Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini DENDANG LAWAS: KOKSIDIOSIS DAN RESPON IMUNITAS | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

DENDANG LAWAS: KOKSIDIOSIS DAN RESPON IMUNITAS

Pada kandang dengan densitas ayam yang tinggi dan/atau diikuti dengan feeder space yang kurang, maka peluang untuk terjadinya ledakan kasus koksidiosis pasti sangat tinggi. Adanya level stres dan total inokulum ookista infektif yang tinggi menjadi argumentasi dibalik hal itu. (Sumber: Field data-Tony, 2008)

Oleh: Tony Unandar
Anggota Dewan Pakar ASOHI

Koksidiosis pada ayam modern adalah penyakit parasit terpenting yang disebabkan oleh sejenis Eimeria dari keluarga protozoa Apicomplexa. Mempunyai tropisma yang spesifik yaitu mukosa jaringan usus (khususnya sel-sel epitelium usus), baik usus halus maupun usus besar. Dalam tubuh ayam, karena siklus hidupnya yang sangat kompleks, agen penyebab bisa ditemukan dalam stadium intra dan ekstra seluler sel-sel epitelium usus dan berpotensi mengakibatkan respon peradangan kronis pada mukosa usus. Pada tataran lanjut dapat mengakibatkan kerusakan mukosa usus yang diikuti dengan kejadian stres oksidatif, peroksidasi lipid, diare berdarah, gangguan pertumbuhan dan meningkatkan kepekaan terhadap infeksi sekunder, serta kematian ayam (McDougald, 2003; Remmal et al., 2011).

Efisiensi Kebablasan
Di alam bebas, termasuk pada ayam kampung sekalipun, koksidia hampir tidak pernah mengakibatkan ledakan kasus koksidiosis dengan gejala klinis yang sangat nyata seperti pada peternakan ayam modern (Blake et al., 2020). Itulah sebabnya mengapa problem koksidiosis sering kali disebut sebagai problem yang disebabkan oleh “ulah” manusia (man made disease), dimana manusia selalu berusaha untuk mengeksploitasi segi efisiensi pada pemeliharaan ayam modern. Ada beberapa faktor yang bisa menjelaskan mengapa perbedaan ini terjadi:

1. Perbedaan jumlah bibit koksidia (ookista) yang tertelan dalam satuan waktu yang singkat. Secara normal, bibit koksidia ditularkan secara horizontal melalui material feses ayam yang terinfeksi. Di alam bebas, sangatlah kecil peluang ayam untuk mengonsumsi bibit koksidia pada konsentrasi tinggi dalam waktu singkat. Kondisi ini tentu tidak mampu menyebabkan kemunculan gejala klinis yang nyata, akan tetapi tantangan ringan (mild challenge) yang terjadi justru dapat menggertak pembentukan kekebalan terhadap spesies koksidia tersebut. Itulah sebab secara alamiah koksidiosis dikelompokkan dalam “self-limiting disease” (penyakit yang bisa sembuh sendiri). Di sisi lain, pada peternakan ayam modern tingginya kepadatan ayam dan tata laksana litter yang tidak optimal sangat memungkinkan ayam dapat mengonsumsi bibit koksidia (ookista) dengan jumlah sangat tinggi (total inokulum) dalam tempo singkat (Badran & Lukesova, 2006; El-Shall, 2015). Tegasnya, dalam mekanisme infeksi, salah satu faktor yang sangat menentukan kemunculan gejala klinis adalah faktor total inokulum per-satuan waktu.

2. Perbedaan keganasan (virulensi) koksidia yang ada. Pada peternakan ayam modern, model pemeliharaan multi-age (banyak umur ayam dalam satu lokasi peternakan), tidak cukupnya istirahat kandang dan program sanitasi yang ceroboh tentu… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Oktober 2022. (toe)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer