-->

UPGRADE MANAJEMEN BREEDER DAN HATCHERY MELALUI PAS REFORM ACADEMY

Bertempat di Hotel Novotel Bogor, Pas Reform Hatchery Technologies bersama dengan tim proyek FoodTechIndonesia (ISA/Hendrix Genetics, Van Eck Industrial Hygiene, Larive dan ISA) mengembangkan program pelatihan manajemen breeder dan hatchery selama 4 hari yang praktis, interaktif, dengan aplikasi langsung di lapangan. Pelatihan ini diikuti oleh para Manajer Hatchery dan Manager Breeding dari semua perusahaan Breeding dan Hatchery di Indonesia, dan perwakilan dari Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPUI).

Foto bersama para trainer dengan perwakilan tim proyek Food Tech Indonesia.

Latar belakang pelatihan yang diselenggarakan 30 November – 3 Desember 2015 ini adalah pentingnya seseorang untuk sukses dalam menjalankan bisnis hatchery merupakan hal yang mutlak. Dalam rangka mencapai hasil produksi optimal, diperlukan pengetahuan, keterampilan, serta sikap positif terhadap manajemen breeder dan hatchery sebagai alat fundamental. Oleh karena itu para peserta tidak hanya belajar dari para trainer yang terlibat dalam FoodTechIndonesia, tetapi juga berkesempatan berbagi pengalaman dan wawasan dengan para profesional pelaku bisnis hatchery. Demikian disampaikan Bas Kanters, Sales Director Asia Pas Reform Hatchery Technologies dalam sambutanya.     
Ia melanjutkan, tujuan pelatihan ini diharapkan peserta mampu mengevaluasi performa hatchery dan menganalisa apakah performa tersebut berada di bawah standar (daya tetas pola mortalitas embrio, dan kualitas anak ayam). Selain itu para peserta diharapkan mengenali titik lemah pada prosedur handling dan inkubasi telur di hatchery masing-masing menggunakan peralatan yang tersedia. Ditambah peserta juga diharapkan mampu membuat formula modifikasi untuk proses inkubasi dan handling sehingga meningkatkan performa hatchery.
Secara khusus para trainer yang didatangkan adalah ahli dalam bidangnya seperti misalnya Senior Poultry Specialist Pas Reform Academy Gerd de Lange, Embryologist dan Director R&D Pas Reform Academy Dr. Marleen Boerjan, serta Sales Manager ISA Mr. Willie Blokvoort. Berbagai topik seputar optimalisasi dan pengembangan strategi untuk meningkatkan hasil produksi DOC dari hatchery dan breeding yang berkualitas dan seragam.
Sebelum pelatihan dimulai acara diawali dengan perkenalan apa itu Pas Reform. Pas Reform dikenal sebagai leader suplier teknologi inkubasi single-stage yang inovatif dan berdiri sejak tahun 1919. Produk-produknya telah digunakan di lebih 100 negara di dunia. Selain mesin inkubator dan hatchery, Pas Reform juga menyuplai berbagai produk untuk Hatchery Climate Control dan Hatchery Automation. Produk inkubator terbaru Pas Reform adalah SmartSetProTM dengan/tanpa koridor dan SmartHatchProTM dengan VortexTM ventilator with 5 blades.
Pas Reform meraih posisi sebagai salah satu pabrikan mesin hatchery terkemuka di dunia melalui riset berpuluh-puluh tahun dibidang biologi, aspek fisiologi perkembangan embrio, ditambah dengan pemahaman menyeluruh terhadap semua aspek dari rantai produksi unggas dan didekasikan untuk fokus ke masa depan.
Untuk Supporting after sales Service di Indonesia seperti Ketersediaan spare part, Instalasi dan trouble shooting mesin Pas Reform dan juga konsultasi mengenai Ventilation dan Automation Hatchery, Pas Reform bekerja sama dengan PT. Berdikari Sarana Jaya yang berlokasi di Kawasan Pegudangan Bizhub Blok GG no 17 – Jalan Serpong Raya – Bogor, dengan Contact Person Deddy Kurnia SPt MM, selaku Presiden Direktur.
Secara rutin Pas Reform melakukan edukasi dalam bentuk pelatihan yang diikuti oleh para manajer breeding dan hatchery melalui Pas Reform Academy. Pelatihan yang melibatkan para teknisi dan mekanik spesialis kelas dunia ini sudah menjadi agenda global perusahaan.
“Pas Reform Academy memandang hatchery sebagai bagian eksplisit dari rantai produksi unggas yang melibatkan peternakan breeding, hatchery, peternakan komersial hingga Rumah Potong Unggas. Oleh karenanya kami tidak hanya fokus pada hatchery itu sendiri,” ujar Gerd de Lange.
Beberapa topik yang kami berikan sangat dibutuhkan bagi penyelenggara usaha hatchery dan perusahaan pembibitan guna menghasilkan produk DOC yang baik dan seragam. Diantaranya adalah Kualitas dan penyimpanan telur, Manajemen peternakan breeder, Higiene telur tetas, Embriologi, Inkubasi optimum, ventilasi dan sumber energi hatchery, aspek praktis dalam inkubasi, manajemen from hatching to housing, hingga analisa data dan penyelesaian masalah. 
Menurut Gerd de Lange tujuan produk hatchery yang berkualitas adalah telur yang memiliki daya tetas tinggi tentunya akan menghasilkan kualitas DOC yang baik dan kepuasan pelanggan. Untuk mencapai hal tersebut sedikitnya dibutuhkan 4P. Yaitu People atau sumber daya manusia yang memiliki motivasi tinggi dan profesional. Product yaitu perlengkapan, telur tetas, mesin dan bahan kimia lainnya. Procedure yaitu pengaturan atau panduan dalam higiene dan yang terakhir adalah Planning atau perencanaan. 
Sementara itu untuk memproduksi anak ayam yang seragam dan memiliki vitalitas tinggi diperlukan kondisi inkubasi yang sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan embrio. Kondisi inkubasi optimum bervariasi antara jenis telur dan galur ayam. Untuk menyesuaikan kondisi inkubasi ke berbagai jenis telur manajer hatchery perlu memiliki pengetahuan lebih tentang interaksi antara iklim inkubator dan kualitas ayam.
Selain itu, manajer hatchery juga harus menyediakan inkubator satu tahap yang dapat merespon secara akurat dan homogen untuk setiap poin setting yang dibuat. Pada pembibitan komersial, manajer menyesuaikan setting poin inkubasi berdasarkan pengalaman.
Untuk melakukan ini manajer hatchery harus memperhitungkan akun, gallur, usia indukan dan lamanya waktu penyimpanan telur. Ketika daya tetas, vitalitas anak ayam dan keseragaman berada di bawah standard referensi hatchery maka dibutuhkan penyesuaian inkubasi dengan program trial and error. Dengan peningkatan penerapan inkubasi satu tahap kebutuhan untuk metode yang lebih obyektif dalam mengukur kualitas ayam terus berkembang. Sebagai tambahan, desain inkubator satu tahap perlu perhatian khusus untuk proses inkubasi yang optimal.
Pada kesempatan ini Gerd de Lange juga memperkenalkan Pasgar© Score yang dikembangkan Pas Reform yaitu metode obyektif untuk mengukur kualitas anak ayam. Pasgar© Score didasarkan kriteria morfologi (Tabel). Metode ini telah digunakan oleh sebagian besar manajer hatchery ketika menilai anak ayam dan didasarkan pada kewaspadaan anak ayam (refleks) untuk mengukur aktivitas, penampilan pusar, kaki, paruh dan ukuran kuning telur/rongga perut.
Kualitas ayam tertinggi memiliki skor 10 dan satu titik dikurangi untuk setiap kelainan yang tercatat dari kelima kriteria tersebut. Untuk mendapatkan nilai representatif dari DOC yang berkualitas diperlukan sampel sedikitnya 30 ekor dari setiap flok. Nilai Pasgar© Score didapatkan dari hasil rataan jumlah skor sampel tersebut.

Tabel. Contoh Penghitungan Pasgar© Score
DOC
Refleks
Tali Pusar
Kaki
Paruh
Perut
Pasgar© Score
1
0
1
0
0
1
8
2
0
0
0
0
0
10
3
0
1
1
1
0
7
4
0
0
0
0
0
10
5
0
1
0
0
0
9
6
0
1
0
0
0
9
7
1
0
0
0
1
8
Total
1
4
1
1
2
61
Rataan Pasgar© Score = 61/7 = 8,7
Masalah tali pusar pada 4 dari 7 DOC = 57%

Melalui Pasgar© Score manajer hatchery dapat mengambil tindakan apa saja yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas DOC yang dihasilkan. Hal ini bisa dilakukan apabila manajer hatchery bisa duduk bersama dan mengkonsultasikan masalah yang terjadi dengan manajer pembibitan/breeding untuk mencari solusi terbaik.
Gerd De Lange menekankan bahwa kualitas telur tetas yang baik (seragam) dihasilkan dari induk ayam yang seragam pula. Keseragaman telur sangat ditentukan oleh ras ayam, pakan, penyakit, perkandangan, lingkungan dan manajemen. Telur tetas yang baik harus memiliki bobot, ukuran, bentuk dan warna yang seragam. Selain itu juga memiliki kualitas cangkang yang baik, fertilitas dan vitalitas embrio yang baik, higiene telur yang baik dan tidak disimpan terlalu lama.
Ia juga menambahkan bobot DOC ditentukan oleh bobot telur, bobot induk menentukan bobot telur. Agar keseragaman DOC tercapai diperlukan induk ayam yang juga seragam baik dari ukuran dan bobot badannya.

Pelatihan Pas Reform Academy juga dilengkapi praktik dan diskusi kelompok. 

Kualitas, Handling dan Penyimpanan Telur
Di sesi berikutnya Dr Marleen Boerjan menjelaskan soal kualitas, handling dan penyimpanan telur. Menurutnya telur tetas yang berkualitas harus dinilai dari beberapa aspek. Contoh aspek eksternal adalah cangkang harus utuh halus dan bersih, bobot telur harus seragam tidak terlalu besar atau terlalu kecil, bentul oval dengan ujung lancip. Sementara contoh aspek internal adalah telur harus fertil, embrio pada tahap perkembangan optimal, segar dan tersimpan baik. Aspek lainnya adalah nutrisi, bebas dari penyakit, dan maternal antibodi.
Beberapa jam pertama setelah dikeluarkan (oviposisi) disebut sebagai periode adaptasi. Pendinginan suhu telur dari suhu tubuh induk (41 oC) menjadi suhu ruang (22-25 oC). Periode pendinginan ni sangat penting bagi kualitas telur. Pendinginan tergantung pada manajemen handling telur di peternakan. Untuk daya tetas optimum telur tidak boleh diinkubasi segera setelah dikeluarkan oleh induk.
Marleen menegaskan setelah telur melalui proses pendinginan 5-6 jam segera lakukan pengumpulan dan pencatatan data kualitas telur. Kemudian gunakan open tray yang berkualitas tinggi, serta hindari cara handling yang kasar. Lamanya waktu penyimpanan telur harus disesuaikan dengan temperatur dan kelembaban yang dibutuhkan. Sebagai contoh penyimpanan selama 7 hari akan menurunkan daya tetas hingga 0,5%. Ia juga menyimpulkan penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan kualitas telur, daya tetas, dan kualitas DOC sehingga dibutuhkan perencanaan hatchery yang baik.

Pelatihan Padat Penuh Manfaat
Secara umum pelatihan berjalan sukses dan penuh dinamis meskipun pelatihan menggunakan dua bahasa dengan penerjemah. Banyak peserta yang bertanya dan berkonsultasi dari setiap topik yang diberikan. Selain mendengarkan presentasi pelatihan juga dilengkapi diskusi kelompok dan praktik/demo.
Seluruh peserta pelatihan mengaku sangat berterima kasih dan bisa mengambil banyak manfaat dari pelatihan Pas Reform Academy ini. Merekapun berharap program ini bisa menjadi agenda tahunan sehingga bisa terus mengikuti perkembangan teknologi hatchery dunia. Acara ditutup dengan pembagian sertifikat yang diserahkan langsung oleh Sales Manager Pas Reform, Bas Kanters. (adv/wan) 

Livestock Export Program Expo 2016 Siap Digelar

Menindaklanjuti suksesnya penyelenggaraan Livestock Export Program (LEP) EXPO 2015 yang digelar pada 9 April 2015 di Tangerang, Indonesia, MLA / LEP Meat and Livestock Australia dengan bangga mempersembahkan The 2nd LEP EXPO yang akan diselenggarakan pada tanggal 6-7 April 2016 di Tangerang, Indonesia.

Suasana pameran Livestock Export Program Expo 2015.

Tujuan dari acara ini adalah untuk memungkinkan industri ternak di Indonesia mendapatkan pemahaman yang lebih baik dari produk dan layanan yang tersedia bagi mereka sehingga memungkinkan untuk pilihan yang lebih tepat untuk meningkatkan kesejahteraan hewan dan efisiensi rantai pasokan dalam sistem produksi masing-masing.
LEP EXPO 2015 menyatukan sedikitnya 20 perusahaan dan telah menarik sekitar 400 pengunjung hanya dalam satu hari pameran. Ada banyak umpan balik positif pada kisah sukses dari perusahaan yang telah bergabung di LEP EXPO pertama kami.
LEP EXPO 2016 akan diikuti oleh sekitar 50 perusahaan untuk memamerkan produk mereka dan informasi pada peralatan ternak, peralatan rumah potong hewan, produk kesehatan hewan, produk pakan ternak, software penggemukan dan konstruksi, traceability ternak dan sistem informasi, asosiasi pembibit, dan perusahaan-perusahaan  yang terlibat dalam industri peternakan secara umum.
Berbeda dengan apa yang kita miliki di LEP EXPO 2015, Expo 2016 ini akan diadakan selama 2 hari disertai dengan banyak seminar dan presentasi produk yang menarik.
Lokasi pameran bertempat di Atria Hotel Gading Serpong. Tempat ini menawarkan akses mudah ke berbagai pusat perbelanjaan, hotel dan jalan tol maka kita berharap untuk menarik banyak pengunjung pameran kami.

Berminat untuk bergabung dalam LEP EXPO 2016 pendaftaran ditunggu selambat-lambatnya tanggal 15 Januari 2016. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai biaya dan hal-hal lain silahkan hubungi Helen Fadma di hfadma@mla.com.au atau +62 811 97 83224. (wan) 

Teknologi Perbaikan Genetik Sapi Lokal Indonesia



Bogor - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, bersama Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi, Muhamad Nasir melakukan kunjungan kerja untuk menyaksikan hasil teknologi perbaikan genetik sapi lokal Indonesia, di PT. Karya Anugerah Rumpin (KAR) yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (7/1).
Hadir dalam kunjungan tersebut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anggota Komisi VII dan X DPR RI, Kepala LIPI, Wakil Bupati Kabupaten Kupang-NTT, dan Wakil Bupati Kabupaten Ende-NTT.
Riset yang dilakukan selama 7 tahun secara terus menerus ini dikembangkan Kementerian Riset bekerja sama dengan PT KAR, LIPI dan Kementerian Pertanian. Hasil yang diperoleh pemulihan genetik sapi Indonesia kembali ke genetik unggul, perbaikan genetik untuk mendapatkan bibit sapi lokal unggul.
Mentan mengapresiasi langkah pengembangan rekayasa genetik sapi lokal yang dapat menghasilkan bobot 700 sampai 800 kg per ekor. Bobot sapi lokal tersebut sama dengan sapi Limosin dan Brahman. "Artinya dengan berat sapi lokal ini, kita bisa wujudkan swasembada daging," ungkap Mentan.
Mentan menjelaskan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menyiapkan daerah sentral untuk pengembangan sapi lokal yaitu provinsi NTB, NTT, Jatim, Sulsel, dan Lampung. Hal tersebut sejalan sesuai dengan arahan Presiden bahwa di tahun 2016 pemerintah akan mengalokasi anggaran untuk sektor peternakan sebesar Rp 2,8 triliun untuk mendukung terwujudnya swasembada daging.
Dalam kesempatan tersebut Mentan juga menjelaskan Kementerian Pertanian akan menyediakan indukan sapi dalam waktu dekat sebesar 100 ribu ekor sehingga dapat menghasilkan anak sapi dalam jumlah besar. "Dengan demikian, kebutuhan daging dalam negeri dapat dipenuhi sendiri dan swasembada daging akan terwujud", papar Mentan. (wan)

KM Camara Nusantara I Tiba di Jakarta

Desas-desus berlayarnya kapal ternak KM Camara Nusantara I akhirnya terjawab. Kapal perdana buatan Indonesia itu bersandar di Dermaga 107, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara pada Jumat, 11 Desember 2015.

Sapi-sapi yang diangkut oleh kapal ternak KM Camara Nusantara I dari Kupang, NTT

Setelah mengarungi lautan dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) selama kurang lebih lima hari, kapal yang mengangkut 353 ekor ternak sapi ini langsung disambut oleh orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang ikut memantau kapal ternak, pihaknya menyambut gembira atas kedatangan kapal tersebut. Ia menilai, dengan adanya kapal ternak yang mengangkut sapi dari sentranya langsung, dapat menurunkan harga daging sapi yang tahun kemarin sempat melonjak tinggi. “Jadi target kita adalah menurunkan harga di konsumen kemudian mengangkat pendapatan petani,” ujar Mentan Amran saat menggelar konferensi pers disalah satu cafe di Ancol, Jakarta Utara.
Selain itu, lanjut Amran, kapal ternak ini sekaligus memotong supply chain distribusi sapi yang sebelumnya memakan biaya tinggi dan waktu yang lama. “Dahulu perjalanan dua bulan sekarang menjadi satu minggu saja, kemudian dulu persoalannya banyak biaya lain-lain di perjalanan sebanyak 13 pos itu dan satu titik sampai Rp 50.000-100.000 per ekor. Dulu juga biaya angkut mencapai Rp 1,8 juta per ekor, sekarang setelah pakai kapal ternak ini yang merupakan implementasi dari tol laut menjadi Rp 320.000 per ekor. Kita bisa turunkan 85% biaya angkut dan pos-pos tadi juga sudah tidak ada lagi,” terangnya.
Ia juga menambahkan, singkatnya perjalanan kapal ternak dari sentra menuju daerah tujuan tidak menguras banyak bobot sapi. “Dulu itu (pengiriman ternak) bukan penggemukan malah pengurusan, karena turun bobot kan sampai 20%, sekarang ini kami yakin turun hanya 3-5%,” katanya.
Perihal karantina sapi, ia juga mengungkapkan telah menerbitkan Permentan baru No 12 untuk mempercepat karantina sapi dari yang sebelumnya 3-4 hari, menjadi 0,8 hari. “Kalau mungkin ada yang bisa lebih cepat lagi 10 menit sampai satu jam karantina, akan saya keluarkan permentan lagi,” tukasnya.
Senada dengan Mentan Amran, Presiden Jokowi yang menyambut kedatangan KM Camara Nusantara I mengatakan, kapal pengangkut ternak ini bisa mengefisienkan harga daging karena mampu menekan biaya transportasi. “Di sana harganya Rp 30.000 per kg (bobot hidup), karena ada efisiensi di ongkos transportasi yang dulunya kurang lebih Rp 1,5-1,8 juta, sekarang jadi Rp 320.000. Ini yang sering kita bilang tol laut ya seperti ini,” kata Jokowi ketika meninjau kapal pengangkut ternak.
Menurut perhitungannya, setelah sapi tiba di Jakarta dan disembelih, maka harga akan jatuh per kg kira-kira Rp 35.000-37.000. “Kalau sudah disembelih, nanti jadi daging, biasanya itu rendemen ya. Itu kali dua. Nah rata-ratanya berarti kurang lebih antara Rp 72.000-76.000,” jelasnya.
Kendati demikian, kata dia, harga daging akan tetap berbeda-beda. “Tapi itu harga rata-rata. Yang namanya daging itu ada yang khas. Itu jatuhnya bisa antara Rp 85.000-90.000. Tapi yang rata-rata itu tadi harganya yang tadi saya bilang. Kemudian ada harga yang di tempat-tempat lain kurang lebih Rp 40.000 jatuhnya,” terang Jokowi.
Sementara itu, disampaikan oleh Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), yang turut mendampingi Jokowi, pengiriman sapi perdana dari NTT ini untuk Bulog dan akan didistribusikan ke Jakarta. “Kedatangan pertama ini buat Bulog, Bulog buat Jakarta. Nanti berikutnya gantian,” ujar Ahok di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sebagai informasi, pengiriman sapi dari NTT ke Jakarta, merupakan lanjutan dari kerjasama pengadaan sapi yang beberapa waktu lalu diteken oleh enam gubernur termasuk NTT dan Jakarta di Kementerian Pertanian. Kerjasama tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga daging sapi di Jakarta.
Turut hadir dalam kedatangan kapal pengangkut ternak, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. (rbs)

Nutreco Akuisisi Micronutrients



[INDIANAPOLIS, AMERIKA SERIKAT, 2015] Nutreco telah menandatangani perjanjian dengan The Heritage Group, pemilik Micronutrients, untuk mengakuisisi perusahaan ini yang merupakan pemimpin global suplemen mineral berbasis hidroksi. Akuisisi ini menjadikan Trouw Nutrition, unit bisnis nutrisi hewan milik Nutreco, memperkuat portofolio imbuhan pakan Selko. Proses perpindahan kepemilikan ini, berdasarkan pada regulasi yang ada, diharapkan akan selesai pada kuartal pertama tahun depan.
Knut Nesse, CEO Nutreco menyatakan bahwa, "Strategi kami adalah dapat menjangkau tren global dalam rantai nilai protein hewani yaitu dengan menyediakan solusi nutrisi inovatif dan berkelanjutan bagi pelanggan kami dengan menggunakan teknologi tinggi serta pengetahuan aplikatif. Portofolio produk micronutrients sesuai dengan strategi ini. Dikombinasikan dengan berbagai produk yang telah kami miliki dan kemampuan Research and Development (R&D), akuisisi Micronutrients membuat unit bisnis nutrisi hewan kami yaitu Trouw Nutrition menjadi pemimpin untuk segmen imbuhan pakan. Selain itu, produk Micronutrients akan memberikan nilai tambah bagi produk premix yang kami tawarkan."
Pat James, CEO Micronutrients menambahkan, "Di Nutreco kami telah menemukan pengelolan yang baik untuk bisnis kami, yang telah tumbuh dengan cepat di AS dalam beberapa tahun terakhir. Sebagai perusahaan global yang memiliki sumber daya dan jaringan untuk mempercepat pertumbuhan Micronutrients melalui ekspansi geografis, kami juga menargetkan penambahan spesies hewan. Dalam jangka panjang, kekuatan R & D dari Nutreco akan menjadikan teknologi Micronutrients semakin berkembang."
Micronutrients merupakan pemimpin pasar untuk suplemen mineral hidroksi, yang dipasarkan dibawah lisensi merek dunia IntelliBond®. Suplemen mineral hidroksi terspesialisasi pada suplemen mineral karena struktur kimianya yang unik mampu meningkatkan stabilitas premix dan pakan serta bioavailabilitas bagi hewan jika dibandingkan dengan mineral anorganik. Bioavailabilitas yang lebih tinggi dalam kondisi tertentu mengarah pada peningkatan kinerja hewan serta manfaat terhadap lingkungan. Perusahaan ini terkenal dengan kekuatan komersilnya di AS, dengan penjualan di banyak negara lain di seluruh dunia melalui distributor-distributornya. (wan)

Alltech Perluas Fasilitas Produksi di Australia

[Roseworthy, Australia] - Karena meningkatnya permintaan, perusahaan nutrisi dan kesehatan hewan global Alltech telah memperluas fasilitas produksi di Forbes, New South Wales, Australia yang memproduksi Optigen II ™.

(Dari kiki ke kanan) Mathew Smith, Vice President Alltech Asia-Pasifik, Rob McFarlane, General Manager, tim ruminansia Alltech Oceania, dan Mark Peebles, General Manager Lienert, mengumumkan perluasan fasilitas produksi untuk mengakomodasi permintaan untuk Optigen II™.

Fasilitas baru ini akan memenuhi permintaan dari pasar industri susu, daging sapi dan domba untuk Optigen II ™, sumber nitrogen non-protein dengan pelepasan lambat. Optigen II ™ awalnya dikembangkan oleh Cornell University, dan saat ini telah digunakan di seluruh dunia selama lebih dari 10 tahun, didukung oleh penelitian in vitro, in situ dan in vivo.
"Petani menghadapi tantangan ekstrim di Australia dan Selandia Baru," kata Rob McFarlane, General Manager, tim ruminansia Alltech Oceania. "Musim yang ekstrim, campuran unik dari sistem manajemen dan tantangan pasar susu global membuat sulit untuk menghasilkan produk susu yang konsisten, menguntungkan atau daging sapi."
"Optigen II ™ menyediakan pelepasan nitrogen berkelanjutan, yang sangat penting bagi sistem Australia dan Selandia Baru, di mana sapi menghadapi perubahan kualitas rumput serta kesenjangan yang panjang akan feed intake," tambah Dr Susanne Roth, Ruminant Sales and Marketing Manager, Alltech Oceania. "Optigen II memberikan peternakan sapi perah dan sapi potong, pabrik pakan dan konsultan lebih banyak kebebasan untuk mempertahankan produksi selama periode yang menantang dan mencapai profitabilitas yang lebih tinggi."
"Optigen II dapat digunakan melampaui diet yang ada untuk meningkatkan kandungan protein secara keseluruhan, yang sangat relevan jika ada kekurangan protein karena buruknya kualitas rumput," jelas Roth. "Optigen II dapat digunakan untuk merumuskan diet, meningkatkan nitrogen larut dalam diet, yang berarti meningkatkan daya cerna dan lebih banyak protein mikroba, sehingga meningkatkan produksi susu atau daging."
"Supporting Team Alltech On-Farm menyediakan dukungan teknis, bekerja sama dengan peternak untuk mengidentifikasi tantangan di pertanian dan meningkatkan produktivitas pada sapi perah dan sapi potong," kata McFarlane. "Kami bangga untuk memperluas fasilitas Lienert di Forbes, membantu kami terus memenuhi kebutuhan pelanggan kami."
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Dr. Susanne Roth, +61 (0) 400 617 671 atau sroth@alltech.com. (wan)

Kuota Impor Jagung Ditetapkan Per Kuartal



JAKARTA – Kuota impor jagung tahun 2016 diharapkan tidak akan melebihi kuota yang diberikan sepanjang 2015. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, seiring dengan upaya peningkatan produksi dalam negeri.

Jika pada tahun lalu, pemerintah menetapkan kuota impor jagung sebanyak 2,5 juta ton per tahun. Maka pada tahun ini, Darmin mengatakan, pemerintah baru menetapkan kuota impor jagung untuk kuartal I-2016.

“Sebelum masuk kuartal II-2016 kita akan lihat produksi jagung. Baru kita putuskan impor di kuartal II-2016 berapa,” kata Darmin dalam paparan akhir tahun, di kantornya, Kamis pekan lalu (31/12/2015).

Setelah melalui rapat koordinasi dengan kementerian teknis yakni Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, pemerintah memutuskan kuota impor jagung untuk kuartal I-2016 sebanyak 600.000 ton. “Kita percaya kebutuhan impor 2016 lebih rendah,” kata Darmin.

Sebagaimana diketahui beberapa waktu lalu bahan pangan pokok seperti daging ayam dan telur ayam mengalami lonjakan harga tinggi. Darmin menerangkan, kenaikan harga dua komoditas pangan pokok tersebut tidak lepas kaitannya dengan ketergantungan impor jagung pakan unggas.

“Tahun kemarin ini (2015) ada bermacam-macam penyebab, sehingga harganya naik dalam beberapa bulan terakhir. Kita berupaya tidak terulang di tahun depan (2016),” jelas Darmin.

Salah satu upayanya, sambung Darmin, kementerian teknis bersama kantor Kemenko Perkonomian sepakat untuk menghitung berapa kebutuhan dan produksi jagung pakan ternak. Dengan begitu, pemerintah bisa memutuskan besaran kuota impor dengan tepat. (Sumber: kompas.com)

PERUNGGASAN 2016, MASIH ADA SECERCAH HARAPAN

Bertempat di Menara 165 Jakarta, lebih dari seratus lima puluh orang pelaku bisnis peternakan dan obat hewan berkumpul dalam rangka mengikuti Seminar Nasional Bisnis Peternakan yang diselenggarakan oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI). Seminar yang dihelat Rabu 18 November ini mengangkat tema “Meningkatkan Kemandirian dan daya Saing Peternakan Indonesia Untuk Mencerdaskan Anak Bangsa.”


Acara seminar diselingi kampanye makan telur 
oleh seluruh narasumber ketua Asosiasi Bidang Peternakan.

Acara tahunan ini merupakan seminar outlook bisnis peternakan yang paling ditunggu oleh kalangan bisnis. Seperti biasanya, seminar ini laris manis, dihadiri oleh para tokoh bisnis peternakan. Sementara itu narasumber yang hadir adalah para petinggi organisasi peternakan serta pembicara tamu yang mengulas kondisi makro ekonomi.
Seminar terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi dengan presentasi dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Prof Muladno, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Legowo Kusumonegoro, Ketua Umum GPPU Krissantono, Ketua Umum GPMT Drh Sudirman, dengan moderator Drh Harris Priyadi.
Sementara sesi kedua diisi dengan narasumber Sekjen PPSKI Prof Rochadi Tawaf, Ketua AMI Dr Sauland Sinaga, Wakil Ketua Umum PINSAR Indonesia Ir Eddy Wahyudin MBA, dan Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari. Bertindak sebagai moderator di sesi kedua adalah Drh Haryono Jatmiko.  

Secercah Cahaya
Paparan Legowo Kusumonegoro dari Manulife Aset Manajemen Indonesia tentang perkembangan ekonomi makro Indonesia di Triwulan 4 tahun 2015 sedikit memberikan harapan optimis. Pasalnya, kondisi ekonomi di Triwulan 3 tahun 2015 terlihat sebagai titik terendah baik untuk pasar saham, pasar obligasi, dan nilai tukar.
Selain itu seiring melemahnya perekonomian, inflasi jauh lebih rendah dari prediksi. Potensi penurunan suku bunga terlihat meningkat. Sementara dari sisi konsumsi, mulai terlihat peningkatan (konsumsi semen, mobil, dan penyaluran kredit) semua mulai kembali menggeliat. Namun begitu persepsi investor asing terhadap emerging market memang masih sangat lemah
Ia menambahkan bahwa konsumsi masyarakat di Triwulan 4 diprediksi membaik. Hal ini disebabkan adanya penyaluran dana PSKS bulan Oktober untuk 15.4 juta keluarga @IDR 600,000. Selain itu penurunan harga solar, elpiji, listrik terutama untuk industri dan meningkatnya anggaran belanja pemerintah dalam rangka Pilkada bulan Desember yang merupakan momen terbesar dalam sejarah Indonesia.
Legowo juga melihat di Triwulan 4 ini masyarakat telah melewati masa transisi /shock atas kenaikan harga BBM, utilitas, dan pangan dasar, melihat bahwa Triwulan ke-4 tahun ini terlihat secercah harapan sehingga untuk prospek ekonomi 2016 bisa lebih baik dari pada 2015.
“Enam Paket Kebijakan Pemerintah yang sudah diterbitkan, ternyata cukup positif direspon oleh pasar, ini terlihat mulai stabilnya nilai rupiah di pasar uang dan mulai menggeliatnya pasar modal. Paket kebijakan ekonomi Pemerintah akan berlanjut dan harapannya akan menstimulus ekonomi,” demikian kata Legowo.

Situasi Perunggasan Nasional Terkini
Kondisi makro ekonomi secara langsung ataupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap kondisi peternakan nasional. Terjadinya pelemahan rupiah/penguatan kurs dollar sangat berpengaruh terhadap harga sapronak yang pada akhirnya harga tersebut mengalami kenaikan. Hal tersebut diperparah lagi dengan kebijakan pemerintah (Kementrian Pertanian) yang sangat tidak populer yaitu dengan secara serta merta menghentikan impor jagung sehingga pada hari ini harga jagung menjadi tidak masuk akal dengan ketersediaan yang kami anggap (ditimbun ??) oleh pedagang besar (pengumpul pedagang jagung nasional) dimana franco pabrik Rp 4.500. Demikian disampaikan Tri Hardiyanto, Dewan Pembina GOPAN pada Dialog Nasional Perunggasan awal November lalu.  
“Sementara kami yakin yang diuntungkan dari kebijakan ini hanya pedagang pengumpul jagung dibanding petani jagung. Saat ini harga jagung impor Rp 3.400 dengan kualitas baik sampai di pabrik (harga franco pabrik) sehingga self mixing di layer ataupun broiler menjadi sekarat dan terancam stop beroperasi dan gulung tikar. Apakah ini yang disebut nasionalis?” tanya Tri Hardiyanto
“Jika kondisi ini berlangsung, maka pemerintahan Jokowi yang pro rakyat nyaris menjadi slogan belaka bagi masyarakat perunggasan,” tegasnya lagi.
Adapun secara umum, sejak bulan Oktober 2013 - Juni 2015 boleh dikatakan peternak rakyat dan peternak menengah mandiri dalam kondisi merugi. Hal ini didasarkan fakta terjadi pembiaran "pembantaian" harga live bird ditingkat broker dan pedagang besar ayam oleh perusahaan besar (integrator). Pada saat yang sama dengan berjalannya waktu masih dirasakan suatu kondisi dimana kebijakan pemerintah tidak terlalu berpihak terhadap peternak rakyat dan peternak menengah mandiri (yang skala usahanya masih dibilang kecil-menengah).
Ir Eddy Wahyudin mewakili PINSAR Indonesia menambahkan kondisi 2015 secara umum harga broiler masih tidak menguntungkan peternak. Ini tercermin dari harga rata-rata broiler  10 bulan terakhir sebesar Rp 17.180/kg, sementara rata-rata harga HPP dalam kisaran Rp 17.410/kg. Hal ini dominan karena oversuplai broiler sebagai dampak pertumbuhan produksi bibit.
“Saat ini potensi terpasang produksi DOC sebesar 70 juta ekor per minggu sementara daya serap pasar broiler 40 juta ekor per minggu. Di sisi produksi, peternak broiler saat ini sedang bergulat dengan performa produksi yang kurang bagus, karena kualitas DOC dan pakan yang diduga menurun,” jelas Eddy.
Sementara untuk pasar telur ayam ras di awal tahun harga telur melonjak sangat fantastis, seakan memberi sinyal kondisi akan terus membaik. Akan tetapi di medio Februari hingga akhir April harga anjlok di bawah HPP. Memasuki Mei 2015 kondisi membaik dan menembus harga terbaik di Agustus 2015, performa harga telur selanjutnya bergerak dinamis di bawah dan di atas HPPnya.
Secara umum performa harga telur sepanjang 2015 masih cukup baik. Ini terlihat dari rata-rata harga jualnya Rp 17.814/kg  dan ini melampaui HPPnya yakni di Rp 17.185/kg. Catatan  rata-rata harga terbaik dicapai yakni Rp 19.900/kg yakni di Januari 2015
Namun demikian satu ancaman baru muncul dua bulan terakhir yakni kelangkaan jagung dan harganya yang melonjak hingga Rp 5.200/kg dari sebelumnya Rp 3000-3200/kg, akibat kebijakan pengetatan impor jagung oleh pemerintah. Problem ini dalam jangka waktu tertentu berpotensi menimbulkan penurunan populasi layer nasional dan menurunkan produksi telur nasional.

Dari Sisi Populasi Unggas
Ketua Umum GPPU Krissantono memaparkan produksi DOC 2015 memang cukup tinggi, produksi cukup untuk memenuhi kebutuhan Nasional akan tetapi di tingkat peternak terjadi penurunan harga jual yang cukup signifikan sehingga banyak peternak yang mengalami kerugian dan kebangkrutan. Disini terjadi kepincangan Supply dan Demand, demand cenderung menurun karena faktor ekonomi makro. Turunnya berkisar 20-30 %, hal ini tentu sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Tak tinggal diam, Pemerintah melakukan intervensi dalam mendongkrak harga ayam di tingkat peternak dengan mengurangi populasi induk ayam ras sebanyak 6 juta ekor yang baru terealisasi 2 juta ekor. Secara gamblang Krissantono menuturkan bahwa produksi DOC broiler 2015 hanya 2,4 milyar ekor dari potensi produksi 3,5 milyar ekor. Sementara produksi DOC layer 2015 yaitu 200 juta ekor.
Krissantono menyarankan di tahun 2016 Pemerintah, Asosiasi Perunggasan perlu secara matang menghitung kebutuhan impor bibit agar tidak tejadi kelebihan dan merugikan peternak. Selain itu Tata niaga ayam (tingkat hilir) harus diatur oleh Pemerintah agar peternak tidak lagi mengalami kerugian yang berkepanjangan. Prospek Perunggasan 2016 masih cukup baik mengingat konsumi daging ayam dan telur masih rendah dibanding Negara ASEAN, sangat mungkin untuk dikembangkan ke masa depan.
Ia juga menekankan, perunggasan 2016  sudah harus berhadapan dengan MEA. Permasalahan yang akan dihadapi tahun depan cukup berat sehingga Pemerintah, Asosiasi, Perusahaan dan Peternak harus bersama-sama untuk bisa membuat solusi bersama demi kemajuan Perunggasan di Indonesia.
Dari sisi perusahaan pembibit beberapa faktor yang bisa menjadi kendala adalah:
1. Turunnya demand karena faktor ekonomi makro baik global maupun regional.
2. Tidak seimbangnya Supply dan Demand.
3. Policy Pemerintah perlu komprehensif atau terpadu misalnya :
      • Perencanaan raw material (al: jagung)
      • Perencanaan Pemerintah yang merupakan Roadmap perunggasan
      • Perlu Payung Hukum pengetrapan UU PKH dan Pangan serta UU terkait, dikait dengan pelaksanan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
4. Faktor cuaca yang ekstrim menyebabkan timbul penyakit dan kelangkaan air.
5. Adanya AI di dunia International menyebabkan Supply Bibit dari Amerika dan Eropa (Jerman,Belanda,Inggris) terganggu, sehingga pembibit tidak dapat mengimpor DOC bibit akan tetapi berupa HE (dengan BM 5 %)
6. Di tingkat hilir rantai distribusi sampai ke pasar perlu disederhanakan agar masyarakat dapat menikmati harga yang baik.
7. Kekompakan para pelaku perlu ditingkatkan.

Kelangkaan Jagung
Sekali lagi, kebijakan pemerintah di bidang pangan membuat pengusaha kelimpungan. Kali ini, yang jadi ‘korban’ ialah para pengusaha makanan ternak. Lantaran pemerintah menutup keran impor, harga jagung di pasaran lokal melambung.
Drh Sudirman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) yang ditemui Infovet disela seminar menuturkan, saat ini harga jagung di pasaran dalam negeri mencapai Rp 4.200 – 5.000 per kilogram (kg). Harga ini naik 80% dari harga saat menjelang Ramadhan lalu yang berkisar Rp 2.800 – 3.000 per kg.

Sumber: GPMT 2015

Menurut Sudirman, hitungan pemerintah bahwa ketersediaan jagung di dalam negeri masih berlimpah, meleset dari target. Celakanya, kenaikan harga jagung tidak dinikmati petani langsung, melainkan para pedagang. “Faktanya terjadi kelangkaan pasokan jagung lokal di pasaran,” ujar Sudirman.
Karena itu, Sudirman meminta Kementerian Pertanian (Kemtan) memberikan persetujuan pemasukan jagung impor. Saat ini, sebagian besar kapal pengangkut sudah ada di sejumlah pelabuhan sejak awal Oktober 2015. Bahkan, kapal-kapal itu sudah terkena denda lantaran bongkar muatnya tertunda (demurrage).
Saat ini, lanjut Sudirman, stok jagung di dalam negeri tidak bisa memenuhi kebutuhan industri pakan ternak. Pasalnya, program peningkatan produksi jagung 1 juta hektare (ha) di tahun ini belum direalisasi. Saat ini, realisasi program tersebut baru mencapai 139.511 ha. Bila produktivitasnya mencapai 5 ton per ha pipil kering dengan kadar air 15%, lahan seluas itu hanya bisa menghasilkan tambahan produksi 697.555 ton sekali panen. “Jumlah ini tidak memenuhi kebutuhan industri pakan ternak dalam satu bulan,” imbuh Sudirman.
Diakhir wawancara Sudirman memproyeksikan bahwa kebutuhan jagung Indonesia untuk industri pakan ternak berkisar antara 8,5-9 juta ton.

SPR Untuk Kemandirian dan Daya Saing
Beralih ke sapi, Dirjen PKH Muladno menjelaskan bahwa progran swasembada sapi lokal (10% dipenuhi oleh sapi bakalan import) dihentikan akhir tahun 2014. Selanjutnya mulai tahun 2015 swasembada sapi lokal ditiadakan dan diganti dengan peningkatan populasi sapi lokal, yang diperkuat melalui program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan.
Kemudian mulai tahun 2016 diperkenalkan pendekatan Sentra Peternakan Rakyat yang di dalamnya terdapat Sekolah Peternakan Rakyat, yang berorientasi pada konsolidasi kekuatan peternak sapi lokal dalam rangka meningkatkan produktivitas dan reproduktivitas ternak.
Muladno menargetkan di tahun 2016 akan terbentuk 500 SPR. Manfaat dari pembentukan 500 SPR ini adalah keterlibatan secara langsung minimal 2500 peternak, 450 tokoh peternak, 500 sarjana baru dari berbagai disiplin ilmu sebagai manajer SPR, 500 dokter hewan, ratusan mahasiswa, puluhan dosen, peneliti, dan penyuluh di seluruh Indonesia
SPR merupakan lokasi penelitian untuk mahasiswa S1, S2, dan S3; serta medan pengabdian maupun diseminasi teknologi secara langsung. Selain itu juga terjadi peningkatan kesempatan bekerja di desa, deurbanisasi, deinternasionalisasi tenaga tak terampil (TKI), dan hemat energi dari sumber daya alam terbarukan misalnya pemanfaatan biogas dari feses sapi. (wan)

Drh. Gowinda Sibit: Modal Tekad Untuk Bisa Mandiri

Sebagai pengusaha, keuntungan dan kerugian adalah konsekuensi yang harus diperhitungkan. Dua hal tersebut bukanlah keinginan, melainkan pilihan. Tentunya merintis usaha tidaklah mudah, bila hanya bermodalkan materi tanpa ada niat, tidak menjamin usaha itu akan maju dan berkembang. Namun dengan tekad yang kuat, sudah pasti suatu usaha akan bertahan dan akan terus maju ke depan.
Tulisan di atas bukanlah sebuah kiasan, melainkan bukti dari kunci keberhasilan seorang pengusaha yang sudah jatuh-bangun dalam menjalankan usahanya di industri obat hewan, seperti halnya Drh. Gowinda Sibit yang cukup berhasil mengembangkan perusahaannya PT Tekad Mandiri Citra (TMC) sebagai Produsen, Importir dan Distributor Obat Hewan yang berada dikota yang dikenal sebagai   Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum (Bandung).


Drh. Gowinda Sibit, Direktur Utama PT. Tekad Mandiri Citra 

Tekad mandiri adalah sebuah konsep dimana saat awal ia merintis pada tahun 2000 di Bandung,  dengan bermodalkan tekad dan kerja keras ia meyakini pasti bisa mandiri, walaupun situasi Indonesia kala itu sedang mengalami krisis moneter. “Awal merintis, saya tidak punya modal banyak, hanya kasih Tuhan dan dukungan teman-teman, serta bermodalkan tekad untuk bisa mandiri” ujar pria yang biasa disapa Erwin ini saat ditemui dikantornya beberapa waktu lalu di Bandung.
Ia mengungkapkan, kala ia membangun usahanya, tentu tidak senantiasa mulus. Kadang bagai kapal dihantam badai, usahanya nyaris roboh. “Contoh nyata hantaman itu datang di tahun 2005, saat itu ibarat sedang belajar jalan, disitulah saya mendapat tekanan cukup besar. Sebab di tahun itu munculnya kasus flu burung yang nyaris membuat perusahaan collapse. Namun dengan berbagai upaya yang dilakukan kami bisa survive,” kata Erwin kala mengingat kembali perjuangannya.
Lebih lanjut dikatakan pria kelahiran Surabaya lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) ini, mulai tahun 2006 usahanya perlahan stabil dan tepat di tahun 2010, ia langsung mencanangkan bahwa perusahaannya harus tumbuh dan memiliki fasilitas serta sarana yang baik.
“Sasarannya saat ini adalah berusaha melengkapi keragaman produk-produk yang dibutuhkan pasar Obat Hewan di Indonesia, dengan berbasis teknologi agar bisa berkompetisi di pasar global,” tambahnya.
Standar produk yang baik bagi Erwin, harus ditopang dengan sarana uji yang baik pula sebagai bagian dalam upaya menopang keberhasilan usaha peternak. Untuk ini TMC berhasil mendapatkan sertifikat CPOHB pada tahun 2011. Dengan begitu, menurut pria yang juga pernah menjadi Ketua Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Daerah Jawa Barat selama dua periode berturut-turut ini, TMC memiliki komitmen menjadi perusahaan yang selalu bisa mengatasi permasalahan peternak. Bila diibaratkan TMC merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat, karena selalu bersedia mendengar masukan dan kritikan dari masyarakat.
“TMC kini telah melengkapi diri dengan berbagai sarana produksi untuk produk Inovasi yang berbasis high-tech dan fasilitas laboratorium diagnostik untuk pengujian penyakit. Perusahaan sengaja membangun dan melengkapi laboratorium ini dengan berbagai peralatan canggih. Hal ini semata untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada peternak. Jadi apa yang kita dapat dari peternak akan dikembalikan lagi ke peternak dalam bentuk peningkatan pelayanan,” tegas Erwin.
Karena itu, TMC sebagai perusahaan yang mengedepankan profesionalisme dan teknologi, dirinya terus mempersiapkan cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Saya selalu siapkan waktu dan kesempatan untuk melakukan berbagai training karyawan baik untuk meningkatkan skill manajerial ataupun kemampuan teknis mereka,” ungkapnya.


Salah satu contoh kegiatan training peningkatan skill manajemen di TMC.

Selain itu, ia juga selalu memberikan motivasi bagi para karyawannya agar selalu memiliki tekad yang kuat dalam hidup. “Saya selalu tekankan kepada para karyawan, bahwa ada tiga kutub yang harus diseimbangkan dalam hidup. Yakni Spiritual, Keluarga dan Pekerjaan. Bila itu bisa diseimbangkan maka hidup kita akan balance,” imbuhnya.
Dengan selalu berbagi pengalaman bersama karyawannya bahkan dengan kompetitor usahanya sekalipun, karena ia ingin memberi inspirasi, bahwa apa yang pernah ia lakukan sebelumnya bisa dipetik sebagai pelajaran sekaligus bukti bahwa semua anak bangsa Indonesia adalah saudara.
“Ya, saya bersyukur saat ini bisa terus membangun Tim Sales dan Marketing untuk melayani masyarakat peternak di seluruh Indonesia,” paparnya
Seiring usahanya yang terus berkembang cukup baik Ia paham betul keberhasilan butuh tekad dan usaha serta hemat. Dan ia senantiasa berusaha menyeimbangkan antara Spiritual, Keluarga dan Bekerja, bagi anggota keluarga dan karyawan, bagi karyawan antara lain Family Gathering, karya wisata keluar negeri dan  umroh. Ia pun juga bisa menikmati bersama keluarga, tapi tidak berlebihan. “Saya bertekad akan terus tumbuhkan TMC untuk peternak,” pungkas Erwin.
Atas keberhasilannya dalam membangun bisnis sebagai pengusaha yang juga dokter hewan, Erwin mendapat penghargaan Indonesian Poultry Veterinarian Awards (Inpova) 2015 dalam momen pameran International Livestock, Dairy, Meat Processing and Aquaculture Exposition (ILDEX) Indonesia pada 8-10 Oktober 2015 di Jakarta International Expo Kemayoran Jakarta. (rbs/wan)

Indonesia Kini Punya Kapal Pengangkut Ternak Sendiri

Presiden Joko Widodo (Jokowi) ‎akhirnya resmi meluncurkan kapal pengangkut ternak alias “kapal khusus sapi” pertama yang dibuat di Indonesia. Kapal tersebut diberi nama KM Camara Nusantara I, yang dibuat oleh PT Adiluhung Saranasegara Indonesia di Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Kapal ternak 'Made in Bangkalan' ini diklaim memiliki berbagai fasilitas dengan standar internasional setara dengan kapal ternak lain di dunia, termasuk kapal ternak milik Australia yang biasa membawa sapi ke Indonesia.


Kapal ternak 'Made in Bangkalan' ini diklaim memiliki 
berbagai fasilitas dengan standar internasional

KM Camara Nusantara I nantinya akan dipakai untuk mengangkut sapi dari sentra-sentra produksi menuju daerah yang memiliki permintaan daging sapi cukup tinggi seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.
Menurut Presiden Jokowi usai peresmian, kapal tersebut akan memperlancar proses pengiriman dari sentra sapi seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Jawa Timur, ke sejumlah provinsi yang minus sapi. “Saya senang, sekarang kita punya kapal ternak berkapasitas 500 ekor sapi. Sehingga kiriman sapi dari NTT ke Jakarta lancar,” ujar Jokowi saat acara peresmian KM Camara Nusantara I di Galangan Kapal PT. Adiluhung Saranasegara Indonesia, di Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Selasa, 10 November 2015.
Presiden mengatakan, selama ini pengangkutan sapi hanya mengandalkan moda transportasi darat. Alhasil, sapi-sapi yang yang sampai di lokasi tidak dalam keadaan baik. Bahkan, yang tadinya dikirim dalam keadaan gemuk, setelah sampai di lokasi justru kurus karena tidak diangkut memakai sarana transportasi yang layak. “Tadinya pakai truk jadi lemas semua sapinya sampai Jakarta,” kata Jokowi.
Selain memperlancar pengangkutan, kapal khusus sapi ini juga membuat harga jual menjadi lebih kompetitif dengan sapi impor. “Harganya kompetitif karena biaya transportasinya murah sekali. Ini yang kita targetkan bisa diselesaikan,” tukasnya.

Kapal Berstandar Internasional
Sementara itu, menurut Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, yang turut mendampingi presiden dalam peresmian, kapal angkutan sapi itu akan melalui rute Kupang-Bima-Tanjung Perak (Surabaya)-Tanjung Emas (Semarang)-Cirebon dan kembali ke Kupang.
“Ini kapal ternak pertama yang kita buat dan kita jalankan di Indonesia," ujar Jonan di lokasi peresmian.
Jonan menambahkan, kapal ternak ini sudah mengikuti standar yang berlaku di internasional. Artinya, sapi yang diangkut dalam kapal ini tidak boleh stres dan tidak boleh tertekan. “Jadi kapal ternak ini sudah sesuai dengan standar internasional,” imbuhnya.
KM Camara Nusantara I memiliki spesifikasi, diantaranya LOA (Length Over All) atau panjang kapal keseluruhan 69,78 m, LPP (Length Between Perpendicular) atau panjang garis tegak kapal 65,80 m, lebar 13,60 m, tinggi 4,30 m, serat 3,50 m, kecepatan 13 knot, serta daya mesin 2x1100 HP.
Kapal yang diresmikan tepat di Hari Pahlawan, 10 November itu, terdiri dari empat lantai. Lantai satu dan tiga untuk kandang dengan kapasitas 500 ekor sapi. Sedangkan lantai empat dipakai untuk awak kapal dan penumpang dengan kapasitas maksimal 32 orang. Kapal ini juga dilengkapi dengan klinik serta dokter hewan yang siaga 24 jam. Tujuannya, agar bisa mengobati sapi yang mengalami sakit selama perjalanan.

Bisa Tekan Harga Daging Sapi
Perihal peluncuran KM Camara Nusantara I, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, optimis kapal yang bisa mengangkut ternak langsung dari sentra menuju Jakarta bisa menekan harga daging sapi.
“Kapal ternak sudah kita punya. Satu unit sudah selesai. Akan menyusul lima unit lagi. Insya Allah akan menjadi enam. Prosesnya lima sampai enam bulan lagi semuanya selesai. Dalam waktu dekat kami akan angkut sapi perdana dari NTT ke Jakarta,” ungkap Mentan Amran, di Seven Hotel, Lampung, Selasa malam.
Ia menyebut, biaya pengangkutan sapi dari NTT menuju Jakarta bisa ditekan sampai 40%, sehingga harganya pun bisa lebih murah. “Ini solusi supaya harga daging bisa tertekan. Pasti biaya angkut jadi turun. Dulu waktu ribut-ribut harga daging sapi, di sana (sentra) hanya Rp 25.000, tapi di Jakarta Rp 37.000 per kg. Angkut pakai kapal ternak, harga bisa turun,” tutur Mentan.
Sapi lokal yang telah diangkut dengan kapal ternak kemudian bisa diserap oleh BUMN peternakan agar harga tetap bisa dijaga. “Nanti sapi bisa diserap BUMN seperti Perum Bulog dan PT Berdikari. PT Berdikari bisa muat 15.000 ekor. Ini wujud negara hadir di tengah masyarakat. Tidak menutup kemungkinan swasta pun bisa serap. Ini harus jalan. Kami sudah bicara dengan Gubernur Jakarta, Pak Ahok,” pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), langsung menemui Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, soal kapal pengangkut ternak yang kemarin diluncurkan.
Ahok menilai, dengan adanya kapal tersebut, sapi-sapi dari wilayah Indonesia bagian timur, khususnya NTT bisa cepat tiba di Jakarta. Perhitungan perjalanan dari NTT ke Jakarta memakan waktu 10 hari. “Jadi sapi 10 hari masuk nih. Udah mau mulai masuk nih sapi dari sana. Aku nggak tahu kapan dia naiknya. Setelah masuk Dharma Jaya kita potong terus jualnya ke Pasar Jaya, kita mesti kuasai,” kata Ahok di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat, 13 November 2015.
Ia menambahkan, begitu tiba nanti di Jakarta, Presiden Jokowi akan menyambut langsung di Pelabuhan Tanjung Priok. “Kapal kan mampir-mampir. Nanti di Tanjung Priok kapal sapi ini, presiden bilang beliau mau jemput,” tambahnya.
Selain itu, Ahok berencana agar sapi impor juga bisa dikuasai oleh BUMD DKI. “Kita juga harapkan nanti, impor sapi misal dari India atau dari mana, itu kasih kuota impornya ke Dharma Jaya, kita punya pasarkan, gitu konsepnya,” jelasnya.
Perihal adanya isu mafia daging sapi di Jakarta, ia menanggapinya dengan gayanya yang keras. “Kita lawan. Kita bisa kuasai 30 persen, kita lawan. Dulu kan kita nggak punya kapal, pakai kapal mereka. Mereka nggak mau bawa, atau mereka turunin di Surabaya bikin kepengurusan sapi. Nah sekarang kan ada enam kapal pesan, dua sudah jadi. Dengan kapal ini, kita akan bawa,” tutup Ahok. (rbs)

STRATEGI PENGENDALIAN GUMBORO (IBD)

Untuk menghindari kerugian akibat kematian yang tinggi, pertumbuhan yang tidak optimal ataupun efek imunosupresif akibat kasus Gumboro, maka pencegahan kasus Gumboro (IBD) harus menjadi prioritas utama.

Oleh sebab itu, meminimalisir dan mengeliminasi faktor pencetus munculnya penyakit ini di lapangan merupakan hal yang sangat penting. Hal ini sebenarnya bukan semata-mata menjadi tanggungjawab peternak di tingkat komersial (pedaging ataupun pullet), namun pembibit dan feedmil seharusnya juga mempunyai andil yang tidak kalah penting. Munculnya kasus Gumboro dipicu oleh beberapa hal yang saling berkaitan diantaranya yaitu, kualitas DOC, kualitas pakan, manajemen pemeliharaan, program kesehatan dan vaksinasi, dan biosekuriti.

a. Kualitas DOC
Peternak komersial tidak mempunyai kendali pada kualitas DOC yang dibelinya. Mereka hanya bisa memilih mana yang dianggap baik ataupun tidak, berdasarkan pengalaman sendiri dan referensi dari peternak lain. Kalau kebetulan pembibit yang sudah diyakininya mempunyai konsistensi dan komitmen tinggi dalam menjaga mutu produknya beruntunglah peternak, karena salah satu beban untuk eliminasi kasus Gumboro sudah berkurang.
Maternal antibodi yang tinggi didapat dari induk yang sehat dan divaksin secara teratur dan berkesinambungan. Vaksinasi IBD pada induk biasanya dilakukan sebelum masa produksi dan diulang lagi pada umur 40-45 minggu, dimana pada saat ini biasanya titer antibodi induk sudah menurun. Vaksinasi ulangan ini dilakukan untuk menjaga agar antibodi yang diturunkan ke anak ayam tetap tinggi. Maternal antibodi yang tinggi akan melindungi anak ayam dari infeksi agen penyakit pada minggu pertama kehidupannya (2-3 minggu pertama).
Untuk mendapatkan DOC yang sehat seperti di atas didapat dari telur tetas yang beratnya sudah memenuhi syarat untuk ditetaskan dan berasal dari induk yang tidak terlalu tua ataupun muda, telur tetas bersih, utuh tidak retak ataupun cacat dengan lingkungan kandang yang bersih dan proses penetasan yang baik dan benar. Jika lingkungan kotor dan telur yang ditetaskan pun demikian dikuatirkan embrio juga akan tercemar bakteri seperti E.coli, Pseudomonas, Staphylococcus, dll yang bisa menyebabkan peradangan pada kantong kuning telur (omfalitis).
Kondisi ini akan menyebabkan gangguan proses penyerapan kuning telur yang notabene merupakan sumber makanan di awal kehidupan ayam dan juga maternal antibodi yang diturunkan dari induknya. Atau bisa juga telur tercemar spora jamur Aspergillus, sp, sehingga anak ayam bisa terkena Aspergillosis sejak masih embrio.
Transportasi DOC dari hatchery ke farm juga akan mempengaruhi pertumbuhan DOC tersebut. Kondisi mobil pengangkut harus memenuhi stándar yang ditetapkan. Temperatur dan ventilasi ruangan harus diperhatikan agar anak ayam tidak mendapat stress yang berlebihan dam kecukupan oksigennya terpenuhi.

Gejala klinis serangan Gumboro seperti depresi berat tak selalu jelas atau terlihat.  

b. Kualitas pakan
Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya produksi suatu usaha peternakan. Kualitasnya pakan ditentukan oleh kualitas bahan baku yang menyusunnya. Terlebih penting, kadar mikotoksin dalam pakan harus diperhatikan, karena akan berpengaruh pada sistem imunitas dan pertumbuhan tubuh ayam.
Pada saat musim hujan kita perlu waspada dengan mikotoksin ini. Di musim kemaraupun kadang kadar mikotoksin juga masih tinggi. Tingginya kadar mikotoksin berkaitan dengan proses pemanenan, pengeringan dan penyimpanan bahan baku, terutama yang berasal dari biji-bijian. Untuk meminimalisir jumlah mikotoksin perlu pencegahan tumbuhnya jamur dan pembentukan metabolitnya.
Salah satu caranya dengan pengeringan hingga mencapai kadar air yang rendah, penyimpanan pada ruangan yang kering, penambahan antijamur (asam organik), dan mikotoksin binder (zeolit, bentonit, dll.). Proses penyimpanan dan pengangkutan bahan baku atau pakan jadi jika tidak memenuhi stándar juga akan mempengaruhi kualitas pakan.

c. Manajemen pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu usaha produksi peternakan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, yang paling utama adalah menciptakan kondisi dan tempat yang nyaman untuk hidup ayam. Jika ayam hidup di kandang yang nyaman, terjaga dari stres lingkungan, kebutuhan oksigen terpenuhi, cemaran gas amonia minimal, tersedia pakan yang berkualitas dan air minum yang bersih sepanjang hari, dan juga dengan pelaksanaan program vaksinasi terhadap berbagai agen infeksius yang tepat diharapkan ayam terhindar dari berbagai stres baik dari lingkungan makro ataupun agen penyakit yang ada. Dengan begitu ayam bisa tumbuh, berkembang dan berproduksi dengan optimal.
Pada minggu pertama merupakan masa pertumbuhan ayam yang paling cepat. Berat badan ayam bisa mencapai 2 kali lipat dari saat menetasnya. Bisa dikatakan saat ini merupakan golden age ayam. Pada masa ini terjadi pembelahan sel cukup tinggi, sehingga kecukupan oksigen dan nutrisi sangat penting. Saat ini juga terjadi penyerapan kuning telur yang di dalamnya terdapat antibodi dari induk. Pemberian pakan sesegera mungkin setelah anak ayam datang akan mempercepat dan mengoptimalkan penyerapan kuning telur.
Jika pada masa brooding kehidupan ayam terjaga dengan baik, diharapkan penyerapan antibodi induk terhadap IBD yang ada dalam kuning telur bisa sempurna. Sehingga ayam bisa mengatasi infeksi IBD dini yang bersifat subklinis. Selain itu juga meminimalkan faktor pencetus stres pada ayam seperti menjaga kecukupan pakan, minum, kecukupan sirkulasi udara, pencahayaan dan ketenangan lingkungan.

d. Program Kesehatan
Kasus Gumboro bisa terjadi jika kekebalan ayam tidak bisa mengatasi serbuan virus lapangan yang masuk ke tubuh ayam dan virus lapangan lebih cepat sampai di bursa dibanding virus vaksin yang diberikan. Hal ini bisa terjadi karena kondisi ayam yang tidak optimal karena stres (manajemen, lingkungan), titer antibodi induk yang rendah, jumlah virus lapangan yang terlalu banyak, strain virus vaksin yang dipakai tidak cocok dengan virus yang ada di lapangan, dan waktu pemberian vaksin yang tidak tepat.
Meminimalisir faktor pencetus stres bagi ayam sangat penting terutama pada awal kehidupan ayam. Jika ayam menderita cekaman baik karena faktor internal ataupun eksternal bisa mengakibatkan daya tahan tubuh ayam menurun. Sehingga agen-agen patogen bisa mudah menginvasi tubuh ayam. Jumlah virus di lapangan yang tinggi akan meningkatkan resiko terkena Gumboro. Antibodi induk ayam hanya bisa melindungi sampai umur sekitar 2-3 minggu, dan daya netralitasnya pun terbatas, jika agen infeksi yang harus dinetralkan terlalu banyak, jumlah antibodi tidak bisa mencukupi sehingga ayam akan kalah juga.
Untuk mengurangi kerja ayam dalam menetralkan antigen, meminimalkan jumlah virus di lapangan sangatlah penting. Ini dilakukan dengan persiapan kandang yang benar-benar baik sebelum kedatangan ayam. Sebelum dipakai kandang harus dicuci kering dan basah sampai bersih, kemudian dilakukan desinfeksi berulang.
Penyemprotan insektisida ke lantai, langit-langit, tiang, dinding dan sekitar kandang perlu dilakukan untuk membunuh serangga seperti semut, kumbang franky (Altophobius, sp) dll yang bisa menjadi reservoir virus IBD. Pemberian antibiotika berspektrum luas selama 3-5 hari pertama kehidupan anak ayam akan membantu mengeliminasi bakteri yang ada pada anak ayam, diharapkan akan mengurangi kasus radang omfalitis sehingga penyerapan kuning telur bisa optimal. Selain itu dengan memperkuat kondisi tubuh anak ayam dengan pemberian multivitamin secara rutin akan membantu mengurangi pengaruh cekaman pada anak ayam.
Pencegahan koksidiosis dengan vaksinasi ataupun pemberian koksidiostat diharapkan bisa meminimalisir kejadian koksidiosis pada ayam dan diharapkan secara tidak langsung akan mengurangi kejadian Gumboro ataupun menurunkan tingkat keparahan koksidiosis. Jika ayam terkena koksidiosis pada minggu-minggu awal biasanya resiko terkena Gumboro menjadi lebih besar dan parah.

e. Biosekuriti
Biosekuriti merupakan suatu usaha pengamanan biologik yang bertujuan untuk mencegah masuknya agen-agen patologik ke tubuh ayam. Tidak hanya meliputi proses desinfeksi kandang dan lingkungan, namun merupakan suatu usaha yang terpadu dan berkesinambungan dari tingkat konseptual, struktural dan operasional. Meliputi tata letak, lokasi farm dan kandang, bangunan kandang, pemagaran serta bangunan pendukung seperti kantor, mess karyawan, gudang pakan atau telur, ruang ganti baju, car dip. Juga pola replacement yang all in all out.

f. Ketepatan pemilihan vaksin
Pemilihan vaksin yang cocok dengan virus di lapangan sangat penting. Pada saat ini ada banyak macam jenis vaksin yang dijual di pasaran. Dari yang bersifat mild sampai yang intermediate plus. Vaksin yang tergolong mild virusnya bisa menembus titer antibodi induk pada angka 125. Intermediate pada titer 250, sedangkan yang intermediate plus bisa menembus titer di angka 500-800.
Berdasarkan grup molekulernya virus gumboro digolongan dalam 6 macam virus. Di Indonesia kebanyakan dari jenis group molekuler 3, 4 dan 5. Kita harus jeli dan pintar dalam memilih produk yang demikian banyaknya di pasar. Vaksin yang mahal tidak selalu menjamin bebas dari kebocoran vaksinasi. Kecocokan strain virus dengan lingkungan setempat harus diutamakan. Jika suatu jenis vaksin sudah cocok di farm kita lebih baik jangan diubah. Virus vaksin yang terlalu keras sebaiknya hindari diberikan terlalu dini, karena bisa merusak sel-sel limfoid di bursa.

g. Ketepatan Waktu Vaksinasi
Hal yang tak kalah penting untuk meminimalisir kebocoran vaksinasi adalah penentuan waktu yang tepat kapan sebaiknya vaksinasi dilakukan. Untuk dapat menentukan waktu vaksinasi yang tepat, pengukuran maternal antibodi (MAb) terhadap IBD mutlak harus dilakukan. Karena pembibit tidak pernah memberitahukan titer antibodi dari induknya. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan teknik ELISA.
Dengan mengetahui status MAb nya kita dapat melihat tingkat keseragaman titer dan menghitung kecepatan penurunannya, sehingga dapat diperkirakan waktu yang tepat untuk vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan pada saat titer MAb masih tinggi tidak akan efektif, virus vaksin justru akan dinetralisir oleh antibodi sehingga virus tidak akan bisa multiplikasi dan pada akhirnya tidak akan muncul respon vaksinasi yang diharapkan. Dan bisa jadi jika ada virus lapangan yang bisa menembus kekebalan ayam, kejadian Gumboro akan muncul.

Kasus Gumboro tidak bisa kita anggap enteng dan sepele, baik berat ataupun ringan akan merugikan farm kita, namun kebocoran vaksinasi tersebut masih bisa kita minimalisir. Tentunya dengan eliminasi faktor-faktor pencetus, sikap disiplin dan konsistensi dalam penerapan manajemen pemeliharaan seperti persiapan kandang yang baik, pemilihan DOC yang berkualitas, menjalankan manajemen pemeliharaan yang sesuai stándar, penerapan biosekuriti yang konsisten, pemilihan jenis vaksin dan waktu vaksinasi yang tepat diharapkan bisa menekan bahkan menghilangkan kasus IBD di farm kita, sehingga kerugian ekonomis akibat IBD bisa kita hindari. (*)

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN MILK FEVER PADA SAPI PERAH

Peternakan sapi perah rakyat di Indonesia masih banyak menemui beberapa permasalahan serius yang berulang dari waktu ke waktu. Salah satunya penyakit gangguan metabolisme yang masih banyak ditemukan adalah Milk fever atau hipocalsemia. Banyak kejadian sapi-sapi yang ditemukan ambruk setelah melahirkan dan tidak kuat berdiri lagi berujung pada pisau jagal. Beberapa pertolongan medik  baik secara peroral, intravena maupun subkutan dari berbagai macam sediaan kalsium yang ada belum memberikan hasil yang signifikan.
Peternak harus paham sapi-sapi yang menunjukkan gejala-gejala awal Milk fever seperti gemetar pada otot-otot pergerakan sehingga pertolongan memberikan harapan baik. Presentase kasus Milk Fever terjadai sebelum melahirkan 3%, pada saat melahirkan 6%, 1-24 jam setelah melahirkan 75%, 25-48 jam 12 %, lebih dari 48 jam 4 %
Kalsium sangat penting peranannya dalam kontraksi otot polos tubuh termasuk pergerakan otot polos saluran pencernaan, kontraksi uterus dan  pembukaan penutupan spinchter putting pada sapi perah. Kadar kalsium darah pada kondisi normal adalah 10 mg/100 ml. Pada kondisi Milk fever, kadar Ca darah akan menurun sampai menjadi sekitar 3-7 mg/100ml.

Pemberian pakan dengan kandungan Ca > 100 g/hari selama masa dry pregnant 
berhubungan dengan meningkatnya risiko kejadian milk fever.


Metabolisme kalsium
Metabolisme kalsium erat hubungannya dengan magnesium dan vitamin D. Hubungan magnesium dalam metabolisme kalsium bisa melalui beberapa jalur. Magnesium dibutuhkan untuk pelepasan paratiroid hormon dari kelenjar paratiroid. Bila paratiroid hormon yang disekresikan kurang, akan mempengaruhi mobilisasi kalsium dari tulang.
Vitamin D diperlukan untuk menstimulasi absorbsi kalsium dari saluran pencernaan. Vitamin D harus diubah dulu menjadi 25 hidroksi vitamin D di hati yang prosesnya membutuhkan magnesium. Kemudian menjadi 1,25 dihidroksi vitamin D di ginjal yang membutuhkan paratiroid hormon. Sehingga bisa dinyatakan bahwa magnesium berperan pada langkah pertama, yaitu pelepasan paratiroid hormone dari kelenjar paratiroid, kemudian paratiroid hormon berperan pada langkah kedua yang berfungsi langsung mempengaruhi mobilisasi dan absorbsi kalsium.

Pengaturan Homeostasis Ca



Peranan magnesium dikatakan lebih kepada fungsi regulatorik. Kekurangan magnesium akan mengakibatkan terlambatnya proses yang dibutuhkan untuk memulai proses mobilisasi kalsium pada kondisi hipokalsemia.
Peranan vitamin D dalam metabolisme Ca adalah dalam aksi sinergisnya dengan hormone paratiroid untuk merangsang aktifitas osteoklastik resorpsi tulang dan meningkatkan reabsorpsi tubulus ginjal terhadap Ca. Peranan utama 1,25 dihidroksi vit D adalah kemampuannya merangsang transport aktif (trans seluler) Ca dari pakan melewati epitel usus halus. Ca bisa di serap dari lumen usus halus baik dengan aktif maupun pasif transport (peri seluler). Transpot pasif (peri seluler) sangat dipengaruhi oleh kadar ion Ca dalam lumen usus.
Transport yang efisien dari Ca yaitu bila Ca dari pakan sangat rendah atau kebutuhan akan Ca sangat tinggi terjadi dengan cara transport aktif melewati epitel usus halus. Proses transport ini membutuhkan 1,25 dihidroksi vit D untuk merangsang terbentuknya protein pembawa Ca melewati epitel usus halus.

Penyimpanan Kalsium di Tulang
Penyimpanan kalsium di tulang dibagi menjadi dua bentuk:

  1. Sebagian besar kalsium terikat dalam kolagen tulang dalam bentuk deposit CaHPO4. Mobilisasi Ca dari deposit CaHPO4 dipengaruhi oleh hormone paratiroid
  2. Sejumlah kecil kalsium disimpan dalam bentuk larutan yang berada dalam kanalikuli tulang. Paratiroid hormone akan menstimulasi larutan kalsium dalam tulang untuk ditransfer cepat ke darah. Pada sapi dewasa larutan kalsium ini berjumlah sekitar 6-10 g Ca. Menariknya, penambahan garam-garam anion (ammonium klorida) dalam pakan selama masa transisi dalam formulasi yang tepat bisa meningkatkan transfer larutan Ca ini sekitar 5-6 g.


Patofisiologis Hipokalsemia
Hemostasis kalsium berasal dari keseimbangan output, input dan siklus ulang dari kalsium. Mekanisme mobilisasi dari tulang, absorbsi dari makanan dan konservasi di ginjal dari kalsium dipengaruhi oleh hormon paratiroid dan 1,25 dihidroksi vitamin D. Secara umum, kadar kalsium dalam plasma darah diatur dengan sangat akurat.
Dimulainya laktasi membutuhkan kalsium dalam jumlah yang sangat banyak pada sapi perah. Sapi yang menghasilkan 10 liter kolostrum (2,3 g Ca/kg ) akan kehilangan 23 g Ca hanya pada satu kali pemerahan. Jumlah ini sama dengan hampir sembilan kali jumlah  kalsium dalam seluruh plasma darah sapi. Kalsium yang hilang dari kolostrum ini harus segera digantikan kembali dengan cara meningkatkan absorbsi dari saluran pencernaan dan mobilisasi dari tulang.
Selama masa dry, kebutuhan kalsium yang minimal (12 g/hari) membuat mekanisme mobilisasi dan absorbsi kalsium ini relatif inaktif. Pada saat kelahiran, sapi harus bisa menyediakan 30 g kalsium atau lebih perhari. Kondisi ini mengakibatkan, hampir semua sapi mengalami  hipokalsemia dalam variasi derajat keparahan sehari setelah melahirkan pada saat usus halus dan tulang berusaha menyesuaikan diri dengan kebutuhan kalsium pada awal masa laktasi itu. Melihat kenyataan ini kita seharusnya tidak heran apabila beberapa sapi gagal mengatasinya. Pada sapi yang gagal menyediakan kalsium ini, susu yang dihasilkan akan mengakibatkan kalsium di ekstra sel dan plasma akan menurun  drastis dan menampakkan tanda-tanda klinis hipokalsemia atau Milk fever.
Ada tiga tahapan gejala klinis  Milk fever, tahap 1: sapi masih bisa berdiri, namun sudah mulai gemetaran (tremor), sempoyongan, telinga dingin, dan terjadi eksitabilitas. Jika tidak segera dilakukan penanganan akan melanjut ke fase 2. Tahap 2: sapi tidak mampu berdiri, namun masih mencoba bangun, posisi duduk  (sternal recumbency),  namun tidak mampu untuk bangun. Kondisi sapi melemah, tidak mau makan, suhu tubuh subnormal, sapi kadang meletakkan kepalanya pada flank membentuk huruf S yang menyebabkan kelemahan otot-otot tulang belakang.  Tahap 3: dalam jangka waktu lama jaringan otot akan kekurangan Ca, terjadi kelumpuhan. Sapi mengalami penurunan reflek tubuh, koma, kembung, dan terjadi kematian beberapa jam kemudian.

Tabel level calcium pada induk laktasi dan kejadian Milk fever
Kondisi induk
Level calcium dalam darah
  1. Laktasi normal
8.4-10.2 mg/100 ml
  1. Pada saat melahirkan
6.8-8.6 mg/100 ml
  1. Milk fever ringan
4.9-7.5 mg/100 ml
  1. Milk fever sedang
4.2-6.8 mg/100 ml
  1. Milk fever berat
3.5-5.7 mg/100 ml

Hipokalsemia dan akibat sekunder yang ditimbulkannya
Sebuah study yang melibatkan 7.761 ekor sapi perah dari 34 peternakan sapi perah di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sapi yang menunjukkan tanda-tanda hipokalsemia akan mengalami 2,6 kali lebih berisiko terhadap distokia, 2,4 kali terhadap ketosis dan 2,3 kali terhadap Left Displasis Abomasum. Distokia akan berhubungan lebih lanjut dengan retensi plasenta yang akan meningkat 2,2 kali dan 2,1 kali terhadap metritis. Bila retensi plasenta terjadi, kemungkinan akan menjadi metritis akan meningkat menjadi 6,0 kali. Studi juga menunjukkan bahwa Milk fever klinis secara langsung meningkatkan risiko terhadap kejadian RFM (retained foetal membranes) 3,2 kali dan 1,7 kali terhadap metritis.
Milk fever juga berhubungan erat dengan prolapsus uteri. Hal ini berhubungan dengan terlambatnya involusi selama sapi dalam kondisi hipokalsemia. milk fever juga berhubungan secara kualitatif dengan meningkatnya kejadian sistik ovari meskipun mekanismenya belum begitu jelas. Distokia, RFM, sistik ovari, metritis dan gangguan pasca kelahiran lainnya akan mempengaruhi penampilan reproduksi baik secara langsung maupun tidak langsung. Milk fever meningkatkan risiko terhadap gangguan pasca kelahiran tersebut sehingga meskipun tidak secara langsung mempengaruhi, milk fever diprediksi menurunkan tingkat kesuburan sapi (fertility).

Strategi Pencegahan Milk Fever
1. Kalsium dalam pakan.
Pemberian pakan dengan kandungan Ca > 100 g/hari selama masa dry pregnant berhubungan dengan meningkatnya risiko kejadian milk fever. Sapi dengan berat 500 kg membutuhkan 31 g Ca/hari untuk maintenance dan kebutuhan fetus pada kebuntingan akhir.  Bila sapi selama dry pregnant diberi pakan dengan kandungan Ca yang tinggi (>100g/hari), kebutuhan Ca dapat dipenuhi semuanya hanya dengan transport pasif dari Ca dalam pakan. Transport aktif dan penyerapan Ca dari tulang, tertekan dan tidak terjadi. Hasilnya, pada saat melahirkan, pada saat  sapi membutuhkan Ca dalam jumlah tinggi sapi tidak bisa menggunakan mekanisme penyerapan Ca dari tulang maupun transport aktif Ca dari pakan. Akibatnya, sapi akan mengalami hipokalsemia berat sampai mekanisme tersebut bisa di rangsang dan bekerja yang biasanya berlangsung dalam beberapa hari setelah melahirkan.
Pakan dengan Fosfor yang tinggi (>80g PO4/hari) juga meningkatkan risiko terjadinya milk fever. Hal ini terjadi karena tingginya Fosfor dalam darah akan secara langsung menghambat enzyme yang mengkatalisis pembentukan 1,25 dihidroksi vitamin D di ginjal. Hal ini akan menurunkan produksi 1,25 dihidroksi vitamin D yang pada akhirnya juga menurunkan resorbsi Ca dari lumen usus halus sebelum kelahiran.

2. Pemberian Garam Anionik
Keseimbangan kation-anion dalam pakan sapi transisi sebelum melahirkan terbukti bisa mempengaruhi kejadian Milk fever. Pakan dengan kandungan kation yang tinggi khususnya Na + , K + dan Ca ++  cenderung menyebabkan Milk fever. Pakan dengan kandungan anion yang tinggi khususnya Cl – dan S – bisa mencegah terjadinya Milk fever. Pakan sapi transisi yang cenderung banyak hijauan, banyak mengandung kation, khususnya K +. Hal ini akan mengakibatkan sapi akan berada pada kondisi metabolic alkalosis yang bisa dilihat dari tingginya pH urine. Penambahan anion akan menakibatkan penurunan metabolic alkalosis bahkan bisa menyebabkan metabolic acidosis.
Hormon paratiroid dan 1,25 dihidroksi vitamin D menurun kemampuannya dalam metabolisme Ca bila kondisi darah adalah alkaline. Dan akan meningkat apabila kondisi darah asam.  Ada cara untuk menghitung perbedaan kation anion dalam pakan (DCAD = Dietary Cation Anion Difference) yang bisa digunakan untuk menghitung seberapa banyak anion yang harus ditambahkan dalam pakan agar bisa mengakibatkan metabolic acidosis. Perbedaan tersebut dinyatakan dalam mEq.

3. Injeksi Vitamin D
Vitamin D berperan dalam metabolisme Ca seperti yang sudah dijelaskan pada pemaparan sebelumnya. Penambahan dalam tubuh dari sumber luar akan membantu penyerapan Ca dari lumen usus halus.

4. Treatment Pencegahan dengan Calcium Chloride
Calcium Chloride telah dipakai secara efektif sebagai sumber Ca untuk pencegahan Milk fever. Senyawa ini merupakan bentuk Ca yang ketersediaannya sangat bagus. Bentuk  Ca lain seperti limestone (CaCO3) Calcium propionate diserap kurang bagus. CaCl2 juga merupakan senyawa yang bersifat asam. Kombinasi dari ketersediaan yang baik, sifat asam dan by pass sebagian oleh rumen mampu meningkatkan kadar Ca darah. Puncak Ca darah bisa dicapai dalam 30 menit setelah pemberian oral dan akan menurun lagi setelah 24 jam.
Calcium Chloride merupakan garam Ca yang sangat mudah larut dan ionisasi akan meningkatkan penyerapan Ca. Penyerapan Ca dari CaCl2 bisa terjadi baik dalam bentuk transport aktif maupun pasif. Pemberian CaCl2 oral mampu menurunkan kejadian Milk fever klinis dari 11,8% menjadi 4,9%. Oral CaCl2 juga mampu menurunkan Milk fever subklinis dari 52% menjadi 29,4%, juga mampu menurunkan kejadian LDA dari 7,8% menjadi 1%.
Oral CaCl2 juga bisa digunakan untuk kasus Milk fever yang kadar Ca darahnya sampai   4 g/100ml. Oral CaCl2 juga bisa digunakan untuk mencegah kejadian Milk fever yang berulang setelah treatment Ca intravena dilakukan. CaCl2 adalah senyawa yang iritan sehingga dapat menimbulkan risiko yang mengiringi administrasi oral. Bila sampai terjadi aspirasi pneumonia maka akan mengakibatkan iritasi  saluran pernafasan dan alveolusnya. Pengguanaan dalam bentuk gel mengurangi risiko yang mungkin  terjadi.

Drh. Joko Susilo
Medik Veteriner  Muda, Balai Veteriner Lampung
Direktorat Kesehatan Hewan, Dirjen PKH
Kementrian Pertanian RI


ARTIKEL POPULER MINGGU INI

ARTIKEL POPULER BULAN INI

ARTIKEL POPULER TAHUN INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer