Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Kandang Closed House | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

TAHAPAN TEKNIS MEMBANGUN KANDANG CLOSED HOUSE

Ayam memerlukan lingkungan pemeliharaan yang nyaman. (Foto: Shutterstock)

Sistem perkandangan modern yang lebih dikenal dengan sistem kandang tertutup (closed house) di bangun dengan tujuan menciptakan lingkungan pemeliharaan yang nyaman bagi ayam.

Area Head Production West Java PT Charoen Pokphand Indonesia, Karno, menyarankan kepada peternak dalam membangun kandang closed house memerlukan konsultasi terlebih dahulu guna tercapainya efisiensi biaya dan produktivitasnya.

Terdapat beberapa tahapan teknis yang perlu diperhatikan dalam membangun kandang closed house, diantaranya pemilihan lahan, ukuran kandang, listrik dan genset, peralatan kandang (adanya ventilasi, evaporative systems, heating/brooding/lighting systems, drinker systems, feeding systems) serta konstruksi.

Pemilihan Lahan 
Beberapa faktor yang mutlak diperhatikan dalam memilih lahan atau lokasi kandang untuk usaha peternakan ayam antara lain: 
• Akses jalan memadai.
• Dekat dengan jaringan listrik 3 phase.
• Letak kandang tidak berdekatan dengan pemukiman penduduk, serta telah mendapat izin dari masyarakat dan instansi terkait.
• Kualitas dan kuantitas air cukup sepanjang tahun.
• Lebih disarankan lahan yang datar.
• Panjang dan lebar lahan cukup untuk dibangun kandang (memanjang arah Timur-Barat).

Ukuran Kandang
Lebih lanjut, Karno menjelaskan spesifikasi teknis bangunan kandang closed house. “Panjang 120 meter dan lebar 12 meter. Tinggi per lantai 2 meter, jumlah lantai 1-3 lantai,” terang Karno saat menjadi narasumber pada Closed Poultry House Training yang diselenggarakan Sekolah Vokasi IPB, beberapa waktu lalu.

Karno menambahkan, arah kandang memanjang Barat-Timur dan kapasitas kandang per meter persegi 14-25 ekor atau 20.000-36.000 ekor/lantai.

Kebutuhan Daya Listrik Kandang Standar 2 Lantai
Sumber: Karno, PT Charoen Pokphand Indonesia.

Peralatan Kandang
Sistem ventilasi menjadi pokok dari sebuah kandang closed house. “Ventilation system ini dapat menggunakan exhaust fan berdiameter 52 inci terintegrasi dengan sensor dan kontrol panel (micro controller),” lanjut Karno.

Kelengkapan dari sistem ventilasi ini terdiri dari fan (kipas), evaporative cooling pad yang terintegrasi dengan sensor dan kontrol panel.

Dalam brooding system, Karno mengatakan dapat menggunakan space heater. Berikutnya adalah pemasangan watering system menggunakan sistem nipple dengan regulator tekanan air.

Pada tahap feeding system, Karno mengimbau untuk menggunakan sistem Auger Pan Feeding berpenggerak motor listrik. Hal ini bertujuan untuk mendistribusikan pakan ke seluruh kandang melalui pipa galvanis dengan screw conveyor atau auger.

Karno juga menambahkan, dalam aspek peralatan kandang closed house, diperlukan sarana penunjang. “Penting untuk menyediakan gudang penyimpanan pakan, sekam dan alat-alat untuk keperluan proses budi daya. Selain itu, pemilik juga perlu membangun mess untuk tempat tinggal karyawan,” ujar dia.

Menghitung Kebutuhan Kipas
Semua kebutuhan untuk pertumbuhan ayam harus tersedia di dalam kandang. Selain kebutuhan air minum dan ransum yang cukup serta berkualitas, pentingnya memerhatikan sistem ventilasi udara yang baik serta suhu dan kelembapan udara yang optimal.

Pada kandang closed house terjadi pergerakan udara yang stabil dan tingkat kelembapan udara di dalam kandang bisa diatur sesuai kebutuhan ayam.

Suhu yang dirasakan oleh tubuh ayam dinamakan suhu efektif. Suhu efektif ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu suhu ruangan (suhu yang terdeteksi di termometer), kelembapan dan kecepatan aliran udara dalam kandang (yang mengenai tubuh ayam).

Kendati suhu termometer tinggi, namun apabila terdapat aliran udara maka suhu yang dirasakan oleh tubuh ayam akan lebih rendah. Hal inilah yang dinamakan dengan chilling effect.

Tujuan menghitung kebutuhan kipas berdasarkan kecepatan diantaranya untuk menurunkan temperatur yang selanjutnya menimbulkan wind chill effect. Wind chill effect merupakan efek penurunan suhu yang dirasakan akibat adanya hembusan angin yang mengenai permukaan tubuh/kulit ayam.

Berikutnya menghitung berdasarkan pertukaran udara (air exchange) guna menyuplai oksigen lalu mengeluarkan gas-gas berbahaya (CO², NH3) dan mengeluarkan uap air agar mengurangi kelembapan udara maupun kelebihan panas.

Sistem closed house yang baik harus mampu menghasilkan kecepatan angin yang dibutuhkan untuk menghasilkan suhu yang sesuai bagi ayam. “Memastikan pertukaran udara terjadi dalam durasi yang sesuai. Misalnya dalam waktu 1 menit, seluruh volume udara di dalam kandang sudah dikeluarkan dan diganti dengan udara baru dari luar,” jelas Karno.

Kandang closed house yang sering dijumpai di Indonesia adalah kandang dengan tipe tunnel atau seperti terowongan yang dilewati oleh udara dengan kecepatan dan waktu tertentu. Satuan yang digunakan untuk mengukur berapa kecepatan udara (air velocity) adalah CFM atau Cubic Feet per Minute. “Menghitung kebutuhan kipas berdasarkan kebutuhan CFM/kg yakni 4,0-6,21 CFM/kg,” kata Karno.

Contoh Lighting Program
Sumber: Karno, PT Charoen Pokphand Indonesia.

Feeding & Drinker Systems
Ruang pakan (feeder space) yang cukup serta keseragaman flock merupakan poin penting untuk mencapai performa optimal.

Menurut Karno, apapun tipe feeder yang digunakan, yang terpenting adalah feeder space harus cukup. “Pakan harus selalu ada (full feed),” imbuhnya. Sementara untuk drinker systems ada beberapa persyaratan:
Water flow sesuai dengan umur ayam.
Ketinggian nipple selalu disesuaikan dengan umur ayam.
Kebersihan cup harus selalu dijaga.
Monitor konsumsi air minum dengan meteran air.
• Apabila ada perubahan konsumsi air, segera cek. Seperti juga jika ada kebocoran, water flow tak sesuai, nipple terlalu tinggi/rendah, saluran air mampet, ayam sakit dan lain sebagainya.

Konstruksi
Konstruksi bangunan kandang direkomendasikan menggunakan konstruksi rangka besi. Hal ini bertujuan untuk mengambil keuntungan dari masa manfaat bangunan yang relatif lebih panjang, diperkirakan mampu mencapai 20 tahun. Selain itu bertujuan untuk meminimalkan risiko kerusakan bangunan akibat hama, tiupan angin, banjir dan fenomena alam lainnya. (NDV)

MAKSIMALKAN PERAWATAN DI AWAL MASA KEHIDUPAN

Untuk mekamsimalkan potensi genetik unggas dibutuhkan perhatian khusus dalam masa awal pemeliharaan (brooding). (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler, ada satu fase yang menjadi faktor pembeda, dimana pada masa tersebut sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan. Brooding, tidak ada peternak yang tidak mengetahuinya, namun banyak yang lalai dalam menjalaninya. Nyatanya, di lapangan kegagalan pada fase ini masih sering dialami peternak dan membuat performa jadi tak menentu.

Setelah menetas, DOC langsung dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Apalagi sebagaiana diketahui ayam broiler di zaman now merupakan sebuah mesin biologis yang hebat. Karena dalam kurun waktu kurang lebih sebulan, broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya dapat termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan perhatian khusus dalam masa awal pemeliharaan (brooding). Masa brooding mutlak dibutuhkan DOC. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang, sampai mereka mencapai umur serta bobot tertentu dan tidak memerlukan pemanas lagi.

Pada dasarnya lama brooding tidak bisa disamakan antar satu peternakan dengan yang lain. Standarnya berada di kisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk di kandang closed house. Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian lebih. Seperti diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa pada fase ini DOC ditargetkan naik bobotnya sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misalkan bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

Brooding ini fase yang terjadi adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2021. (CR)

WEBINAR SIGNIFY INDONESIA SOAL PENCAHAYAAN DI KANDANG CLOSED HOUSE

Webinar mengenai “Inovasi Pencahayaan untuk Produktivitas Kandang Closed House” yang diinisiasi Signify Indonesia. (Foto: Infovet/Ridwan)

Pencahayaan yang diprogram dengan baik di dalam kandang menjadi salah satu faktor penting dalam manajemen pemeliharaan ayam. Pencahayaan berpengaruh pada proses kematangan organ dan pertumbuhan ayam.

“Segi pencahayaan kandang turut memengaruhi perbaikan produktivitas ayam. Dan hal ini tentunya juga berpengaruh pada hasil produksi ternak yang berkualitas,” ujar Direktur Komersial Leader Signify Indonesia, Raymon, dalam webinar “Inovasi Pencahayaan untuk Produktivitas Kandang Closed House”, Kamis (16/9), yang diinisiasi Signify Indonesia bekerja sama dengan Majalah Infovet.

Hal tersebut juga diamini oleh Pakar Peternakan Universitas Padjajaran, Dr Sauland Sinaga yang menjadi narasumber. Ia mengungkapkan, kenyamanan pencahayaan dalam kandang berpengaruh pada faktor fisiologis yang juga memengaruhi potensi biologis ayam. “Khususnya pada kandang closed house yang memang sistem pencahayaannya tergantung pada lampu,” kata Sauland.

Iapun menjelaskan intensitas cahaya yang dibutuhkan unggas tidak perlu terlalu tinggi. Karena apa yang ditangkap oleh penglihatan ayam berbeda dengan manusia. “Kita berpikir 50 watt saja kadang masih redup, padahal bagi ayam itu sudah cukup tinggi, karena gelombang cahaya yang diterima ayam lebih luas. Sehingga ayam membutuhkan cahaya yang nyaman,” ungkap dia.

Jadi kata Sauland, peternak bisa memilih lampu berwarna kehijauan redup untuk pemeliharaan ayam. Ia juga menegaskan, jangan pernah menggunakan lampu berwarna merah karena hal tersebut berpeluang ayam menjadi kanibal karena meningkatkan perasaan fighting ayam.

Lebih lanjut dipaparkan, pada fase gelap atau redup ini juga membantu ayam mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Disinilah terjadi pembentukan hormon melatonin secara optimal yang menginduksi peningkatan sekresi hormon pertumbuhan.

“Optimalnya hormon melatonin juga meningkatkan sistem imun. Karena pada waktu terang hormon tersebut tidak bekerja optimal. Dengan waktu istirahat yang baik tubuh ayam juga melakukan recovery sel-sel yang rusak, mengoksidasi radikal bebas, meningkatkan penyerapan vitamin dan menurunkan peristaltik usus dan sekum yang terjadi peningkatan kecernaan mineral dan serat, serta meningkatkan produksi enzim pitase dan produksi inositol (vitamin B 8) yang memengaruhi sistem saraf pusat otak untuk tenang,” jelas Sauland yang juga Ketua Asosiasi Monogastrik Indonesia.

Hal senada juga dikemukakan Pakar Bisnis dan Teknologi Signify Indonesia, Budi Novianto. Dikatakan dalam pemeliharaan ternak ayam, pemberian cahaya yang nyaman pada saat ayam beraktivitas dan istirahat turut memegang peranan penting dalam pertumbuhan.

“Dari situlah kami lakukan inovasi teknologi pada lampu kandang yang mampu memberikan kenyamanan pada ayam. Dengan inovasi teknologi ini program lampu kandang tersebut memiliki simulasi seperti matahari terbit dan tenggelam, sehingga ayam benar-benar nyaman dibuatnya,” kata Budi.

Lebih lanjut dijelaskan dari beberapa penelitian yang dilakukan, penggunaan lampu tersebut turut memengaruhi kebaikan bobot badan ayam, memperbaiki konversi pakan hingga menurunkan angka deplesi pada populasi ayam. (RBS)

SOLUSI EFISIENSI BUDI DAYA UNGGAS DENGAN CLOSED HOUSE MINI

Ramadhana Dwi Putra ketika menjelaskan prototype 3 closed house mini yang dikembangkannya. (Foto: Dok. Infovet)

Perkembangan kandang closed house atau kandang tertutup dalam budi daya ayam broiler di Indonesia semakin berkembang pesat. Tantangan cuaca ekstrem hingga peningkatan produksi menjadi alasan peternak beralih ke kandang tersebut. Kendati biaya yang cukup tinggi, kini peternak ditawarkan dengan solusi kandang closed house mini.

“Saat ini banyak peternak beralih ke closed house untuk meningkatkan produktivitas dan menekan potensi kerugian. Banyak faktor dari potensi ternak broiler yang kini mengalami perbaikan genetik yang signifikan tidak mampu keluar akibat faktor iklim yang kerap menggerus kesehatan ternak,” ujar Ramadhana Dwi Putra dalam Seminar Virtual Poultry Indonesia Forum bertajuk “Solusi Efisiensi dengan Closed House Mini” Sabtu (10/10/2020).

Rama-sapaannya, yang menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, banyak perbedaan dalam penggunaan kandang tertutup dibanding kandang terbuka (open house), misal dari kapasitas kandang, mortalitas hingga body weight.

“Kalau di kandang open house di berat antara 1,2-1,3 kg apabila terjadi cuaca ekstrem bisa membuat ayam panting yang tentunya mempengaruhi FCR dan lain sebagainya. Sementara pada kandang closed house memiliki keunggulan temperatur yang bisa dikendalikan dan minim faktor stres lingkungan,” jelas Rama yang kini menjabat Direktur PT Tri Satya Mandiri.

Perbedaan kandang open house, tunnel house dan closed house. (Foto: Dok. Infovet)

Ia menyatakan, penggunaan kandang closed house mini ini menjadi tepat guna bagi peternak unggas. “Karena mampu meningkatkan produktivitas, lahan yang dibutuhkan tidak begitu luas, bisa mencapai 7-8 periode bila tidak ada challenge yang tinggi. Namun perlu diperhatikan peralihan ke kandang closed house, adaptasi operator menjadi faktor utama dalam kualitas produksi,” paparnya.

Rama juga menjabarkan bagi peternak yang ingin beralih ke kandang closed house mini, idealnya dengan populasi 7.500-8.000 ekor per kandang.

“Investasi tergantung dari berapa populasi ternak yang dipelihara, pembuatan kandang ukuran 20 x 7 meter sudah cukup ideal. Yang terpenting perhatikan ventilasi udaranya. Karena kita menggunakan tunnel sistem, aliran udara yang masuk dan keluar, kecepatan angin, juga suhu untuk mengondisikan mileu ayam ini yang menjadi faktor kritis,” ungkap Rama.

Selain itu ia juga menyebut bahwa faktor DOC, pakan, manajemen (brooding, grading, biosekuriti) hingga market, turut menjadi penentu dalam keberhasilan budi daya unggas.

Seminar virtual yang dimulai pukul 10:00 WIB ini juga turut menghadirkan narasumber lain yakni dosen sekaligus Ketua Experimental Farm Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Drh Sufiriyanto dan dihadiri sebanyak 260 orang peserta termasuk Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak, Ir Sugiono yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. (RBS)

SISTEM KANDANG TERTUTUP: MASALAH AMONIA

Pemeliharaan ayam dengan sistem kandang tertutup. (Sumber: animaux.l214.com)

Oleh:
Tony Unandar (Private Poultry Farm Consultant - Jakarta)

Gas amonia alias NH3 ibarat “siluman” pada peternakan ayam modern. Dampak keberadaannya bisa dirasakan oleh peternak, tapi tak terlihat. Namun, kemahirannya dalam merogoh kocek peternak sudah tidak diragukan lagi. Walaupun publikasi ilmiah sangat terbatas terkait dengan tingginya prevalensi kasus-kasus pernapasan dengan peranan kondisi lingkungan ayam, namun informasi dalam tulisan ini mungkin dapat digunakan para peternak untuk mengurangi resiko yang akan dihadapinya.

Nitrogen sisa dalam metabolisme protein (reaksi katabolisme) makhluk hidup bisa diekskresikan (dibuang) dalam dua jenis senyawa kimia, yaitu senyawa urea atau asam urat yang dibentuk dalam hati. Berbeda dengan manusia, nitrogen sisa berupa urea dibuang lewat air seni dalam bentuk cair, sedangkan pada ayam berupa senyawa asam urat yang berbentuk pasta dengan warna putih sedikit kekuningan.  Dalam 24 jam, ayam yang mempunyai bobot badan 1 kg umumnya dapat mengekskresikan asam urat berkisar 1-2 gram. Asam urat tersebut umumnya dibuang bersama dengan komponen kotoran ayam lainnya yang berasal dari saluran cerna via kloaka.

Dalam litter, asam urat yang tercampur dengan material feses ayam akan mengalami proses dekomposisi (perubahan bentuk) menjadi senyawa urea dengan bantuan bakteri-bakteri lingkungan yang menghasilkan enzim urease. Tahap selanjutnya, dengan adanya kelembapan litter dan suhu yang relatif optimal akan membuat urea mudah terurai menjadi dua molekul gas amonia (NH3) dan gas karbon dioksida (CO2).  Perhatikan urutan proses yang terjadi:


Dalam keadaan normal, umumnya kadar amonia dalam sistem kandang tertutup memang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sistem kandang terbuka, terutama di area yang dekat dengan exhaust fan atau area outlet. Pada sistem kandang tertutup untuk ayam layer modern, kadar amonia dalam kandang bisa kadang kala mencapai 50 ppm, mulai dari area tengah kandang sampai pada area outlet. Kondisi ini tentu saja akan lebih parah jika kelembapan dalam kandang sudah berada di atas 70%.

Efek Amonia Terhadap Pernapasan
Sistem pernapasan atas ayam sangat penting bereaksi secara spontan untuk mengeluarkan debu ataupun patogen yang terhisap via udara pernapasan dalam bentuk bersin, batuk, ataupun pengenceran patogen via sekresi mukus alias lendir.

Dibandingkan dengan senyawa urea atau asam urat, gas amonia justru bersifat lebih toksik (beracun) terhadap makhluk hidup, termasuk ayam yang dipelihara. Indera penciuman normal manusia bisa mendeteksi kadar gas amonia paling rendah pada tingkat 5 ppm. Dengan kata lain, jika bau amonia sudah tercium dalam suatu kandang ayam, artinya kadarnya paling tidak sudah 5 ppm. Menurut Michael Lacy dari Poultry Diagnostic Centre, Universitas Georgia, pada kadar 5 ppm gas amonia sudah dapat menimbulkan iritasi ringan saluran pernapasan ayam modern, baik ayam pedaging atau petelur.

Pada laporan penelitian lebih lanjut, ternyata ada beberapa efek... (toe) (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Februari 2020)

KANDANG RAKYAT DIGITAL (MINI CLOSED HOUSE)

Protoype kandang rakyat digital menganut prinsip dasar kandang closed house. (Foto: Dok. Rama)

Industri perunggasan diketahui terus bertransformasi. Demikian pula dengan modernisasi perkandangan budidaya unggas.

Perkembangan peternak yang beralih ke sistem kandang full closed house maupun semi closed house semakin hari juga bertambah. Sistem kandang closed house dinilai mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam usaha perunggasan. 

Terlepas dari mereka yang lebih dulu meng-upgrade kandangnya menjadi closed house, kegalauan masih melanda sebagian peternak yang mempertimbangkan tingginya biaya investasi untuk beralih dari kandang yang semula open house menjadi closed house
Terobosan baru kandang mini closed house atau disebut juga dengan prototype “kandang rakyat digital” ini, barangkali dapat mengubah pikiran peternak. 

Kandang rakyat digital ini dikembangkan oleh peternak milenial, Ramadhana Dwi Putra Mandiri (Rama). Dalam sebuah seminar yang digelar Desember 2019 lalu, pria kelahiran 1992 ini menjabarkan konsep kandang rakyat digital yang menawarkan berbagai kemudahan.

Bukan saja soal biaya yang lebih terjangkau, model kandang mini closed house ini sangat efisien, ekonomis, ramah lingkungan, portabel dan berteknologi, serta berpeluang untuk bersaing dengan model kandang skala Industri.

Rama menjelaskan, modernisasi perkandangan budidaya unggas dengan mengadopsi sistem closed house, namun peralatan manual atau disebut kandang dengan tunnel house system (semi closed house).

Cost 
Berapa kira-kira biaya untuk mengubah kandang dari open house ke tunnel house system hingga ke full closed house

Adapun biaya upgrade kandang dari open house ke tunnel yaitu Rp 15.000-20.000/ekor. Sementara biaya peralihan dari kandang tunnel ke sistem closed house yakni Rp 30.000-40.000/ekor. Membangun kandang tunnel dari awal membutuhkan biaya Rp 40.000-50.000/ekor. Sementara biaya pembuatan closed house Rp 60.000-70.000/ekor. 

Modernisasi kandang sebagai salah satu syarat untuk keberlangsungan usaha yang semakin kompetitif di era milenial dengan tantangan pasar global. Hasil dari modernisasi perkandangan ini pun dirasakan banyak membawa manfaat positif bagi peternak.

Hasil modernisasi dari sisi cost/HPP mengalami penurunan, karena ada perbaikan perfoma yang didapatkan. Selain itu, kematian sedikit dan FCR (feed convertion ration) terkoreksi baik, bobot rata-rata dicapai meningkat, perfoma yang tercapai sesuai standar hingga pencapaian efisiensi. 

Menurut Rama, kandang rakyat digital ini merupakan kandang zaman now yang beradaptasi dengan tantangan ketika harus memindahkan lokasi peternakan dari area hijau luas yang padat penduduk untuk meminimalisir risiko.

“Kandang rakyat digital atau mini closed house ini bangunannya portabel. Bisa pindah kapan saja dan pemasangannya pun mudah, karena sudah ada skrup-skrup dan nomornya,” jelas Rama. 

Untuk memproduksi material bangunan kandang ini membutuhkan waktu 2-3 minggu. Sementara untuk waktu pemasangan maksimal tiga minggu untuk finishing atau running kandang tersebut. Ini merupakan terobosan baru mengingat waktu sempit serta sulitnya membangun kandang closed house yang besar.

Mini closed house mempunyai kapasitas populasi 7.500-15.000 ekor ayam. Prototype kandang rakyat digital ini menganut prinsip dasar kandang closed house

Selain sudah menerapkan tunnel system, kandang ini juga telah menerapkan sistem integrasi, dimana peternak bisa langsung melihat laporan produksi akunting, tata laksana, sistem operator di kandang dan kelengkapan SOP (standar operasional prosedur), serta dilengkapi juga dengan fasilitas early warning system.

“Kami telah mengembangkan kandang model mini closed house ini di daerah Tajur Halang. Periode tiga sudah jalan dan saat ini menuju periode keempat,” kata Rama.

Pengembangan prototype dengan prinsip perkandangan yang baik, manajemen sistem yang baik pula dan pemeliharaan SOP yan apik bisa menembus performance ideal ayam broiler modern. “Sistem sudah komputerisasi sekaligus tersambung pada aplikasi di handphone. Kita dapat melihat informasi perubahan ayam dari hari ke hari, bahkan jam berapa ada, sangat detail. Ditambah sistem sensor untuk menghitung bobot ayam,” urainya.

Guna Meningkatkan Performa
Merujuk pada pemaparan Rama dalam presentasinya, diuraikan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang guna meningkatkan performa ayam. 

Dijelaskan, dasar dalam pembuatan kandang ayam terdapat tiga hal utama yang menjadi pondasi keberhasilan produksi.

“Tiga hal utama dalam membangun kandang ayam yang penting diperhatikan. Pertama, topografi perkandangan. Topografi perkandangan maksudnya apakah dibangun di lokasi Utara atau Selatan, atau di pegunungan dan pantai. Kita mempertimbangkan tantangan cuaca maupun kelembapan yang berbeda, karena poin ini menjadi faktor utama keberhasilan produksi broiler,” terang Rama.

Kedua, adalah sisi bangunan kandang yang akan dibuat untuk dioperasikan. Ketiga yang tak kalah penting yaitu menyusun performa produksi ayam yakni manajemen. 

Rama menambahkan, sisi topografi dan bangunan kandang merupajan hal yang sudah berlaku dan untuk memodifikasi kandang memang memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. “Poin ketiga pada manajemen ini yang dapat kita maksimalkan dengan inovasi dan masih bisa kita tingkatkan lagi,” sambungnya.

Membuat kandang ayam juga penting memperhatikan apakah di kawasan tersebut ketersediaan airnya memadai, kemudian juga memperhatikan kondisi/karakter tanah. “Karakter tanah ini apakah termasuk kondisi tanah sawah atau tanah merah,” ujarnya.

Perkandangan ideal kuncinya terletak pada floor plan, daya topang, serta pembiayaan. Pada poin houses building meliputi instalasi atap, sirkulasi kipas, tunnel door design, evaporative pad design, fogging system dan peralatan.

Indikator standar dalam membuat perkandangan fasilitas broiler antara lain tahap manajemen yang meliputi fase sebelum ayam datang, pemasukan ayam, pembesaran, pengaturan ventilasi, ketersediaan air, manajemen nutrisi, biosekuriti dan sanitasi, serta dokumentasi data performa (record track performance). (NDV)

MEMAKSIMALKAN POTENSI PRODUKSI DENGAN CLOSED HOUSE

Kandang closed house terbukti meningkatkan performa produksi ternak. (Sumber: Istimewa)

Semakin hari konsumsi daging dan telur ayam per kapita masyarakat Indonesia semakin meningkat. Berbagai hal pula dilakukan stakeholder di sektor perunggasan untuk terus memacu dan mengefisienkan produksinya, salah satunya dengan membangun kandang closed house.

Kenaikan konsumsi masyarakat tentunya harus pula dibarengi oleh peningkatan produksi, bila keadaan tidak berimbang, maka akan terjadi kelangkaan. Disaat yang bersamaan, keterbatasan lahan juga menjadi kendala dalam tumbuhnya bisnis perunggasan di Indonesia. Oleh karenanya, upaya yang dilakukan integrator maupun peternak dalam meningkatkan kapasitas produksi dan meningkatkan efisiensi mereka yakni dengan melakukan instalasi kandang closed house. Namun sistem ini juga punya kekurangan dan kelebihan. 

Ayam Nyaman, Produksi Aman
Nyatanya perkembangan teknologi dibidang pemuliaan unggas sangat berimbas pada performa unggas. Misalnya saja 20 tahun lalu ayam broiler baru bisa dipanen pada usia 40-45 hari dengan bobot 1 kg lebih sedikit, namun kini peternak sudah bisa memanen broiler zaman now pada usia 35-an hari dengan bobot 2 kg bahkan lebih.

Peningkatan performa seperti ini tentunya memiliki kompensasi yang harus dibayar, salah satunya pada aspek kesehatan ternak. Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar FKH IPB, Prof drh I Wayan Teguh Wibawan, yang juga konsultan kesehatan unggas. Kepada Infovet, Wayan mengungkapkan ayam di zaman sekarang sangat rentan terhadap penyakit karena kompensasi dari peningkatan gen pertumbuhannya.

“Karena gen pertumbuhannya dipercepat, gen-gen lainnya kan pasti di-suppress, sehingga ayam jadi mudah stres (tertekan) terutama oleh keadaan lingkungan. Nah, ketika ayam berada dalam keadaan stres oleh cekaman lingkungan, sistem imunnya otomatis menurun karena hormon glukokortikoid banyak disekresikan, sehingga memengaruhi kinerja timus dan menghambat produksi sitokin dan interleukin yang merangsang dan mengkoordinasikan aktivitas sel darah putih,” tuturnya.

Wayan menambahkan, hal tersebut juga dapat diperparah oleh kondisi nutrisi yang kurang bergizi dan keadaan di kandang yang kurang baik. Bila tingkat amonia di kandang tinggi dan selaput mukosa teriritasi olehnya, maka infeksi bakteri yang seharusnya bersifat komensal dapat terjadi maupun patogen, di sinilah penyakit pernafasan bermula. Melalui penjabaran itu, Prof Wayan menegaskan, karakteristik broiler di era ini sebenarnya tidak cocok dengan... (CR)


Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Agustus 2019.

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer