Pameran peternakan internasional terbesar di Asia, VIV ASIA 2017 , akan kembali digelar di Bangkok, Thailand pada tanggal 15-17 Maret 2017 yang berlokasi di hall pameran Bangkok International Trade & Exhibition Centre (BITEC).
Pameran ini menampilkan berbagai teknologi terkini di bidang industri unggas, babi, sapi, serta akuakultur. Bahkan tahun ini industri pet animal juga ikut bergabung dalam VIV Asia 2017. Pameran ini sangat bermanfaat sebagai referensi bagi peternak, pengusaha, dan pelaku usaha lainnya dalam industri peternakan dan Akuakultur baik di pusat maupun daerah untuk mengembangkan industri peternakan dan perikanan Indonesia.
Infovet - Gallus Tour & Travel, Selenggarakan Tour VIV Asia 2017 Bangkok
Trouw Nutrition Selenggarakan Trouw Paper Competittion
Berani mencoba hal baru? Suka berinovasi? PT Trouw Nutrition Indonesia, perusahaan global di bidang animal nutrition asal Belanda mengajak para mahasiswa/i untuk berpartisipasi dalam perlombaan Paper Competition dengan mengusung topik Animal Nutrition, Food Safety and Raw Material Variability.
Nah, untuk kamu yang berminat , yuk buruan daftar , Ada hadiah menarik lho buat karya karya yang terpilih.
Info lebih lanjut : http://bit.ly/TrouwPaperComp
dan formulir bisa didownload di : http://bit.ly/TrouwPaperComp1
INDONESIA SIAP EKSPOR AYAM OLAHAN KE JEPANG
Kunjungan Dirjen PKH ke PT So Good Food Boyolali dalam rangka persiapan ekspor produk unggas ke Jepang dan Myanmar. |
“Untuk daging ayam olahan kita sedang mengupayakan agar beberapa unit usaha pengolahan daging ayam dapat kembali memperoleh persetujuan dari Pemerintah Jepang dan segera merealisasikan ekspor daging ayam olahan ke Jepang. Sedangkan untuk susu cair, Indonesia saat ini sudah siap untuk mengekspor ke Myanmar. Hal ini tentunya diharapkan dapat menyusul keberhasilan Indonesia, dimana sejak tahun 2015 telah mengekspor telur ayam tetas (Hatching Eggs) ke negara tersebut,” ungkap Dirjen PKH.
Lebih lanjut I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa upaya untuk mengekspor daging ayam ke luar negeri ini sudah mulai dilakukan pada tahun 2014, dimana Pemerintah Jepang telah menyetujui 4 (empat) unit usaha pengolahan daging ayam untuk mengekspor daging ayam olahan ke negaranya. Keempat unit usaha tersebut yaitu: 1). PT. Malindo Food Delight Plant Bekasi; 2). PT. So Good Food Plant Cikupa; 3). PT. Charoen Pokphand Plant Serang, dan 4). PT. Bellfood Plant Gunung Putri.
Ekspor akan dilakukan dalam bentuk daging ayam olahan yang telah melalui proses pemanasan ≥ 70 oC selama ≥ 1 menit. Hal ini dilakukan mengingat Indonesia saat ini masih belum bebas penyakit AI (Avian Influenza), maka Indonesia tidak dapat mengekspor daging ayam dalam bentuk segar dingin atau beku. Sebelum tahun 2003, Indonesia telah mengekspor daging ayam segar dingin dan beku ke beberapa negara antara lain Jepang dan Timur Tengah. Namun dengan munculnya wabah Penyakit AI pada tahun 2003 menyebabkan pasar ekspor daging ayam Indonesia terhenti.
Untuk mendapatkan persetujuan dari negara calon pengimpor, maka ayam hidup harus berasal dari peternakan ayam yang telah mendapatkan sertifikat kompartemen bebas AI dari Kementerian Pertanian. Untuk itu, sejak tanggal 5 Februari 2017 tim auditor dari kementerian Pertanian Jepang telah datang ke Indonesia untuk melakukan audit surveilans terhadap keempat unit usaha yang telah disetujui tersebut. Disamping audit terhadap keempat unit usaha tersebut, pada hari ini tim auditor juga mengaudit PT. Cahaya Gunung Food Plant Boyolali yang merupakan salah satu unit usaha baru yang telah diusulkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2015.
Sesuai protokol kesehatan hewan yang telah disepakati antara Kementerian Pertanian Indonesia dan Kementerian Pertanian Jepang, setiap unit usaha yang telah disetujui oleh Pemerintah Jepang harus dilakukan audit ulang (surveilans) setiap 2 tahun sekali. Surveilans bertujuan untuk memastikan standar keamanan pangan yang dipersyaratkan oleh pemerintah Jepang dapat terus terpenuhi.
“Apabila tambahan unit usaha ini akan disetujui oleh Pemerintah Jepang, maka total unit usaha pengolahan daging yang disetujui adalah sebanyak 5 unit usaha. Saya sangat berharap dengan disetujuinya kelima unit usaha ini, maka Indonesia dapat segera mengekspor produk olahan daging ayam bukan saja ke Jepang yang terkenal dengan persyaratan keamanan pangannya tetapi juga dapat menembus ke negara-negara lainnya seperti Singapura, Malaysia, Timor Leste, dan sebagainya,” ungkap I Ketut Diarmita.
Saat ini produk pangan asal unggas masih menjadi bahan pangan yang sangat diminati oleh masyarakat luas bukan hanya di Indonesia tetapi juga hampir di semua negara di dunia. Hal tersebut dikarenakan produk unggas memiliki kandungan gizi yang baik, rasa yang lezat, harga relatif terjangkau, mudah didapat dan diterima oleh semua lapisan masyarakat dengan latar belakang yang beragam.
Produksi ayam ras nasional di Indonesia saat ini mengalami surplus. Hal ini karena konsumsi masyarakat terhadap daging ayam masih sekitar 10 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data Statistik Peternakan tahun 2016, populasi ayam ras pedaging (broiler) mencapai 1,59 juta ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 162 ribu ekor dan ayam bukan ras (buras) mencapai 299 ribu ekor atau mengalami peningkatan sekitar 4,2% dari populasi pada tahun 2015. Produksi daging unggas menyumbang 83% dari penyediaan daging nasional, sedangkan produksi daging ayam ras menyumbang 66% dari penyediaan daging nasional.
Berdasarkan informasi dari masyarakat perunggasan, industri perunggasan ayam di Indonesia dapat menyediakan produksi daging ayam ras berapapun jumlah yang diminta oleh pasar. Oleh karena itu, peningkatan populasi ayam ras ini harus diimbangi dengan seberapa besar kebutuhan atau permintaan untuk menghindari terjadinya penurunan harga akibat over supply daging ayam.
I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa kendala yang dihadapi oleh masyarakat perunggasan di Indonesia saat ini adalah harga ayam hidup dan daging ayam sangat berfluktuasi. “Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengendalikan harga ini adalah dengan membuka pasar di luar negeri” ungkapnya. “Kita harapkan para pelaku industri perunggasan dapat menjual produk daging ayamnya ke pasar di luar negeri, sehingga pasar dalam negeri dapat diisi oleh peternakan unggas rakyat,” tambahnya menjelaskan.
Asrul Ointu, Head of Manufacturing Operation PT. So Good Food (SGF) menyampaikan bahwa SGF pada prinsipnya siap untuk melakukan ekspor ke luar negeri. Lebih lanjut disampaikan bahwa SGF Boyolali Value Added Meat beroperasi sejak Januari 2015, dengan produk yang dihasilkan yakni produk olahan fully cooked (siap saji). Perusahaan ini menyerap tenaga kerja sebanyak 180 orang dan beroperasi 3 shift/day, 6 hari per minggu. Saat ini SGF sedang dalam proses joint operasionil dengan PT. Cargill Foods Indonesia membentuk perusahaan baru dengan nama PT. Cahaya Gunung Food.
Lebih lanjut Asrul Ointu menyampaikan bahwa selain olahan daging ayam, PT. SGF saat ini juga sedang mempersiapkan untuk mengekspor susu cair Real Good ke Myanmar. “Pelaksanaan ekspor susu cair ini tinggal menunggu proses administrasi, begitu selesai kita siap ekspor,” ungkapnya. (wan)
Keputusan MK; Impor Daging Berbasis Zona Dibolehkan Jika Keadaan Darurat
Mahkamah Konstitusi (MK) menolak
permohonan pemohon, namun memberlakukan syarat pengamanan maksimum impor ternak
dan produk ternak, baik berbasis zona maupun country. Demikian Hermawanto, advokat
dan konsultan hukum pemohon uji materi UU no 41 /2014, usai Sidang Mahkamah
Konstitusi di gedung MK Jakarta, Selasa 7 Februari 2017.
TELAH HADIR BUKU BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS
Kita ketahui bersama Biosekuriti merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suksesnya budidaya peternakan, oleh karena itu para pelaku budidaya peternakan maupun para petugas lapangan dari perusahaan sarana produksi peternakan (perusahaan obat hewan, pakan, bibit, kemitraan), serta petugas penyuluh dari pemerintah perlu terus meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya mengenai biosekuriti mulai dari konsep hingga pelaksanaannya.
Prinsip dalam pencegahan dan pengendalian penyakit di dalam sebuah industri peternakan unggas adalah dengan cara penerapan manajemen flock, biosekuriti, tindakan vaksinasi, dan sanitasi. Sampai saat ini, biosekuriti masih menjadi salah satu metode terbaik untuk meminimalisir mikroorganisme di dalam peternakan. Dengan menyusun program biosekuriti, kita tidak hanya menciptakan lingkungan peternakan yang sehat namun juga dapat mencegah penyebaran penyakit zoonosis dan menjamin kesehatan masyarakat.
Kebutuhan informasi dalam bentuk buku seperti Buku Biosekuriti Peternakan Unggas ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai manfaat biosekuriti dan bagaimana implementasinya di lapangan. Diharapkan para peternak, penyuluh peternakan, mahasiswa, tenaga lapangan dari perusahaan sarana produksi peternakan dapat memanfaatkan buku ini sebagai salah satu referensi penting untuk menjalankan biosekuriti.
Buku setebal 128 halaman ini juga dilengkapi dengan katalog peralatan penunjang biosekuriti dan daftar obat antiseptik dan desinfektan. Sehingga buku ini sangat layak menjadi salah satu referensi penting untuk menjalankan biosekuriti di farm anda!
Segera dapatkan bukunya melalui GITAPustaka (Infovet Group) di no kontak 082311962430 atau 08568800752.
Prinsip dalam pencegahan dan pengendalian penyakit di dalam sebuah industri peternakan unggas adalah dengan cara penerapan manajemen flock, biosekuriti, tindakan vaksinasi, dan sanitasi. Sampai saat ini, biosekuriti masih menjadi salah satu metode terbaik untuk meminimalisir mikroorganisme di dalam peternakan. Dengan menyusun program biosekuriti, kita tidak hanya menciptakan lingkungan peternakan yang sehat namun juga dapat mencegah penyebaran penyakit zoonosis dan menjamin kesehatan masyarakat.
Kebutuhan informasi dalam bentuk buku seperti Buku Biosekuriti Peternakan Unggas ini diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap mengenai manfaat biosekuriti dan bagaimana implementasinya di lapangan. Diharapkan para peternak, penyuluh peternakan, mahasiswa, tenaga lapangan dari perusahaan sarana produksi peternakan dapat memanfaatkan buku ini sebagai salah satu referensi penting untuk menjalankan biosekuriti.
Buku setebal 128 halaman ini juga dilengkapi dengan katalog peralatan penunjang biosekuriti dan daftar obat antiseptik dan desinfektan. Sehingga buku ini sangat layak menjadi salah satu referensi penting untuk menjalankan biosekuriti di farm anda!
Segera dapatkan bukunya melalui GITAPustaka (Infovet Group) di no kontak 082311962430 atau 08568800752.
UU Peternakan dan Kesehatan Hewan : Maju Mundur Pasal Aturan Impor Ternak (Editorial)
Tahun
1967 Indonesia sudah memiliki Undang-Undang yang mengatur Peternakan dan Kesehatan
Hewan, yaitu UU nomor 6/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan dan
kesehatan hewan. Seiring berjalannya waktu, UU tersebut dianggap makin kurang
relevan dengan perkembangan zaman. Sekitar tahun 1993 mulai muncul gagasan
perlunya penyempurnaan UU tersebut dengan alasan antara lain UU no 6/1967 belum
lengkap, baru berupa ketentuan pokok peternakan dan kesehatan hewan. Bahkan UU
tersebut belum mengatur ketentuan pidana.
NUSAKAMBANGAN DIKEMBANGKAN JADI SENTRA TERNAK SAPI
Penandatangan kerjasama Dirjen Permasyarakatan Kemenkumham I Wayan K. Dusak dengan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita, Jakarta (23/1). |
Untuk mencapai tujuan itu, Dirjen PAS menjalin kerjasama dengan Kementerian Pertanian.
"Kami ingin menjadikan Pulau Nusakambangan menjadi setra ternak sapi. Sedikitnya 14 ribu ekor sapi dalam setahun akan dikembangbiakan di lahan seluas 20 hektar. Di lahan tersebut juga akan dibangun pabrik pakan untuk memenuhi kebutuhan sapi di sana," terang Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kemenkumham I Wayan K. Dusak di Kantor Ditjen Pemasyarakatan, Jakarta.
Dikatakan Wayan, dalam kerjasama ini pihaknya mencoba memanfaatkan lahan di Nusakambangan. Karena proyek ini terbilang besar yang membutuhkan permodalan besar, pihaknya akan menggandeng pihak swasta.
"Proyek ini akan menggunakan skema kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Maka butuh pihak swasta. Saat ini penjaringan investor telah masuk pada public market dan direncanakan bisa dilakukan lelang pada tahun ini," paparnya.
Dikatakan Dusak lebih jauh, sebelumnya di Nusakambangan telah dilakukan pengembangbiakan sapi melalui program CSR BNI dan juga APBN. BNI akhir tahun lalu memberi 8 ekor sapi untuk dikelola sekitar 20 narapidana Lapas Nusakambangan. Saat ini, pihaknya sedang mengembangkan proyek 150 ekor sapi yang dananya berasal dari APBNP.
"Proyek tersebut dikerjakan oleh 100 orang warga binaan di Lapas Nusakambangan. Dengan begitu, program pemerintah dalam pemenuhan daging sapi dan menekan harga daging dapat terwujud. Ketahanan pangan bisa diterapkan di LP hutan seluruh Indonesia," ujar dia.
Ditambahkan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Drh. I Ketut Diarmita, MP kerjasama saling menguntungkan ini dilakukan untuk mengoptimalkan peran sumber daya domestik dalam rangka meningkatkan populasi dan produksi ternak, terutama untuk pemenuhan kebutuhan protein asal ternak di dalam negeri.
Selain itu juga untuk meningkatkan kapabilitas SDM Petugas Pemasyarakatan dan Warga Binaan Pemasyarakatan, melalui optimalisasi masing-masing sumberdaya di dua lembaga tersebut. Kita harus bertumpu pada keanekaragaman protein hewani, bukan hanya sapi tetapi kelinci, domba, kambing, unggas, telur dan susu.
I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa Ditjen PKH melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawahnya yaitu Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden telah berkoordinasi dan bersinergi dengan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM melalui Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan untuk melakukan pendampingan teknis produksi ternak dan pakan ternak.
Lokasi Pulau Nusa Kambangan yang terpisah dan memiliki keragaman sumber pakan ternak memiliki peluang dan potensi sebagai zona pembibitan dan produksi ternak yang bebas penyakit. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pendampingan teknis produksi ternak dan pakan ternak pada Lembaga Pemasyarakatan yang diwadahi dengan Nota Kesepahaman antara Direktur Jenderal Pemasyarakatan dengan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang akan ditandatangani pada hari ini.
"Dengan adanya dokumen Nota Kesepahaman tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan Pulau Nusa Kambangan sebagai kawasan penghasil bibit dan sapi siap potong guna memenuhi kebutuhan pangan asal ternak," ungkap I Ketut Diarmita.
Adapun ruang lingkup Nota Kesepahaman tersebut mencakup: 1). Pendampingan produksi ternak dan pakan ternak; 2). Peningkatan SDM Petugas Pemasyarakatan dan Warga Binaan Pemasyarakatan; dan 3). Sosialisasi pelaksanaan kegiatan kerjasama.
"Besar harapan saya dengan adanya kegiatan kerjasama ini akan dapat saling menguntungkan semua pihak" ungkap Dirjen PKH. Lebih lanjut I Ketut Diarmita menyampaikan bahwa kegiatan kerjasama ini, terutama akan dapat meningkatkan kemampuan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di bidang teknis peternakan dan kesehatan hewan, sehingga memperoleh manfaat sebagai berikut: 1). Diterima kembali secara utuh dan menjadi pribadi yang produktif setelah mereka keluar dari rumah tahanan; 2). Mampu berperan aktif dalam pembangunan dirinya sehingga dengan kemampuan teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan; dan 3). Memperoleh sumber pendapatan untuk kehidupan yang layak sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab.
"Saya meminta kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan dan Kepala BBPTU-HPT Baturraden sebagai pelaksana pilot project kegiatan ini agar dapat mengimplementasikan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya sekaligus sebagai contoh yang menginspirasi Unit Pelaksana Teknis lainnya termasuk Lembaga Pemasyarakatan lain di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia," tambahnya. (wan)
CEGAH PENYEBARAN ANTHRAX, DITJEN PKH KEMENTAN GERAK CEPAT TURUNKAN TIM KE LAPANGAN
JAKARTA, Dalam rangka membantu upaya pencegahan dan pengendalian kasus penyakit Anthrax di Kabupaten Kulon Progo Daerah Istemewa Yogyakarta, terutama terkait adanya kematian ternak akibat Anthrax dan kejadian pada manusia meninggal dan tertular Anthrax, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) telah mengirimkan Tim ke lokasi untuk melakukan investigasi dan pengambilan sampel untuk uji laboratorium, serta menyampaikan langsung bantuan vaksin dan obat-obatan.
Ditjen PKH menyampaikan bahwa kasus kematian pada ternak sapi 1 (satu) ekor dan 17 (tujuh belas) ekor ternak kambing, sebelumnya tidak pernah dilaporkan baik oleh peternak maupun masyarakat ke Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat. Setelah ada kasus pada manusia, maka Dinas Kesehatan melaporkan kepada Pemda Kulon Progo dan Dinas Peternakan, yang selanjutnya diinfokan ke Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates).
Begitu mendapat laporan tentang kasus dugaan anthrax tipe kulit pada beberapa orang di Dusun Penggung, Dusun Ngroto, Dusun Ngaglik dan Dusun Wonosari, Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 10 Januari 2017, BBVet Wates yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah Ditjen PKH langsung menurunkan Tim untuk melakukan investigasi, serta pengambilan sampel uji laboratorium bersama Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan di lokasi kejadian pada tanggal tersebut.
Dari hasil investigasi di lapangan diperoleh informasi bahwa telah terjadi dugaan Anthrax tipe kulit pada 16 orang dan mengakibatkan kematian pada satu (1) ekor sapi dan 14 (empat belas) ekor kambing. Kematian ternak tersebut terjadi sejak bulan Nopember dan tidak pernah dilaporkan.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium di BBVet Wates pada tanggal 12 Januari 2017 dapat disimpulkan bahwa penyebab kematian ternak adalah akibat terinfeksi kuman Anthrax, yaitu Bacillus Anthracis yang merupakan penyebab penyakit Anthrax.
Sampai saat ini jumlah kambing yang mati atau dipotong paksa oleh masyarakat berjumlah 17 (tujuh belas) ekor dan sapi 1 (satu) ekor. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo bahwa dari 16 (enam belas) orang yang menderita Anthrax tipe kulit, lima belas (15) orang diantaranya telah dinyatakan sembuh dan satu (1) orang meninggal dunia. Namun demikian, penyebab kematian tersebut belum dapat dipastikan mengingat pasien juga menderita komplikasi diabetes dan penyakit jantung, serta berusia lanjut (78 th).
Selanjutnya, untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Anthrax tersebut telah dilakukan beberapa tindakan, diantaranya:
Ditjen PKH juga langsung melakukan gerak cepat dengan telah memberikan bantuan berupa: 1). Vaksin Anthrax sebanyak 17.500 dosis; 2). Antibiotika sebanyak 48 botol @ 100 ml; 3).Vitamin sebanyak 48 botol @ 100 ml; 4). Desinfektan sejumlah 4 botol @ 2,5 liter dan; 5). Satu (1) unit Sprayer .
Surveilans dan monitoring secara terus menerus dilakukan oleh BBVet Wates bersama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Kulon Progo, terutama dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke lokasi kejadian, serta sekitarnya mulai dari penutupan lalu lintas sampai pembatasan dan pemeriksaan ternak yang akan keluar dan masuk wilayah. Selain itu, pengambilan dan pengujian sampel oleh laboratorium BBVet Wates juga terus dilakukan secara intensif untuk memonitor cemaran kuman di lokasi dan kondisi ternak yang ada di sekitar kejadian.
Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Kulonprogo juga terus dilakukan dengan melibatkan lintas instansi antara lain Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya, terutama untuk menyusun langkah-langkah pengendalian kasus Anthrax, baik untuk pengamanan terhadap masyarakat, juga pengamanan pada hewan.
Selanjutnya berdasarkan laporan perkembangan sejak tanggal 18 Januari 2017 dan sampai saat ini tidak dilaporkan adanya kasus baru. Situasi terakhir dilaporkan sudah terkendali dan tidak ada kasus lagi.
Terkait dengan kasus kejadian kematian anak usia 9 tahun di Kabupaten Sleman sampai dengan saat ini dari hasil penyidikan lapangan tidak ditemukan keterkaitan dengan kasus Anthrax pada hewan. Hal ini dikarenakan di lokasi kejadian tidak ada kasus Anthrax pada hewan. Demikian pula dari pelacakan konsumsi pangan anak tersebut tidak ditemukan konsumsi pangan asal hewan, sehingga jika diguga ada infeksi kuman Anthrax pada hasil uji lab anak tersebut, kemungkinan diperoleh dari spora di tanah atau lingkungan bukan berasal dari hewan ternak atau produk ternak.
Kondisi kematian anak tersebut karena meningitis, akan tetapi dari sampel cairan cerebrospinal yang diuji di laboratorium Dinas Kesehatan (dan sampel yang sama dikonfirmasi di BBVet Wates) ditemukan adanya kuman Anthrax. Sebagai informasi bahwa secara teori memang pernah ditemukan adanya infeksi Anthrax yang menyebabkan radang meningitis akan tetapi sangat langka kasusnya.
Tim investigasi telah melacak bahwa anak tersebut sebelum sakit dan demam pernah berenang disalahsatu kolam renang dekat tempat tinggal akan tetapi dari hasil uji lab terhadap sampel dari lokasi kolam renang tidak ditemukan adanya kuman Anthrax. (wan)
Ditjen PKH menyampaikan bahwa kasus kematian pada ternak sapi 1 (satu) ekor dan 17 (tujuh belas) ekor ternak kambing, sebelumnya tidak pernah dilaporkan baik oleh peternak maupun masyarakat ke Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat. Setelah ada kasus pada manusia, maka Dinas Kesehatan melaporkan kepada Pemda Kulon Progo dan Dinas Peternakan, yang selanjutnya diinfokan ke Balai Besar Veteriner Wates (BBVet Wates).
Begitu mendapat laporan tentang kasus dugaan anthrax tipe kulit pada beberapa orang di Dusun Penggung, Dusun Ngroto, Dusun Ngaglik dan Dusun Wonosari, Desa Purwosari Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 10 Januari 2017, BBVet Wates yang merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dibawah Ditjen PKH langsung menurunkan Tim untuk melakukan investigasi, serta pengambilan sampel uji laboratorium bersama Dinas Peternakan dan Dinas Kesehatan di lokasi kejadian pada tanggal tersebut.
Dari hasil investigasi di lapangan diperoleh informasi bahwa telah terjadi dugaan Anthrax tipe kulit pada 16 orang dan mengakibatkan kematian pada satu (1) ekor sapi dan 14 (empat belas) ekor kambing. Kematian ternak tersebut terjadi sejak bulan Nopember dan tidak pernah dilaporkan.
Berdasarkan hasil pengujian laboratorium di BBVet Wates pada tanggal 12 Januari 2017 dapat disimpulkan bahwa penyebab kematian ternak adalah akibat terinfeksi kuman Anthrax, yaitu Bacillus Anthracis yang merupakan penyebab penyakit Anthrax.
Sampai saat ini jumlah kambing yang mati atau dipotong paksa oleh masyarakat berjumlah 17 (tujuh belas) ekor dan sapi 1 (satu) ekor. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo bahwa dari 16 (enam belas) orang yang menderita Anthrax tipe kulit, lima belas (15) orang diantaranya telah dinyatakan sembuh dan satu (1) orang meninggal dunia. Namun demikian, penyebab kematian tersebut belum dapat dipastikan mengingat pasien juga menderita komplikasi diabetes dan penyakit jantung, serta berusia lanjut (78 th).
Selanjutnya, untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit Anthrax tersebut telah dilakukan beberapa tindakan, diantaranya:
- Pembentukan Tim Penanggulangan Wabah Anthrax di Kabupaten Kulon Progo yang diketuai oleh Sekretaris Daerah dengan melibatkan Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan, BBVet Wates dan instansi terkait lainnya;
- Pembentukan Posko Pengendalian Penyakit Anthrax di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Girimulyo dengan melibatkan seluruh tenaga Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner Dinas Peternakan Kabupaten Kulon Progo dan BBVet Wates yang terus mengawasi setiap perkembangan kasus;
- Melakukan pembatasan lalu lintas ternak;
- Melakukan pengobatan antibiotika terhadap ternak-ternak di lokasi penderita Anthrax kulit dan juga terhadap ternak yang sekandang dengan hewan yang mati/potong paksa;
- Melakukan penyemprotan desinfektan di lokasi hewan mati atau potong paksa, tempat pemotongan, serta tempat penguburan ternak/kotoran untuk mematikan kuman yang ada di tanah dan di lokasi;
- Vaksinasi pada hewan terancam di desa tertular dan daerah sekitarnya;
- Pemusnahan sisa daging yang berasal dari hewan tertular yang masih disimpan oleh Masyarakat, serta;
- Penyuluhan dan sosialisasi melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada semua perangkat desa tertular dan masyarakat tentang penyakit Anthrax dan cara pencegahan, pengendalian, serta pengamanannya.
Ditjen PKH juga langsung melakukan gerak cepat dengan telah memberikan bantuan berupa: 1). Vaksin Anthrax sebanyak 17.500 dosis; 2). Antibiotika sebanyak 48 botol @ 100 ml; 3).Vitamin sebanyak 48 botol @ 100 ml; 4). Desinfektan sejumlah 4 botol @ 2,5 liter dan; 5). Satu (1) unit Sprayer .
Surveilans dan monitoring secara terus menerus dilakukan oleh BBVet Wates bersama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Kulon Progo, terutama dengan meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak dari dan ke lokasi kejadian, serta sekitarnya mulai dari penutupan lalu lintas sampai pembatasan dan pemeriksaan ternak yang akan keluar dan masuk wilayah. Selain itu, pengambilan dan pengujian sampel oleh laboratorium BBVet Wates juga terus dilakukan secara intensif untuk memonitor cemaran kuman di lokasi dan kondisi ternak yang ada di sekitar kejadian.
Koordinasi dengan Pemda Kabupaten Kulonprogo juga terus dilakukan dengan melibatkan lintas instansi antara lain Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan dan instansi terkait lainnya, terutama untuk menyusun langkah-langkah pengendalian kasus Anthrax, baik untuk pengamanan terhadap masyarakat, juga pengamanan pada hewan.
Selanjutnya berdasarkan laporan perkembangan sejak tanggal 18 Januari 2017 dan sampai saat ini tidak dilaporkan adanya kasus baru. Situasi terakhir dilaporkan sudah terkendali dan tidak ada kasus lagi.
Terkait dengan kasus kejadian kematian anak usia 9 tahun di Kabupaten Sleman sampai dengan saat ini dari hasil penyidikan lapangan tidak ditemukan keterkaitan dengan kasus Anthrax pada hewan. Hal ini dikarenakan di lokasi kejadian tidak ada kasus Anthrax pada hewan. Demikian pula dari pelacakan konsumsi pangan anak tersebut tidak ditemukan konsumsi pangan asal hewan, sehingga jika diguga ada infeksi kuman Anthrax pada hasil uji lab anak tersebut, kemungkinan diperoleh dari spora di tanah atau lingkungan bukan berasal dari hewan ternak atau produk ternak.
Kondisi kematian anak tersebut karena meningitis, akan tetapi dari sampel cairan cerebrospinal yang diuji di laboratorium Dinas Kesehatan (dan sampel yang sama dikonfirmasi di BBVet Wates) ditemukan adanya kuman Anthrax. Sebagai informasi bahwa secara teori memang pernah ditemukan adanya infeksi Anthrax yang menyebabkan radang meningitis akan tetapi sangat langka kasusnya.
Tim investigasi telah melacak bahwa anak tersebut sebelum sakit dan demam pernah berenang disalahsatu kolam renang dekat tempat tinggal akan tetapi dari hasil uji lab terhadap sampel dari lokasi kolam renang tidak ditemukan adanya kuman Anthrax. (wan)
Pameran Agribisnis Terbesar di Dunia "SIMA Internasional" Siap digelar di Paris 26 Feb-2 Maret 2017
Pameran agribisnis SIMA ASEAN telah berlangsung sukses September 2016 lalu di Bangkok dan sebentar lagi pameran SIMA skala internasional akan digelar di Paris Jika Anda berminat mengembangkan agribisnis, termasuk agribisnis
peternakan, sebaiknya berkunjung ke SIMA Paris yang akan berlangsung selama 5
hari, tanggal 26 Februari sampai 2 Maret
2017 mendatang.
SIMA merupakan singkatan Bahasa
Perancis yang artinya pameran internasional agribisnis, berlokasi di kota Paris
tepatnya Paris-Nord Villepinte. Pameran ini dikenal sebagai pameran agribisnis
internasional terbesar di dunia. Catatan dari penyelenggara menyatakan, jumlah
peserta pameran (exhibitor) tahun
2015 saja sudah mencapai 1.740 perusahaan, berasal dari 40 negara. Jumlah
pengunjung diperkirakan lebih dari 230 ribu orang yang berasal dari 142 negara,
termasuk Indonesia. Selain itu tak kurang dari 300 group delegasi internasional
yang hadir di pameran ini untuk mengunjungi pameran, mengikuti seminar dan
kegiatan pertemuan lainnya.
SIMA sebagai induk dari pameran ini,
mengembangkan diri ke kawasan lain, dengan nama SIMA ASEAN yang berlangsung di
Bangkok 8-10 September 2016 dan SIMA-SIPSA yang berlangsung di Aljazair tanggal
4-7 Oktober 2016.
General Manager AFCO (Agriculture Equipment, Food , Construction
and Optics) Valeria Lobry Granger,
saat konferensi pers bersama Vice President AXEMA (Asosiasi Peralatan Pertanian
Perancis) Frederic Martin di sela-sela
SIMA ASEAN Bangkok mengatakan,
pengunjung pameran sejumlah lebih dari 230 ribu tersebut, 72,5% berasal
dari Eropa, 7,9% dari Eropa Timur, 6,4% dari Africa, 6,3% dari Asia, 4,6% dari
Amerika dan 2,3 % dari Timur Tengah. Pihaknya terus mengupayakan peningkatan
pengunjung dari luar eropa.
Pada SIMA tahun 2017 mendatang akan
hadir peserta baru antara lain dari Korea, China dan Amerika Utara. Beberapa
perusahaan sudah memesan stand yang lebih besar antara lain dari Italia,
Irlandia dan republic Ceko. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan yang
signifikan dibanding pameran sebelumnya.
SIMA Paris juga akan menghadirkan
berbagai seminar dan forum lainnya membahas tantangan global beberapa tahun ke
depan yakni tentang bagaimana memproduksi lebih banyak dan lebih baik (producing more, better). Beberapa forum yang sudah diagendakan antara
lain SIMA Africant Summit, dan SIMA Dealers’ Day yang akan
mempertemukan peserta pameran dengan
para distributor dari berbagai negara, serta pertemuan-pertemuan internasional
yang perlu diikuti oleh para pengunjung
pameran.
Ragam
Industri yang tampil di SIMA Paris
Berikut ini jenis industri dari
berbagai negara yang akan tampil di SIMA Paris, berdasarkan informasi dari
penyelenggara SIMA Paris :
- Tractors and power equipment
- Spare parts and accessories, embedded electronics
- Tilling, sowing, planting
- Harvestry (fodder, cereals, root, fruits and
vegetables, etc.)
- Post-harvestry (cleaning, sorting, drying,
conservation)
- Equipment
for tropical and special crops
- Handling, transportation, storage, and buildings
- Breeding
equipment
- Dairy
and milking products
- Breeders and breeder association
- Creation and maintenance of rural and wooded areas
- Pro equipment for green spaces
- Sustainable development, renewable energy
- Professional organisation, services, consultancy
- Management and IT software
Bagi kalangan agribisnis peternakan,
teknologi yang akan menarik antara lain breeding
equipment (teknologi peralatan perbibitan), dairy and milking product (teknologi produk bidang persusuan),
teknologi traktor, peralatan panen daerah tropis dan sebagainya.
Comexposium
Group
Konferensi Pers SIMA di Bangkok |
Kunjungan
Infovet di SIMA Paris
Infovet di SIMA ASEAN Bangkok |
(Bams) ***
ARTIKEL TERPOPULER
-
Cara Menghitung FCR Ayam Broiler FCR adalah singkatan dari feed convertion ratio, yaitu konversi pakan terhadap daging. FCR digunakan untuk ...
-
Manajemen pemberian pakan ayam petelur sangat penting. Mengingat biaya operasional terbesar adalah pakan (70-80%). Jika manajemen pakan buru...
-
Acara pendampingan pakan untuk peternak sapi perah yang dilaksanakan AINI dan KPSBU melalui daring. (Foto: Istimewa) Dalam acara Pendampinga...
-
Kenali Penyebab Turunnya Produksi Telur (( Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab turunnya produksi telur, diharapkan peternak dapat m...
-
Prof Dr Ismoyowati SPt MP, dari Unsoed, membawakan materi Mekanisme Kemitraan dalam Budidaya Ayam Broiler, dalam webinar Charoen Pokphand In...
-
Peran brooder sangat penting untuk menjaga suhu dalam kandang saat masa brooding , agar ayam nyaman dan pertumbuhannya bisa optimal. ...
-
Peternak unggas terutama self-mixing harus cerdas dalam memilih imbuhan pakan feed additive maupun feed supplement. (Foto: Dok. Infovet) Sej...
-
TIDAK ADA CERITANYA PETERNAK BROILER RUGI? (( Ayam pedaging, usaha peternakannya dihitung per periode. Perhitungannya ada kalah menangnya. M...
-
Karena kekeringan yang berkepanjangan, ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi Covid-19, dan pemadaman listrik yang berkelanjutan, peter...
-
Seorang peternak bercerita kepada Infovet bahwa ayam broiler umur 12 hari mengalami ngorok atau gangguan pernafasan. Setelah vaksinasi IB...