Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Kandang Ayam | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

CERMAT MEMBACA IKLIM DAN CUACA AGAR PERFORMA PRIMA

Pakan dan air minum harus dijaga kualitasnya. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sudah jadi suatu kepastian bahwa iklim dan cuaca merupakan faktor berpengaruh pada budi daya peternakan terutama unggas. Peternak dituntut bisa membaca situasi iklim dan cuaca agar performa tetap prima.

Siapa tak kenal Napoleon Bonaparte, seorang pemimpin militer Perancis yang terkenal di seluruh dunia karena sepak terjangnya dalam revolusi Perancis dan Amerika. Nyatanya Napoleon bukanlah seorang panglima tanpa tanding yang tidak pernah kalah dalam setiap peperangan.

Yang paling terkenal adalah ketika dirinya harus kalah pada peperangan Waterloo dan dipukul mundur pasukan koalisi Inggris, Belanda dan Jerman. Mengapa Napoleon bisa kalah? Sejarah mengatakan bahwa Napoleon sesungguhnya kalah oleh cuaca ekstrem bukan oleh pasukan koalisi. Karena hal tersebut ketelitian dan kecermatan membaca iklim dan cuaca amatlah penting.

Dari cerita tersebut, tentunya dapat menjadi inspirasi bagi bahwasanya siapa yang dapat memprediksi, mengatasi, atau bersahabat dengan iklim dan cuaca akan mendapatkan hasil yang baik, begitu pula dengan beternak. Sudah menjadi bagian dari takdir bahwa Indonesia beriklim tropis dengan dua musim dan peternak harus bisa hidup bersahabat dengan hal tersebut.

Musim Panas yang Panjang
Beberapa tahun belakangan, Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa Indonesia mengalami musim kemarau panjang selama 2019-2020, hal ini terjadi karena rendahnya suhu permukaan laut dari pada suhu normalnya yang berkisar 26-27° C di wilayah perairan Indonesia bagian selatan dan barat. Imbasnya pembentukan awan berkurang di beberapa wilayah Indonesia. Hal itu mengakibatkan kekeringan yang berdampak pada ketersediaan air bersih dan suhu panas.

Namun begitu, pada penghujung tahun 2020 menuju 2021 cuaca berubah, hujan mulai turun dengan curah hujan tinggi dan terjadi perubahan suhu ekstrem. Tentunya ini menjadi tantangan bagi peternak, karena ternak terutama unggas modern mudah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

PENYAKIT MENGANCAM TANPA KENAL JAM

Risiko masalah kualitas air ketika cuaca ekstrem bisa meningkat. (Foto: Istimewa)

Dalam setiap musim, baik kemarau dan penghujan tentunya ancaman yang berbeda akan dihadapi peternak. Baik dari segi penyakit dan lingkungan, ancaman tersebut memerlukan strategi yang berbeda.

Cuaca Kering Bikin Ayam Geuring
Di musim kemarau biasanya pada peternakan broiler akan ditemukan kejadian dimana 1-2 ekor ayam yang dipelihara mengalami panting kemudian mati secara tiba-tiba, namun hanya menimpa ayam berukuran besar. Biasanya kejadian tersebut merupakan indikasi ayam mengalami heat stress.

Kematian akibat heat stress cenderung menimpa ayam dewasa karena secara alami tubuh ayam akan menghasilkan panas (hasil metabolisme), ditambah suhu lingkungan yang semakin panas terutama disaat kemarau, sehingga panas dari dalam tubuh tidak bisa distabilkan. Dampak akhir yang terjadi ialah kematian.

Ironisnya, kejadian heat stress tidak hanya terjadi pada ayam broiler, namun juga layer. Yang menjadi pertanyaan seiring adanya perubahan iklim akibat pemanasan global, apakah kasus heat stress hanya disebabkan oleh faktor suhu dan kelembapan lingkungan?

Technical Education and Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, menjelaskan heat stress sudah menjadi problematika utama di dunia perunggasan Indonesia. Stres ini akan muncul ketika ayam tidak bisa membuang panas dari dalam tubuhnya akibat tingginya cekaman suhu.

“Ayam komersial modern yang selama ini kita pelihara termasuk hewan homeotermal, yaitu mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri karena memiliki sistem termoregulator. Ayam modern juga lebih sensitif terhadap perubahan suhu, oleh karenanya butuh trik khusus dalam manajemen pemeliharaan,” tutur Christina.

Ia melanjutkan, banyak faktor lain yang memengaruhi kondisi suhu panas di kandang yang membuat ayam stres karena panas, misalnya metabolisme internal dari tubuh ayam, radiasi sinar matahari, aktivitas fermentasi mikroba pada litter kandang. Ketika ayam menghadapi kondisi panas dari berbagai sumber tersebut, ayam akan merespon dengan cara menurunkan suhu tubuhnya melalui pengeluaran kelebihan energi panas dari dalam tubuh.

Mekanisme pengeluaran panas tubuh ini akan berfungsi secara normal (optimal), saat ayam dipelihara pada… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi November 2021. (CR)

MAKSIMALKAN PERAWATAN DI AWAL MASA KEHIDUPAN

Untuk mekamsimalkan potensi genetik unggas dibutuhkan perhatian khusus dalam masa awal pemeliharaan (brooding). (Foto: Infovet/Ridwan)

Dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler, ada satu fase yang menjadi faktor pembeda, dimana pada masa tersebut sangat menentukan keberhasilan pemeliharaan. Brooding, tidak ada peternak yang tidak mengetahuinya, namun banyak yang lalai dalam menjalaninya. Nyatanya, di lapangan kegagalan pada fase ini masih sering dialami peternak dan membuat performa jadi tak menentu.

Setelah menetas, DOC langsung dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Apalagi sebagaiana diketahui ayam broiler di zaman now merupakan sebuah mesin biologis yang hebat. Karena dalam kurun waktu kurang lebih sebulan, broiler dapat melipatgandakan bobot tubuhnya hingga 20 kali lipat, dengan catatan potensi genetiknya dapat termaksimalkan.

Untuk memaksimalkan potensi tersebut, dibutuhkan perhatian khusus dalam masa awal pemeliharaan (brooding). Masa brooding mutlak dibutuhkan DOC. Brooding dimulai sejak DOC tiba di kandang, sampai mereka mencapai umur serta bobot tertentu dan tidak memerlukan pemanas lagi.

Pada dasarnya lama brooding tidak bisa disamakan antar satu peternakan dengan yang lain. Standarnya berada di kisaran 10-14 hari untuk anak ayam yang dipelihara di kandang terbuka (open house) dan 7-8 hari untuk di kandang closed house. Namun bisa bertambah lebih lama tergantung kondisi.

Memenuhi Kebutuhan Dasar
Beberapa praktisi perunggasan mengatakan bahwa pada tujuh hari pertama di masa brooding adalah masa-masa kritis yang butuh perhatian lebih. Seperti diutarakan Drh Christina Lilis dari PT Medion, bahwa pada fase ini DOC ditargetkan naik bobotnya sebanyak 4,5-5 kali lipat dari bobot lahir. Misalkan bobot DOC 40 gram, maka pada akhir minggu pertama diharapkan bobotnya mencapai 180-200 gram.

Brooding ini fase yang terjadi adalah... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi September 2021. (CR)

PROGRAM PEMBERIAN CAHAYA PENGARUHI KUALITAS PRODUKSI

Program pemberian cahaya pada layer bertujuan meningkatkan pertumbuhan tubuh, mengontrol sexual maturity dan mencapai target bobot badan pada produksi. (Foto: Dok. Infovet)

Pada pemeliharan ayam petelur komersil atau layer yang berlangsung cukup panjang, yaitu lebih kurang 76 minggu, diperlukan manajemen yang baik dan sesuai standar teknis agar diperoleh ayam petelur yang produktif dan menguntungkan usaha, salah satunya ialah program pemberian cahaya (lighting programme).

Program pemberian cahaya ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tubuh, mengontrol sexual maturity dan mencapai target bobot badan pada produksi 2-2,5%. Pemberian cahaya yang asal-asalan sudah barang tentu akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan dalam produksi, walau faktor teknis lainnya seperti biosekuriti, kualitas dan kuantitas pakan/air minum dan lainnya sudah memenuhi standar teknis, karena ayam sangat sensitif terhadap perubahan cahaya dan berpengaruh terhadap kematangan seksual dan sangat berpengaruh pada penambahan konsumsi pakan, disamping berpengaruh pada produksi telur, daya hidup, ukuran telur dan kualitas kulit telur.

Adapun hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam proses pemberian cahaya, antara lain durasi cahaya alami setempat selama setahun berjalan, karakteristik unit pemeliharaan (kontrol cahaya, kandang terbuka), kondisi musim per tahun (berkurang/bertambahnya hari pencahayaan), suhu (durasi cahaya pada suhu lingkungan tertinggi), tanggal tetas (apakah cahaya alami pada bobot badan yang ditargetkan ketika rangsangan cahaya untuk mulai betelur), perkembangan ayam tiap flock, pencatatan performa secara ayam tepat dalam tiap unit pemeliharaan, hindari masuknya cahaya luar yang tidak diinginkan ke dalam kandang gelap, yang akan memberikan efek pada program pencahayaan dan kasus mematuk bulu (kanibal).

Program Pencahayaan Minggu Pertama DOC
Pada pemeliharaan di kandang tertutup (closed house) memungkinkan untuk melakukan “pembatasan cahaya” (intermittent lighting) pada umur ayam 1-2 minggu, dimana ini untuk sinkronisasi tingkah laku DOC untuk makan, minum dan istirahat yang memberi efek menguntungkan dalam menstimulasi kekuatan DOC, sehingga dapat memperbaiki keseragaman. Setelah umur dua minggu secara bertahap program cahaya selanjutnya.

Tabel 1: Program Pembatasan Cahaya Umur DOC Layer 1-2 Minggu

Periode

Schedule Pemberian Cahaya

Selama 4 hari

·       4 jam terang

·       2 jam gelap

·       4 jam terang

·       2 jam gelap

Setelah 4 hari

·       8 jam terang

·       2 jam gelap

·       4 jam terang

·       6 jam elap

Sumber: Novogen Layer Management Guide, 2018.

Yang perlu diperhatikan pada kandang closed house adalah hal-hal berikut, yaitu… Selangkapnya baca di Majalah Infovet edisi April 2021. 

Ditulis oleh: Ir Sjamsirul Alam
Praktisi perunggasan, alumnus Fapet Unpad

MENGINTIP KANDANG DAN PERALATAN AYAM RAS PEDAGING

Diperlukan kandang yang memadai dan memenuhi syarat dalam memelihara ternak ayam broiler. (Foto: Dok. Infovet)

Untuk pemeliharaan ayam ras pedaging atau ayam broiler dibutuhkan kandang serta peralatan yang memadai dan memenuhi syarat, agar mempermudah manajemen menuju target keuntungan (profit) usaha. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh peternak atau calon peternak, yaitu:

A. Pemilihan Lokasi Kandang yang Tepat
Dalam pemilihan lokasi kandang yang hendak dibangun perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

• Kondisi suhu dan lingkungan apakah sesuai dengan karakter ayam broiler yang mudah stres.
• Topografi, kontur, tekstur tanah dan sumber air harus cukup baik.
• Luas lahan tersedia harus sesuai dengan pengembangan peternakan ke depan.
• Akses transportasi dan instalansi listrik cukup tersedia.
• Jarak dengan lokasi pemukiman penduduk untuk sekarang dan mendatang cukup jauh, sehingga dapat diharapkan memperkecil risiko gangguan lingkungan sosial. Menurut Peraturan Kementerian Pertanian No. 40/Permentan/OT. 140/7/2011 tahun 2011, jarak peternakan ayam dan pemukiman minimal 500 m dari pagar terluar.
• Pembuangan air limbah pencucian kandang tidak mengontaminasi sawah/kolam/sungai penduduk sekitar.
• Perizinan sesuai peraturan daerah (Perda) setempat. Usahakan ada bukti resmi tentang pembangunan peternakan agar terhindar dari penggusuran/penutupan peternakan. Perizinan tersebut meliputi Surat Persetujuan Masyarakat Setempat, Surat Rekomendasi Desa, Surat Izin Pemerintah Kota/Kabupaten, Surat Izin Mendirikan Bangunan, Surat AMDAL (Analisa Dampak Lingkungan), Surat Izin Usaha dan Surat Izin Gangguan (HO).
• Jarak antara peternakan yang akan dibangun dengan peternakan lain yang telah ada minimal 1 km, karena kebanyakan peternakan ayam broiler di Indonesia open house. Tetapi bila memakai sistem closed house, jarak tersebut bisa 500 m sesuai dengan persyaratan Environment Code of Practice for Poultry Farm in Western Australia 2014.

B. Menghitung Skala Usaha
Besarnya skala usaha atau kapasitas/daya tampung kandang sebaiknya disesuaikan dengan standar kapasitas ayam broiler dewasa yang ideal di kandang terbuka (open house), yaitu 5-16 kg/m2. Jika ayam broiler dewasa akan dipanen dengan bobot 1,8 kg/ekor, maka dari ketentuan standar kepadatan tersebut peternak dapat memelihara ayam 0-10 ekor/m2. Dengan demikian bila memiliki kandang berukuran 40 x 7 m (luas kandang 280 m2), peternak bisa memasukkan ayam 2.520-2.800 ekor (asumsi 9-10 ekor/m2).

C. Tata Letak (Layout) yang Komprehensif
Idealnya dalam suatu lokasi peternakan tersedia pos jaga,  tempat parkir, kantor, gudang pakan, mess karyawan, kantin dan bangunan pendukung lainnya (rumah genset, kandang karantina/afkir, rumah sumber, tempat pemusnahan limbah dan lain sebagainya) hendaknya dilakukan dengan baik. Tujuannya agar alur distribusi ayam, personel (manusia), pakan maupun peralatan dapat berjalan efektif. Kandang disarankan membujur ke arah Barat-Timur, sehingga intensitas sinar matahari yang masuk dalam kandang tidak berlebih.

Tata letak ini juga merupakan bagian dari biosekuriti (Biosecurity Structural) karena berperan menekan rantai penularan penyakit. Untuk sistem kandang open house sangat disarankan di satu lokasi peternakan mengaplikasikan one age farming (all in all out), dimana pada satu peternakan hanya ada satu jenis ayam dengan umur dan strain yang sama, karena lebih memudahkan dalam monitoring pemeliharaan ternak secara seragam, disamping memperkecil rasio penularan penyakit akibat variasi umur.


Untuk persyaratan teknis kandang yang baik antara lain lebar kandang maksimal 7 m agar sirkulasi udara lancar, tinggi kandang 1,8-2 m yang akan memperlancar sirkulasi udara dan mempermudah pembersihan serta disinfeksi kandang, atap kandang (genting, alumunium, asbes, rumbia/seng) dengan derajat kemiringan harus 30-35 dan ketinggian dari lantai hingga puncak atap sekitar 6-7 m, sedang dari lantai ke atap terendah kiri-kanan sekitar 2,5-3 m.

Bila sistem all in all out tidak mungkin dilakukan, maka jarak kedatangan DOC harus kurang dari satu minggu agar pengendalian penyakit lebih mudah. Juga bila DOC berasal dari beberapa perusahaan/breeding farm disarankan masing-masing DOC dipelihara pada brooding tersendiri tetapi tetap dengan perlakuan manajemen yang sama, dengan maksud mempermudah evaluasi kualitas DOC dari masing-masing sumber bibit (perusahaan pensuplai).

Bila waktu kurang dari satu minggu sulit dilakukan, maka maka saat chick-in perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

• DOC yang kedatangannya berbeda dipelihara pada brooding berbeda pula.
• Jarak antar kandang yang berisi DOC yang berbeda minimal 7 m (1 x lebar kandang).
• Alur distribusi personel dan peralatan antar kandang dengan umur dan jenis DOC yang berbeda harus dibatasi, terutama pada periode starter dan pada terjadi outbreak penyakit.
• Monitoring dilakukan mulai dari ayam yang lebih muda dulu dan selanjutnya ke yang lebih tua/dewasa.
• Lakukan disinfeksi secara rutin pada masing-masing kandang.
• Program vaksinasi dibuat sama untuk semua kandang.

D. Peralatan Kandang
Berbagai peralatan kandang yang perlu dipersiapkan antara lain nampan pakan DOC (kapasitas 40-80 ekor) atau DOC feeder (kapasitas 50-80 ekor) atau tempat pakan DOC kecil (kapasitas 15-25 ekor) atau tempat pakan DOC besar (kapasitas 25-35 ekor), tempat pakan gantung (kapasitas bermacam-macam sesuai umur dan jumlah ayam yang dipelihara), tempat minum gantung (berbagai kapasitas) atau tempat minum otomatis mapun tempat minum nipple, pemanas kapasitas 750-1.000 ekor DOC/buah, disinfektan (spray kecil, spray gendong bertekanan tinggi, spray otomatis cuci kandang).

Kemudian dipersiapkan pula keranjang ayam plastik kapasitas 15-20 ekor/buah atau 12-15 ekor/buah, timbangan ayam manual atau timbangan ayam digital, sikat lantai bertangkai, ember plastik/karet, sepatu boots, selang air, kipas angin, sapu lidi besar, sekop, cangkul, termometer ruangan, spuit/alat suntik ayam, lampu bohlam kandang dan gunting bedah ayam. Semua barang-barang tersebut di atas sangat dibutuhkan dalam memulai usaha beternak ayam broiler, agar bisnis yang dijalani memberikan keuntungan yang baik. (SA)

MENGAKALI SISTEM VENTILASI

Kepadatan kandang penting diperhatikan. (Foto: Istimewa)

Udara merupakan salah satu elemen alam yang turut berpengaruh dalam budi daya unggas. Tatkala sirkulasi udara di dalam kandang baik, maka ayam akan mencapai tingkat kenyamanan dan sebaliknya. Lalu bagaimanakah sebaiknya mengatur ventilasi udara di kandang?

Mahluk hidup butuh bernapas agar tetap hidup, termasuk ayam. Wajib hukumnya dalam suatu kandang memiliki sirkulasi udara yang mumpuni dalam menunjang daya hidup dan performa penghuninya. Oleh karenanya butuh trik tertentu agar tercipta sirkulasi udara yang baik di dalam kandang, apalagi di Indonesia mayoritas kandang ayam broiler berupa open house system atau kandang terbuka.

Pahami Konstruksi Kandang
Mayoritas peternak Indonesia menganut “mazhab” kandang tipe open house, baik tipe kandang postal maupun tipe panggung. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan, namun konstruksi kandang juga harus disesuaikan dengan keadaan lokasi dan modal yang dimiliki.

Prinsip pembuatan kandang adalah kuat/kokoh, murah dan dapat memberikan kenyamanan bagi ayam. Kekuatan kandang harus diperhitungkan dalam pembuatannya karena berkenaan dengan keselamatan ayam dan pekerja kandang. Oleh karena itu pembuatan konstruksi kandang tidak boleh sembrono.

Kandang harus kuat terhadap terpaan angin dan mampu menahan beban ayam. Untuk itu, perlu diperhatikan konstruksinya agar kokoh dan tidak mudah ambruk. Disamping kuat, pembangunan kadang diusahakan murah, tetapi bukan murahan. Artinya, membangun kandang hendaknya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan tanpa mengurangi kekuatan kandang.

Menurut Technical Support PT Mensana Aneka Satwa, Arief Hidayat, yang juga praktisi perunggasan senior, kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ayam harus memenuhi beberapa macam syarat.

“Kandang itu rumah bagi ayam, jadi jika kita membangun rumah asal-asalan, lalu penghuninya tidak nyaman, maka kualitas hidupnya juga enggak nyaman toh? Maka dari itu harus diperhatikan cara membuatnya,” tutur Arief kepada Infovet.

Dalam suatu konstruksi kandang ayam, lanjut Arief, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:… (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2020) (CR)

MANAJEMEN VENTILASI PADA CLOSED HOUSE MODERN

(Foto: Istimewa)

Pada Agustus 2020 terjadi kondisi lingkungan ekstrem, beberapa wilayah di Indonesia mengalami kondisi cauaca yang panas luar biasa. Hal ini berkorelasi terhadap peningkatan kejadian penyakit dengan mayoritas masih didominasi penyakit viral di ternak broiler maupun layer. Adapun data yang penulis himpun bekerja sama dengan PT Ceva sebagai berikut:

Gambar 1. Kejadian penyakit pada broiler Agustus 2020.

Gambar 2. Kejadian kasus penyakit layer Agustus 2020.

Penyakit pernapasan masih menjadi momok menakutkan bagi ayam broiler dimana dominasi penyakit masih seputar Newcastle Disease (ND) dan Chronic Respiratory Disease (CRD) yang berhubungan erat dengan manajemen ventilasi.

Kali ini penulis akan membahas manajemen ventilasi yang sesuai dengan kebutuhan ayam sehingga dapat meminimalisir kejadian penyakit pernapasan pada unggas.

Untuk mengendalikan kasus pernapasan ini, langkah yang paling penting adalah menjaga integritas sistem pernapasan dari gangguan berbagai faktor utama pemicunya. Hal ini dapat tercapai jika mampu menjaga sistem pernapasan, mulai saluran pernapasan bagian atas sampai bawah dengan memberikan kebututuhan udara sesuai kebutuhan unggas.

• Parameter Kenyamanan Ayam:
- Pencapaian suhu efektif disetiap umur dengan Index Heat Stress (IHS) <160
- Kelembapan <70%
- Suhu rectal (tubuh) ayam 39.5-40.6° C
- (Suhu tubuh - suhu lingkungan) > 8° C
- Suhu rata-rata siang - suhu rata-rata malam < 8° C
- Perilaku ayam aktif makan dan minum serta menyebar rata

Tata Laksana Manajemen Ventilasi
Konsep kandang sehat adalah berventilasi, yaitu adanya proses penggantian udara dalam ruang oleh udara segar dari luar, baik secara alami maupun dengan bantuan alat mekanis (kipas angin) yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen ayam dalam kandang, kemudian membuang gas beracun di dalam ruangan kandang, membatasi naiknya suhu panas dan kelembapan dalam kandang, serta menciptakan temperatur efektif sesuai kebutuhan ayam/fasenya.

Untuk memenuhi kebutuhan di atas, maka minimum ventilasi yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: (Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2020)

Ditulis Oleh:
Drh Sumarno (Sr Mgr AHS Central
& East Java PT Sreeya Sewu Indonesia) &
Han (Praktisi layer)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer