-->

Segera Ikuti Workshop "How to be A Super Secretary With Emergenetics” 11 Februari 2016


Gita Organizer dan Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) kembali akan menyelenggarakan Workshop Emergenetics. Kali ini workshop membahas khusus topik untuk para sekretaris di perusahaan maupun organisasi pemerintah dan LSM. Workshop ditujukan untuk melipatgandakan  efektivitas kegiatan sekretaris di area Komunikasi, Perencanaan, Pengorganisasian, Kerjasama Tim, Time Management dan Bussiness Meeting, dengan aplikasi model Emergenetics yakni metode psikometrik terbaru yang ditemukan oleh Geil Browning dari Nebraska University USA dan  terbukti sangat efektif untuk melipatgandakan produktivitas kegiatan sekretaris. Metode ini mampu menciptakan lingkungan bisnis yang menyenangkan, baik bagi diri sendiri  maupun bagi pimpinan, sehingga meningkatkan kesuksesan perusahaan/organisasi. 
 Info lengkap tentang emergenetics klik di sini.


Garis Besar Program
      
        Workshop ini meliputi :
  • Pre-Assesment  mengenai preferensi peserta dengan Model Emergenetics.
  • Aplikasi Model Emergenetics dalam kegiatan kesekretariatan sehari-hari
  • Strategi Menghasilkan Kinerja super efektif dalam menjalankan peran sebagai Sekretaris  menggunakan Emergenetics
  • Tips sukses berhubungan dengan pimpinan sekaligus meningkatkan kesuksesan pimpinan.

Benefit  untuk Peserta
  • Bekerja lebih efisien dan mampu mengerjakan lebih banyak.
  • Memahami  siapa Anda  dan apa preferensi  Anda dalam hubungan interpersonal
  • Memahami siapa Boss anda  dan apa preferensinya dalam hubungan interpersonal
  • Mengetahui “gap” preferensi dengan Boss dan strategi jitu menghilangkan “gap” tersebut.
  • Mengelola hubungan yang menyenangkan dan efektif dengan orang di lingkungan pekerjaan, antara lain direct report (Boss), Pasangan Boss, relasi dan rekan sekantor lainnya.
  • Mencegah misunderstanding dan konflik di kantor
Peserta  
  • Sekretaris (Sekretaris Direksi, Sekretaris Eksekutif, Sekretaris Manajer)
  • Bagian kesekretariatan
  • Staff Administrasi
  • Siapa saja yang tertarik dengan bidang kesekretariatan
Waktu dan Tempat
·        Hari, tanggal    : Kamis, 11 Februari 2016
·        Pukul               : 09.00-16.00 wib
·        Tempat             : Hotel Santika Taman Mini Indonesia Indah, Pintu Utama TMII, Jakarta
·        Biaya                : Rp. 2.000.000/peserta (termasuk lunch, break, sertifikat, dan profil emergenetics dari kantor pusat Emergenetics)

Workshop Facilitator :
Agus Purwanto bersama Dr. Geil Browning Founder of 
Emergenetics International
Ir. Agus Purwanto, MM.
Is Certified Associate Emergenetics International–Asia, NLP Practicioners bersertifikat. Ia juga aktif sebagai facilitator program pelatihan dan praktisi di bidang Sales, Marketing, Product Development, Bisnis Development, UMKM, dan staf pengajar di sebuah Perguruan Tinggi di Bogor. Mengikuti banyak program pelatihan di dalam negeri maupun di luar negeri terutama dalam bidang penjualan, kreativitas, dan psikometri. 





Pendaftaran dan Informasi :
Gita Organizer/ASOHI:
·        Telepon : (021) 782 9689, 78841279, 
·        Fax         : (021) 782 0408
·        Email     : gallus.marketingeo@gmail.com
Contact Person : 08777 829 6375 (Mariyam Safitri) , 0818 0659 7525 (Aidah)
Pembayaran via transfer ke No Rek Bank Mandiri 127-000512083 Cab. Jakarta-Ragunan 
a/n PT Gallus Indonesia Utama.

Batas akhir pendaftaran 4 Februari 2016

WASPADAI AI DENGAN WAJAH BARUNYA

Medion kembali menggelar Road Show dengan tema “AI Dengan Wajah Barunya”. Rangkaian Road Show tersebut dilaksanakan di Tasikmalaya, Tangerang, Semarang, Madiun, Solo, dan Yogyakarta. Seminar ini diikuti lebih dari 75 peserta yang berasal dari kalangan pemilik peternakan, istri pemilik, anak pemilik, manager farm dan PPL (petugas penyuluh lapangan) pada setiap pelaksanaannya.
Acara yang berlangsung dengan penuh suasana keakraban tersebut diselenggarakan pada 27 Oktober - 27 November 2015. Tujuan dari diselenggarakannya Road Show ini adalah untuk meningkatkan image dan kepercayaan Medion di mata customer.

Suasana roadshow seminar Medion di BSD Tangerang, Senin (24/11/2015) 

Bertindak sebagai pembicara Research & Development Head Melina Jonas, MSc. MBA, Regional Manager drh. Witarso, Technical Support Manager drh. Ch. Lilis, dan Regional Manager drh. Suwadi, mengulas seputar perkembangan AI terkini. Sementara Animal Health Consultant - Livestock Nutrition Assistant Manager Hindro Setyawan, S.Pt, dan District Assistant Manager drh. Amir membawakan materi tentang Mikotosin dan penanggulangannya. Selain itu, dibahas pula mengenai bau amonia pada kandang yang dibawakan oleh Suwadi dan Nursamat, S.Pt, District Assistant Manager PT. Medion.
Diangkatnya topik penyakit AI sebagai pembahasan utama adalah karena virus AI mudah bermutasi dalam waktu singkat. Sejak kemunculan virus AI clade 2.3 diakhir 2012, pada pertengahan 2015 mulai tampak tanda-tanda mutasi virus AI. Menurut Melina Jonas, saat ini telah terjadi perubahan virus AI di lapangan yaitu virus AI clade 2.1.3 membentuk 2 sub grup baru dan virus AI clade 2.3.2 membentuk 8 sub grup baru.
Hal tersebut dibenarkan oleh drh Witarso, seraya menambahkan bahwa perlu ditinjau ulang kesesuaian virus AI di lapangan dengan virus vaksin yang digunakan selama ini. Lilis juga menekankan bahwa usaha terbaik dalam mengendalikan penyakit AI ialah mengkombinasikan antara tindakan vaksinasi yang tepat dengan penerapan biosekuriti yang ketat.
Pada sesi berikutnya, Hindro memaparkan soal kasus Mikotoksin yang selalu mengkontaminasi bahan baku dan pakan. “Kerugian akibat serangan mikotoksin ini bisa menurunkan produktivitas, baik produksi telur maupun bobot badan. Selain itu, kerugian yang sering terlupakan adalah bersifat immunosupresif atau menekan sistem kekebalan dan pertahanan tubuh. Sehingga saat ada mikotoksin, respon vaksinasi maupun pengobatan menjadi kurang optimal,” terang Hindro.
“Untuk mengatasi mikotoksin ini Medion menghadirkan produk Freetox®, yang mampumengikat kuat aflatoksin dan mikotoksin lainnya. Jika mikotoksin bisa diatasi, maka program vaksinasi dan pengobatan lainnya akan semakin optimal,” tambah Hindro.

Semakin lengkap, Road Show dilanjutkan dengan menghadirkan topik bau amonia pada kandang. Suwadi dan Nursamat mengungkapkan bahwa permasalahan bau kandang tidak hanya mengganggu lingkungan, juga dapat menyebabkan penyakit pernapasan. Untuk itu, Medion memperkenalkan Ammotrol® yaitu produk yang terbuat dari ekstrak herbal dan efektif mengurangi bau amonia. Peserta mengaku puas dengan penyelenggaraan Road Show Medion ini, seraya berharap acara serupa bisa diadakan lebih sering. (adv/wan)

PASAR PREMIKS TERUS NAIK

Mencermati perkembangan bisnis obat hewan tahun 2015 dan dikompilasikan dengan data terakhir yang diterbitkan dalam buku Indeks Obat Hewan Indonesia (IOHI) 2015 ada hal menarik yang patut disimak. Dimana pertumbuhan obat hewan ditengah naik turunnya kondisi bisnis unggas Tanah Air tetap tumbuh
Sebagaimana pernah diberitakan Infovet edisi Desember 2015 yang mengutip pernyataan Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari pada Seminar Nasional Bisnis Peternakan 2015, secara rinci ia menjelaskan perkembangan pasar obat hewan 2015. Pertumbuhan pasar untuk produk Biological & Pharmaceutical untuk unggas mencapai Rp 1.8 trilyun, Biological & Pharmaceutical untuk babi dan sapi mencapai Rp 223 milyar, serta untuk pasar Premix  tumbuh mencapai Rp. 1.8 trilyun. Sehingga jika di total seluruh pasar obat hewan pertumbuhannya di tahun 2015 mencapai Rp 3.8 trilyun.
Selain itu, selama dua tahun terakhir berdasarkan data yang dihimpun dari IOHI terbitan 2013 dan terbitan terbaru tahun 2015 terdapat penambahan produk obat hewan dari berbagai sediaan yang diregistrasi. Terdapat peningkatan sebanyak 95 merek produk dari 2.919 (2013) menjadi 3.014 (tahun 2015) atau naik sebesar 3,3 %.

 Suasana di sebuah pabrik premiks terbesar di Asia Tenggara berstandar internasional

IOHI adalah buku resmi terbitan ASOHI dan GitaPustaka yang berisi daftar uraian produk obat hewan yang teregistrasi di Kementerian Pertanian. Dari IOHI terbitan terbaru, terjadi perkembangan yang cukup signifikan di obat hewan kategori Permiks dimana terjadi kenaikan jumlah registrasi sebanyak 119  merek atau terjadi kenaikan sebesar 18% dari 658 merek (2013) menjadi 777 merek (2015). Dimana 82 produk diantaranya termasuk golongan feed additive dan 37 produk termasuk golongan feed suplement.
Berdasarkan data populasi unggas tahun 2015, pertumbuhan pasar premiks bisa dilihat dari Tabel Pasar Premiks. Secara total nilai bisnis premiks mencapai 1,8 trilyun per tahun untuk semua jenis ternak. Sebuah nilai yang fantastis yang mungkin menjadi penyebab banyak perusahaan obat hewan berbondong-bondong meregistrasikan produk feed additive dan feed suplement-nya.
Terlebih dengan sulitnya mendapatkan jagung sebagai bahan baku pakan saat ini pasca pembatasan masuknya jagung impor. Pemakaian premiks sebagai campuran untuk menyiasati penggunaan bahan paku alternatif menjadi tak terelakkan bagi industri pakan ternak. 
Dari data IOHI 2015 juga bisa dilihat untuk beberapa kategori produk terjadi penurunan jumlah produk yang diregistrasi. Kemungkinan karena ada produk teregistrasi yang tidak diperpanjang oleh perusahaan pemegang merek. 
Menurut beberapa pelaku usaha obat hewan yang dimintai pendapat oleh Infovet namun enggan diungkap identitasnya menjelaskan, jumlah obat hewan yang diregistrasi sebenarnya lebih banyak lagi. Namun akibat persyaratan yang semakin berbelit menyebabkan proses registrasi produk mengalami keterlambatan lebih dari satu tahun per produk. (bams/wan) 


MENCEGAH LEBIH BAIK DARI PADA MENGOBATI

Pepatah di atas tentu sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia, khususnya peternak. Karena jika ayam sudah terlanjur sakit akan sulit diobati dan tentu menyita waktu dan biaya untuk penanganannya. Demikian juga yang di alami Eko Wandoko S.Pt, Manager Farm dari Aneka Satwa Farm – Jambi.

 Eko Wandoko S.Pt, Aneka Satwa Farm – Jambi.

Ia menceritakan awal merintis usaha peternakan broiler yang dikelolanya. “Bermula dengan menyewa kandang populasi 9.000 ekor pada tahun 2012, saya mendapat penghasilan Rp 3.000/ekor. Hal inilah yang membuat saya tertarik bergabung dalam bisnis ini,” ujar pria kelahiran Jambi, 20 Oktober 1983.
Seiring berjalannya waktu usaha peternakan tersebut terus maju hingga mencapai populasi puluhan ribu ekor. Menurut dia dalam setiap usaha tentu tak lepas dari peristiwa suka dan duka.
“Sukanya ya saat mendapatkan hasil yang maksimal dan mendapatkan tantangan untuk menjalankan bisnis ini. Dukanya yaitu kurangnya faktor pendukung seperti rendahnya kualitas SDM operator serta fasilitas sarana dan prasarana seperti kondisi jalan yang masih jelek. Selain itu berbagai kendala seperti penyakit dan hama lalat,” jelas Wandoko.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Wandoko mempercayakan pada produk Medion. Sudah lebih dari 5 tahun ia berlangganan. Ia pun mengapresiasi program pendampingan yang dilakukan personil Medion yang selalu siap memberikan solusi saat menemukan kendala produksi di farmnya.
“Sebagai contoh saat ayam kita mengalami masalah pertumbuhan lambat, kita disarankan memberikan KUMAVIT melalui air minum. Benar saja, setelah diberikan nafsu makan ayam menjadi meningkat dan bobot ayam mengalami kenaikan lumayan cepat,” ujar Bapak yang telah dikaruniai dua putri ini.
Zat aktif dalam ekstrak Curcuma dapat mempercepat proses metabolisme (pencernaan) nutrisi. Efeknya, lambung lebih cepat kosong dan nafsu makan ayam akan meningkat. Selain itu zat aktif dalam ekstrak Curcuma juga mampu memperbaiki penyerapan makanan di saluran pencernaan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
Ia menambahkan, “Kami biasanya memberikan KUMAVIT pada pagi dan sore hari, terkadang juga mencampurkannya lewat pakan ayam. Yang kami lihat setelah penggunaan KUMAVIT nampak jelas meningkatnya hasil produksi dan efisiensi pakan. Bahkan dari perbandingan flock antara yang diberi KUMAVIT dengan yang tidak terlihat perbaikan FCR dari 1,7 menjadi 1,4. Capaian bobot badannya juga membaik yaitu rataan 1,5 kg diumur panen 28 hari dibanding yang tidak diberi KUMAVIT yang cuma mencapai bobot panen 1,1-1,3 kg.”



Sesuai dengan prinsip yang ia pegang, Wandoko juga menggunakan KUMAVIT untuk pencegahan penyakit. Hal ini karena kombinasi tepat antara ekstrak Curcuma, multivitamin, asam amino, dan elektrolit dalam KUMAVIT dapat menambah daya tahan tubuh ayam sekaligus mencegah stres dan kekurangan vitamin. 
“Pada musim hujan seperti sekarang ini, KUMAVIT juga dibutuhkan untuk meningkatkan daya tahan tubuh agar produksi terjaga,” jelasnya.
Keunggulan obat herbal KUMAVIT, selain kandungannya lengkap dan seimbang, juga bebas residu, serta aman diberikan secara kontinyu. “Yang jelas kami akan menyarankan penggunaan produk herbal ini ke teman-teman kami yang menemukan masalah yang sama,” terang penghobi olahraga futsal ini. (adv/wan)

Impor Sapi Indukan Kini Bebas dari PPN



Kementerian Keuangan (Kemenkeu) baru saja menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 267 Tahun 2015 tentang Kriteria dan/atau Rincian Ternak, Bahan Pakan untuk Pembuatan Pakan Ternak, dan Pakan Ikan yang Atas Impor dan/atau Penyerahannya Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Dalam Pasal 1 PMK ini disebutkan, bahwa ternak, bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan, merupakan Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat strategis atas impor dan/atau penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN.

Kemudian dalam Pasal 2 ayat 1 diterangkan, bahwa ternak sebagaimana dimaksud Pasal 1 adalah sapi indukan yang memenuhi beberapa syarat, yaitu sehat, memiliki organ dan kemampuan reproduksi yang baik, berumur antara 2-4 tahun, dan bebas dari segala cacat genetik dan cacat fisik.

Pasal 2 ayat 2 menambahkan, bahwa pemenuhan persyaratan sapi indukan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibuktikan dengan sertifikat kesehatan hewan (health certificate) yang diterbitkan oleh otoritas vetereiner negara asal sebagai pemenuhan persyaratan kesehatan hewan (health requirement), dan sertifikat asal ternak (certificate of origin) yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang di negara asal.

Kemudian Pasal 7 menyatakan, bahwa Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada 8 Januari 2016. Aturan ini sendiri telah ditandatangani oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pada 31 Desember 2015.

"Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 8 Januari 2016. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundang Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia," demikian bunyi peraturan tersebut yang dikeluarkan di Jakarta, Kamis (21/1/2016). (Sumber: detikFinance)

PETERNAK PESERTA BEASISWA FONTERRA SUKSES TINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU

Tahun ini pemerintah kembali memberikan kesempatan kepada peternak sapi perah Indonesia untuk mengikuti program beasiswa Fonterra Dairy Scholarship. Program ini merupakan pelatihan kegiatan budidaya langsung di negara penghasil susu sapi dunia, Selandia Baru.  

Foto alumnus Program Dairy Scholarship bersama Dirjen PKH Muladno 
dan Pimpinan Fonterra Brands Indonesia.

Memasuki tahun keempat, program beasiswa ini merupakan hasil kerjasama antara Fonterra Brands Indonesia, perusahaan berbasis koperasi yang dimiliki para peternak Selandia Baru dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH). Program Fonterra Dairy Scholarship terbuka bagi peserta yang tidak hanya terbatas peternak namun juga bagi para petugas lapang di bidang sapi perah baik pemerintah maupun swadaya.
Presiden Direktur Fonterra Brands Indonesia, Achyut Kasireddy, mengatakan bahwa sejak didirikan pada tahun 2013, program beasiswa ini telah melatih 30 peternak sapi perah dan enam petugas lapangan serta 12 peserta lainnya juga telah dipastikan untuk bergabung dalam program beasiswa di tahun 2016 ini.
Berdasarkan evaluasi dan respon yang diberikan oleh peserta yang mengikuti pelatihan di tahun 2013 hingga 2015, diketahui bahwa pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama pelatihan dapat berdampak pada peningkatan produksi susu, pengurangan biaya produksi dan peningkatan pendapatan. 
Hal ini dibuktikan Infovet saat melakukan kunjungan langsung ke dua lokasi peternakan sapi perah di Lembang milik peternak Adieb Iryanto dan Deni Mahakara yang telah berpartisipasi dalam program Fonterra Dairy Scholarship 2015. Terbukti mereka telah berhasil memproduksi lebih banyak dan lebih berkualitas sebagai hasil dari peningkatanpengetahuan tentang kebersihan susu, manajemen ternak dan pengelolaan peternakan yang mereka pelajari semasa pelatihan. 

Deni Mahakara, peternak sapi perah Lembang

Tak sampai disitu, hal serupa juga disampaikan oleh hampir seluruh peternak yang hadir pada acara Reuni Alumni program Fonterra Dairy Scholarship di Lembang, Jawa Barat pada Selasa, 12 Januari 2016. Acara ini secara khusus dihadiri oleh Dr Trevor Matheson Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Prof Dr Ir Muladno MSA Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian Rl, Ir Ali Rachman MSi Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ir Dody Firman Nugraha Kadisnak Jawa Barat.
Hampir 90 persen dari peserta peternak tahun 2015 telah meningkatkan kualitas susu setelah mengikuti program pada bulan September 2015 dan hampir sebagiannya telah memproduksi susu lebih banyak lagi, meskipun keadaan cuaca saat itu sangat kering dan dapat memberikan dampak terhadap produksi susu. Perubahan ini telah meningkatkan keuntungan peternakan dan semua peserta pun aktif berbagi keahlian baru yang diperolehnya kepada masyarakat yang berada di komunitasnya. 
"Acara reuni ini menghadirkan seluruh peserta program dari 3 tahun terakhir untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pelajari dan perkembangan apa saja yang telah mereka lakukan sejak mereka memulai pelatihan. Banyak peternak yang menyampaikan bahwa mereka telah mempelajari keahlian baru dalam hal pememberian pakan, melakukan catatan perkembangan, pengelolaan peternakan, serta bidang lainnya yang telah membantu mereka untuk memproduksi lebih banyak susu, mengurangi biaya operasional serta meningkatkan keuntungan dari bisnis peternakannya," ujar Achyut.
Prof. Muladno mengatakan, "Kami senang program Fonterra Dairy Scholarship telah berjalan dengan baik selama tiga tahun terakhir, program ini membantu pemerintah untuk mengembangkan kapabilitas dan pertumbuhan industri susu lokal di Indonesia."
"Manfaat dari pelatihan dan pendidikan yang diperoleh peserta program pun sangat luar biasa. Para peternak dan petugas lapangan yang berpartisipasi, secara aktif telah berbagi pengetahuannya kepada masyarakat di komunitasnya. Ini berarti bahwa manfaat pelatihan juga dapat diperoleh orang lain, tidak hanya untuk peserta yang mengikuti program saja, sehingga membantu meningkatkan produktifitas, profitabilitas dan skala kepemilikan yang berujung pada peningkatan produksi susu segar dalam negeri," sebutnya.
"Kami akan terus mendukung pengembangan program ini agar dapat berjalan secara berkesinambungan, sehingga dapat membantu mendorong konsumsi susu dalam negeri yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia," tambahnya.

Adieb Iryanto, peternak sapi perah Lembang

Peserta beasiswa tahun lalu Adieb Iryanto mengatakan ia telah memperkenalkan beberapa teknik peternakan baru sebagai hasil yang didapatkan dari program Fonterra Dairy Scholarship.
"Kini saya mulai menyimpan catatan dari sapi ternak dan juga keuangan saya agar dapat lebih mudah dalam memantau kinerja dan kesehatan dari setiap sapi serta keuntungan yang diperoleh secara menyeluruh dan juga biaya operasional perternakan saya. Hal ini membuat saya lebih memperhatikan bisnis peternakan dan mengetahui perubahan yang diperlukan untuk menjadi lebih efisien dan produktif," ungkapnya.
"Saya juga telah menerapkan teknik baru dalam hal pemberian pakan, pemeliharaan kualitas dan perawatan sapi. Saya telah menanam tanaman pakan yang baru dan meningkatkan jumlah protein dalam pakan sapi untuk memberikan nutrisi yang lebih baik. Saya juga mulai menggunakan air panas untuk membersihkan sapi dan mulai fokus dalam menjaga kehigienisan sapi sebelum susunya diperah dan melakukan penyemprotan disinfektan setelah pemerahan. Hal ini telah membantu saya untuk meningkatkan kesehatan sapi berikut kualitas susunya," jelasnya.
Peserta beasiswa tahun 2015 yang juga petugas lapangan, Aril Tri Setyo Perdata, mengatakan bahwa program Fonterra Dairy Scholarship telah mengajarkannya keahlian baru. 
"Saya mempelajari beberapa keahlian praktis yang baru melalui program ini, yang membantu meningkatkan kepercayaan diri saya. Saya juga memberikan sesi pelatihan kepada peternak lainnya di komunitas lokal saya, Nongkojajar-Pasuruan Jawa Timur, hal ini saya lakukan agar mereka juga dapat memperoleh pengetahuan baru," pungkasnya. (wan)

Kualitas dan Keamanan, Kunci Kemajuan Industri Pakan




Bisnis peternakan dari waktu ke waktu terus tumbuh seiring dengan perkembangan jaman. Beberapa pemicu perubahan bisnis peternakan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain peningkatan jumlah penduduk dunia, terjadinya perubahan iklim,  terjadinya peningkatan permintaan pangan, utamanya pangan asal hewani seperti daging, telur dan susu. Faktor pemicu lainnya yakni adanya persaingan bisnis global, persaingan sumberdaya pangan, pakan, dan energi, tuntutan adanya keamanan pangan dan industri yang ramah lingkungan, serta terbitnya berbagai aturan dan kebijakan pemerintah baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Terjadinya perubahan industri peternakan tersebut menjadikan industri pakan harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada saat ini. Ahli Nutrisi dan Pakan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dewi Apri Astuti dalam sebuah pelatihan tentang kompetensi keahlian pakan di Bogor pada pertengahan Desember 2015 lalu mengatakan, beberapa tantangan industri pakan saat ini yakni peningkatan produksi pakan di bawah tekanan biaya bahan pakan yang tinggi, keamanan pakan dan pangan asal ternak, kompetisi pangan, pakan dan energi, keterbatasan sumberdaya pakan dan air, harga dan kualitas pakan yang kompetitif, dan terjadinya perubahan suhu dan kelembaban, tuntutan adanya kesejahteraan ternak (animal welfare), serta tuntutan peternakan yang ramah lingkungan, yang tidak menimbulkan banyak polusi.
Dari sisi pelaku industri, tantangan industri pakan saat ini yakni kebijakan dan program pemerintah dalam penerapan peraturan mutu pakan, penerapan cara pembuatan pakan yang baik (GMP) dan HACCP/ISO, pendaftaran dan labelisasi pakan, serta melakukan pengawasan mutu pakan (Desianto, 2015). Dalam hal ini, faktor kualitas dan keamanan pakan menjadi faktor yang sangat penting untuk membangun keunggulan daya saing dalam meningkatkan keuntungan sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan dari perusahaan yang bersangkutan. Bagi produsen pakan ternak, tantangan utamanya adalah seberapa jauh dapat menjaga kualitas dan keamanan pakan yang diproduksi, serta bagaimana aplikasi sistem kontrol kualitas yang baik.
Menghadapi berbagai tantangan tersebut, maka industri pakan harus berani melakukan langkah-langkah strategis (Anuraga, 2015) seperti re-formulasi pakan, memproduksi pakan yang aman, memproduksi pakan yang dapat menjamin kesehatan saluran pencernaan, memproduksi pakan yang ramah lingkungan, memproduksi pakan yang dapat menanggulangi stres pada ternak, memproduksi pakan yang dapat memperkaya produk ternak melalui manipulasi pakan. Beberapa langkah tersebut harus didukung oleh uji kualitas bahan pakan. Makin cepat dan akurat pengujian bahan baku pakan, makin terjaga pula kualitas pakan yang dihasilkan.



Evaluasi dan analisis bahan baku pakan
Banyak sekali bahan baku pakan yang berasal dari hasil samping suatu produk industri, seperti industri minyak sawit, industri minyak kedelai, tahu, tempe, penggilingan padi, industri roti, dan lain-lain. Padahal, seringkali kualitas bahan baku pakan tersebut berada di bawah standar kualitas yang ditentukan. Hal ini memberi dampak pada upaya pabrik pakan untuk harus terus mencari bahan baku pakan yang terbaik. Terlebih bahan baku pakan menyumbang 70-90% dari total biaya produksi pakan, bahkan sangat berpengaruh terhadap variasi nutrisi pakan yang berkisar antara 40-70%.
Untuk menghasilkan daging, susu dan telur dengan kualitas prima, maka pakan yang diberikan pun haruslah dengan kualitas prima pula. Dengan demikian, sangat diperlukan bahan baku berkualitas baik untuk menghasilkan pakan berkualitas baik. Dalam hal ini, kontrol kualitras (Quality Control/QC) mutlak diperlukan. Untuk mengetahui kualitas bahan baku pakan, maka perlu dilakukan evaluasi
dan analisis kualitas pakan.



Menurut ahli nutrisi pakan dari IPB, Dr. M Ridla, pakan yang baik mengacu pada nilai biologis pakan untuk dapat menghasilkan tingkat produktifitas ternak yang diinginkan. Evaluasi kualitas pakan yang baik meliputi karakteristik sensori dan fisik, komposisi nutrien dengan melakukan uji kimia, serta melakukan uji biologis untuk melihat manfaat pakan di dalam tubuh ternak.
Karakteristik sensori dan fisik suatu bahan baku pakan meliputi warna, aroma, tekstur, temperatur, kemurnian bahan, dan bulk density. Evaluasi ini memerlukan bahan standar sebagai pembanding, jika terjadi penyimpangan dari bahan standar yang telah ditetapkan, maka telah terjadi penurunan kualitas secara signifikan.
Adapun evaluasi mengenai komposisi nutrien bahan baku pakan, dapat dilakukan dengan metode konvensional, yakni dengan analisis proksimat, analisis serat van soest, atau dengan menggunakan metode cepat, yakni dengan metode  Near Infrared Reflectance Spectrophotometry (NIRS).
Indikator utama kualitas bahan baku pakan yakni dari kandungan protein kasar dan serat kasar. Kandungan protein dapat dideteksi dari komposisi asam aminonya, yang dapat dideteksi dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC).
Penentuan mutu suatu bahan baku pakan secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk menjamin kualitas bahan pakan untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi pakan yang berkualitas baik. Uji kimia terhadap bahan baku pakan akan menghasilkan data yang akurat, namun membutuhkan waktu dan biaya lebih tinggi. Sedangkan uji fisik bersifat cepat (rapid test) serta biayanya murah, namun belum ada standar baku serta tingkat keakuratannya rendah.


Andang S Indartono | twitter: @andangindartono | email: andang@ainionline.org

Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)

UPGRADE MANAJEMEN BREEDER DAN HATCHERY MELALUI PAS REFORM ACADEMY

Bertempat di Hotel Novotel Bogor, Pas Reform Hatchery Technologies bersama dengan tim proyek FoodTechIndonesia (ISA/Hendrix Genetics, Van Eck Industrial Hygiene, Larive dan ISA) mengembangkan program pelatihan manajemen breeder dan hatchery selama 4 hari yang praktis, interaktif, dengan aplikasi langsung di lapangan. Pelatihan ini diikuti oleh para Manajer Hatchery dan Manager Breeding dari semua perusahaan Breeding dan Hatchery di Indonesia, dan perwakilan dari Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPUI).

Foto bersama para trainer dengan perwakilan tim proyek Food Tech Indonesia.

Latar belakang pelatihan yang diselenggarakan 30 November – 3 Desember 2015 ini adalah pentingnya seseorang untuk sukses dalam menjalankan bisnis hatchery merupakan hal yang mutlak. Dalam rangka mencapai hasil produksi optimal, diperlukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap positif terhadap manajemen breeder dan hatchery sebagai alat fundamental. Oleh karena itu para peserta tidak hanya belajar dari para trainer yang terlibat dalam FoodTechIndonesia, tetapi juga berkesempatan berbagi pengalaman dan wawasan dengan para profesional pelaku bisnis hatchery. Demikian disampaikan Bas Kanters, Sales Director Asia Pas Reform Hatchery Technologies dalam sambutanya.     
Ia melanjutkan, tujuan pelatihan ini diharapkan peserta mampu mengevaluasi performa hatchery dan menganalisa apakah performa tersebut berada di bawah standar (daya tetas pola mortalitas embrio, dan kualitas anak ayam). Selain itu para peserta diharapkan mengenali titik lemah pada prosedur handling dan inkubasi telur di hatchery masing-masing menggunakan peralatan yang tersedia. Ditambah peserta juga diharapkan mampu membuat formula modifikasi untuk proses inkubasi dan handling sehingga meningkatkan performa hatchery.
Secara khusus para trainer yang didatangkan adalah ahli dalam bidangnya seperti misalnya Senior Poultry Specialist Pas Reform Academy Gerd de Lange, Embryologist dan Director R&D Pas Reform Academy Dr. Marleen Boerjan, serta Sales Manager ISA Mr. Willie Blokvoort. Berbagai topik seputar optimalisasi dan pengembangan strategi untuk meningkatkan hasil produksi DOC dari hatchery dan breeding yang berkualitas dan seragam.
Sebelum pelatihan dimulai acara diawali dengan perkenalan apa itu Pas Reform. Pas Reform dikenal sebagai leader suplier teknologi inkubasi single-stage yang inovatif dan berdiri sejak tahun 1919. Produk-produknya telah digunakan di lebih 100 negara di dunia. Selain mesin inkubator dan hatchery, Pas Reform juga menyuplai berbagai produk untuk Hatchery Climate Control dan Hatchery Automation. Produk inkubator terbaru Pas Reform adalah SmartSetProTM dengan/tanpa koridor dan SmartHatchProTM dengan VortexTM ventilator with 5 blades.
Pas Reform meraih posisi sebagai salah satu pabrikan mesin hatchery terkemuka di dunia melalui riset berpuluh-puluh tahun dibidang biologi, aspek fisiologi perkembangan embrio, ditambah dengan pemahaman menyeluruh terhadap semua aspek dari rantai produksi unggas dan didekasikan untuk fokus ke masa depan.
Untuk Supporting after sales Service di Indonesia seperti Ketersediaan spare part, Instalasi dan trouble shooting mesin Pas Reform dan juga konsultasi mengenai Ventilation dan Automation Hatchery, Pas Reform bekerja sama dengan PT. Berdikari Sarana Jaya yang berlokasi di Kawasan Pegudangan Bizhub Blok GG no 17 – Jalan Serpong Raya – Bogor, dengan Contact Person Deddy Kurnia SPt MM, selaku Presiden Direktur.
Secara rutin Pas Reform melakukan edukasi dalam bentuk pelatihan yang diikuti oleh para manajer breeding dan hatchery melalui Pas Reform Academy. Pelatihan yang melibatkan para teknisi dan mekanik spesialis kelas dunia ini sudah menjadi agenda global perusahaan.
“Pas Reform Academy memandang hatchery sebagai bagian eksplisit dari rantai produksi unggas yang melibatkan peternakan breeding, hatchery, peternakan komersial hingga Rumah Potong Unggas. Oleh karenanya kami tidak hanya fokus pada hatchery itu sendiri,” ujar Gerd de Lange.
Beberapa topik yang kami berikan sangat dibutuhkan bagi penyelenggara usaha hatchery dan perusahaan pembibitan guna menghasilkan produk DOC yang baik dan seragam. Diantaranya adalah Kualitas dan penyimpanan telur, Manajemen peternakan breeder, Higiene telur tetas, Embriologi, Inkubasi optimum, ventilasi dan sumber energi hatchery, aspek praktis dalam inkubasi, manajemen from hatching to housing, hingga analisa data dan penyelesaian masalah. 
Menurut Gerd de Lange tujuan produk hatchery yang berkualitas adalah telur yang memiliki daya tetas tinggi tentunya akan menghasilkan kualitas DOC yang baik dan kepuasan pelanggan. Untuk mencapai hal tersebut sedikitnya dibutuhkan 4P. Yaitu People atau sumber daya manusia yang memiliki motivasi tinggi dan profesional. Product yaitu perlengkapan, telur tetas, mesin dan bahan kimia lainnya. Procedure yaitu pengaturan atau panduan dalam higiene dan yang terakhir adalah Planning atau perencanaan. 
Sementara itu untuk memproduksi anak ayam yang seragam dan memiliki vitalitas tinggi diperlukan kondisi inkubasi yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan embrio. Kondisi inkubasi optimum bervariasi antara jenis telur dan galur ayam. Untuk menyesuaikan kondisi inkubasi ke berbagai jenis telur manajer hatchery perlu memiliki pengetahuan lebih tentang interaksi antara iklim inkubator dan kualitas ayam.
Selain itu, manajer hatchery juga harus menyediakan inkubator satu tahap yang dapat merespon secara akurat dan homogen untuk setiap poin setting yang dibuat. Pada pembibitan komersial, manajer menyesuaikan setting poin inkubasi berdasarkan pengalaman.
Untuk melakukan ini manajer hatchery harus memperhitungkan akun, gallur, usia indukan dan lamanya waktu penyimpanan telur. Ketika daya tetas, vitalitas anak ayam dan keseragaman berada di bawah standard referensi hatchery maka dibutuhkan penyesuaian inkubasi dengan program trial and error. Dengan peningkatan penerapan inkubasi satu tahap kebutuhan untuk metode yang lebih obyektif dalam mengukur kualitas ayam terus berkembang. Sebagai tambahan, desain inkubator satu tahap perlu perhatian khusus untuk proses inkubasi yang optimal.
Pada kesempatan ini Gerd de Lange juga memperkenalkan Pasgar© Score yang dikembangkan Pas Reform yaitu metode obyektif untuk mengukur kualitas anak ayam. Pasgar© Score didasarkan kriteria morfologi (Tabel). Metode ini telah digunakan oleh sebagian besar manajer hatchery ketika menilai anak ayam dan didasarkan pada kewaspadaan anak ayam (refleks) untuk mengukur aktivitas, penampilan pusar, kaki, paruh dan ukuran kuning telur/rongga perut.
Kualitas ayam tertinggi memiliki skor 10 dan satu titik dikurangi untuk setiap kelainan yang tercatat dari kelima kriteria tersebut. Untuk mendapatkan nilai representatif dari DOC yang berkualitas diperlukan sampel sedikitnya 30 ekor dari setiap flok. Nilai Pasgar© Score didapatkan dari hasil rataan jumlah skor sampel tersebut.

Tabel. Contoh Penghitungan Pasgar© Score
DOC
Refleks
Tali Pusar
Kaki
Paruh
Perut
Pasgar© Score
1
0
1
0
0
1
8
2
0
0
0
0
0
10
3
0
1
1
1
0
7
4
0
0
0
0
0
10
5
0
1
0
0
0
9
6
0
1
0
0
0
9
7
1
0
0
0
1
8
Total
1
4
1
1
2
61
Rataan Pasgar© Score = 61/7 = 8,7
Masalah tali pusar pada 4 dari 7 DOC = 57%

Melalui Pasgar© Score manajer hatchery dapat mengambil tindakan apa saja yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas DOC yang dihasilkan. Hal ini bisa dilakukan apabila manajer hatchery bisa duduk bersama dan mengkonsultasikan masalah yang terjadi dengan manajer pembibitan/breeding untuk mencari solusi terbaik.
Gerd De Lange menekankan bahwa kualitas telur tetas yang baik (seragam) dihasilkan dari induk ayam yang seragam pula. Keseragaman telur sangat ditentukan oleh ras ayam, pakan, penyakit, perkandangan, lingkungan dan manajemen. Telur tetas yang baik harus memiliki bobot, ukuran, bentuk dan warna yang seragam. Selain itu juga memiliki kualitas cangkang yang baik, fertilitas dan vitalitas embrio yang baik, higiene telur yang baik dan tidak disimpan terlalu lama.
Ia juga menambahkan bobot DOC ditentukan oleh bobot telur, bobot induk menentukan bobot telur. Agar keseragaman DOC tercapai diperlukan induk ayam yang juga seragam baik dari ukuran dan bobot badannya.

Pelatihan Pas Reform Academy juga dilengkapi praktik dan diskusi kelompok. 

Kualitas, Handling dan Penyimpanan Telur
Di sesi berikutnya Dr Marleen Boerjan menjelaskan soal kualitas, handling dan penyimpanan telur. Menurutnya telur tetas yang berkualitas harus dinilai dari beberapa aspek. Contoh aspek eksternal adalah cangkang harus utuh halus dan bersih, bobot telur harus seragam tidak terlalu besar atau terlalu kecil, bentul oval dengan ujung lancip. Sementara contoh aspek internal adalah telur harus fertil, embrio pada tahap perkembangan optimal, segar dan tersimpan baik. Aspek lainnya adalah nutrisi, bebas dari penyakit, dan maternal antibodi.
Beberapa jam pertama setelah dikeluarkan (oviposisi) disebut sebagai periode adaptasi. Pendinginan suhu telur dari suhu tubuh induk (41 oC) menjadi suhu ruang (22-25 oC). Periode pendinginan ni sangat penting bagi kualitas telur. Pendinginan tergantung pada manajemen handling telur di peternakan. Untuk daya tetas optimum telur tidak boleh diinkubasi segera setelah dikeluarkan oleh induk.
Marleen menegaskan setelah telur melalui proses pendinginan 5-6 jam segera lakukan pengumpulan dan pencatatan data kualitas telur. Kemudian gunakan open tray yang berkualitas tinggi, serta hindari cara handling yang kasar. Lamanya waktu penyimpanan telur harus disesuaikan dengan temperatur dan kelembaban yang dibutuhkan. Sebagai contoh penyimpanan selama 7 hari akan menurunkan daya tetas hingga 0,5%. Ia juga menyimpulkan penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas telur, daya tetas, dan kualitas DOC sehingga dibutuhkan perencanaan hatchery yang baik.

Pelatihan Padat Penuh Manfaat
Secara umum pelatihan berjalan sukses dan penuh dinamis meskipun pelatihan menggunakan dua bahasa dengan penerjemah. Banyak peserta yang bertanya dan berkonsultasi dari setiap topik yang diberikan. Selain mendengarkan presentasi pelatihan juga dilengkapi diskusi kelompok dan praktik/demo.
Seluruh peserta pelatihan mengaku sangat berterima kasih dan bisa mengambil banyak manfaat dari pelatihan Pas Reform Academy ini. Merekapun berharap program ini bisa menjadi agenda tahunan sehingga bisa terus mengikuti perkembangan teknologi hatchery dunia. Acara ditutup dengan pembagian sertifikat yang diserahkan langsung oleh Sales Manager Pas Reform, Bas Kanters. (adv/wan) 

ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer