Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Ternak Babi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DISINFEKTAN GRATIS UNTUK PETERNAK BABI DI NABIRE

ASF, Masih Menghantui Indonesia


Pemkab Nabire hingga kini terus melakukan langkah-langkah strategis dalam mencegah masuknya virus African Swine Fever (ASF) di daerah ini. Mereka pun tak tinggal diam dan telah mengeluarkan edaran terkait pencegahan virus bahaya ini, serta rutin melakukan monitoring terhadap seluruh ternak babi.

Selain itu, Pemkab Nabire juga telah menyediakan desinfektan secara gratis kepada para peternak babi. Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nabire, Drh I Dewa Ayu Dwita mengatakan, untuk mendapatkan desinfektan, cukup peternak melaporkan kepada mereka.

"Jadi mereka datang kepada kami di kantor, dan sampaikan berapa populasi ternak yang dimiliki, dan alamat pasti," kata Ayu kepada Tribun-Papua.com, di Nabire, Jumat, (23/02/2024).

Setelah dilaporkan, maka pihaknya akan mendata, dan selanjutnya memberikan desinfektan.

"Jadi kami akan memberikan sesuai kebutuhan dari peternak, agar distribusi desinfektan pun tersalurkan dengan baik," ujarnya. (INF)


FLUKTUASI HARGA MENGGILA BIKIN PUSING PETERNAK BABI DI BALI

Ternak Babi di Bali, Fluktuasi Harganya Merugikan Peternak
(Foto : Detik)

Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali mengeluhkan anjloknya harga babi yang tak kunjung mendapatkan atensi dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali. Peternak frustasi karena harga babi sudah anjlok sejak tiga bulan terakhir.

Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa mengungkapkan harga babi saat ini Rp 28 ribu per kilogram (kg), sementara harga pokok produksi menyentuh Rp 40 ribu. Menurutnya, salah satu faktor anjloknya harga ternak itu akibat isu meningitis di Gianyar yang disebut-sebut sebagai akibat mengonsumsi daging babi.

"Dari harga Rp 42 ribu menjadi Rp 33 ribu per kg, hingga jatuh pada titik terendah (Rp 28 ribu per kg). Isu meningitis bisa kami kendalikan, tapi dikeluarkan lagi isu meningitis di Singaraja dan Klungkung," keluh Hari ketika dikonfimasi wartawan, Sabtu (23/9/2023).

Menurut Hari, para peternak di Bali semakin frustasi karena harga bibit babi juga jatuh ke titik terendah, yakni dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 500 ribu. "Mereka menganggap sama sekali tidak ada upaya penyelamatan dari pemerintah," sebut Hari.

Di sisi lain, Hari mengakui terjadi over populasi babi di Bali yang saat ini berjumlah 1.600 ekor. Ia juga menduga telah terjadi kompetisi atau persaingan bisnis yang tidak sehat oleh pengirim babi di wilayah tujuan.

"Tiga bulan lalu sudah kami minta ke Bapak (Wayan) Koster selaku Gubernur Bali pada saat itu untuk melakukan normalisasi harga atau penetepan harga. Sehingga konflik-konflik di luar ini tidak menimbulkan efek kepada peternak," imbuhnya.

GUPBI Bali, kata Hari, sudah menjadwalkan bertemu Koster sebanyak tiga kali saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali. Hanya saja, pertemuan tersebut selalu dibatalkan.

"Pemerintah tidak ada tindak lanjut. Tapi kami terus mencoba mengkomunikasikan kepentingan-kepentingan peternak," keluhnya.

Hari sempat menyarankan pemerintah agar melaksanakan mepatung (urunan membeli babi untuk dikonsumsi) massal. Menurutnya, mepatung massal dapat menjadi solusi agar tidak terjadi panic selling di tingkat peternakan rakyat.

Dengan mepatung, Heri melanjutkan, kepentingan peternak yang ingin harga babi mahal dan kepentingan konsumen daging babi murah dapat bertemu. Menurutnya, kegiatan tersebut sempat dilakukan oleh warga Desa Taro, Gianyar, beberapa waktu lalu.

Ia berharap Penjabat (Pj) Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya dapat melakukan penyelamatan keluhan para peternak babi tersebut. "Itu anjuran kami. Yang kami sayangkan anjuran dari GUPBI ke pemerintah malahan yang melakukan rakyat. Kan lucu pemerintah tidak pernah berkaca," tandas Heri. (INF)


DISTANAK PROVINSI SULUT TANGGAP CEPAT KEMATIAN BABI DI MINAHASA UTARA

Tim Distanak Melakukan Penyemprotan Disinfektan
(Sumber : Tribun Minut)

Menanggapi kasus kematian 24 ekor babi beberapa waktu yang lalu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Pemprov Sulut bersikap tanggap dengan turun langsung ke peternakan di Minahasa Utara Jumat (21/7). Tampak tim turun dengan APD lengkap. Mereka memeriksa keadaan kandang serta babi. 

Selain melakukan pengambilan sampel organ untuk menemukan penyebab kematian babi, tim tersebut juga melakukan penyemprotan disinfektan di sekitar area peternakan. Tidak berhenti sampai disitu, tim juga bertemu dengan pemilik peternakan dan melakukan sosialisasi tentang penyakit pada babi dan biosekuriti.

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Kadistanak) Sulut Nova Pangemanan mengatakan, pihaknya gencar melakukan sosialisasi kepada warga tentang pentingnya biosekuriti. Nova menuturkan, hal terpenting bagi peternak saat ini adalah meningkatkan serta pengaplikasian biosekuriti. Sebut dia, virus yang dapat menyerang babi saat ini cukup marak. Selain ASF, ada pula beberapa virus lainnya yang dapat menyebabkan kematian babi.

"Jadi aspek kebersihan dan biosekuriti ini sangat penting, melalui penerapan biosekuriti yang baik dalam peternakan babi, dapat menurunkan risiko babi terserang penyakit" kata dia. (INF)


PETERNAK BABI DI BALI BERHARAP TUAI KEUNTUNGAN MENYAMBUT GALUNGAN

Peternak Babi Di Bali, Masih Merugi

Awal Agustus 2023 nanti, umat Hindu di Bali merayakan hari raya Galungan. Dalam perayaan Galungan ini diharapkan harga babi akan menunjukkan tren positif. Minimal diharapkan, harga babi terkoreksi diangka Rp40.000 per kilogram hingga Rp45.000 per kilogram. 

Namun sayangnya menurut Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) I Ketut Hari Suyasa hal itu memang cukup sulit. Apalagi mengingat hingga saat ini belum terjadi pergerakan harga babi. 

"Kami memprediksi pergerakan tidak begitu besar, karena saat ini harga babi di peternak masih Rp35.000 per kilogram. Sehingga, sudah 3 bulan terakhir ini peternak merugi," katanya Kamis, 20 Juli 2023. 

Harga Pokok Produksi (HPP) peternak saat ini mencapai Rp40.000 per kilogram, sementara harga jual jauh di bawah itu. Sementara itu, untuk ketersediaan saat ini, Hari Suyasa mengatakan sangat aman. Hanya saja nilai jual yang belum bisa memberi keuntungan bagi peternak. 

Selain harga jual yang rendah, Hari Suyasa juga mengatakan, peternak dihadapkan dengan HPP tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh harga pakan yang terus melonjak. Ia mengatakan 75 persen nilai produksi babi dipengaruhi oleh harga pakan. 

"Mirisnya 90 persen bahan baku pakan babi adalah produk dalam negeri. Namun dengan itu juga belum mampu memberikan nilai yang layak untuk para peternak," terangnya. 

Jika harga pakan tidak bisa dikendalikan, dia berharap pemerintah bisa memberikan subsidi untuk menekan nilai produksi. Demikian pula pemerintah daerah diharapkan bisa memberikan perhatian bagi peternak babi, setidaknya bisa mengintervensi harga babi. 

Menurutnya yang terjadi saat ini, babi di  Bali dibeli murah, namun dijual malah di luar Bali. (INF)



PETERNAKAN TAK BERIZIN DIEKSEKUSI, PULUHAN EKOR BABI DIEVAKUASI

Babi Yang Dievakuasi Oleh Aparat Setempat 
(Sumber : Istimewa)

Puluhan ekor babi dari peternakan yang berada di tengah permukiman Desa Mlese, Kecamatan Gantiwarno, ditertibkan dan dipindahkan oleh Satpol PP dan Damkar Klaten bersama Muspika dibantu warga, Selasa (21/3/2023).

Proses eksekusi pemindahan puluhan babi itu dilakukan menindaklanjuti kesepakatan sebelumnya jika pemilik sanggup mengosongkan kandang babi dalam rentang sebulan.

Sebanyak 91 ekor babi milik Sugiyarto dipindahkan ke salah satu kandang ternak di wilayah Kecamatan Jogonalan. Sebelumnya, peternakan babi tak berizin yang berada di tengah permukiman itu dikeluhkan warga. Selain menyebabkan polusi bau, ternak babi itu mencemari saluran air.

Sumirah, warga sekitar mengapresiasi tindakan yang telah dilakukan oleh unsur Muspika tersebut. Menurutnya tindakan tersebut seharusnya sudah dilakukan sejak lama mengingat warga sekitar yang sangat terganggu dengan keberadaan peternakan tersebut. 

"Baunya enggak enak, sering ada kendaraan masuk keluar, kita jadi enggak tenang. Mudah - mudahan kegiatan peternakan mereka enggak ada lagi, soalnya di sini sudah sangat padat pemukimannya," tutur Sumirah. 

Kepala Bidang Penegakan Perda Satpol PP dan Damkar Kabupaten Klaten, Bambang Saptono mengatakan bahwa eksekusi ini dilakukan sesuai dengan standar dan operasional prosedur yang berlaku. Sehingga pemilik peternakan dipastikan sudah legowo dengan tindakan yang diambil oleh perangkat pemerintah.

"Sebelumnya kami lakukan pengecekan, surat izinnya tidak ada, kelengkapan legalnya juga tidak lengkap. Sesuai peraturan yang berlaku langsung kami tindak agar tidak timbul tindakan - tindakan main hakim sendiri dari masyarakat," ujar Bambang. (INF)









TITIK KRITIS BIOSKURITI DALAM MENCEGAH ASF

Ruang shower untuk mandi keramas dan ganti baju dan shower mobil yang mau masuk resticted area. Shower untuk alat transportasi harus lebih ketat demikian juga dipping untuk roda. (Foto: Istimewa)

Ternak babi pada beberapa provinsi dan kabupaten/kota memegang peran penting untuk memenuhi kebutuhan protein dan menunjang perekonomian keluarga. Babi juga memegang peran dalam kehidupan adat/budaya masyarakat di Indonesia. Kondisi populasi babi di Indonesia tidak terlepas dari dampak penyakit pandemik yang menyerang populasi babi lintas benua dan lintas batas negara. African Swine Fever (ASF) merupakan salah satu penyakit viral menular yang paling ditakuti peternak babi karena dahsyatnya serangan dan akibat yang ditimbulkan bisa membunuh 90% lebih populasi babi dalam kandang dengan waktu singkat.

Setelah adaya serangan Hog Cholera atau Classical Swine Fever (CSF) yang mengglobal, populasi babi di Indonesia telah meunjukkan peningkatan hingga 2021, menyusul adanya vaksinasi untuk mencegah CSF. Berdasarkan Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2021, jumlah ternak babi di Indonesia tercatat 8.011.776 ekor dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 7.622.724 ekor. Gairah beternak babi muncul lagi setelah ditemukan vaksin Hog Cholera yang beredar luas di pasar global dan dipakai luas di Indonesia.

Penurunan populasi babi terjadi lagi setelah populasi menunjukkan peningkatan. Infeksi global ASF yang juga menyerang peternakan babi di Indonesia menurunkan populasi babi dunia dan juga Indonesia. Belum ditemukan vaksin efektif terhadap infeksi virus ASF yang mematikan babi hutan dan babi domestik. Penurunan populasi babi akibat kematian massal menyebabkan kurangnya stok babi yang tersedia di pasar. Jumlah permintaan daging babi untuk konsumsi yang tidak sebanding dengan penyediaan menyebabkan pergeseran harga menunju kenaikan harga daging babi di berbagai daerah. Kenaikan harga daging babi bisa juga menyumbang kenaikan angka inflasi di beberapa tempat.

Serangan ASF terhadap babi domestik biasanya didahului dengan serangan pada babi hutan. Adanya kontaminasi lingkungan pemeliharaan babi domestik oleh virus ASF yang berasal dari babi hutan yang dibawa peternak/pekerja yang juga memiliki hobi berburu babi hutan berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi pada babi domestik.

Kontaminasi virus ASF pada lingkungan peliharaan juga bisa terjadi karena terbawanya babi hutan yang mencari pakan di sekitar lingkungan peliharaan babi domestik atau akibat babi domestik yang dipelihara secara ektensif dan memasuki kawasan babi hutan yang sakit atau mati karena ASF. 

Selain itu, peran caplak Ordithodoros spp. babi hutan yang merambat, menggigit babi domestik akan memindahkan virus ASF ke dalam tubuh babi domestik. Serangan ASF di Jerman pada 2020, didahului dengan kematian massal babi hutan. Kematian babi hutan di Jerman akibat serangan ASF mencapai 4,200 ekor (Sehl-Ewert, 2020).

ASF menyebabkan tingkat kematian tinggi pada babi domestik disertai perdarahan pada berbagai organ tubuh babi terserang, menyebabkan kerusakan sistem hemopoetik, menyebabkan deplesi pada organ limfoid, menyebabkan limfofenia, serta imunodefisiensi (Salguero FJ, 2020). Perdarahan pada berbagai organ tubuh dan kulit terjadi karena penurunan drastis jumlah trombosit, terjadi trombositopenia. Virus ASF bereplikasi pada sel-sel fagosit mononuklear dan sel-sel retikuloendotelial (Wales et al., 2021).

Tidak Semua Farm Terserang ASF
Secara peracute serangan ASF ditandai dengan adanya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Balai Veteriner Banjarbaru

PIG QUALITY CONFERENCE 2022 DIGELAR SECARA DARING

Dr Megan Edwards mempresentasikan materinya

Pig Quality Conference 2022 dihelat secara daring per tanggal 15 September 2022 yang lalu. Rencananya acara tersebut akan melakukan streaming secara berkala setiap kamis sampai empat minggu ke depan, tepatnya hingga 6 Oktober 2022. Lebih dari 200 peserta dari 16 negara menghadiri konferensi online tersebut pada 15 September lalu.

Seminar diawali oleh Dr Megan Edwards, konsultan nutrisi dari Integral Nutrition. Dalam presentasinya beliau membahas mengenai berbagai cara dalam mengefisienkan cost pakan. Secara garis besar, Dr Megan membahas beberapa hal seperti penggunaan bahan baku alternatif dan imbuhan pakan.

Peternak Wajib Me-review Program Pemberian Pakan

Banyak peternakan di Asia terus memberi makan ternak babi mereka dua atau tiga kali diet dari mulai penyapihan hingga akhir, akan tetapi perlu untuk meninjau program pemberian pakan saat ini, kata Dr Edwards. Kenyataannya adalah praktik pemberian pakan seperti itu tidak memungkinkan utilisasi nutrisi secara efisien.

“Bukan berarti harus ada enam fase, tapi harus ditinjau dan dilihat apakah fasenya cukup. Saya pikir empat atau lima fase akan ideal, ”jelasnya.

Mencari Sumber Fosfor Alternatif

Saat ini, tepung ikan merupakan bahan baku sumber asam amino dan fosfor yang dapat dicerna, produsen pakan babi kini mulai mengurangi ketergantungan penggunaan tepung ikan. Dr Edwards mengatakan bahwa dalam diet jagung dan SBM, dosis fitase yang relatif rendah dapat melepaskan fosfor. Dalam kasus lain misalnya dedak padi, bahan umum di Asia, ada peluang untuk membuka lebih banyak sumber fosfor organik.

“Industri harus mempertimbangkan sumber fosfor lain yang tersedia dan memastikan penggunaan enzim fitase yang optimal. Selain itu, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi efikasi fitase,” jelasnya. (CR)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer