Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini bupati kutai timur | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

STIPER KUTIM: PERLU KAJIAN STRATEGI TINGKATKAN JIWA KEPEMIMPINAN & KEWIRAUSAHAAN

Foto bersama dalam seminar nasional “Membangun Karakteristik Kepemimpinan dan Kewirausahaan di Kalangan Generasi Millenial dan Generasi Z”. (Foto: Infovet/Sadarman)

Menghadapi kemajuan teknologi yang pesat, pengembangan jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan di kalangan generasi muda terdidik menjadi semakin mendesak. Hal ini bertujuan agar mereka tidak hanya memiliki keterampilan sebagai pekerja, tetapi juga mampu memimpin dan memiliki semangat kewirausahaan untuk menghadapi tantangan yang kompleks dalam dunia kerja, terutama mengingat terjadinya perubahan teknologi yang pesat.

Sebuah solusi kreatif untuk mengatasi pengangguran terdidik adalah dengan memotivasi mereka untuk menjadi pengusaha mandiri, bukan sekadar pekerja. Dalam konteks ini, pemberdayaan generasi muda sebagai entrepreneur menjadi strategi penting dalam menanggapi dinamika ekonomi global saat ini.

Pemikiran tersebut mencuat dalam seminar nasional “Membangun Karakteristik Kepemimpinan dan Kewirausahaan di Kalangan Generasi Millenial dan Generasi Z”, yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Kutai Timur bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dan Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Alumni IPB Kalimantan Timur. Seminar berlangsung hybrid pada akhir Desember lalu, di Kantor Bupati Kutai Timur di Sangatta.

Bupati Kutai Timur, Drs H Ardiansyah Sulaiman, dalam paparannya menyoroti pentingnya memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah di daerahnya. Beliau menegaskan perlunya persiapan sumber daya manusia (SDM) melalui pendirian sekolah dan perguruan tinggi di Kutai Timur, dengan tujuan menghasilkan tenaga kerja terdidik yang siap memasuki dunia kerja.

Ia juga menyoroti kebutuhan untuk mengantisipasi habisnya sumber daya mineral tambang dan mendorong persiapan SDM yang mampu memanfaatkan sumber daya alam non-mineral, seperti pertanian, peternakan, perikanan, dan kelautan. “Berwirausaha di bidang peternakan masih sangat menjanjikan, untuk itu mengapa harus takut tidak dapat pekerjaan setelah selesai kuliah, bukankah Anda sudah memegang lisensi sebagai tenaga muda terdidik di bidang peternakan?,” tanya Bupati kepada peserta seminar.

Sementara, Wakil Gubernur Sumatra Barat, Dr Ir Audy Joinaldy, yang juga turut hadir menyampaikan ada lebih dari sejuta sarjana yang menganggur saat ini. “Setiap tahun Indonesia menghasilkan 3 juta sarjana, namun kuota PNS hanya 700 ribu orang, peluangnya sangat kecil, diperebutkan, lalu yang tidak lulus masuk ke ranah pengangguran. Akibatnya pada 2021, Indonesia menjadi salah satu penyumbang sarjana terbanyak yang tidak memiliki perkerjaan di dunia,” kata Joinaldy.

Ia menjelaskan, penyebab tingginya angka pengangguran sarjana antara lain rendahnya pertumbuhan ekonomi, skill, dan cara berpikir para alumni yang terlalu maju, banyak lulusan bidang sosial yang minim skill, sehingga kurangnya kreativitas untuk menciptakan lapangan kerja sendiri. Padahal, Indonesia dengan populasi terbesar di Asia Tenggara (271 juta dari total 655 juta orang), memiliki persentase wirausaha perpenduduk yang paling kecil di antara negara-negara ASEAN, yaitu hanya 2%, sedangkan Thailand 4%, Malaysia 5%, dan Singapura 9%. Solusi yang ditawarkan adalah tentu membuka usaha di bidang-bidang peternakan dari hulu sampai hilir.

Prof Dr Ir Nafiatul Umami, Guru Besar Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta, yang juga turut menjadi pembicara, menyampaikan bahwa bidang peternakan menyajikan beragam unit usaha yang menjadi potensi bisnis menarik bagi generasi muda. Beberapa di antaranya mencakup bisnis benih atau bibit tanaman pakan, usaha hijauan pakan, produksi pakan awetan hijauan (silase), dan penyediaan pakan olahan dalam bentuk lainnya.

Peluang bisnis tersebut, lanjut dia, telah berkembang pesat di Thailand dan sedang tumbuh di Indonesia. Nafiatul melihat potensi bisnis tersebut sangat sesuai dikembangkan di Kutai Timur, terutama dengan lahan yang luas.

“Kutai Timur memiliki lahan bekas tambang yang dapat direhabilitasi menjadi lahan hijauan pakan, sehingga pemanfaatan lahan tersebut diharapkan dapat menghasilkan hijauan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan pakan ternak,” katanya. (Sadarman/Infovet Daerah Riau)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer