Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Headline | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

BERSIAP MENGADANG GANGGUAN REPRODUKSI

Air minum bisa menjadi celah bagi agen penyakit untuk menginfeksi ayam. (Foto: Istimewa)

Ketika produktivitas produksi telur menurun, pendapatan peternak juga akan menurun. Begitupun jika kualitas telur menurun, tentu akan memberikan dampak yang sama. Oleh karena itu, sebisa mungkin faktor-faktor penyebabnya harus diminimalisir.

Secara umum keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan empat faktor, yaitu genetik ternak, nutrisi, lingkungan, dan manajemen pemeliharaan. Keempat faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan dalam menunjang keberhasilan pemeliharaan. Jika salah satu dari empat faktor tersebut terjadi pergeseran, maka ketidakseimbangan akan terjadi dan efeknya sangat merugikan.

Kenyataannya di lapangan masih banyak peternak ayam petelur yang mengeluhkan kesulitan mencapai standar performa ayam sesuai standar guideline tiap strain-nya. Berbagai permasalahan yang biasa dikemukakan seperti produksi tidak mencapai puncak, produksi cepat turun, berat telur di bawah standar sehingga mengakibatkan konversi ransum yang membengkak, dan pada akhirnya mengganggu laju pendapatan.

Infovet mencoba memberikan kontribusi berupa saran dari berbagai ahli untuk mencapai produksi telur yang maksimal.

Pahami Genetika Ayam
Ayam petelur modern merupakan hasil selective breeding dengan potensi mampu menghasilkan telur dalam jumlah banyak (hen day tinggi) dalam intensitas waktu pemeliharaan yang panjang (persistensi produksi telur baik), serta mendapatkan tingkat efisiensi ransum yang baik.

Meskipun demikian, ayam petelur modern ternyata memiliki beberapa sisi kekurangan. Salah satunya relatif sulit mencapai berat badan standar terutama ketika fase starter serta memasuki awal produksi hingga puncak. Selain itu, ketertinggalan berat badan tersebut sulit dikompensasi saat fase pemeliharaan berikutnya. Ayam petelur modern saat ini juga lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan dan ransum. Hal tersebut disampaikan Senior Specialist Poultry PT De Heus Indonesia, Jan Van den Brink.

Sebagai contoh, pada ras ISA brown, jika diikuti dengan penerapan tata laksana pemeliharaan yang baik, seekor ayam petelur mampu menghasilkan… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023. (CR)

KUALITAS PULLET DAN GANGGUAN REPRODUKSI

Pemeliharaan pullet ayam petelur modern dengan sistem koloni dalam kandang tertutup ternyata selain mampu mengurangi kasus-kasus infeksius selama masa pullet, tetapi juga dapat membentuk kualitas pullet yang optimal dengan keseragaman yang tinggi.

Oleh: Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant-Jakarta)

Slogan "more eggs less feed" tampaknya sudah lengket dengan karakteristik umum ayam petelur modern. Sadar atau tidak, sekarang para peternak ayam petelur tengah berhadapan dengan ayam petelur “gaya baru”. Keengganan mengikuti perubahan tata laksana pemeliharaan yang seiring dengan perkembangan genetik ayam petelur modern tentu dapat memengaruhi total penampilan akhir ayam. Ujung-ujungnya, tidak saja menyebabkan keuntungan yang sudah di depan mata tereduksi, tetapi juga dapat menjadi faktor pencetus masalah baru yang kompleks dan terkesan misterius.

Dalam satu dekade terakhir, para praktisi lapangan yang jeli tentu dapat mengidentikasi meningkatnya kasus-kasus non-infeksius pada ayam petelur modern, khususnya gangguan reproduksi yang berkorelasi dengan metabolisme tubuh (penyakit metabolik). Pada kenyataannya, selain kasus yang tergolong dalam kelompok ini memang relatif sulit untuk didiagnosis secara cepat karena banyak faktor yang terlibat, juga rendahnya persentasi kesembuhan.

Dengan kata lain, kasus penyakit metabolik gangguan reproduksi pada ayam petelur modern umumnya bersifat semi permanen (non-reversible). Ini berarti, ayam yang sudah mengalami masalah umumnya mempunyai produktivitas sub-optimal pada sepanjang hayatnya.

Beberapa bentuk penyakit metabolik pada ayam petelur modern yang sering ditemukan di lapangan seperti tertera dalam tabel:

Kasus Non-infeksius (Metabolik) pada Ayam Petelur Modern

Problem yang Tampak

Efek

Prolapsus dan kanibalisme

Deplesi meningkat, % HH rendah

Kejang kalsium (calcium tetany)

Deplesi meningkat, % HH rendah

Egg-yolk peritonitis

Deplesi meningkat, % HH rendah

Kerabang telur tipis/bobot telur ringan

Bobot telur rendah, telur afkir meningkat

Kelelahan bertelur (cage layer fatigue)

Deplesi meningkat, % HH rendah

Osteoporosis

Deplesi meningkat, % HH rendah


Sekilas Tentang Ayam Petelur Modern
Perkembangan genetik ayam petelur modern memang sangat spektakuler. Jika diikuti dengan perbaikan tata laksana pemeliharaan yang sesuai, maka seekor ayam petelur modern mampu menghasilkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023. (toe)

KENALI FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN REPRODUKSI PADA UNGGAS

Ayam petelur, sebuah mesin biologis. (Foto: Istimewa)

Layaknya sistem organ lain, sistem organ reproduksi pada unggas juga memegang peran krusial. Mungkin pada broiler gangguan pada organ reproduksi jarang dibicarakan, namun bagi layer dan breeder, gangguan pada organ reproduksi akan sangat memengaruhi performa produksi.

Sebagai makhluk hidup ovipar, unggas juga berkembang biak dengan cara bertelur layaknya ikan dan reptil. Telur unggas merupakan salah satu sumber protein bagi manusia, baik diolah maupun tanpa diolah. Sebagai salah satu komoditas yang digemari masyarakat dunia, sangat penting agar produksi telur tetap terjaga.

Di era modern ini unggas petelur didesain sebagai mesin biologis penghasil telur yang sangat masif. Salah satu produsen bibit ayam petelur bahkan mengklaim bahwa ayam petelur keluaran mereka dapat bertelur sebanyak 500 butir lebih dalam kurun waktu 100 minggu, tentunya perkembangan yang luar biasa dari tahun ke tahun.

Kuantitas vs Kualitas Telur
Setidaknya ada dua aspek yang dinilai dari keberhasilan pencapaian produksi telur, yakni kuantitas dan kualitasnya. Kuantitas telur berkaitan dengan hen day (produksi telur), sedangkan kualitas terkait bentuk, ukuran, konsistensi, haugh unit, dan berbagai aspek lain dari telur yang dihasilkan. Keduanya amat penting untuk dijaga peternak.

Misalnya jika produksi telur dari satu peternakan melimpah, namun kualitasnya buruk (ukuran kecil, kisut, mudah pecah, dan bermasalah lain), tentu akan banyak telur yang diafkir dan tak terjual. Begitupun sebaliknya, jika kualitas telur sudah baik namun produksinya sedikit, peternak pun akan merugi.

Ayam petelur mulai berproduksi ketika mencapai umur 18 minggu. Pada umur tersebut, tingkat produksi telur baru mencapai sekitar 4-5% alias baru belajar bertelur. Selanjutnya produksi telur akan meningkat secara cepat hingga mencapai puncak produksi sekitar 96%, bahkan ada yang mengklaim 98% dalam kurun waktu ± 2 bulan (di umur 26 minggu).

Sesuai pola siklus bertelur, maka setelah mencapai puncak produksi, sedikit demi sedikit jumlah produksi mulai mengalami penurunan secara konstan. Pada saat ayam berumur 90-100 minggu, jumlah produksi telah berada di bawah angka 70% dengan jumlah telur per hen house 466 butir dan pada kondisi demikian bisa dikatakan ayam siap diafkir (HyLine Brown Management Guide, 2019).

Staf pengajar sekaligus ahli Kesmavet SKHB IPB University, Drh Denny Widaya Lukman, mengatakan bahwa untuk menentukan kualitas dari sebutir telur harus melihat... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023. (CR)

MAJALAH INFOVET KINI TERSEDIA VERSI DIGITAL


Bagi Anda yang kesulitan mendapatkan majalah Infovet versi cetak, kini bisa berlangganan majalah versi digital. Tampilan maupun isi majalah versi digital sama persis dengan versi cetak. Cara membacanya tinggal klik link yang Anda terima dan input password yang anda miliki setelah berlangganan.

Selanjutnya usap ke kiri untuk berpindah halaman.

Rasakan kenyamanan membaca Infovet versi digital yang dapat dibaca melalui smartphone, tablet maupun laptop Anda.

Dengan adanya Infovet versi digital ini, Anda tak perlu repot membawa banyak majalah di tas Anda, karena hp anda bisa menyimpan puluhan edisi Infovet.

Silakan klik layar di atas untuk merasakan contoh majalah Infovet edisi digital. Untuk berlangganan hubungi Yaya https://wa.me/628111611477



 

KESIAGAAN MENGHADAPI GANGGUAN REPRODUKSI

Gambar kiri: Kerabang telur lunak (EDS). Gambar kanan: Albumin luar sangat encer. (Foto-foto: Dok. Romindo)

Untuk mencapai target produktivitas ayam petelur, faktor kesehatan harus selalu mendapat perhatian serius untuk mencapai performa genetik ayam yang optimal. Dengan semakin tingginya target produktivitas, menyebabkan ayam menjadi semakin sensitif terhadap perubahan lingkungan dan meningkatnya risiko penyakit, sehingga diperlukan manajemen kesehatan yang lebih baik.

Upaya yang dilakukan untuk menghindari penyakit penyebab gangguan produksi telur adalah dengan menghindari atau mengurangi faktor-faktor yang dapat mendukung terjadinya penyakit, antara lain iklim dan cuaca, fluktuasi temperatur, atau kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya stres pada ayam. Risiko ini akan semakin tinggi pada kandang sistem terbuka, sehingga ayam akan semakin rentan terhadap infeksi penyakit.

Selain itu, kualitas air minum pada peternakan yang menggunakan air permukaan karena sulitnya mendapat air tanah yang dalam, kualitas air minum merupakan masalah utama yang sering menjadi faktor pendukung timbulnya penyakit, terutama cemaran koliform yang melebihi batas normal.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah kualitas pakan. Bahan baku pakan asal biji-bijian yang tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang menghasilkan toksin. Selain itu, tak kalah penting adalah program kesehatan dan pencegahan penyakit. Dengan semakin kompleksnya kejadian penyakit saat ini, program kesehatan dan pencegahan penyakit semakin banyak dan membutuhkan biaya tinggi, oleh sebab itu harus dilakukan pemilihan program kesehatan dan  biosekuriti yang tepat dan efisien.

Penurunan produksi pada ayam petelur dapat disebabkan beberapa faktor:

• Usia: Produksi telur biasanya mencapai puncak ketika ayam berusia 24-50 minggu. Setelah itu, produksi telur secara alami mulai menurun seiring bertambahnya usia ayam.

• Nutrisi: Kekurangan nutrisi atau gangguan dalam pemberian pakan dapat menyebabkan penurunan produksi telur. Ayam petelur membutuhkan asupan pakan seimbang, termasuk protein, vitamin, mineral, dan air yang cukup. Nutrisi yang tidak seimbang atau kekurangan pakan dapat memengaruhi kesehatan dan produksi telur ayam.

• Penyakit dan infeksi: Seperti infeksi saluran pernapasan, infeksi saluran reproduksi, atau penyakit menular lainnya dapat menyebabkan... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juli 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

KEBERHASILAN APLIKASI BIOSEKURITI

Disinfeksi kaki bagian dari biosekuriti di peternakan. (Foto: Istimewa)

Ada peribahasa berbunyi “Ikhtiar menjalani, untung menyudahi”. Dalam semua aspek, sepertinya peribahasa ini akan berlaku, termasuk biosekuriti. Banyak hal baik yang didapat dari aplikasi biosekuriti yang konsisten dan berkesinambungan.

Prinsip paling hakiki dari biosekuriti adalah mencegah penyakit tidak masuk dan keluar dari suatu peternakan, bagaimanapun caranya. Dalam aplikasinya bisa dilakukan masing-masing peternak, namun karena alasan cuan rata-rata peternak kerap abai.

Setidaknya minimal ada tujuh aspek yang harus dilakukan dalam menjaga biosekuriti di peternakan menurut Hadi (2010), di antaranya kontrol lalu lintas, vaksinasi, recording flock, menjaga kebersihan kandang, kontrol kualitas pakan, kontrol air, dan kontrol limbah peternakan. Sangat mudah diucapkan, namun sulit diimplementasikan.

Hewan Tetap Produktif, Manusia Tetap Sehat
Banyak peternak di Indonesia menanyakan efektivitas penerapan biosekuriti. Sebagai contoh Infovet pernah melakukan kunjungan ke Lampung, dimana FAO ECTAD Indonesia beserta stakeholder peternakan di sana sedang menggalakkan biosekuriti tiga zona pada peternak layer.

Kusno Waluyo seorang peternak layer asal Desa Toto Projo, Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur, bercerita mengenai keputusannya menerapkan aplikasi biosekuriti. Peternak berusia 46 tahun ini memang sudah terkenal sebagai produsen telur herbal. Hal ini diakuinya karena Kusno memberikan ramuan herbal sebagai suplementasi pada pakan ayamnya. Hasilnya cukup baik, namun ia masih kurang puas karena merasa masih bisa lebih efektif lagi.

“Akhirnya saya ikuti program FAO di sini, katanya ini bagus, maka saya coba ikuti saja. Ternyata benar, biaya yang dikeluarkan makin irit, hasilnya lebih jos,” tutur pemilik Sekuntum Farm tersebut.

Menurut Kusno salah satu tolok ukur suksesnya penerapan biosekuriti di kandangnya adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023. (CR) 

BIOSEKURITI, MEMBERI BUKTI BUKAN JANJI

Pembagian tiga zona wilayah biosekuriti pada suatu farm.

Penyakit unggas berpengaruh secara negatif terhadap keuntungan peternak, bahkan terkadang membahayakan kesehatan manusia. Peternakan unggas selalu berisiko terserang oleh penyakit yang mengakibatkan berkurangnya produksi daging dan telur, tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Beberapa negara telah diserang penyakit-penyakit yang menyebabkan tingkat kematian pada unggas dan kerugian ekonomi tinggi.

Ketika unggas dipaparkan pada kondisi lingkungan yang tidak sehat seperti panas berlebihan, kedinginan, kelembapan, amonia, suara bising, kekurangan air dan pakan, tingkat ketahanan mereka terhadap penyakit menjadi berkurang, membuat unggas rentan terhadap penyakit yang disebabkan bakteri, virus dan jamur.

Untuk mengatasi atau mengurangi risiko, penerapan biosekuriti yang baik perlu dilakukan dalam suatu farm. Biosekuriti terdiri dari seluruh prosedur kesehatan dan pencegahan yang dilakukan secara rutin di sebuah peternakan, untuk mencegah masuk dan keluarnya kuman patogen yang menyebabkan penyakit.

Suatu peternakan ayam petelur maupun pedaging, hendaknya dibagi menjadi tiga area yang berbeda, yaitu area luar (zona merah), area bebas terbatas (zona kuning) dan area terbatas atau farm (zona hijau). Setiap area dipisahkan secara tegas dengan pagar sebagai barrier fisik dan mempunyai spesifikasi biosekuriti tertentu yang menuntut prosedur khusus untuk sanitasi dan disinfeksi. Biasanya diberi tanda peringatan berbentuk tulisan pada suatu papan agar dapat dibaca dengan mudah. Tujuan pembagian area adalah untuk mengisolasi peternakan dari agen kuman penyakit yang berasal dari lingkungan luar peternakan atau yang berada di lingkungan peternakan.

Penerapan dan penjelasan mengenai biosekuriti tiga zona bisa dilihat dalam penjelasan berikut:

• Zona Merah (Area Luar Peternakan). Area ini merupakan lokasi kuman penyakit berada, waspadai semua hal (orang, barang dan hewan) yang berasal dari area ini. Karena melalui area luar peternakan, kuman penyakit secara tidak langsung mampu terbawa oleh manusia. Jika kuman penyakit sampai terbawa ke area peternakan, maka akan membahayakan kelangsungan hidup unggas yang berada di dalam farm.

• Zona Kuning (Area Peralihan). Merupakan area... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Juni 2023.

Ditulis oleh:
Drh Bayu Sulistya
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
JL. DR SAHARJO NO. 264, JAKARTA
Tlp: 021-8300300

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer