Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini ekonomi bisnis | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

MEMPERKUAT PEREKONOMIAN RAKYAT DENGAN KORPORASI PETERNAKAN

Korporasi peternakan sangat diperlukan untuk kemajuan peternakan. (Foto: Istimewa)

Pembentukan korporasi peternakan rakyat bisa menjadi kunci penting dalam pemberdayaan sumber daya lokal dalam menjamin keberlanjutan produksi peternakan. Korporasi peternakan adalah kelembagaan ekonomi peternak, berbentuk badan hukum seperti koperasi atau badan hukum lainnya, dengan sebagian besar kepemilikan modal dimiliki oleh peternak.

Dalam sejarahnya hingga yang terjadi saat ini, korporasi rakyat seperti koperasi bahkan telah mejadi lembaga penyelamat perokonomian rakyat di berbagai negara di belahan dunia. Kemajuan perekonomian rakyat telah ditunjukkan oleh peran penting koperasi-koperasi di banyak negara, seperti yang terjadi saat adanya resesi dunia pada 1930 dan pasca Perang Dunia II.

Kala itu di wilayah perdesaan di banyak negara di dunia, koperasi-koperasi pertanian mampu membantu para petani bertahan dari depresi ekonomi. Di sisi lain, yang terjadi di perkotaan, koperasi berperan penting dalam membangun kembali perumahan rakyat yang hancur semasa perang.

Korporasi milik rakyat kian menunjukkan peran nyata seperti yang terjadi di Kanada yang melahirkan Credit Union, sebuah koperasi kredit terbesar di dunia saat ini, sementara di Belanda muncul Frisian Flag yang tampil sebagai salah satu produsen susu terbesar di dunia yang berbasis pada koperasi peternakan. Produsen susu tersebut kini merupakan koperasi peternak sapi perah terbesar dunia yang berpusat di Belanda dan beranggotakan sebanyak 17.413 peternak sapi perah di Belanda dan Jerman. Di Belanda pula, telah lahir sebuah koperasi petani bernama Rabobank, yang bahkan sanggup mendirikan cabang-cabangnya di banyak negara.

Adapun di New Zealand, koperasi peternakan telah melahirkan produsen susu terkemuka yang produknya banyak diekspor ke Indonesia, yakni koperasi susu multinasional yang dimiliki oleh 10.600 peternak Selandia Baru. Perusahaan ini bahkan tercatat menguasai 30% ekspor produk susu dunia. Demikian juga di Jepang dan beberapa negara-negara Skandinavia, tidak ada usaha di sektor pertanian yang tidak dikelola koperasi.

Korporasi Peternakan

Pengembangan sebuah korporasi peternakan pernah dibahas secara mendalam dalam Indonesia Livestock Club (ILC) #Edisi06, oleh Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Dr Soeharson, beberapa waktu lalu.

Soeharsono mengemukakan bahwa korporasi peternakan sangat diperlukan untuk kemajuan peternakan ke depan dan hal itu mesti didukung dengan adanya kawasan peternakan yang merupakan gabungan dari sentra-sentra peternakan dan komponen pendukungnya yang harus memenuhi syarat batas minimal skala ekonomi pengusahaan. Kawasan peternakan itu harus dilakukan dengan efektivitas manajemen pembangunan wilayah secara berkelanjutan, serta terkait secara fungsional dalam hal potensi sumber daya alam, kondisi sosial budaya, faktor produksi dan adanya infrastruktur penunjang.

Pengembangan kawasan peternakan berbasis pada korporasi peternak tersebut merupakan strategi penting dalam pemberdayaan ekonomi rakyat, dengan tujuan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing suatu wilayah.

Pengembangan kawasan peternakan juga dapat memperkuat sistem usaha peternakan secara utuh dalam satu manajemen kawasan, sekaligus dapat memperkuat kelembagaan peternak dalam mengakses informasi, teknologi, prasarana dan sarana publik, permodalan, hingga dalam hal pengolahan dan pemasarannya. 

Jika hal itu dapat diwujudkan, maka rantai pasok suatu produk hasil peternakan dapat terkoordinasi dalam keseluruhan proses sejak dari penyiapan awal proses produksi, serta penyaluran produk hingga ke konsumen, sejak dari proses penyediaan input, proses produksi, transportasi, pergudangan, distribusi, hingga penjualan dan pengirimannya ke masyarakat sebagai konsumen.

Pergerakan produk peternakan tersebut harus difasilitasi oleh unit usaha logistik dan transportasi khusus untuk dapat menjamin bahwa produk hasil peternakan dapat sampai kepada konsumen dengan baik, tepat waktu dan dalam kondisi kualitas terbaik. ***

Andang S. Indartono

Koordinator Badan Pengembangan Peternakan Indonesia (BPPI)

DIRJEN PKH URAIKAN 4 TEROBOSAN ; DOWNLOAD DI SINI MATERI PRESENTASINYA

Prof Ali Agus (kiri) dan Dirjen PKH Dr Nasrullah
Dirjen PKH Dr Ir Nasrullah MSc menjelaskan empat program terobosan di webinar Forum Diskusi Publik  bertajuk Menghadapi Resesi Ekonomi yang diselenggarakan oleh PATAKA (Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi), Jumat (4/9/20) .

Webinar diikuti sekitar 40an peserta dari kalangan pemerintah dan pelaku usaha peternakan, dipandu oleh pimpinan Pataka Yeka Hendra Fatika, menghadirkan Dirjen PKH Nasrullah dan Dekan Fapet UGM Prof Ali Agus.

Dalam makalah berjudul Terobosan Kementerian Pertanian dalam Melindungi Peternak , Dirjen menguraikan 4 program terobosan Kementan di bidang peternakan yaitu program super prioritas 1.000 desa sapi, pengembangan korporasi/kawasan komoditas, program Sikomandan (Sapi Kerbau Komoditas Andalan), dan pengembangan produk ekspor.

Klik Gambar di atas untuk down materi webinar
Dirjen menjelaskan, program 1.000 desa sapi dijalankan dengan prinsip pengelolaan korporasi dimana satu korporasi terdiri dari 5-10 desa dengan aset indukan minimal 500 ekor dan Bakalan penggemukan 500 ekor. Satu Desa memiliki 1 Kandang Komunal dalam satu manajemen berorientasi Bisnis, menjalankan sistem agribisnis hulu-hilir dan mengembangkan pola kemitraan.

Program 1.000 Desa sapi meliputi 4 kegiatan utama yaotu Pembiakan :

  1. Indukan penghasil Bakalan dan Calon Induk
  2. Pengemukan : Bakalan penghasil Daging
  3. Hilirisasi Produk : Olahan Daging (Pangan) dan Olahan Non Pangan
  4. Usaha Pakan

Materi lengkap presentasi Dirjen download dengan klik bagian gambar/ilustrasi judul materi "Terobosan Kementerian Pertanian dalam Melindungi Peternak"

Sementara itu Prof Ali Agus dalam presentasinya yang berjudul Urgensi Perlindungan bagi Peternak Ruminansia menjelaskan lima langkah yang diberi nama Panca Krida Jihad Kedaulatan Pangan, yang meliputi :

  1. Komitmen Politik dan Sinergitas Kebijakan
  2. Optimalisasi pemantaan lahan untuk ruminansia
  3. Kemandirian proses produksi ternak bibit , pakan , alsintan
  4. Promosi konsumsi pangan hasil ternak lokal (daging , susu)
  5. Penguatan sinergitas kelembagaan (peternak , perbankan , akademisi , birokrasi)
"Lima aspek ini harus menjadi perjuangan kita dalam mengembangkan peternakan dan melindungi peternak," ujar Ali.

POTENSI RUPIAH DIBALIK TREN KEKINIAN KULINER DAGING AYAM

Olahan fried chicken. (Foto: Pixabay)

Inovasi olahan daging ayam sangat berkembang di dunia kuliner. Masyarakat Indonesia pasti sudah tidak asing dengan olahan daging ayam goreng yang begitu populer.

Beragamnya varian olahan daging ayam baik yang digoreng maupun dimasak dengan teknik lain di pasaran bukan saja memberi kontribusi ekonomi, namun sudah menjadi tren atau gaya hidup masa kini.

Mulai dari ayam goreng tepung, ayam geprek, ayam penyet dan segala ayam goreng dengan varian topping saus yang tidak hanya saus pedas saja melainkan pilihan saus kekinian lainnya seperti barbeque, teriyaki, black pepper, asam manis, keju mozzarella dan sebagainya.

Menurut Country Manager Hubbard Indonesia, Ir Suryo Suryanta, tren di bidang kuliner ini berkembang terlihat dari semakin banyaknya warung makan ataupun resto yang menyajikan perpaduan ayam goreng tepung dan topping kekinian.

“Kita lihat bermunculan sajian hidangan ayam geprek bukan saja dipadukan dengan sambal pedas, namun ada keju leleh, mie dan lainnya yang memang menarik perhatian konsumen,” kata Suryo dalam petikan wawancara dengan Infovet, Senin (2/3/2020).

Fun Fact 
Daging ayam memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang penting untuk kelancaran proses metabolisme di dalam tubuh.

Ayam broiler merupakan salah satu ternak penghasil daging yang cukup potensial untuk memenuhi kebutuhan masyarakat asal protein hewani. Merangkum dari berbagai sumber, kebutuhan daging ayam mengalami peningkatan yang cukup pesat karena empat alasan di bawah ini:
1. Daging ayam harganya relatif terjangkau
2. Daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena mengandung sedikit lemak dan kaya protein
3. Daging ayam mempunyai rasa yang dapat diterima semua golongan masyarakat dan segala usia
4. Daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk bernilai tinggi, mudah disimpan dan mudah dikonsumsi

Perbaikan Sektor Hulu ke Hilir 
Seiring dengan berkembangnya zaman, diikuti meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini mendorong pertumbuhan rupa dan industri pengolahan daging unggas.
Dalam waktu beberapa tahun terakhir, industri perunggasan di indonesia telah tumbuh pesat sepertinya halnya dengan peningkatan konsumsi daging ayam.

Kendati demikian menurut Suryo, pertumbuhan industri perunggasan di sektor hulu yang begitu pesat belum bisa diikuti dengan pertumbuhan yang seimbang di struktur bagian hilir. “Kondisi sektor hilir yaitu rumah pemotongan ayam (RPA) masih banyak yang ala kadarnya,” kata Suryo.

Kondisi ini menyebabkan sejumlah produksi unggas hidup dan telur melebihi permintaan RPA dan industri pengolahan daging unggas, sehingga memicu terjadinya over supply. Kemudian berdampak pada rendahnya harga jual, bahkan seringkali terjadi berada di bawah biaya produksi (HPP).

Suryo berpendapat bahwa kebiasaan dari masyarakat indonesia yang lebih menginginkan daging unggas dalam bentuk hangat (hot carcass), memicu munculnya lokasi-lokasi pemotongan ayam dengan kondisi yang ala kadarnya.

Sementara RPA di skala besar sudah dilengkapi dengan fasilitas rantai dingin dan bisa menghasilkan daging unggas dingin (chilled chicken) maupun beku (frozen chicken). “RPA  yang tidak memenuhi standar maupun di lokasi pemotongan di pasar yang kurang higienis dalam konteks segi proses pengeluaran darah, harus ditertibkan,” saran Suryo.

Lanjutnya, bahwa sangat pentingnya edukasi mengenai teknik pemotongan ayam di Indonesia, khususnya dari konteks kehalalan. “Berapa banyak darah yang keluar salah satunya menjadi faktor penentu kualitas ayam negara kita,” tandasnya.

Tentunya, semua berharap pelaku usaha industri perunggasan ini mampu bersaing dan berkembang secara maksimal.

Gaya Hidup
Saat ini telah banyak produsen-produsen, baik skala menengah maupun rumahan, yang turut meramaikan industri pengolahan daging. Salah satu pemicunya adalah untuk mengefisienkan sumber daya di tengah fluktuatifnya harga ayam di indonesia.

Disamping itu, dari segi permintaan juga menunjukkan peningkatan. Kenaikan tersebut  disebabkan perubahan tren atau gaya hidup. 

Ima (29), karyawati di sebuah apotik kawasan Depok sekaligus ibu rumah tangga ini mengatakan pada era globalisasi dan emansipasi dimana sebagian besar ibu rumah tangga juga bekerja, membuat waktu mereka untuk memasak terkadang terbatas.

“Saya sebagai pekerja dan ibu dua anak, membutuhkan bahan pangan yang bisa disiapkan dengan cepat tanpa proses memasak yang lama dan rumit,” tutur Ima, ditemui Infovet, Rabu (4/3/2020).

Selain itu, imbuh Ima terkait dengan masalah daya beli, produk ayam olahan seperti nugget selain mudah dimasak, harganya pun masih dapat dijangkau. “Daging ayam masih terbeli ketimbang daging sapi sih,” ujarnya sembari tertawa.

Semestinya harga ayam bisa murah jika dinilai dari aspek pasar, menurut Suryo. Dilihat secara kacamata internasional, harga ayam di Indonesia tergolong sangat tinggi. Gejolak harga ayam yang belakangan naik-turun hingga terjadi demo peternak menuntut kestabilan adalah realita yang terelak.

Harga yang tinggi di pasar tidak memberikan keuntungan bagi peternak, sehingga terjadi keterbatasan pembeli. “Produsen juga turut memprotes kebijakan pemerintah soal ketentuan harga ayam. Dari sini kita simpulkan bahwa peternak dan produsen harus sama-sama untung,” tukas Suryo menutup perbincangan. (NDV)

PROSPEK BISNIS PUYUH MENJANJIKAN, OMZETNYA CAPAI RP 1,2 MILIAR

Ternak puyuh adalah bisnis yang berkelanjutan. (Foto: Infovet/Ridwan)

Prospek bisnis puyuh di Indonesia sangat menjanjikan. Kebutuhan nasional mencapai 7 juta butir per hari, sedangkan produksi hanya mampu mencukupi sekitar 4 juta butir per hari. Bahkan omzet usaha ini tiap hari mencapai Rp 1,2 miliar.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Asosiasi Puyuh Indonesia sekaligus pemilik PT Slamet Quail Farm, Slamet Wuryadi, ketika dihubungi Infovet, Senin (18/3).

“Per hari se-Indonesia database kami 4 juta butir yang saya ketahui berdasarkan kapasitas saya sebagai Ketua Asosiasi Puyuh Indonesia,” kata Slamet. Nilai 4 juta dikalikan Rp 300 per butir on farm, maka angkanya mencapai Rp 1,2 miliar perhari dengan populasi puyuh saat ini sekitar 7 juta ekor.

Lebih lanjut Slamet menjelaskan, produktivitas reproduksi burung puyuh sangat baik sehingga mendorong tingkat produksi yang tinggi. Pada usia 45 hari, burung puyuh sudah mampu bereproduksi dengan tingkat produksi telur sebanyak satu butir per hari, begitu pun di hari-hari berikutnya.

“Ternak puyuh ini adalah bisnis yang berkelanjutan, karena burung puyuhnya terus bertelur setiap hari,” ujarnya.

Slamet menyebut, apabila dihitung secara ekonomis dan nilai gizi tiga butir telur puyuh seharga Rp 900, sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500. Artinya konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dengan mengonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam.

Wirausaha Milenial 
Merujuk pada suplai telur puyuh, program Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebanyak 21 juta butir atau sekitar Rp 6,3 miliar. Jika dibandingkan dengan jumlah telur ayam sebanyak 600 ton, alokasi anggaran yang harus dikeluarkan berkisar Rp 15 miliar. “Jadi lebih ekonomis di puyuh, ini peluang,” katanya.

Slamet mengatakan, kebutuhan puyuh di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten dikisaran 13,5 juta butir telur puyuh per minggu. Pihaknya mendorong pemerintah untuk membantu pergerakan aktivitas kelompok tani dari segi akses permodalan, bantuan bibit dan akses pakan yang terjangkau guna menggerakkan sektor ternak puyuh.

Hal itu guna menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan milenial. Dia mengemukakan, usaha ternak puyuh sangat cocok untuk kalangan milenial, terlebih masih banyak kampanye negatif tentang puyuh yang diklaim memiliki tingkat kalori yang tinggi, sekitar 3.640.

Hadirnya program Santripreneur dan Kelompok Tani Milenial, dia berharap ada gebrakan massif lewat informasi digital untuk menangkal kampanye negatif puyuh.

Rendah Kolesterol
Pengkajian yang dilakukan Balai Penelitian Ternak (Balitnak), kandungan kolesterol puyuh hanya 213 miligram (mg) per 100 gram, penelitian UGM 252,75 mg per 100 gram dan menurut BPPTP Ristek kandungannya 318,4 mg per 100 gram.

“Anggapan telur puyuh kolesterolnya tinggi bahkan tidak boleh dikonsumsi, itu salah besar. Justru kolesterolnya paling rendah dibanding telur unggas lainnya,” jelas Slamet.

Selain itu, kandungan protein pada daging puyuh mencapai 22,13% dan lemak 0,47%, sementara telurnya memiliki kandungan protein 10,5% dan lemak 4,9%. “Telur puyuh juga kaya akan kandungan omega 3 dan 6 yang sangat tinggi,” terang dia.

Regulasi 
Kementerian Pertanian tengah didorong untuk mengatur regulasi di sektor bisnis burung puyuh agar tidak tersentuh korporasi maupun perusahaan ternak terintegrasi. Regulasi tersebut diharapkan dapat menjaga kestabilan harga di tingkat peternak mandiri.

“Konglomerasi belum masuk dalam wirausaha puyuh ini, jadi bentuknya masih UMKM (usaha mikro kecil dan menengah). Kita sangat berharap UMKM ini bisa tetap bertahan,” harapnya.

Dia menjelaskan, saat ini sektor ternak burung puyuh masih masuk ke dalam sektor industri ternak aneka. Belum ada upaya pemerintah untuk mengkhususkan sektor puyuh sebagai proyek ternak strategis.

Padahal, seperti yang sudah dijelaskan, populasi puyuh di Indonesia saat ini mencapai 4 juta butir per hari. Jika jumlah tersebut dikalikan dengan ongkos produksi sebesar Rp 300 per butir, maka omzet telur puyuh mencapai Rp 1,5 miliar per hari.

“Kalau kita bagi, Rp 600 juta biaya pakannya saja, Rp 600 juta dinikmati seluruh UKM se-Indonesia yang berjumlah 1.500-an, maka artinya gaji peternak puyuh sehari bisa Rp 400 juta,” tukasnya.

Demi menjaga keberlanjutan usaha puyuh, pihaknya perlu menyampaikan kepada pemerintah untuk mulai memperhatikan sektor peternakan puyuh. Baik dari kepastian regulasi, ketersediaan pakan ternak, hingga pemasaran dan membantu mempromosikan puyuh ke seluruh lapisan masyarakat sebagai produk peternakan yang sehat. (NDV)

MENEKUNI USAHA KALKUN YANG SEMAKIN MENINGKAT

Ternak kalkun. (Sumber: Google)

Memulai bisnis unggas ini peternak bisa memilih, usaha kalkun hias atau kalkun pedaging. Namun demikian, keduanya sama-sama memiliki prospek yang cerah dan pasar mulai menanti.

Melintas di area Perkampungan Gondosuli, Kecamatan Muntilan, Magelang, Jawa Tengah, di pagi hari terasa nyaman, udaranya masih terasa segar. Suasana tenteram di kampung ini makin terasa dengan kicauan ayam hias yang saling besautan. Suara kokok ayam kate yang melengking dan kokok puluhan ayam kalkun menjadi keunikan suasana Desa Gondosuli.

Sejak sepuluh tahun lalu, desa ini dikenal sebagai salah satu sentra peternakan ayam hias, termasuk ayam kalkun. Di sini terdapat dua jenis ayam kalkun yang diternakkan, yakni kalkun pedaging dan kalkun hias dari berbagai ras.

“Sebagian besar peternakan kalkun di sini bukan untuk pedaging, tapi lebih kepada ternak hias,” ujar Mugiyanto, salah satu peternak ayam kalkun hias desa ini kepada Infovet. Bukan tanpa alasan warga di kampung ini lebih memilih kalkun hias sebagai sumber penghasilan. Selain peminatnya lebih banyak, juga tak terlalu repot dalam pengelolaan usahanya.

Pria yang akrab disapa Yanto ini menceritakan, sebelumnya ia pernah mencoba usaha kalkun untuk konsumsi. Namun karena agak sulit, ia kembali fokus pada kalkun hias. Konsumen kalkun pedaging umumnya hanya mau menerima dalam bentuk daging bersih atau bentuk daging kalkun siap olah. “Artinya saya harus memiliki rumah potong ayam dan mesin pendingin yang memadai, butuh pekerja juga yang khusus mengurusi itu. Jadi lumayan ribet dan pekerjaaanya jadi dobel,” kata dia.

Kendati demikian, Yanto tak menyangkal jika pasar daging ayam kalkun saat ini sudah cukup besar. Makin banyaknya restoran penyedia olahan daging kalkun di kota-kota besar bisa menjadi indikator. Harganya pun cukup mahal, sehingga jika ditekuni dengan baik bisa jadi sumber penghasilan yang cukup menggiurkan.

“Tapi ya itu, karena ribet peternak di sini kebanyakan lebih memilih fokus pada kalkun hias. Hanya ada beberapa peternak saja yang fokus pada kalkun untuk konsumsi,” jelas pria yang mulai mengenal bisnis kalkun sejak SD ini.

Selain Desa Gondosuli, para peternak kalkun hias juga ada di desa lain Kecamatan Muntilan. Menurut Yanto, meski jumlah peternak cukup banyak, namun hasil penjualan ayam hias di sini cukup lumayan karena peminatnya kian bertambah. Model usahanya bervariasi, ada yang khusus sebagai usaha ada juga yang hanya sebagai usaha sampingan.

Terbukanya peluang pasar kalkun membuat warga Muntilan banyak yang menjadikan ternak unggas ini sebagai sumber penghasilan tambahan. Bagi Yanto, banyaknya jumlah peternak kalkun di daerahnya bukan berarti mengurangi pendapatan. Justru saling membantu antar peternak. “Kalau pas di kandang saya lagi kosong dan ada konsumen yang mau beli, saya bisa ambil dari teman-teman peternak lain. Jadi, kami saling membantu,” ungkapnya.

Usaha Turun-temurun
Usaha yang kini ditekuni Yanto merupakan usaha turun-temurun. Ia melanjutkan usaha sang ayah yang sudah dirintis sejak 20 tahun lalu. Di lahan seluas 600 meter persegi, Yanto membuat beberapa kandang berderet, termasuk kandang khusus untuk anakan kalkun. 

Di peternaknnya, 40 ekor indukan kalkun miliknya menghasilkan ratusan butir telur per periode bertelur. Dalam setahun kalkun memiliki 5-6 masa bertelur. Satu masa bertelur perindukan menghasilkan hingga 15 butir. Satu jantan kalkun mampu mengawini 5-6 kalkun betina. Telur-telur tersebut dierami langsung oleh induknya, dengan tingkat mortalitas (kegagalan menetas) sekitar 5%. Dalam sebulan, rata-rata tingkat produksinya mencapai 50 ekor anakan.

Ia mengaku menjual semua kelompok umur kalkun, tergatung permintaan konsumen. “Kadang ada yang minta anakan umur sehari, ada yang umur sebulan, ada juga yang beli indukan. Semua saya layani,” ujar Mugiyanto yang mempromosikan usahanya itu melalui portal Hobiternak.com.

Per ekor anakan kalkun umur sehari ia jual Rp 30 ribu. Sedangkan untuk kalkun umur satu bulan dibanderol Rp 60-75 ribu per ekor. Sementara untuk kalkun dewasa harganya bervariasi, tergantung jenis dan keindahan bulunya. Rata-rata harga di atas Rp 1 juta per ekor.

Pembeli kalkun hias milik Yanto tak hanya dari sekitar Magelang, namun juga dari luar kota  bahkan luar Pulau Jawa. Para pembeli ada yang datang langsung ke peternakan, ada juga yang pesan melalui online dan dikirim melalui jasa pengiriman. 

Kuliner Kalkun Makin Banyak
Selain di Muntilan, di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), juga ada peternak ayam kalkun. Salah satu peternaknya adalah Erzani. Dia membangun peternakan kalkun berawal dari pemanfaatan lahan kosong di belakang rumahnya. Bahan baku untuk pakan kalkun cukup melimpah, seperti pohon pisang, lumbu, ketela pohon, dedak, eceng gondok dan lain sebagainya.

Dalam bisnis kalkun, Erzani boleh dibilang sukses. Keberhasilan itu dia bangun dari bawah. Ketika membuka peternakan kalkun, pria yang juga berprofesi sebagai apartur sipil negara (ASN) ini hanya punya lahan seluas 10 meter persegi, diisi empat ekor kalkun yang dibeli di bawah harga Rp 2 juta. Kini dia sukses membangun kandang kalkunnya di areal yang lebih luas dan telah memiliki 20 kandang dengan luas total 1.000 meter persegi.

Sebelum sukses seperti sekarang, Erzani mengaku tak tahu persis cara beternak kalkun yang baik dan benar. Dengan semangat untuk mengubah nasib yang lebih baik, dia pun melakukan prinsip learning by doing sebagai cara ampuh yang dipilih Erzani dalam beternak.

Melihat peluang usaha, Erzani memulai usahanya pada akhir 2010. Saat itu kalkun masih dikenal oleh masyarakat sebagai ayam hias. Berawal dari empat ekor indukan betina dan satu ekor indukan jantan, setelah dipelihara selama tiga bulan, dua ekor kalkun ternyata mati. Namun Erzani tidak menyerah.

Kemudian dalam waktu enam bulan ia sudah bisa balik modal hingga mendapat keuntungan Rp 7 juta per bulan. Karena tidak punya latar belakang pendidikan peternakan, dia belajar secara otodidak dengan cara mempelajari teorinya melalui internet.

Referensi di Indonesia dari pengalaman peternak tidak begitu banyak, sehingga ia terpaksa belajar dari referensi luar negeri. Namun pada akhirnya ia harus mencoba sendiri di lapangan. “Saya harus mencoba sendiri karena dari luar negeri agak berbeda,” jelasnya.

Memulai usaha ternak kalkun dianggap cukup menantang bagi Erzani. Oleh karenanya, Erzani terus mencari referensi dengan berbagai macam bacaan, serta mempraktikkan di kandang. Semisal mengenai jumlah kalkun dalam kandang. Perbandi¬ngan yang ia ketahui adalah lima ekor betina dan satu jantan.

Namun setelah dicoba, ternyata tidak proporsional. Terdapat kalkun yang bersifat dominan. Akibatnya, ada telur-telur yang kosong dan tidak bisa ditetaskan. Kemudian juga me¬ngenai tinggi kandang. Telur kalkun juga dipengaruhi oleh tata letak kandang, karena hal itu berkaitan dengan cuaca. “Hingga akhirnya saya menemukan cara terbaik dalam breeding kalkun,” tuturnya.

Awalnya Erzani menganggap, kalkun sekadar ayam hias. Namun setelah sukses breeding kalkun, permintaan kalkun sebagai konsumsi terus meningkat dan ia memandang bisnis kalkun memiliki prospek besar. Kini, ia dibanjiri pesananan kalkun untuk konsumsi khususnya dari usaha rumah makan serta hotel di berbagai wilayah di Indonesia. “Dari segi usaha untuk ke depannya, ada kecenderungan arahnya bukan ke hias, tapi ke potong (daging),” katanya.

Ia memperkirakan, ada kecenderungan konsumsi kalkun terus meningkat. Jika dahulu kalkun di Eropa hanya dikonsumsi para raja, sekarang kalkun bisa dikonsumsi siapa saja. Di Yogyakarta sudah mulai banyak hotel, restoran, kafe, warung, bahkan lesehan menawarkan bermacam menu olahan berbahan daging kalkun. (AK)

2019, Malindo Feedmill Proyeksikan Penjualan Tumbuh 15%

Acara public expose Malindo Feedmill (Foto: Ridwan/Infovet)

PT Malindo Feedmill Tbk, memproyeksikan pertumbuhan penjualan naik 15% sepanjang 2019 menjadi sekitar Rp7,4 triliun.

Pada 2017, emiten bersandi saham MAIN membukukan pertumbuhan penjualan negatif 4% year on year (yoy), menjadi Rp5,44 triliun dari posisi Rp5,23 triliun. Namun, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan yang positif hingga akhir 2018.

Direktur MAIN Rudy Hartono Husin mengungkapkan, kinerja hingga akhir 2018 berhasil tumbuh dua digit. Dari sisi bilangan, katanya, pertumbuhan penjualan perseroan pada 2018 sekitar 19%--20%. Dia mengungkapkan, angka pertumbuhan sepanjang 2018, hampir mirip dengan pertumbuhan pada kuartal III/2018, dimana kenaikan dua digit sudah terjadi.

Bila mengacu pada penjualan bersih MAIN pada 2017, maka nilai yang dikantongi perseroan pada 2018 akan berkisar Rp6,4 triliun. Dalam catatan Bisnis, MAIN mengincar pertumbuhan pendapatan 15% atau menjadi Rp6,25 triliun. Namun, pertumbuhan pendapatan perseroan pada 2018 mendekati 20%.

"Pertumbuhan revenue [2018] similar dengan kuartal III/2018. Tahun ini, kami ingin tumbuh 15%," ungkapnya, Senin (4/2/2019).

Dia mengungkapkan, kinerja 2018 naik hingga dua digit karena pada 2017 membukukan pertumbuhan yang negatif. Rudy mengharapkan, kondisi positif pada 2018 bisa berlanjut hingga akhir 2019.

Saat ini, pelaku bisnis unggas mengharapkan pesta demokrasi pada tahun ini bisa berjalan dengan aman dan damai. Bila hal itu terjadi, tambahnya, 2019 akan kembali menjadi tahun yang positif bagi perseroan.

Sebagai informasi, hingga September 2018, MAIN membukukan pendapatan Rp4,84 triliun, naik 19,55% yoy dari sebelumnya Rp4,05 triliun. Laba bersih melonjak 6.642,24% yoy menuju Rp186,76 miliar dibandingkan dengan per kuartal III/2018 senilai Rp2,77 miliar.

September 2018, capaian pendapatan perseroan terutama ditopang peningkatan penjualan pakan, anak ayam usia sehari (DOC), dan ayam pedaging. Untuk ayam broiler, Malindo menjualnya langsung ke restoran besar, sehingga tidak terlalu terpengaruh harga pasar.

Dari sisi saham, kinerja saham MAIN sepanjang awal 2019 telah naik 32,26% menuju level Rp1.845 per saham. Sementara itu, pada penutupan perdagangan Senin (4/2/2019), harga saham MAIN naik 75 poin atau naik 4,24%. (Sumber: https://market.bisnis.com)

Kementan Siapkan Naskah Kebijakan Penguatan Kemitraan di Sub Sektor Peternakan

Kemitraan sebenarnya sudah berjalan lama di bidang peternakan (Foto: Infovet)


Kementerian Pertanian sedang melakukan penyusunan naskah kebijakan untuk merevisi regulasi setingkat Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden yang nantinya akan menjadi payung hukum tentang pelaksanaan kemitraan. Hal tersebut disampaikan oleh Fini Murfiani Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, dalam siaran persnya, Rabu (28/11/2018).

Hal ini tentunya menepis anggapan beberapa pihak yang menyampaikan bahwa dengan adanya revisi Permentan 26 Tahun 2017, maka Pemerintah tidak mempunyai kedaulatan di negeri sendiri dan justru tunduk kepentingan asing.

Fini Murfiani

“Anggapan tersebut tidak benar” kata Fini. Ia tekankan bahwa Indonesia sebagai negara anggota WTO tentunya harus fleksibel dan bersedia memenuhi aturan perdagangan internasional, namun bukan berarti Pemerintah lantas tidak berupaya melakukan sesuatu.

Menurutnya, kemitraan ini sebenarnya sudah berjalan lama di bidang peternakan, cuma selama ini pelaksanaan kemitraan belum dilengkapi dengan perjanjian tertulis antar para pihak yang bermitra yang diketahui oleh Pemerintah, dalam hal ini oleh Kepala Dinas Provinsi maupun Kadis Kabupaten/Kota.

"Unsur Pemerintah ini perlu ada dalam perjanjian tertulis kemitraan karena sejak awal akan dinilai terkait dengan "fairness" isi dari perjanjian tersebut", ungkap Fini.

Lebih lanjut Ia jelaskan bahwa prinsip kemitraan adalah saling menguntungkan, saling percaya dan saling membutuhkan. Selain itu menurutnya, dengan adanya unsur Pemerintah, bila terjadi selisih pendapat antara para pihak yangg bermitra, Pemerintah dapat berperan sebagai "wasit" atau penengah atau mediator.

Terkait dengan pemanfaatan skim kredit, Fini berpendapat akan lebih baik bila disalurkan kepada peternak/kelompok ternak yang memiliki kemitraan dengan pelaku usaha menengah/besar, dimana pelaku usaha menengah/besar berperan sebagai avalis atau off-taker.

Untuk mendukung dari sisi pembiayaan ke peternak, Fini Murfiani menyebutkan bahwa Pemerintah juga telah memfasilitasi subsidi bunga Kredit Usaha rakyat (KUR). “Untuk peternakan ada KUR Khusus, ke-khususannya yaitu selain suku bunga KUR sebesar 7%, juga ada fasilitas grace period dengan jangka waktu maksimal 3 tahun”, ungkap Fini.

Ia katakan bahwa KUR yang telah disalurkan untuk bidang peternakan sampai dengan 31 Oktober 
2018 tercatat Rp.4,2 trilyun untuk 186.569 debitur.

"Selain KUR, Alhamdulillah, saat ini untuk para peternak sapi perah yang tergabung dalam koperasi primer, juga telah disalurkan skim kredit berbunga rendah melalui program PKBL dengan bunga 3% yang berasal dari beberapa BUMN, seperti:  PT. Sucofindo, PT. Pelindo III, PT. Jasindo dan PT. KAI,” ungkap Fini.

Menurutnya, melalui program tersebut tercatat sejak tahun 2000 sampai dengan 2018 sudah mencapai sebanyak Rp.20,16 milyar. PT Bank BTN juga sedang memproses penyaluran PKBL untuk peternak sapi perah.

Selain itu, untuk Mitigasi Resiko, Pemerintah juga telah menyalurkan menyediakan subsidi melalui Asuransi Usaha Ternak Sapi dan Kerbau (AUTS/K) berupa fasilitasi bantuan premi untuk 120.000 ekor per tahun sejak 2016.

Tumbuh Signifikan

Diwawancara secara terpisah, M. Koesnan Pengurus Koperasi Peternakan sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Kabupaten Pasuruan manyampaikan, usaha peternakan sapi perah miliknya, akhir-akhir ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan karena adanya kemitraan yang diinisiasi oleh Pemerintah.

Dalam penyediaan modal/pinjaman dan bunga lunak, Koesnan menyebutkan bahwa Koperasinya bekerjasama  dengan BUMN, yakni PT. Sucofindo dan PT. Pelindo sejak tahun 2000, terutama dalam pengadaan bibit sapi perah dan bantuan sarana dan prasarana.

“Pemasaran susu segar hampir 100% kita salurkan ke PT. Indolakto dan sebagian kecil produksi susu dipasarkan lokal dalam bentuk susu olahan sederhana”, ungkapnya.

Ia sebutkan bahwa produksi susu segar koperasinya saat ini meningkat menjadi 108 ton litter/hari dengan populasi sapi perah sebanyak 22.500 ekor.

“Dengan meningkatnya produksi susu sapi di koperasi kami, tentunya ini berdampak dalam peningkatan pendapatan dan perekonomi para peternak”, ungkapnya.

Lebih lanjut Koesnan menjelaskan, untuk meningkatkan produktifitas sapi perah milik anggotanya, mereka melakukan program Penyediaan Pakan Ternak yang berkualitas, baik pakan konsentrat maupun hijauan pakan ternak secara berkelanjutan.

“Untuk pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT), kami menyediakan bibit-bibit yang berkualitas, bahkan untuk menjamin dan pengawasan mutu pakan, kami kerjasama dengan Balai Penelitian Ternak Loka Grati Pasuruan”, ujar Koesnan.

Lanjut dia, kerjasama juga dijalin dengan PUM Belanda untuk meningkatkan SDM dan perbaikan nutrisi pakan ternak.

KPSP Setia Kawan saat ini juga tengah mengembangkan susu organik bekerjasama dengan ARLA Denmark.

“Untuk perlindungan usaha anggotanya, Koperasi ini juga telah dilindungi oleh Asuransi Ternak (AUTS) kerjasama dengan PT. Jasindo yang difasilitasi oleh Kementan”, ucap Koesnan. (Rilis Kementan)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer