiknya menggunakan sediaan yang sudah dienkapsulasi. Karena selain mencegah baunya yang menyengat, penggunaan asam butirat dalam bentuk raw biasanya tidak akan menunjukkan efek apa - apa karena asam butirat dapat dinetralisasi di dalam pakan baik oleh komposisi lainnya dan pemrosesan.

Presentasi kedua dibawakan oleh Allan Junsay yang merupakan Technical Support Manager Norel Animal Nutrition Asia Pacific. Allan mendalami lebih jauh mengenai penggunaan asam butirat dalam ransum ternak, terutama unggas dan monogastrik.

Kata Allan, salah satu fungsi dari asam butirat yakni efek bakterisidal yang cukup luas baik pada bakteri gram negatif maupun positif. Selain itu secara umum dijelaskan oleh Allan bahwa asam butirat juga dapat meningkatkan kesehatan saluran cerna melalui berbagai fungsi yakni memperpanjang ukuran villi usus, memperkuat tight junction pada usus, meningkatkan produksi sel mucin, yang berujung pada meningkatnya sistem imun pada saluran pencernaan.

Hal ini tentunya menurut Allan bukan hal yang sembarangan diklaim olehnya. Norel Animal nutrition beserta jajaran ahlinya telah melakukan penelitian mendalam terkait penggunaan asam butirat pada ternak terutama unggas. Oleh karenanya ia juga menyarankan agar peternak dan formulator yang bingung dalam memilih substituen AGP untuk mencoba beralih menggunakan asam butirat terutama yang diproduksi oleh Norel Animal Nutrition. (CR)

ASOHI JAWA BARAT GELAR SEMINAR NASIONAL MELALUI DARING

Seminar Nasional ASOHI, kupas tuntas mutasi virus patogen pada ungas


Rabu (14/7) ASOHI Jawa Barat mengadakan Seminar Nasional melalui daring Zoom meeting. Topik yang dibahas yakni mutasi virus infeksius pada unggas seperti ND, AI, dan IB beserta permasalahan yang dihadapi oleh peternak khususnya pada masa pandemi Covid-19 dua tahun belakangan. Hadir sebagai pembicara yakni Guru Besar sekaligus pengajar FKH UNAIR, Prof. Suwarno.

Dalam sambutannya Ketua Umum ASOHI Jawa Barat yang juga baru terpilih hari itu drh Nurvidia Machdum berterima kasih kepada para panitia penyelenggara yang sudah berusaha semaksimal mungkin dalam menggelar acara tersebut. Dirinya juga mengatakan bahwa seminar nasional ini juga bertujuan untuk menambah informasi dan ilmu khususnya dibidang kesehatan hewan dan informasi terkini terkait virus patogen yang ada pada unggas seperti ND, IB, dan AI.

Terkait keterpilihannya sebagai Ketua ASOHI Jawa Barat ia berharap agar bisa bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan visi dan misi ASOHI. Nurvidia juga memohon dukungan dari para stakeholder lainnya yang berkepentingan agar dirinya dan segenap pengurus ASOHI Jawa Barat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. 

Setelahnya Prof. Suwarno memulai presentasinya mengenai mutasi beberapa jenis virus patogen pada unggas. Dalam presentasinya yang berdurasi kurang lebih satu jam, Prof. Suwarno menjabarkan mengenai faktor - faktor yang menyebabkan mutasi, jenis mutasi, cara virus bermutasi, serta dampak dari mutasi virus baik terhadap inang maupun virus itu sendiri. 

Tidak hanya mutasi virus pada unggas, Prof. Suwarno juga menyinggung mutasi virus pada manusia misalnya Covid-19. Menurut beliau virus Covid-19 memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dengan virus patogen pada unggas yakni Infectious Bronchitis (IB).

"Persamaannya yakni sama - sama dari Coronaviridae, target organ sama (paru - paru), dan memiliki karakteristik genom yang mirip. Namun bedanya adalah inang dan reseptornya, namun begitu keduanya memiliki karakteristik yang hampir serupa," tutur Prof. Suwarno.

Dirinya juga menjabarkan mengenai data - data kekinian terkait mutasi virus patogen pada unggas. Misalnya saja AI yang dalam beberapa tahun ini kurang hits ketimbang kompatriot virus lainnya dimana ND dan IB sedang "galak-galaknya" menginfeksi ayam baik layer maupun broiler.

Pada sesi diskusi, pernyataan menarik terlontar dari Prof. Suwarno, hal ini juga berkaitan dengan wabah Covid-19. Secara teori menurut Prof. Suwarno manusia dapat memanen plasma covalesens Covid-19 melalui ayam petelur. 

Caranya adalah dengan menyuntikkan antigen S milik Covid-19 ke dalam tubuh ayam. Karena perbedaan reseptor, ayam tidak akan menunjukkan gejala klinis dan terinfeksi, tetapi antibodi terhadap Covid-19 akan tetap dibuat dan dapat terkandung pada telur ayam dalam bentuk IgY yang apabila dikonsumsi bisa menjadi semacam produk "telur anti Covid-19".

"Ini baru sebatas teori saja, masih perlu kajian dan penelitian lebih lanjut, tapi tidak menutup kemungkinan ini bisa dilakukan. Namanya juga peneliti, teori tentunya harus diaplikasikan toh?," tutur Prof. Suwarno. (CR) 


HIPRA MENGINISIASI WORLD POULTRY VIRTUAL CONGRESS 2021

Tampilan antarmuka HIPRA WVPC 2021, seperti bermain game online


Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dua tahun belakangan ini tentunya membuat manusia harus menjaga jarak antara satu dengan yang lain. Kegiatan yang berpotensi membuat kerumunan pun dibatasi bahkan dilarang demi mencegah menyebar pandemi. Sebagai salah satu pemain besar dalam industri kesehatan hewan, HIPRA nyatanya tidak kehabisan akal. 

Perusahaan asal Negeri Matador tersebut menghelat konferensi perunggasan virtual tingkat dunia bertajuk World Poultry Virtual Congress 2021 yang digelar pada 14 - 17 Juni 2021. Tujuan dari digelarnya acara tersebut yakni sebagai edukasi berkelanjutan bagi para profesional yang bekerja di sektor perunggasan di seluruh dunia.

Dalam pidatonya yang disampaikan secara virtual, Joan Tarradas Mante Corporate Poultry Business Director HIPRA mengatakan bahwa dalam kondisi pandemi sekalipun permintaan akan protein hewani untuk dikonsumsi oleh manusia tidak akan pernah berhenti dan bahkan cenderung meningkat. Sementara itu dengan adanya pandemi dan berbagai pembatasan gerak, manusia harus memutar otak agar produksi protein hewani dari ternak bisa ditingkatkan. 

"HIPRA peduli akan hal ini, kami harap dengan adanya perhelatan ini dapat menambah wawasan para profesional dan juga menjadi ajang untuk berbagi mengenai perkembangan terkini terkait sains,teknologi, dan bisnis di dunia peternakan khususnya perunggasan di seluruh dunia," tutur Joan.

Untuk mengakses acara tersebut, peserta hanya tinggal masuk ke laman resmi HIPRA, melakukan registrasi, dan kemudian menikmati secara cuma - cuma seluruh rangkaian acaranya. Setelah registrasi selesai, peserta dapat menikmati berbagai fasilitas dan acara yang telah disediakan dalam kongres virtual tersebut. 

Yang tentunya menarik adalah dihadirkannya webinar terkait teknis, teknologi, serta perkembangan perunggasan terkini di setiap harinya oleh pembicara yang berbeda. Pembicara yang dihadirkan pun bukan kaleng - kaleng, tentunya mereka semua adalah expert dalam bidangnya yang reputasinya pun sudah mendunia.

Infovet sendiri berkesempatan mencoba masuk, berinteraksi, dan menikmati fasilitas yang disediakan dalam acara tersebut. Kita tidak perlu melakukan instalasi program atau sebagainya, cukup melakukan registrasi, login, dan enjoy the moment!

Tampilan yang diberikan dalam kongres virtual pun seperti layaknya bermain game online. Apabila sudah terbiasa bermain game online, kita tentu akan mudah berinteraksi melalui interface yang disediakan.

Dalam dunia virtual WVPC peserta juga dapat berkenalan, berinteraksi, chatting, dan melakukan kegiatan lainnya dengan peserta lain dari seluruh dunia. Intinya kegiatan ini bisa dibilang sangat berisi, menyenangkan, dan dapat dinikmati oleh kita yang bahkan gaptek sekalipun. Hanya saja dibutuhkan koneksi internet yang memadai serta spesifikasi komputer atau laptop yang cukup mumpuni agar tidak sering terjadi lag atau lemot saat berada dalam dunia virtual WVPC yang digagas oleh HIPRA ini. Tentunya ini menjadi suatu terobosan yang sangat inovatif di dunia peternakan, semoga dapat ditiru oleh pihak lainnya. (CR)

AGAR LAYER TETAP EKSIS BERTELUR

Fenanza Perkasa Putra, punya solusi tingkatkan persistensi bertelur layer

Peternak mana yang tidak mau jika ayam petelurnya nya memiliki performa yang baik dan konsisten?. Pastinya memiliki ayam petelur dengan performa yang konsisten menjadi dambaan semua peternak. Atas tujuan tersebut PT Fenanza Putra Perkasa mengadakan webinar bertajuk "Maintaining Persistency and Egg Shell Quality in Modern Laying Birds" pada hari Rabu (2/6) yang lalu. 

Tidak tanggung - tanggung, konsultan perunggasan sekelas Tony Unandar didapuk menjadi pembicara dalam webinar tersebut. Seperti yang diduga, webinar tersebut ramai dibanjiri oleh para peserta yang mencapai kurang lebih 200 orang. 

Memahami Genetik Layer Modern

Dalam paparannya Tony Unandar mengatakan bahwa ayam petelur modern sangat berbeda dengan ayam petelur jadul. Perbedaannya terutama pada masa pemeliharaan, kecepatan tumbuh, juga performa produksi. Secara rataan kata Tony, ayam petelur modern dapat bertelur hingga 500 butir dalam satu siklus pemeliharaan dalam waktu hingga 100 minggu. Sangat berbeda dengan ayam jadul yang hanya mampu menghasilkan setengahnya.

"Nah, karena genetik dari mereka sangat berbeda, perlakuan dan cara pemeliharaan yang harus diaplikasikan juga harus berbeda, jangan memelihara ayam modern dengan sistem jadul. Peternak kita kebanyakan masih belum terbuka mindset-nya," kata Tony.

Tony juga menyebutkan bahwa ada beberapa titik kritis pada masa pertumbuhan ayam petelur modern yang perlu diperhatikan. Misalnya dari DOC hingga pullet, ayam harus dipersiapkan dengan baik sehingga target bobot badannya pada saat memasuki masa laying tercapai dengan komposisi yang proporsional.

"Hingga usia 7 - 8 minggu itu perkembangan organ dalam, baru setelahnya (8-16) minggu perkembangan frame (tulang) dan otot ikut berkembang. Proporsi otot dan tulang serta perlemakan di tubuh ayam harus diperhatikan. Jadi bukan hanya bobotnya saja yang masuk, tapi perototan dan pertulangan harus memiliki proporsi yang baik, dengan konformitas yang baik, dan keseragamannya baik," tutur Tony.

Ia menyebutkan kebanyakan pada fase pullet peternak "malas" menyortir alias grading. Seperti yang tadi disebutkan, jika sudah terlihat masuk bobotnya maka ayam dianggap siap berproduksi, padahal dibutuhkan kondisi paling prima dan proporsional agar ayam dapat berproduksi secara baik dan konsisten di masa laying.

Selain itu Tony juga menyebutkan bahwa kebanyakan peternak kurang memperhatikan diet ayam pada masa pullet. Karena terlalu mengejar bobot badan, ayam diberikan pakan dengan energi yang terlampau tinggi, sehingga ayam terlihat gemuk dan bobotnya tercapai tetapi yang tumbuh bukanlah otot dan frame-nya tetapi justru gemuk karena lemak.

Menyadari Pentingnya Fungsi Hati

Hati merupakan organ yang perannya sangat penting dalam tubuh, termasuk ayam petelur. Tony Unandar menjabarkan lebih spesifik mengenai fungsi dan peran hati pada ayam petelur. Dimana hati sangat berperan dalam proses metabolisme dan detoksifikasi berbagai zat yang ada dalam tubuh ayam.

"Kalau saya melihat hati itu seperti organ yang dianaktirikan. Padahal hati ini ada hubungannya dengan produksi telur dan keberlangsungan fase bertelur pada laying period," tutur Tony.

Di dalam organ hati kata Tony, terjadi metabolisme lemak, protein, dan segala macam nutrisi lainnya. Nah, dalam hal ini nutrisi terutama glukosa akan dimetabolisme menjadi asam lipoprotein yang kemudian didistribusikan VLDL (Very Low Density Lipoprotein). Dimana VLDL digunakan sebagai sumber pemebntuk oosit (sel telur), yang jika jumlahnya berlebih akan ditimbun pada jaringan adiposa. Nah proses pembentukan VLDL di hati ini akan berjalan dengan smooth apabila fungsi organ hati berada dalam keadaan yang prima.

"Kebanyakan karena salah manajemen, di lapangan yang saya temukan adalah sindrom fatty liver, dengan bentukan hati yang pucat agak kekuningan. Jika ada temuan seperti ini, bisa dipastikan bahwa ayam tidak akan perform dengan baik, makanya ini jangan sampai terjadi," pungkas Tony.

Agar Hati Tetap Terjaga

Kita mungkin pernah mendengar potongan sajak ini "Hati itu kerajaan tubuh, kalau lalim anggota pun rubuh". Jika sajak tersebut dimaknai secara dentotatif, hal yang sama alias buruk juga akan terjadi. Oleh karenanya, mengigat pentingnya organ hati pada ayam petelur, patut kita beri perhatian lebih agar organ ini senantiasa dalam keadaan yang prima.

Alexander Peron Strategic Marketing & Technology Director Provimi memiliki salah satu solusi dalam menjaga organ hati agar tetap prima. Tim Provimi sadar betul bahwa problem yang tadi disebutkan oleh Tony tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.

"Kami juga melihat ini juga menjadi masalah di seluruh dunia. Organ hati itu sangat penting dan harus dijaga agar fungsinya tetap prima, karena kaitannya dengan keberlangsungan laying period serta kualitas, dan kuantitas telur," tukas Alexander.

Solusi yang ditawarkan oleh Alexander yakni berupa produk dengan pemberian produk milik Provimi yang berisi asam - asam organik serta garamnya. Dengan menambahan produk tersebut, ayam jadi lebih prima, persistensi bertelurnya meningkat, dan kualitas dan kuantitas dari produksi telur yang dihasilkan juga baik.

"Kami sudah melakukan trial di berbagai negara, dan hasilnya memuaskan. Keuntungan jadi bertambah dan yang terpenting ternak dalam keadaan prima," tutup Alexander. 

INDONESIA LAYER FEED NUTRITION CONFERENCE DIGELAR SECARA VIRTUAL

Indonesia Layer Nutrition and Feed Technology Conferece digelar secara virtual

Indonesia Layer Feed Nutrition Conference digelar secara virtual pada Rabu, 9 Juni 2021. Acara tahunan yang digagas oleh US Soybean Export Council tersebut merupakan gelaran rutin yang digelar tiap tahunnya bergantian dengan Broiler Feed Nutrition Conference (USSEC), namum karena pandemi Covid-19 acara tersebut digelar secara virtual, kata Timothy Loh Regional Director USSEC South East Asia & Oceania.

Dalam sambutannya Timothy juga menyampaikan urgensi krisis pakan bagi ternak dalam masa pandemi yang masih belum selesai. Hal ini dikarenakan beberapa negara melakukan pembatasan kegiatan ekspor dan impornya. Namun begitu Timothy berjanji kepada para customernya di Indonesia bahwa USSEC berkomitmen untuk tetap melayani dan menjadi partner terbaik meskipun pandemi masih melanda, sehingga mereka tidak perlu khawatir.

Sesi pembuka presentasi disampaikan oleh Henry Hendrix, General Manager Hendrix Genetics. Dalam presentasinya Henry menyampaikan berbagai perkembangan terbaru mengenai genetik layer modern.Misalnya layer modern memiliki performa produksi yang baik ketimbang layer di tahun 90-an dimana pada layer modern, produksi telurnya masih tinggi pada usia 100 minggu-an. Berdasarkan data yang dijabarkan Henry, layer modern dapat bertelur sebanyak 505 butir dalam satu siklus hidup selama lebih dari 100 minggu, jauh berbeda pada tahun 90-an yang hanya dapat menghasilkan 260-an butir telur pada masa pemeliharaan yang hanya sampai 80-90 minggu.

Prof. Budi Tangendjaja hadir sebagai presenter kedua, dalam gilirannya ia menjabarkan performa produksi dan karakteristik layer di Indonesia. Di sini Prof. Budi menjabarkan berdasarkan data dan pengalamannya di lapangan selama menjadi konsultan. Sebagai contoh ia menjelaskan bahwa karakteristik peternakan layer di Indonesia masih didominasi peternak yang memelihara ayamnya secara tradisional. 

"Pemeliharaan masih sederhana, kandang masih tradisional, masih menganggap pakan dengan kadar protein tinggi adalah yang terbaik. Ini masih menjadi karakteristik peternak kita, jadi menurut saya peternak seperti menyia-nyiakan potensi genetik yang dimiliki layer modern. Makanya saya selalu ajak mereka untuk membenahi manajemen pemeliharaan, terutama di sisi pakan," tutur dia.

Namun begitu meskipun masih di dominasi peternakan tradisional, Budi mengungkapkan bahwa sebenarnya Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara penghasil telur terbesar di Asia bahkan dunia. Hal ini menurut Budi bukanlah tanpa dasar, Indonesia berada di peringkat 9 penghasil telur dunia menurut data FAO.

"Kita punya potensi, di Indonesia punya jagung, DOC layer jantan di sini laku, ayam afkir di sini laku, manure juga laku, peternak di sini banyak tertolong akibat kondisi - kondisi tadi, tinggal manajemennya saja diperbaiki dan jangan lupa peran pemerintah juga harus diperkuat dengan menghasilkan kebijakan yang produktif untuk dunia perunggasan di sini," pungkasnya. 

Perhelatan ini sejatinya digelar selama dua hari, yakni pada 9-10 Juni 2021. Pembicara yang terlibat di dalamnya pun bukan kaleng - kaleng, mereka adalah para ahli dan expert di bidang ayam petelur dan berpengalaman selama puluhan tahun di bidangnya. (CR)


BELAJAR LEBIH JAUH KUALITAS PULLET BERSAMA FARMSCO

Farmsco E-Learning Part 6, Lebih Dalam Mengenal Kualitas Pullet


Telur merupakan salah satu protein hewani yang paling ekonomis dan gemar dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan data FAO (2018), Indonesia masuk ke peringkat ke-4 sebagai negara penghasil telur dunia dibawah Tiongkok, Amerika Serikat, dan India.

Berkembangnya teknologi dalam sektor pembibitan dan genetik ternak tentunya juga mempengaruhi produksi ternak. Yang tentunya jika dibarengi dengan manajemen pemeliharaan yang baik akan menghasilkan performa produksi yang semakin optimal. 

Pada edisi ke-6 nya kali ini, PT Farmsco Feed Indonesia kembali menggelar webinar Farmsco E- Learningnya yang bertajuk "Kupas Tuntas Fase Pullet Layer Modern" pada Kamis (27/5) yang lalu. Kali ini kembali Farmsco berkolaborasi dengan Hendrix Genetics mengupas lebih dalam mengenai manajemen pullet yang baik dan benar.

Erwan Julianto selaku Technical Service Manager Hendrix Genetics Indonesia & Filipina menjadi pembicara utama. Dalam presentasinya yang berdurasi sekitar 40 menit, Erwan memaparkan berbagai hal mengenai ayam petelur modern. Dalam presentaisnya ia juga menjabarkan faktor - faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pullet.

Mulai dari genetik, tata cara pemeliharana, brooding, bahkan sampai pentingnya memiliki recording yang baik dijelaskan dengan apik oleh Erwan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh para peserta webinar. Salah satu yang ia garisbawahi dalam presentasinya adalah pentingnya mengejar target bobot badan pada masa pullet karena akan berpengaruh pada fase selanjutnya.

"Bobot badan di masa pullet ini penting untuk dikejar karena berkaitan juga dengan nanti fase peak laying. Produktivitas, kesehatannya, serta keuntungan yang didapat tentu akan baik jika persiapan di fase pullet baik, oleh karenanya penting sekali diberlakukan manajemen pemeliharaan yang baik," tutur Erwan.

Penyampaian mengenai manajemen oleh Erwan kemudian diperkuat oleh Intan Nursiam, Nutrisionis PT Farmsco Feed Indonesia. Berdasarkan paparannya, pemilihan dengan bentuk, serta kandungan nutrisi yang tepat akan menunjang manajemen pemeliharaan pullet agar tetap sehat dan nantinya akan memiliki performa yang baik pada fase puncak produksi.

"Memang disini agak tricky kadang memilih pakan memang tidak semudah itu, ada waktunya kapan harus ganti pakan yang tepat, pakan dengan bentuk apa yang dipakai, makanya kita harus benar - benar dapat mengambil keputusan dengan tepat," papar Intan.

Di akhir sesi, PT Farmsco Feed Indonesia mengadakan kuis seputar materi webinar. Sepuluh pemenang yang beruntung akan mendapatkan hadiah - hadiah menarik sebagai apresiasi dari PT Farmsco Feed Indonesia. (CR)

BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DI SEKTOR PETERNAKAN KAMBING & DOMBA

Webinar Bisnis PT VISI, penuh konten bermanfaat dan motivasi


Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung setahun lebih nyatanya banyak mematikan sektor kerja. Banyak masyarakat kehilangan pekerjaan akibat pandemi yang berlarut - larut. Sebuah webinar bertajuk "Menyusun Rencana Bisnis Menjadi Peternak Kambing & Domba Profesional" digelar oleh PT Veteriner Indonesia Sejahtera dan PDHI pada Sabtu (22/5) yang lalu melalui daring Zoom Meeting.

Dalam sambutannya Ketua Umum PB PDHI Drh Muhammad Munawaroh mengatakan bahwa dokter hewan selaku profesi yang mandiri dan independen harus bisa membuka lapangan kerja dan mengambil kesempatan di setiap kondisi. Terlebih lagi beternak kambing merupakan salah satu pengejawantahan dari bakti dokter hewan dalam menyediakan protein hewani bagi masyarakat.

Senada dengan Munawaroh, Direktur Utama PT Veteriner Indonesia Sejahtera Drh Baskoro Tri Caroko juga berharap dengan diadakannya webinar ini semakin menambah minat dan atensi para dokter hewan untuk membuka usaha di sektor peternakan khususnya domba dan kambing.

Hadir sebagai narasumber yakni Drh Imam Abror founder Kampung Ternak Yogyakarta dan Drh Waryoto Peternak Kambing Perah Gonamania Sukses Makmur Yogyakarta. Keduanya merupakan alumnus Fakultas Kedokterah Hewan Universitas Gajahmada.

Dalam paparannya Drh Imam Abror menyinggung bahwa beternak kambing merupakan salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur yang ia sampaikan bahkan beberapa Nabi dalam agama islam pernah menjadi penggembala kambing. 

"Selain berusaha (berdagang produk) kambing merupakan hewan yang disukai para Rasul, banyak hadits terkait kebaikan dari susu dan daging kambing. Jadi, selain berusaha kita niatkan juga menggapai ridho Illahi," tutur Imam. 

Imam juga menjelaskan banyak aspek terkait beternak kambing dan domba mulai dari A sampai Z. Menurut Imam, kendala terbesar dari beternak kambing dan domba di wilyah pedesaan adalah sulitnya akses modal dan pemasaran produk.

Senada dengan Imam Drh Waryoto yang juga telah "kenyang" makan asam garam di dunia peternakan kambing perah pun mengutarakan hal yang sama. Meskipun begitu ada harapan dimana bertambahnya populasi penduduk juga akan terus dibarengi dengan kenaikan konsumsi protein hewani, sehingga bisnis ini masih cerah ke depannya.

Drh Waryoto pun menjelaskan skema peternakan kambing perah dalam skala kecil, mulai dari cara memilih calon indukan, akses permodalan, dan perhitungan bisnisnya. Seminar yang berlangsung dari pukul 09.00 WIB tersebut berkahir pada pukul 12.00 WIB. (CR)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer