Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Pakan Fermentasi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PAKAN FERMENTASI UNTUK UNGGAS

Limbah pertanian bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan unggas. (Foto: Istimewa)
 
Pakan merupakan bagian terbesar dalam usaha peternakan, dimana biaya tersebut bisa mencapai 60-70%. Biaya pakan yang mahal terutama pakan pabrikan akan menjadi kendala dalam usaha peternakan rakyat. Sementara itu bahan pakan yang berlimpah seperti limbah pertanian belum dapat dimanfaatkan secara optimal di lingkungan peternakan unggas, disebabkan serat kasarnya yang tinggi sehingga menjadi kendala pada proses metabolisme unggas.

Proses pencernaan fermentatif dalam saluran pencernaan unggas hanya terjadi pada organ tembolok, sekum, rektum, dan kolon dalam kondisi terbatas. Pada peternakan unggas komersial pemberian pakannya mengandalkan pakan jadi atau pakan konsentrat pabrikan. Namun dalam proses metabolisme pengurai dalam pencernaan unggas, kedua jenis pakan pabrikan itu tidak terurai seluruhnya karena tidak lengkap hadirnya mikrooganisme pengurai sehingga kandungan protein dalam kotoran masih tinggi kemudian beroksidasi yang menimbulkan bau tak sedap.

Kadar protein, daya cerna, dan asam amino yang rendah, serta serat kasar yang tinggi pada limbah pertanian dan agroindutsri biasanya menjadi faktor pembatas dalam penggunaannya sebagai pakan unggas. Maka untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan nilai nutrisinya diperlukan suatu proses yang dapat mencakup proses kimiawi, biologis melalui teknologi fermentasi (Hutagalung 1978, Yeong 1982, Zamora et al., 1989 dikutip Norbertus Kaleka 1991).
 
Mikroorganisme yang Terlibat dalam Proses Fermentasi 
Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik (tanpa oksigen) (Fardiaz, 1992 dikutip Norbertus Kaleha). Sedangkan menurut Satiawihardja (1992) adalah proses dimana komponen-komponen kimiawi yang dihasilkan akibat adanya pertumbuhan/metabolisme mikroba (secara aerob dan anaerob).

Beberapa jenis mikroorganisme yang mampu meningkatkan kadar protein dan beberapa substrat limbah pertanian, seperti pada tabel berikut:

Jenis Mikroorganisme yang Dapat Meningkatkan Kadar Protein dan Subtrat Limbah Pertanian

Mikroorganisme

Subtrat

Kadar protein Sebelum Fermentasi (%)

Kadar Protein Sesudah Fermentasi (%)

Sumber

Aspergillus niger

Lumpur sawit

11,00-12,00

23,00

Pasaribu et al., 1998

Aspergillus niger

Bungkil kelapa

21,69

37,40

Sinurat et al., 1996

Aspergillus niger NKRL 337

Bungkil inti sawit

14,19

25,06

Bintang et al., 1999

Aspergillus niger

Ampas sagu

2,30

16,30

Ulfah & Bamualim, 2002

Aspergillus niger

Singkong

2,00

23,37

Komplong et al., 1994

Aspergillus niger

Onggok

1,85

14,74

Supriyati, 2003

Rhizopus oligosporus

Biji karet

19,20

30,15

Wizna et al., 2000

Sumber: Norbertus Kaleka, 2020.


Fermentasi onggok dan kulit ari kedelai. Onggok (hasil sampingan pembuatan tapioka ubi kayu) dan kulit ari kedelai (hasil pengupasan biji kedelai) merupakan limbah agroindustri yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan unggas. Campurkan bahan onggok (1,5 kg/15%) dan kulit ari kedelai (1,5 kg/15%) kemudian aduk merata. Masukkan dalam wadah plastik/ember besar lalu tambahkan 8 liter air hangat, setelah agak dingin tambahkan ragi (Aspergillus niger) 100 gr kemudian aduk kembali. Tutup rapat wadah plastik/ember dan biarkan selama tiga hari.


• Fermentasi dedak padi. Proses pengolahan gabah menjadi beras akan menyisakan 10% dedak padi, 3% tepung beras, 20% sekam, dan 50% beras (endosperma). Tetapi prosentase tersebut bervariasi tergantung varietas/umur padi, derajat penggilingan, dan penyosokannya (Grist, 1972). Cara membuatnya campurkan dedak padi 5 kg (atau lebih) dengan 2,5 liter air kemudian aduk sehingga seperti adonan, lalu campurkan EM4 dan molases (tetes tebu) ke dalam adonan dan aduk. Masukkan adonan dedak padi tersebut ke kantong plastik dan tutup rapat/ikat, kemudian biarkan selama 2-3 hari pada suhu ruangan dan jangan terkena sinar matahari. Adapun berikutnya cara membuat 2:2 kg dedak padi dibasahi air dengan perbandingan 3:1, lalu aduk sampai jadi adonan. Kemudian kukus adonan selama 15-30 menit, lalu dinginkan. Tambahkan ragi halus (Aspergillus niger) dan aduk merata. Masukkan adonan ke kantong plastik, tutup rapat lalu biarkan selama 1-2 hari dan sudah bisa diberikan sebagai pakan unggas.

• Fermentasi bekatul. Bekatul kandungan protein, kalsium (Ca), dan fosfor (P) hampir sama dengan dedak padi, tetapi serat kasarnya lebih rendah yaitu 4%, sehingga dapat digunakan lebih banyak dari pada dedak padi untuk unggas. Cara membuatnya campurkan 10 kg bekatul dengan 2 liter air sampai adonan saat diperas tidak meneteskan air dan saat dilepas tidak pecah, kemudian kukus selama 15-30 menit. Setelah dingin bubuhi dengan ragi (Rhizophus eligosporus) masukkan ke dalam kantong plastik/ember plastik, tutup rapat. Biarkan selama 5-7 hari. Perlu diperhatikan tidak boleh ada bau tengik dan perubahan warna menjadi cokelat.

• Fermentasi ampas tahu. Dapat dijadikan bahan pakan unggas sumber protein karena mengandung protein kasar cukup tinggi berkisar 21-29% (Mathias & Sinurat, 2001) dan kandungan lemak 4,93% (Nuraini, 2009), serat kasar 22,65% (Duldjaman, 2004). Walau ampas tahu dapat digunakan langsung untuk pakan unggas, namun diperlukan fermentasi terlebih dahulu karena asam amino yang rendah dan serat kasar yang tinggi menjadi faktor pembatas. Cara membuat yakni sebanyak 25 kg ampas tahu diperas sampai tidak berair, lalu dikukus selama 30 menit, dinginkan dengan menyebar di atas lantai. Taburkan 5-7 butir ragi (Aspergillus niger) atau 2-3 lembar ragi (Rhizopus oligosporus), dan mineral, lalu aduk merata. Masukkan dalam drum/ember/plastik besar lalu tutup rapat. Biarkan selama 2-3 hari, bila tercium aroma harum berarti proses fermentasi selesai. Ampas tahu fermentasi sudah bisa diberikan langsung pada unggas atau disimpan selama dua bulan (dengan dikeringkan dahulu di bawah sinar matahari). Ampas tahu fermentasi bernilai gizi tinggi dengan bahan kering 28,36%, lemak 5,52%, serat kasar 17,06%, dan BETN 45,44% (Nuraini et al., 2007), disamping karbohidrat, gula, dan pati. ***

Level Pemberian Limbah Pertanian dan Limbah Agroindustri Fermentasi untuk Berbagai Unggas

Bahan Pakan Terfermentasi

Diberikan untuk

Level Pemberian

Efek Terhadap Unggas

Sumber

Onggok

Ayam kampung hitam

10%

Bobot hidup 96,7 gr/12 mgg konsumsi pakan 3076 gr, FCR 3,346, IOFC Rp 5.082

Supriyati et al., 2003

Dedak padi

Itik alabio

5,10, dan 15%

Tidak berbeda nyata terhadap produksi, telur, konversi pakan

Rohaeni et al., 2004

Bekatul

Ayam Arab grower

10, 20, 30, dan 40%

Nyata menurunkan lemak dan kolesterol daging, serta meningkatkan protein daging

Sujono, 2001

Ampas tahu

Itik lokal jantan

10, 20, dan 30%

Tidak nyata terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan FCR

Setyowati, 2005

Sumber: Norbertus Kaleka, 2020.


Ditulis oleh:
Sjamsirul Alam
Praktisi peternakan, koresponden Infovet daerah Bandung

BINCANG BIOKIMIA SERI 1: FERMENTASI TINGKATKAN KUALITAS PAKAN

Webinar bertajuk BINCANG BIOKIMIA Seri 1 dengan topik “The Prospect of Microbes in Feed Fermentation”. (Foto: Istimewa)

Guru Besar Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (Fapet UGM), Prof Dr Zaenal Bachruddin, mengatakan bahwa proses fermentasi akan membuat kualitas pakan meningkat, serta berpengaruh terhadap produktivitas ternak dan kualitas produknya. 

Hal itu ia sampaikan dalam webinar bertajuk BINCANG BIOKIMIA Seri 1 dengan topik “The Prospect of Microbes in Feed Fermentation”, Kamis (27/8/2020). 

“Proses fermentasi menjadikan kualitas pakan meningkat dan berpengaruh terhadap produktivitas ternak serta kualitas produk. Penambahan bakteri asam laktat sebagai starter fermentasi tidak hanya berupaya menurunkan pH lebih cepat, akan tetapi juga dapat mencegah bakteri patogen yang berbahaya bagi ternak seperti E. coli,” ujar Prof Zaenal.

Ia yang memiliki banyak pengalaman dalam pengembangan pakan fermentasi dan aplikasinya pada ternak, telah mendapatkan bakteri Bacillus subtilis 11A yang diketahui memiliki kemampuan dalam proses fermentasi yang baik.

“Pemanfaatan bakteri tersebut dalam pakan fermentasi dapat menghasilkan domba dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi,” ucapnya.

Sementara pembicara lain yang juga memiliki pengalaman sama yakni Japan International Research Center for Agriculture Science, Yimin Cai, menambahkan bahwa pemanfaatan hijauan untuk membuat pakan fermentasi dapat dilakukan dengan penambahanan bakteri asam laktat.

“Pemanfaatan teknologi pakan fermentasi tidak hanya untuk menyediakan pakan bagi ternak, akan tetapi berkaitan dengan mendukung peternakan yang berkelanjutan (sustainable livestock production),” kata Cai.

Berdasarkan hasil penelitian yang ia lakukan, pakan fermentasi dapat menurunkan produksi metan pada ternak ruminansia. Tentu hal tersebut akan menguntungkan karena dapat menurunkan emisi gas rumah kaca yang berdampak terhadap global warming, selain itu meningkatkan optimalisasi nutrien pakan untuk produktivitas ternak. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer