Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini COVID-19 | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

INI ATURAN KEMENTAN TENTANG PELAKSANAAN KURBAN SAAT PANDEMI

Kementan terbitkan SE pelaksanaan kurban di tengah pandemi COVID-19. (Foto: Infovet/Ridwan)

Sehubungan dengan pelaksanaan pemotongan kurban pada Hari Raya Idul Adha 1441 H yang jatuh pada Juli 2020, pemerintah berupaya menyesuaikan pelaksanaan kurban karena Indonesia masih dilanda pandemi COVID-19.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan), mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Pelaksanaan Kegiatan Kurban dalam Situasi Wabah Bencana Nonalam COVID-19. Kegiatan kurban meliputi penjualan dan pemotongan hewan perlu dilakukan penyesuaian terhadap prosedur kenormalan baru. 

“SE ini sebagai petunjuk pelaksanaan kegiatan kurban menyesuaikan penerapan kenormalan baru. Diharapkan kegiatan pelaksanaan kurban di tengah pandemi COVID-19 tetap berjalan optimal dengan mempertimbangkan aspek pencegahan dari penyebaran COVID-19,” ujar Dirjen PKH, Drh I Ketut Diarmita, di Jakarta, Jumat (12/6/2020).

Surat yang ditujukan kepada gubernur, bupati dan wali kota ini menegaskan langkah-langkah pencegahan potensi penularan COVID-19 di tempat penjualan dan pemotongan hewan kurban, diantaranya menjaga jarak dan menghindari perpindahan orang antar wilayah pada saat kegiatan kurban.

“Memperhatikan juga status wilayah tempat kegiatan kurban serta edukasi soal bahayanya COVID-19 dan bagaimana cara penularannya,” ucapnya.

Sementara Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner, Drh Syamsul Ma`arif, menyebutkan bahwa surat ini akan memberikan rekomendasi dalam kegiatan penjualan dan pemotongan hewan kurban.

Dalam kegiatan penjualan hewan kurban, Syamsul menegaskan harus memenuhi syarat seperti jaga jarak fisik, penerapan kebersihan personal, kebersihan tempat dan pemeriksaan kesehatan.

“Penjualan hewan kurban juga harus dilakukan di tempat yang telah mendapat izin dari kepala daerah setempat,” tegas Syamsul.

Selain itu, penjualan hewan kurban juga harus melibatkan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), atau organisasi dan lembaga amil zakat.

"Hal ini untuk membantu pengaturan tata cara penjualan yang meliputi pembatasan waktu, tempat penjualan dan penempatan fasilitas alat kebersihan," ucap dia.

Kemudian, penjual hewan kurban juga harus dilengkapi alat pelindung diri (APD) minimal masker, lengan panjang dan sarung tangan sekali pakai. Dan setiap orang yang masuk ke tempat penjualan harus mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer. Bagi penjual yang berasal dari luar wilayah harus dalam kondisi sehat dengan melampirkan surat keterangan sehat dari puskesmas atau rumah sakit.

“Setiap tempat penjualan juga wajib dilengkapi dengan pengukur suhu tubuh, tempat cuci tangan dengan air mengalir dan tempat pembuangan limbah kotoran hewan yang aman,” kata Syamsul.

Ia juga menambahkan bahwa setiap orang diimbau untuk menghindari jabat tangan atau bersentuhan langsung, menggunakan atau membawa barang pribadi seperti perlengkapan salat maupun perlengkapan makan.

"Adapun setelah pulang dari tempat kurban, juga diwajibkan mandi dan membersihkan diri," tambahnya.

Sementara untuk kegiatan pemotongan hewan kurban yaitu tetap menerapkan protokol kesehatan berupa jaga jarak, jaga kebersihan dan menggunakan masker atau face shield.

“Para petugas pemotongan hewan perlu diedukasi tentang cara penyebaran COVID-19, seperti hindari memegang muka, mulut, hidung dan mata. Jumlah petugas dalam satu ruangan juga perlu diatur agar bisa menerapkan jaga jarak,” terang Syamsul.

Petugas pemotongan hewan kurban juga diimbau tidak merokok, meludah dan memperhatikan etika bersin serta batuk selama pemotongan kurban.

“Petugas pemotongan hewan kurban juga diharuskan berasal dari lingkungan atau satu wilayah dengan tempat pemotongan hewan dan tidak sedang masa karantina mandiri,” pungkasnya. (INF)

FAPET UNSOED SIAP GELAR WEBINAR PROSPEK PETERNAKAN PASCA PANDEMI

Webinar Fakultas Peternakan Unsoed (Foto: Ist)


Pandemi COVID-19 merupakan isu kontemporer yang sedang memengaruhi berbagai sektor kehidupan manusia. Peternakan merupakan salah satu sektor yang paling terdampak oleh pandemi ini. Hal ini berkaitan dengan perubahan pola hidup masyarakat termasuk pola konsumsi terhadap produk-produk peternakan.

Pola ini sebagian besar diduga akan bertahan sebagai kebiasaan baru masyarakat pasca pandemi atau masa normal baru. Penyesuaian pada pola baru di masyarakat perlu di kembangkan pada sektor peternakan baik dalam hal budidaya, teknologi, nutrisi, dan pemasaran produk peternakan.

Masa normal baru merupakan sebuah tantangan sekaligus peluang yang dapat dimanfaatkan oleh sektor peternakan.

Menindaklanjuti potensi ini, Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) memprakarsai sebuah acara bertajuk “Prospek Peternakan di Era Normal Baru Pasca Pandemi COVID-19”. Acara ini merupakan Seminar Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan yang diselenggarakan setiap tahun dan telah memasuki seri yang ke 7 (STAP VII). Seminar yang rencananya akan diselenggarakan pada Sabtu 27 Juni 2020 ini berbeda dibandingkan dengan biasanya, karena akan dilaksanakan secara online atau webinar.

Dekan Fakultas Peternakan Unsoed, Prof  Dr Ismoyowati  SPt MP menjelaskan bahwa seminar ini merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis Fakultas Peternakan Unsoed yang ke 54. Tujuan diadakanya seminar ini yaitu menggali dan mengumpulkan gagasan yang dapat dimanfaatkan untuk mempersiapkan pendidikan, riset, dan industri peternakan dalam memasuki Era Normal Baru pasca Pandemi COVID-19.

Selain itu juga ditujukan untuk menyediakan forum ilmiah yang aksesable selama masa work from home untuk bertukar pikiran tentang hasil penelitian dan pengembangan teknologi agribisnis peternakan.

Dr Ir Agustinah Setyaningrum MP  selaku ketua panitia menerangkan seminar akan diikuti oleh peneliti, dinas terkait, dosen, dan mahasiswa.

Acara utama akan diisi oleh berbagai pakar yang antara lain Prof Dr Budi Santoso MP (Guru Besar Bidang Nutrisi Ruminansia Universitas Papua), Prof Dr Ismoyowati SPt MP (Guru Besar Bidang Bioteknologi Peternakan Unsoed), Ir Bambang Suharno (Pimpinan Redaksi Majalah Infovet) dan Dr Ir Bess Tiesnamurti MSc (Peneliti Senior Bidang Genetika Ternak Puslitbangnak).

Selanjutnya acara akan diisi oleh paparan artikel ilmiah dari berbagai bidang kajian. Hasil paparan akan dipublikasi pada prosiding seminar ber e-ISBN dan atau Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (JIPVET).

Artikel ilmiah juga akan terpublish yang diharapkan dapat dijadikan informasi dan masukan yang berarti bagi pengembangan peternakan mendatang. (Rilis/INF)       

JANGAN TAKUT KONSUMSI AYAM SAAT PANDEMI COVID-19

Pedagang ayam broiler di pasar. (Foto: Istimewa)

Di media sosial beredar informasi tentang telah ditemukan virus corona di daging ayam broiler. Kementerian Komunikasi dan Informasi pun bergerak cepat dan menyatakan itu hoaks.

Sutarmi (40), pedagang ayam broiler di Pasar Jaya, Depok, Jawa Barat, siang itu tampak murung. Onggokan daging ayam utuh (karkas) di depannya masih memenuhi meja dagangannya. Bahkan sebagian sudah tampak memerah, seperti akan membusuk. Sejak pukul 06.00 WIB digelar, dagangannya hanya beberapa ekor yang terjual.

Rupanya kondisi macam ini bukan hanya sat itu saja terjadi, tapi sudah hampir dua pekan lebih. Padahal, perantau asal Kota Ponorogo, Jawa Timur itu sudah mengurangi dagangannya hampir separo dari biasanya yang ia jual. 

Sebulan lalu, Sutarmi biasa menjual hampir 70 ekor karkas dan selalu habis sebelum matahari terasa terik. Kini hanya 40 ekor yang ia ambil dari distributor karkas untuk dijual, namun hanya beberapa ekor saja yang laku. 

Apa penyebab dagangan Sutarmi mendadak sepi pembeli? ”Banyak orang yang bilang pada takut beli ayam karena takut corona. Takut virus corona masuk kandang ayam,” kata Sutarmi.

Ia ternyata bukan satu-satunya pedagang ayam yang sepi pembeli. Beberapa pedagang lainnya pun mengalami hal serupa. “Benar enggak sih corona bisa nularin lewat ayam? Kok orang yang mau beli ayam pada ikut takut beli ayam,” ujar Ruslani pedagang ayam lainnya.

Pandemi corona (COVID-19) ternyata juga mengimbas pada persepsi sebagian masyarakat hingga takut mengonsumsi daging ayam broiler. Meski sudah bejibun edukasi kesehatan dari banyak pihak tentang apa dan bagaimana virus ini menular, namun ketakutan sebagian masyarakat masih saja ada.

Ada masyarakat yang takut mengonsumsi daging ayam karena takut ayamnya terjangkit virus corona saat di kandang. Apalagi kadang ayam yang cenderung bau dan kotor akan sangat mudah virus apapun, termasuk corona akan mudah menempel. Yang memprihatinkan, informasi tentang virus corona ditemukan pada ayam broiler juga sudah merebak di berbagai media sosial.

Anggapan yang cenderung menjadi stigma keliru ini perlu diluruskan. Jika tidak, bisa saja jadi makin menyebar dan diyakini kebenarannya oleh masyarakat lebih luas lagi. Munculnya pemahaman semacam ini tentu karena keterbatasan informasi yang baik dan benar tentang daging ayam broiler.

Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) telah melansir dan menyatakan bahwa informasi tersebut adalah hoaks alias bohong. Di laman www.kominfo.go.id disebutkan:
Telah beredar informasi di media sosial yang mengatakan bahwa virus corona ditemukan di ayam broiler, dalam narasinya juga menghimbau agar berhati-hati dalam mengonsumsi ayam broiler.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, faktanya informasi tersebut tidak benar adanya. Pada tanggal 1 Februari 2020, di tengah wabah virus corona yang mematikan, muncul lagi wabah virus flu burung H5N1. Namun tidak ada satupun kasus setiap unggas yang ditemukan positif terkena virus corona. Di sisi lain, virus corona berbeda dari Avian Influenza (H5N1), yang dapat diobati pada manusia dengan obat anti-virus yang tersedia. H5N1 tidak menular di antara manusia dan jarang menyebar ke manusia.

Informasi hoaks mengenai ayam broiler terkena corona. (Sumber: Kominfo)

Anjuran yang Keliru
Sejak dulu, “posisi” ayam broiler memang sering “dilema”. Daging ayam ras ini kerap kali dihubungkan dengan banyak stigma negatif yang seringkali tidak ada bukti, seperti isu disuntik hormon, kandungan lemak jahat yang tinggi dan wabah yang sedang menyerang. Di sisi lain orang masih membutuhkan asupan protein dan gizi lainnya yang terkandung di dalam daging ayam.

Kekhawatiran sebagian masyarakat mengonsumsi daging ayam broiler karena takut mengandung kolesterol bukan saja disebabkan oleh informasi yang bersumber “katanya”. Ketakutan sebagian masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam negeri juga ada yang disebabkan oleh anjuran para oknum dokter kepada pasiennya.

Hal ini pernah disampaikan Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Drh Irawati Fari, dalam perbincangan antara Infovet beberapa waktu lalu. Menurut Ira-sapaan akrabnya, masih ada dokter manusia yang menganjurkan pasiennya untuk tidak mengonsumsi ayam broiler, karena mengandung hormon, ayam disuntik obat tertentu dan info menakutkan lainnya.

Anjuran macam ini jelas tidak tepat disampaikan ke pasien. Biasanya oknum dokter tersebut belum tahu bagaimana proses produksi ayam broiler yang sebenarnya. Sangat disayangkan jika masih ada tenaga medis yang masih memberikan anjuran keliru kepada pasiennya, sementara dia sendiri tidak tahu persis proses produksinya.

Perlu Galakkan Kampanye 
Kekhawatiran sebagian masyarakat mengonsumsi daging ayam broiler bukanlah perkara baru. Fenomena ini sudah terjadi sejak lama. Ketidakmengertian dan mendapatkan informasi dari sumber yang keliru menjadi penyebab utama mereka tak mau mengonsumsi daging ayam broiler.

Yuny Erwanto, Dosen Pangan Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjahmada (UGM), Yogyakarta, berpendapat bahwa ketakutan sebagian masyarakat untuk mengonsumsi daging ayam broiler memang masih terjadi hingga sekarang. Penyebabnya, bisa karena mendapat informasi yang kurang tepat tentang cara beternak ayam negeri atau karena ada anjuran dari orang lain agar tak mengonsumsi daging ayam broiler.

“Harus dilawan dengan menggalakkan kampanye mengonsumsi daging ayam, juga sumber protein lainnya seperti ikan dan lainnya. Kalau tidak ada edukasi pentingnya mengonsumsi protein hewani dari ayam, masyarakat akan makin menjauhi makan ayam,” ujarnya kepada Infovet.

Kampanye mengonsumsi protein hewani perlu dilakukan secara massif dan berkelanjutan. Tidak bisa hanya dilakukan sesaat, lalu dilupakan lagi. Kampanye mengonsumsi makanan sehat bisa dilakukan mulai dari lingkungan sekolah, misalnya dengan mengajak sarapan bersama anak-anak sekolah dengan makan ayam dan telur, atau melalui lomba masak di kalangan ibu-ibu rumah tangga dengan bahan baku daging ayam broiler dan telur.

Upaya ini penting mengingat tingkat konsumsi daging masyarakat Indonesia hingga saat ini masih tergolong rendah. Erwanto menyebutkan, saat ini konsumsi daging masyarakat Indonesia tak lebih dari 10 kg/kapita/tahun. Sedangkan Malaysia sekitar 50 kg lebih dan negara maju sekitar 100 kg/kapita/tahun.

Informasi gizi terkait daging ayam sebenarnya sederhana. Daging ayam memiliki kandungan protein tinggi, asam amino yang dibutuhkan tubuh manusia terpenuhi dan lengkap, mengandung mineral yang juga bermanfaat bagi tubuh.

“Bisa jadi faktor yang menyebabkan masih rendahnya konsumsi daging ayam adalah kekhawatiran kandungan antibiotik pada ayam broiler yang dianggap tinggi, padahal sebenarnya tidak separah itu,” pungkasnya. (AK)

PELAKU INDUSTRI PAKAN DAN OBAT HEWAN BICARA DAMPAK PANDEMI COVID-19






KERJASAMA GREAT GIANT FOODS, SIERAD PRODUCE DAN REDKENDI SALURKAN 25.000 PAKET MAKANAN

Seremoni penyerahan bantuan ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia (Foto: Istimewa)




PT Sierad Produce Tbk bekerjasama dengan Great Giant Foods (GGF) dan RedKendi menyalurkan 25.000 paket makanan kepada pihak Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna, Jakarta Selatan, Selasa (12/5/2020). 

Tim PT Sierad Produce Tbk bersama-sama dengan tim GGF melalui PT Great Giant Pineapple dan PT Sewu Segar Nusantara serta tim PT RedKendi Andalan Mitra menyerahkan untuk menyerahkan secara simbolis bantuan paket makanan asupan gizi untuk warga binaan panti.  

Penyerahan secara simbolis kegiatan sosial perusahaan ini dihadiri Presiden Direktur Sierad Produce Tommy Wattimena, Corporate Affairs Director GGF Welly Soegiono dan Head of Business Development Redkendi, Maela Romdoni.

Dalam kesempatan tersebut diserahkan 25.000 paket makanan asupan gizi kepada masyarakat membutuhkan dan akan didistribusikan ke masyarakat, komunitas serta lembaga yang membutuhkan di 20 titik yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Cikarang dan Bekasi. Total distribusi sebanyak 5 ribu paket makanan per harinya.

Presiden Direktur Sierad Produce Tommy Wattimena dalam keterangan resmi yang diterima Infovet, Rabu (13/5/2020) mengemukakan penyebaran COVID-19 saat ini merebak hingga ke berbagai pelosok daerah di Indonesia. 

“Imbas dari virus ini sudah mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat kita. Tidak terkecuali berimbas ke mata pencaharian masyarakat, sehingga menurunkan daya beli dan konsumsi masyarakat kita," terangnya.

Lanjut Tommy, banyak masyarakat kurang mampu membeli makanan yang bergizi dan bernutrisi. Hal ini secara tidak langsung bisa mempengaruhi daya tahan tubuh dalam menghadapi virus ini. 

“Kami sebagai salah satu produsen protein hewani ingin turut berperan serta meringankan beban pemerintah dan masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan gizi dan nutrisi yang sempurna,” tuturnya.

Sementara itu Head of Business Development Redkendi Maela Romdoni mengatakan, Redkendi bekerjasama dengan GGF dan Sierad Produce membuat program Tanggap COVID-19 dengan menyalurkan donasi berbentuk paket box makanan bernutrisi yang disalurkan untuk 25.00 orang terdampak di 20 lokasi dalam waktu 5 hari. 

Selain manfaat bagi penerima seperti masyarakat yang membutuhkan, yayasan yatim dan lansia, serta para tenaga medis, kegiatan ini juga bertujuan membantu para Catering UMKM yang terkena dampak dari pandemi COVID-19 untuk tetap bisa melanjutkan usahanya. PT RedKendi (RedKendi) diketahui sebagai perusahaan marketplace katering di Indonesia. 

Perwakilan dari Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Margaguna menyampaikan apresiasi dan dukungan atas aktivitas sosial di masa krisis ini. “Kami senang dan  berterima kasih. Saat ini, kakek dan nenek binaan panti ada sekitar 300 orang dan tentunya bantuan yang diberikan bermanfaat bagi kami.”

Sierad Produce melalui program Berbagi Cinta Jaga Sesama telah menyiapkan lebih dari 100.000 paket makanan untuk didistribusikan secara bertahap tepat guna melalui kerjasama dengan berbagai pihak sehingga manfaatnya sampai kepada masyarakat terdampak. 

Great Giant Foods juga telah melakukan kegiatan sosial lainnya seperti GGF Peduli dengan memberikan bantuan kepada beberapa rumah sakit di Jabodetabek dan Lampung. 

Bantuan berupa buah-buahan dan susu yang bertujuan meningkatkan kebutuhan nutrisi tim medis yang bertugas dibeberapa rumah sakit sebagai ujung tombak dalam menangani penyebaran virus ini. 

Selain itu PT Great Giant Pineapple (GGP) juga menyerahkan bantuan peralatan APD kepada pemerintah provinsi Lampung beberapa waktu lalu. (NDV)




KEMENTAN: EUKALIPTUS PENDEKATAN DALAM MENCEGAH VIRUS

Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry, saat wawancara mengenai potensi Eukaliptus dapat membunuh virus, Senin (11/5/2020). (Foto: Infovet)

Di tengah pandemi COVID-19, Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) tengah melakukan pendekatan melalui riset penemuan potensi antivirus melalui tanaman Eukaliptus.

Ekstrak tanaman tersebut diklaim memiliki potensi membunuh virus Influenza bahkan Corona, dengan akurasi 80-100%. “Berdasarkan penelitian kita di laboratorium, pengunaan Eukaliptus berpotensi membunuh virus yang ada di tenggorokan, bisa membunuh virus Influenza H5N1, Gamacorona, Betacorona, termasuk potensi membunuh virus COVID-19,” ujar Kepala Balitbangtan, Kementerian Pertanian, Fadjry Djufry, dalam petikan wawancaranya di televisi, Senin (11/5/2020).

Ia juga menyatakan, penggunaan Eukaliptus telah mendapat testimoni positif dari pasien terdampak COVID-19. “Kami telah mencoba menggunakannya kepada pasien COVID-19, dan ada testimoni bahwa penggunaan Eukaliptus ini melegakan sistem pernapasan. Kendati demikian ini baru testimoni saja,” tuturnya.

Menurutnya ke depan pihaknya akan melakukan uji klinis lebih mendalam terhadap potensi tanaman Eukaliptus untuk menangkal COVID-19. “Kami akan merapihkan data untuk segera dilakukan uji klinis. Ini aman digunakan karena tidak melalui oral (diminum) melainkan dihirup. Penghirupan selama 10-15 menit akan mampu membunuh virus,” terang dia.

Minyak atsiri Eukaliptus memiliki senyawa 1,8-cineole yang juga disebut eucalyptol, yang merupakan komponen utama dari minyak atsiri yang ditemukan dalam daun Eukaliptus. Senyawa 1,8-cineole memiliki aktivitas antivirus, anti inflamasi dan antimikroba.

Saat ini Kementan masih memproduksi secara terbatas produk yang mengandung Eukaliptus tersebut. Pengembangan beberapa prototipe produk yang dihasilkan antara lain berupa roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi, dan kalung. (RBS)

ISPI CABANG BANTEN SALURKAN BANTUAN UNTUK PETERNAK TERDAMPAK COVID-19

Momen penyerahan bantuan (Foto: Istimewa)


Ikatan Sarjana Peternakan (ISPI) cabang Banten melaksanakan darma baktinya dengan memberi bantuan kepada para buruh dan karyawan farm yang dirumahkan, dan peternak ayam mandiri baik ayam broiler dan kampung selama masa pandemi COVID-19. Dengan harapan, agar dapat sedikit meringankan beban yang disandang bagi penerima bantuan, ISPI Banten hadir untuk menjadi solusi dan membantu para pejuang dan insan peternakan, khusus di Provinsi Banten.

Dengan motto "Rakyat Sehat, Peternak Sejahtera, Ekonomi Kuat", pemberian bantuan diberikan secara simbolis oleh Ketua ISPI PC-Banten Aziz Meiaro H, SPt dan Ketua Bidang Kelembagaan/Organisasi Aflimar Asli. Kegiatan sosiasl ini dilaksanakan pada sabtu, 9 Mei 2020. Bantuan diterima para perwakilan peternak ayam mandiri, baik broiler atau ayam kampung.

Dalam pelaksanaannya, program pemberian bantuan diserahkan di dua tahap, yakni tahap pertama diberikan kepada 22 orang pekerja farm atau karyawan yang di rumahkan oleh salah satu farm yang ada di Serang. Tahap kedua dengan pemberian bantuan kepada 11 orang peternak mandiri ayam kampung dan broiler di Pamarayan, Serang. Untuk meminimalisir jumlah orang yang hadir, ISPI cabang Banten hanya mengundang setengah perwakilan dari penerima bantuan, dan sisa bantuan di serahkan oleh Ketua RT setempat.

Aziz menyatakan, ISPI cabang Banten sadar kesulitan yang dirasakan oleh para mitra, salah satunya para peternak ayam mandiri. Hal ini dikarenakan tanpa adanya pandemi COVID-19 pun, untuk tetap "bertahan" sulit, karena harga LB sering kali dibawah HPP, apalagi disaat pandemi saat ini. Melalui bantuan yang diberikan, diharapkan dapat sedikit meringankan beban yang disandang. (IN)

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer