Bisnis peternakan dari
waktu ke waktu terus tumbuh seiring dengan perkembangan jaman. Beberapa pemicu
perubahan bisnis peternakan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara
lain peningkatan jumlah penduduk dunia, terjadinya perubahan iklim, terjadinya peningkatan permintaan pangan,
utamanya pangan asal hewani seperti daging, telur dan susu. Faktor pemicu
lainnya yakni adanya persaingan bisnis global, persaingan sumberdaya pangan,
pakan, dan energi, tuntutan adanya keamanan pangan dan industri yang ramah
lingkungan, serta terbitnya berbagai aturan dan kebijakan pemerintah baik di
tingkat nasional, regional maupun internasional.
Terjadinya perubahan
industri peternakan tersebut menjadikan industri pakan harus menyesuaikan diri
dengan kondisi yang ada saat ini. Ahli Nutrisi dan Pakan dari Institut
Pertanian Bogor (IPB), Prof Dewi Apri Astuti dalam sebuah pelatihan tentang
kompetensi keahlian pakan di Bogor pada pertengahan Desember 2015 lalu
mengatakan, beberapa tantangan industri pakan saat ini yakni peningkatan produksi
pakan di bawah tekanan biaya bahan pakan yang tinggi, keamanan pakan dan pangan
asal ternak, kompetisi pangan, pakan dan energi, keterbatasan sumberdaya pakan
dan air, harga dan kualitas pakan yang kompetitif, dan terjadinya perubahan
suhu dan kelembaban, tuntutan adanya kesejahteraan ternak (animal welfare), serta tuntutan peternakan yang ramah lingkungan,
yang tidak menimbulkan banyak polusi.
Dari sisi pelaku
industri, tantangan industri pakan saat ini yakni kebijakan dan program
pemerintah dalam penerapan peraturan mutu pakan, penerapan cara pembuatan pakan
yang baik (GMP) dan HACCP/ISO, pendaftaran dan labelisasi pakan, serta
melakukan pengawasan mutu pakan (Desianto, 2015). Dalam hal ini, faktor
kualitas dan keamanan pakan menjadi faktor yang sangat penting untuk membangun
keunggulan daya saing dalam meningkatkan keuntungan sekaligus meningkatkan
kepuasan pelanggan dari perusahaan yang bersangkutan. Bagi produsen pakan
ternak, tantangan utamanya adalah seberapa jauh dapat menjaga kualitas dan
keamanan pakan yang diproduksi, serta bagaimana aplikasi sistem kontrol
kualitas yang baik.
Menghadapi berbagai
tantangan tersebut, maka industri pakan harus berani melakukan langkah-langkah
strategis (Anuraga, 2015) seperti re-formulasi pakan, memproduksi pakan yang
aman, memproduksi pakan yang dapat menjamin kesehatan saluran pencernaan,
memproduksi pakan yang ramah lingkungan, memproduksi pakan yang dapat
menanggulangi stres pada ternak, memproduksi pakan yang dapat memperkaya produk
ternak melalui manipulasi pakan. Beberapa langkah tersebut harus didukung oleh
uji kualitas bahan pakan. Makin cepat dan akurat pengujian bahan baku pakan,
makin terjaga pula kualitas pakan yang dihasilkan.
Evaluasi dan analisis bahan baku pakan
Banyak sekali bahan
baku pakan yang berasal dari hasil samping suatu produk industri, seperti
industri minyak sawit, industri minyak kedelai, tahu, tempe, penggilingan padi,
industri roti, dan lain-lain. Padahal, seringkali kualitas bahan baku pakan
tersebut berada di bawah standar kualitas yang ditentukan. Hal ini memberi
dampak pada upaya pabrik pakan untuk harus terus mencari bahan baku pakan yang
terbaik. Terlebih bahan baku pakan menyumbang 70-90% dari total biaya produksi
pakan, bahkan sangat berpengaruh terhadap variasi nutrisi pakan yang berkisar
antara 40-70%.
Untuk menghasilkan
daging, susu dan telur dengan kualitas prima, maka pakan yang diberikan pun
haruslah dengan kualitas prima pula. Dengan demikian, sangat diperlukan bahan
baku berkualitas baik untuk menghasilkan pakan berkualitas baik. Dalam hal ini,
kontrol kualitras (Quality Control/QC)
mutlak diperlukan. Untuk mengetahui kualitas bahan baku pakan, maka perlu
dilakukan evaluasi
dan analisis kualitas pakan.
Menurut ahli nutrisi
pakan dari IPB, Dr. M Ridla, pakan yang baik mengacu pada nilai biologis pakan untuk
dapat menghasilkan tingkat produktifitas ternak yang diinginkan. Evaluasi kualitas
pakan yang baik meliputi karakteristik sensori dan fisik, komposisi nutrien
dengan melakukan uji kimia, serta melakukan uji biologis untuk melihat manfaat
pakan di dalam tubuh ternak.
Karakteristik sensori
dan fisik suatu bahan baku pakan meliputi warna, aroma, tekstur, temperatur,
kemurnian bahan, dan bulk density.
Evaluasi ini memerlukan bahan standar sebagai pembanding, jika terjadi
penyimpangan dari bahan standar yang telah ditetapkan, maka telah terjadi
penurunan kualitas secara signifikan.
Adapun evaluasi
mengenai komposisi nutrien bahan baku pakan, dapat dilakukan dengan metode
konvensional, yakni dengan analisis proksimat, analisis serat van soest, atau
dengan menggunakan metode cepat, yakni dengan metode Near
Infrared Reflectance Spectrophotometry (NIRS).
Indikator utama
kualitas bahan baku pakan yakni dari kandungan protein kasar dan serat kasar.
Kandungan protein dapat dideteksi dari komposisi asam aminonya, yang dapat
dideteksi dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC).
Penentuan mutu suatu
bahan baku pakan secara cepat dan akurat sangat diperlukan untuk menjamin
kualitas bahan pakan untuk dapat diproses lebih lanjut menjadi pakan yang
berkualitas baik. Uji kimia terhadap bahan baku pakan akan menghasilkan data
yang akurat, namun membutuhkan waktu dan biaya lebih tinggi. Sedangkan uji
fisik bersifat cepat (rapid test)
serta biayanya murah, namun belum ada standar baku serta tingkat keakuratannya
rendah.
Andang
S Indartono | twitter: @andangindartono | email: andang@ainionline.org
Pengurus Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI)