-->

TAK USAH TAKUT ICIP-ICIP DAGING “SI IMUT”

Sate kelinci yang menggugah selera, mirip dengan sate ayam. (Foto: instagram/@rumahsateee)

Tekstur dagingnya lembut, kandungan gizinya juga luar biasa. Di balik lezat olahannya, peluang dijadikan usaha masih menjanjikan karena pelaku usahanya masih langka. Minat mencoba?

Daging yang satu ini tidak banyak yang menjual. Selain tak begitu populer, peternak hewan ternak ini juga masih tergolong langka. Daging kelinci, sebagai sumber protein, masyarakat belum begitu banyak yang mengonsumsi. Beragam alasan muncul, ada yang tak tega melihat hewan yang imut dipotong dan diambil dagingnya, ada juga yang masih ragu dengan rasanya.

Selain itu, tak banyak orang yang terbiasa mengolah daging hewan yang tergolong pengerat ini. Padahal, menurut para penikmatnya, olahan daging hewan yang memiliki nama latin Oryctolagus cuniculus ini, nikmatnya bukan main. Teksturnya dagingnya empuk dan gurih dengan paduan bumbu rempah.

Meski tergolong menu lezat, namun tak banyak rumah makan yang menyediakan olahan daging kelinci. Hanya rumah makan di kota-kota tertentu saja yang menyediakan. Jika tinggal di Bogor, Jawa Barat, di sana ada beberapa warung sate yang menyediakan sate kelinci.

Salah satunya warung Sate Kelinci Kang Ibing. Lokasinya di jalan Veteran, Panaragan, Pasir Kuda. Warung sate ini cukup terkenal di seputaran wilayah Bogor. Di kedai ini tak hanya sate kelinci yang dijual, tetapi juga tersedia sate kambing dan sate ayam.

Ada juga Saung Indira yang lokasinya di Jalan Raya Sindang Barang, Bogor Barat. Warung yang satu ini mempunyai menu andalan antara lain sate kelinci, bakso kelinci, dan nugget kelinci. Namun dari pengamatan Infovet, di warung ini kebanyakan pengunjung memesan sate kambing. Hanya orang tertentu saja yang memesan sate kelinci.

“Kalau kambing kan memang untuk dipotong, tapi kelinci itu umumnya dipelihara karena lucu. Mungkin itu yang membuat orang masih belum banyak yang suka konsumsi,” ujar Wusono, peternak kelinci pedaging dan kelinci hias dari Bantul, Yogyakarta kepada Infovet.

Menurutnya, meski sudah jadi olahan, tak banyak orang yang mau mengonsumsi daging kelinci. Mungkin karena belum terbiasa. “Kalau sudah pernah mencoba dan tahu lezatnya daging kelinci, mungkin jadi terbiasa,” tambahnya.

Banyak Manfaat 
Wusono mengaku sudah 10 tahun lebih menekuni usaha ternak kelinci pedaging. Dari hasil ternaknya, dia mensuplai ke beberapa warung makan di sekitaran Kota Bantul. Wusono menjualnya dalam bentuk karkas atau daging utuh.

Menurutnya, di sekitar Bantul banyak macam olahan daging kelinci yang disajikan di warung-warung, mulai dari sate, gulai, dendeng, abon, hingga diolah menjadi nuget. Harga seporsi sate kelinci pun bisa mencapai Rp 40.000, berisi 10 tusuk sate.

Daging kelinci sebenarnya bisa menjadi alternatif sumber protein hewani, khususnya jika harga-harga daging ternak lainnya meningkat atau sulit didapat. Prof Dr Husmy Yurmiati Ir MS, Guru Besar Fakultas Peternakan Unpad, menyebutkan dari segi kesehatan daging kelinci memiliki banyak manfaat. Tekstur daging kelinci hampir sama dengan daging ayam, bertekstur halus dan berwarna putih.

Daging kelinci memiliki kadar protein yang sama dengan daging ayam namun memiliki kadar kolesterol yang rendah, sehingga cocok dikonsumsi bagi penderita darah tinggi, jantung, dan kolesterol. Daging ini juga bisa diolah menjadi penganan apa saja, seperti sate, bakso, burger, nuget, tongseng, bakso tahu, hingga abon.

Kelinci juga bisa menjadi alternatif bagi pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia. Ahli gizi ini pernah melakukan penelitian tentang itu. Ada lima potensi yang bisa dihasilkan dari seekor kelinci, yakni food (makanan), fur (kulit bulu), fancy (binatang hias), fertilizer (pupuk), dan laboratory (penelitian), melansir dari unpad.ac.id.

Mudah Dicerna Tubuh
Kenikmatan olahan daging kelinci juga setara dengan kandungan gizi pada daging ini. Situs kesehatan Rise and Shine Rabbitry menyebutkan, kelinci memiliki daging putih dengan nutrisi terbaik dibandingkan dengan hewan lain yang memiliki daging putih. Daging kelinci mengandung lebih banyak protein yang mudah dicerna oleh tubuh. Dibandingkan dengan daging hewan lainnya, daging kelinci mengandung lemak yang lebih sedikit.

Daging kelinci juga mengandung sedikit kalori. Situs kesehatan ini bahkan menyebutkan, daging kelinci “hampir” bebas kolesterol. Maka, cukup baik untuk dikonsumsi tanpa khawatir daging tersebut akan berbahaya untuk jantung bagi penikmatnya. Daging kelinci mengandung kadar garam atau sodium yang lebih sedikit. Namun, kandungan kalsium dan fosfornya lebih banyak dibandingkan dengan daging hewan lainnya.

Secara fisik, jika mempertimbangkan rasio tulang dan daging, kelinci memiliki lebih banyak daging yang bisa dimakan. Daging kelinci memiliki rasa yang enak dan aroma yang tak terlalu kuat seperti halnya daging kambing atau sapi. Jadi, selain memiliki banyak kelebihan di atas, daging kelinci juga bermanfaat untuk kesehatan, karena mengandung lebih sedikit lemak, kolesterol, dan garam.

Peluang Usaha 
Di balik nikmatnya olahan daging kelinci, usaha kuliner berbahan daging yang satu ini juga memiliki prospek usaha cukup bagus. Dari riset Infovet di beberapa media online dan media sosial, usaha olahan daging kelinci memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia. Permintaan terhadap produk olahan kelinci semakin meningkat, terutama di kalangan masyarakat yang peduli dengan kesehatan dan mencari alternatif protein yang sehat.

Jika berminat menekuni usaha kuliner berbahan daging kelinci, berikut adalah beberapa alasan yang dapat menjadi acuan mengapa usaha olahan kelinci bisa menjadi peluang yang menjanjikan.

Pertama, daging kelinci rendah lemak dan kaya nutrisi, sehingga diminati oleh mereka yang ingin menjaga kesehatan. Di Indonesia, para pecinta kuliner semakin mencari makanan dengan cita rasa khas yang unik dan produk olahan kelinci dapat menjadi pilihan menarik. Permintaan produk olahan kelinci makin hari makin tinggi seiring meningkatnya kesadaran akan kebutuhan protein sehat.

Kedua, cara mengembangkan produk olahan kelinci. Jika tertarik untuk mengembangkan produk olahan kelinci dengan cita rasa khas, maka sebaiknya harus memahami pasar yang akan dituju terlebih dulu. Pelajari tren dan preferensi konsumen terkait produk olahan kelinci, baik lokal maupun internasional. Dengan memahami kebutuhan pasar, maka dapat menciptakan produk yang sesuai dengan permintaan konsumen.

Ketiga, perlu mengembangkan resep dengan cita rasa khas, agar dapat bersaing dengan produk sejenis. Eksperimen dengan berbagai bumbu dan teknik memasak untuk menciptakan resep yang unik dan lezat bisa dilakukan. Tak perlu takut untuk mencoba hal-hal baru dan berinovasi agar produk tetap menarik bagi konsumen.

Keempat, lakukan promosi produk. Gunakan berbagai strategi pemasaran seperti media sosial dan kerja sama dengan restoran atau toko makanan untuk meningkatkan visibilitas produk. Berikan informasi yang jelas tentang keunggulan produk dan jadikan testimoni pelanggan sebagai daya tarik tambahan.

Kelima, bentuk jejaring pasar dan sumber bahan baku. Karena daging kelinci sebagai bahan baku utama, maka jalin hubungan dengan peternak kelinci lokal untuk mendapatkan pasokan daging kelinci yang berkualitas harus dilakukan. Bangun juga hubungan dengan pemasok bahan baku dan pihak-pihak terkait lainnya seperti distributor, toko makanan, dan restoran. Semakin luas jaringan, semakin besar peluang untuk mengembangkan olahan kelinci. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet Daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

PAKAN DAN NUTRISI PADA KELINCI

Kelinci sehat dan beranak pinak. (Foto: Istimewa)

Kebutuhan nutrisi untuk kelinci pada dasarnya kurang lebih sama dengan kebutuhan ternak lain, bahkan sama dengan kebutuhan manusia. Yaitu membutuhkan karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, dan protein.

Fungsi pakan pun demikian, yaitu sama-sama untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme dan memperbaiki jaringan tubuh.

Sumber Pakan yang Baik untuk Kelinci
“Sebelum menentukan pakan yang cocok, perlu mengenal bagaimana sistem pencernaan kelinci yang berbeda dengan hewan lainnya,” kata Yusuf Bachtiar saat diwawancara oleh Asep Hidayat di channel YouTube Saung Kelinci Nurlia, berjudul Talk Show Pakan dan Nutrisi pada Kelinci.

Hewan berdasarkan sistem pencernaannya dibagi menjadi tiga, yaitu ruminansia, monogastrik, dan pseudoruminansia. Ruminansia adalah hewan yang mencerna makanannya dalam dua langkah (memamah biak), mempunyai lambung jamak. Monogastrik adalah hewan yang memiliki lambung tunggal.

Kelinci termasuk hewan pseudoruminansia, mampu mencerna pakan hijauan seperti ruminansia, namun pencernaannya hanya terjadi sekali. “Kadang kelinci memakan kotorannya lagi, ciri khasnya disitu, dia perlu bakteri untuk membantu sistem pencernaan karena sistemnya tidak sekompleks ruminansia,” jelas Yusuf.

Maka pakan pun harus disesuaikan dengan sistem pencernaan kelinci. Misalnya rumput, tidak semua rumput bisa dijadikan pakan kelinci. “Misalnya alang-alang ya, bisa dimakan oleh sapi tapi tidak bisa dimakan oleh kelinci,” timpal Asep pemilik peternakan Saung Kelinci Nurlia di Subang, Jawa Barat.

Apakah Pakan Pelet Lebih Baik dari Hijauan?
Yusuf mengatakan baik atau tidaknya pakan yang menentukan adalah pencernanya (kelinci). Namun ada referensi yang diikuti untuk memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci.

Jumlah kebutuhan kelinci akan karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, dan protein tergantung pada umur kelinci (fase pertumbuhan), tujuan produksinya, juga laju pertumbuhan. Pejantan aktif kawin, betina bunting, betina menyusui, dan anak kelinci masa pertumbuhan memerlukan lemak 3-6%, protein 14-18%, serat 15-20%, dan abu 5-6%. Sedangkan pejantan tak aktif, betina kering, dan anak kelinci yang mulai dewasa memerlukan lemak 2-4%, protein 12-14%, serat 20-28%, dan abu 5-6%, dikutip dari Asia (Penyuluh BPSDMP), Pakan Kelinci.

Baik atau tidaknya pakan ditentukan oleh apakah pakan tersebut bisa memenuhi kebutuhan nutrisi kelinci. Pelet dan hijauan tidak bisa dibandingkan karena merupakan jenis pakan yang berbeda. Kandungan nutrisi hijauan adalah alami, sedangkan kandungan nutrisi pelet merupakan hasil dari rancangan, meskipun pelet belum tentu juga bisa memenuhi 100% kebutuhan nutrisi.

Perbandingan yang benar harus apple to apple yaitu hijauan dengan hijauan dan pelet dengan pelet.

Seperti Apa Hitungan Pakan yang Murah dan Mahal?
Tidak selalu pakan hijauan lebih murah dari pelet, dan sebaliknya. Untuk hijauan tergantung pada beberapa hal, misalnya apakah hasil dari mencari sendiri (ngarit) atau budi daya. Jika mencari sendiri apakah menggunakan jasa orang lain.

Ngarit-nya apakah setiap hari, atau seminggu sekali dimana hijauan dikeringkan agar awet dijadikan hay.

Untuk pelet harganya lebih jelas, bisa dibandingkan antara produk yang satu dengan produk yang lain. Dimana harganya tergantung juga pada fase pertumbuhan kelinci. Pelet untuk kelinci menyusui lebih mahal karena kandungan proteinnya lebih tinggi.

Murah dan mahalnya pakan sebenarnya mengikuti kebutuhan. Namun jangan sampai karena ingin berhemat di biaya pakan malah mengakibatkan kelinci kekurangan nutrisi.

Ujungnya nanti malah profit turun karena kelinci yang dihasilkan kurang bagus, sehingga menurunkan harga jual kelinci. Apalagi jika karena ngirit pakan malah gagal panen, akan jauh lebih mahal. Prinsipnya lebih baik ada biaya tambahan namun hasil panennya tetap bagus.

Cara Membandingkan dan Memilih Pakan Terbaik
Agar diketahui mana pakan yang lebih baik, sebaiknya dilakukan penelitian sederhana pada kandang dengan satu jenis kelinci saja. Perawatan, pakan, perlakuan, minum, dan lainnya pun harus sama, baru hasilnya nanti dibandingkan mana pakan yang performanya lebih bagus.

“Parameternya adalah kelincinya sehat dan beranak pinak,” kata Yusuf. “Jangan cuma dari katanya tapi dibuktikan sendiri.”

Penelitian jangan dilakukan pada semua populasi, disarankan pada sebagian kecil populasi saja untuk berjaga-jaga kalau terjadi kegagalan.

Pakan terbaik yaitu yang cocok untuk kelinci dan cocok juga untuk peternak, serta diformulasikan berdasarkan referensi yang jelas. Juga sangat penting untuk memberikan pakan sesuai fase pertumbuhan.

Namun pakan hanya salah satu faktor. Menurut Yusuf rumus keberhasilan adalah Penampilan = Lingkungan + Genetik.

Jika genetik kelincinya bagus tetapi lingkungan (pakan, kandang, dan sebagainya) buruk, maka penampilan/hasil tidak sesempurna yang seharusnya. Sebaliknya, jika genetik biasa namun lingkungan bagus maka penampilan bisa bagus hasilnya. ***

Dirangkum oleh:
Nunung Dwi Verawati
Redaksi Majalah Infovet

KELINCI CINNAMON

Foto: animalcorner.org

Berasal dari Amerika Serikat, kelinci Cinnamon dibiakkan untuk bulu dan dagingnya. Mampu mencapai bobot 5 kg.

Kelinci Cinnamon diberi nama karena warna bulunya seperti warna cinnamon atau coklat kemerahan, ditaburi abu-abu dan ditandai dengan telinga, moncong, dan cakar yang gelap.

Evolusi ras kelinci Cinnamon sepenuhnya dimulai secara kebetulan di Missoula, Montana, ketika seekor New Zealand White kawin dengan Chinchilla betina pada tahun 1962. Pemiliknya, Ellis Houseman, menginginkan kelinci persilangan tersebut untuk dikonsumi, namun anaknya Belle Houseman berhasil meyakinkan ayahnya untuk menyisakan seekor untuk hewan peliharaan.

Berikutnya, Belle dan saudara laki-lakinya Fred menyilangkan kelinci tersebut dengan seekor betina persilangan Checkered Giant dengan California.

KELINCI CHECKERED GIANT

Foto: animalcorner.org

Kelinci Checkered Giant berasal dari Jerman. Bobotnya bisa mencapai 5-7 kg. Dipelihara untuk diambil daging dan bulunya, juga untuk show.

Bulu Checkered Giant didominasi warna putih dengan tanda hitam atau biru tertentu pada lingkaran di sekitar mata, tanda kupu-kupu di moncong, telinga berwarna solid, dan satu titik atau sekelompok titik di setiap sisi. Garis warna gelap yang disebut tanda tulang belakang membentang di sepanjang punggung kelinci dari pangkal telinga hingga ujung ekornya.

Nenek moyang awal ras ini muncul di Jerman pada akhir tahun 1800-an. Otto Reinhardt menyempurnakan ras ini pada awal tahun 1900-an dengan mengawinkan kelinci Great German Spotted dengan Flemish Giant, yang menghasilkan kelinci Checkered Giant pertama. Populer dengan cepat di Eropa, ras baru ini diimpor ke Amerika Serikat pertama kali pada tahun 1910. Peternak Amerika terus mengembangkan ras ini menjadi kelinci Checkered Giant saat ini.

KELINCI CHAMPAGNE D’ARGENT

Foto: animalcorner.org

Kelinci Champagne d’Argent berasal dari wilayah Champagne di Perancis. Biasa diambil bulu dan dagingnya. Bobotnya bisa mencapai 5,4 kg. Kemungkinan dikembangkan oleh para biarawan Benedictine.

Champagne d'Argent memiliki bulu yang lebat dan berkilau serta tubuh montok dan kokoh khas kelinci tipe pedaging. Saat ini juga sering dipelihara untuk show.

Champagne d'Argent dapat dibedakan dari ras lain melalui bulunya yang berwarna keperakan dengan garis tepi gelap dan banyaknya bulu hitam yang memberikan warna timah (terkadang digambarkan sebagai putih kebiruan) pada bulunya. Hidung dan moncongnya yang ditandai dengan pola kupu-kupu jauh lebih gelap dibandingkan warna tubuhnya.

Crème d'Argent, kelinci yang serupa dalam bentuk dan nama, dibedakan dari Champagne d'Argent karena bulunya yang berwarna krem.

KELINCI CALIFORNIA

Foto: hepper.com

Berasal dari Amerika Serikat, kelinci California dipelihara untuk diambil bulu dan dagingnya. Beratnya bisa mencapai 4,8 kg.

Kelinci California dikembangkan sebagai kelinci penghasil bulu dan daging oleh George S West di Lynnwood, California, mulai tahun 1923. West memelihara kelinci New Zealand Whites, ras penghasil bulu dan daging yang terkenal, namun ia merasa frustrasi karena bulu kelincinya seperti wool.

Kulit kelinci dipasarkan terutama pada saat itu untuk produksi topi, bulu yang seperti wool hampir tidak berguna. West menginginkan ras yang lebih konsisten menghasilkan bulu halus dan juga daging

Dia bereksperimen dengan Kelinci Himalaya dan Staandard Chinchilla, kemudian menambahkan New Zealand White. Dengan bantuan breeder Roy Fisher dan Wesley Dixon, kelinci California, yang awalnya dikenal sebagai Cochinella, menjadi ras baru yang populer.

Di Amerika Serikat, kelinci California adalah kelinci berwarna putih dengan titik hampir hitam pada hidung, telinga, kaki, dan ekor. Kelinci ini memiliki ciri-ciri yang mirip dengan kelinci Himalaya tetapi ukurannya dua kali lebih besar. Kelinci California adalah kelinci yang montok, kokoh, bertubuh panjang dengan telinga tegak, kaki pendek, dan bulu lebat. Trah ini memiliki hasil otot yang luar biasa tinggi, yang penting bagi produsen daging komersial.

KELINCI BLANC DE HOTOT

Foto: livestockconservancy.org

Kelinci Blanc de Hotot berasal dari Perancis dan dipelihara untuk diambil bulu serta dagingnya. Beratnya bisa mencapai 5 kg.

Menginginkan kelinci yang ideal untuk show, bulu, dan daging, peternak Perancis bernama Eugenie Bernhard mulai mengembangkan kelinci Blanc de Hotot pada 1902. Kelinci hasil pengembangannya tersebut hampir punah saat Perang Dunia II, untungnya beberapa ekor masih bisa ditemukan di Swiss dan Jerman.

Blanc de Hotot pertama kali diimpor ke Amerika Serikat pada tahun 1978. Salah satu ras kelinci yang paling menakjubkan namun juga salah satu yang paling langka.

KELINCI AMERICAN CHINCHILLA

Foto: Animalcorner.org

Kelinci American Chinchilla berasal dari Amerika Serikat, mulai dikenal sejak tahun 1924. Kelinci yang beratnya bisa mencapai 5,5 kg ini dibiakkan untuk diambil daging dan bulunya.

Bulunya yang halus mirip dengan bulu chincilla, hewan pengerat liar. Kelinci American Chinchilla modern adalah cabang dari pendahulunya yang disebut juga American Chinchilla (sekarang jadi Standard Chinchilla).

Pada tahun 1920-an, para peternak Amerika, dengan menerapkan logika pemasaran “lebih besar lebih baik”, mencari versi yang lebih besar dari Chinchilla yang relatif kecil, ras yang diimpor dari Perancis. Pemikirannya, ras yang lebih besar akan memiliki daya tarik yang lebih besar baik di pasar bulu maupun daging. Perkembangbiakan selektif dengan cepat menciptakan ras Kelinci Chinchilla yang jauh lebih besar dibandingkan nenek moyangnya.

Namun, dengan menurunnya permintaan bulu kelinci dan meningkatnya preferensi untuk menggunakan kelinci berbulu putih untuk diambil dagingnya, minat terhadap American Chinchilla berkurang setelah Perang Dunia II. Saat ini kelinci ini adalah salah satu ras kelinci yang paling terancam punah di Amerika Utara.

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer