Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini PERKEMBANGAN KASUS AVIAN INFLUENZA DAN SOLUSINYA | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

PERKEMBANGAN KASUS AVIAN INFLUENZA DAN SOLUSINYA

Vaksinasi masih menjadi andalan dalam mencegah AI. (Sumber: Istimewa)

Kasus Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) masih banyak terjadi di dunia. China merupakan negara yang paling banyak mengalami wabah yang disebabkan oleh beberapa strain virus HPAI (H5N1, H7N9, H5N6 dan H5N8) dengan penyebaran yang semakin luas pada unggas dan juga korban pada manusia.

Di Indonesia, hingga saat ini kasus Avian Influenza (AI) pada unggas telah menyebar keseluruh provinsi. Berdasarkan laporan dari Team Veterinary Representative PT Romindo Primavetcom, kasus AI masih terjadi di Kalimantan (dua kasus), Medan (tiga kasus), Jawa Timur (dua kasus) dan Tangerang (satu kasus).

Penyakit AI dilaporkan pertama kali muncul di Indonesia pada 2003 silam, penyakit tersebut disebabkan oleh HPAI strain H5N1 clade 2.1. Sampai saat ini Kasus AI telah menyebar di seluruh provinsi, dan dikarenakan dampaknya yang merugikan, maka AI dimasukan dalam 25 penyakit hewan menular strategis berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 4026/Kpts/OT.140/4/2013.

Virus AI dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu bentuk akut yang disebut dengan HPAI dan yang bentuk ringan disebut Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI). Virus pada unggas yang mempunyai subtipe H5 atau H7 telah diketahui mempunyai hubungan erat dengan penyakit yang bersifat patogenik, sebaliknya banyak juga virus influenza A subtipe H5 atau H7 yang bersifat tidak patogen (Tabbu, 2000).

Sebagian besar ahli penyakit unggas menyatakan penanggulangan AI masih sulit mencapai hasil yang diinginkan. Beberapa hal yang menjadi hambatan untuk bebas dari penyakit AI diantaranya sistem pemasaran unggas yang sebagian besar belum tertata dengan baik. Dengan sistem pemasaran yang ada saat ini, ayam afkir yang diduga terjangkit AI dapat mencemari tempat penampungan di pasar tradisional dan mencemari alat transportasi yang berasal dari pasar tradisional tersebut. Sehingga pada saat kembali ke peternakan, alat-alat transportasi tersebut akan mencemari peternakan karena tidak melalui proses sanitasi dan desinfeksi yang baik.

Vaksin inaktif AI saat ini sering menjadi “kambing hitam” kegagalan program penanggulangan penyakit. Perdebatan penggunaan vaksin yang efektif masih sering didiskusikan.

Program vaksinasi pada peternakan petelur komersial dan peternakan ayam pembibit saat ini sudah berjalan dan terprogram dengan baik. Namun, masih ada empat kelompok unggas yang belum melakukan vaksinasi terhadap AI, yaitu kelompok ayam broiler (pedaging), ayam pejantan (jantan jenis ayam petelur), ayam kampung dan jenis unggas lain (bebek, angsa, puyuh). Hal tersebut mengakibatkan kurang efektifnya program vaksinasi terhadap AI karena jumlah populasi ayam terbesar di Indonesia adalah populasi ayam broiler, ayam kampung dan unggas lain dibandingkan dengan populasi ayam petelur komersial dan ayam pembibit.

Penanggulangan AI dapat dilakukan dengan berbagai strategi. Terdapat tiga hal yang dapat dilakukan di peternakan, yaitu tatalaksana peternakan yang optimal, vaksinasi dan biosekuriti.


Karakteristik Patologi Anatomi AI.

Program Vaksinasi AI
Perlu dipahami bahwa pemberian vaksinasi AI tidak dapat serta-merta secara langsung menghilangkan tantangan virus dan memberikan jaminan bahwa ayam bebas dari penyakit AI.

Tujuan vaksinasi terhadap AI adalah untuk mengurangi gejala klinis, mengurangi gangguan produksi telur, menurunkan mortalitas yang disebabkan virus AI, mengurangi populasi ayam yang rentan dan mengurangi pencemaran/shedding virus di lokasi peternakan.

Prinsip dasar pemakaian vaksin AI adalah antigen vaksin harus dapat memberikan stimulasi kekebalan yang optimal sebelum virus asal lapang menginfeksi tubuh ayam. Kemudian, vaksin harus homolog dengan sub tipe H atau subtipe H dan N virus asal lapang. Karakteristik vaksin AI yang ideal (menurut Suarez, 2000) vaksin dapat meransang respon kekebalan humoral (HMI-humoral mediate immunity) dan kekebalan seluler (CMI-cell mediate immunity), sehingga perlindungan terhadap ayam cepat terbentuk.

Vaksin AI juga harus aman untuk unggas dan aman untuk diproduksi. Master seed berasal dari virus LPAI, serta waktu yang diperlukan untuk stimulasi kekebalan singkat sehingga cocok  digunakan pada ayam pedaging.

Kriteria lain yang diharapkan pada vaksin AI adalah harga relatif tidak mahal, mudah diberikan pada ayam, perlindungan efektif dan dapat dicapai dengan dosis tunggal untuk ayam semua umur.

Pencegahan penyakit terhadap AI umumnya sudah dilakukan oleh peternak. Program standar yang telah dilakukan peternak ayam petelur adalah dengan melakukan vaksinasi dengan vaksin inaktif sebanyak minimal tiga kali. Bahkan di beberapa wilayah padat peternakan, vaksinasi inaktif telah dilakukan 3-4 kali pada periode grower dan 1-2 kali pada periode bertelur. 

Pelaksanaan Vaksinasi AI
Teknik alias cara pemberian vaksin juga mempengaruhi hasil vaksinasi. Pemberian vaksin dengan reaksi stres yang minim dapat meningkatkan ransangan kekebalan yang tinggi. Selain itu metode vaksinasi, program vaksinasi, vaksinator dan peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam, meliputi umur/variasi umur dan status kesehatan, kesemuanya memegang peranan dalam keberhasilan penanggulangan AI.
Untuk mengurangi... (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2020)


Drh Yuni
Technical Department Manager
PT ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl. DR Saharjo No. 264
JAKARTA. Telp.021 8300300

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer