Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini SLOW GROWTH: MASALAH KLASIK NAN PELIK | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

SLOW GROWTH: MASALAH KLASIK NAN PELIK

Ayam yang kerdil dan bobotnya tidak seragam hendaknya dipisahkan atau culling dini. (Foto: Istimewa)

Di zaman now ayam broiler memiliki performa yang sangat pesat dan cepat. Dalam waktu sebulan, broiler dapat dipanen dengan berat dua kilogram bahkan lebih. Namun adakalanya broiler mengalami kekerdilan, jika sudah begini harus berhati-hati.

Secara genetik ayam ras petelur maupun pedaging memang didesain sedemikian rupa agar menghasilkan pertumbuhan dan performa produksi yang cepat. Hal ini tentunya dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani manusia yang kian hari populasinya makin banyak.

Namun begitu, di lapangan banyak terjadi abnormalitas pertumbuhan dari ayam khususnya broiler meskipun memang banyak faktor yang melatarbelakanginya. Sudah begitu masalah pertumbuhan pada ayam broiler erat kaitannya dengan profit yang didapat. Semakin cepat broiler tumbuh besar, semakin cepat dipanen, maka akan semakin irit konsumsi pakan dan semakin kecil nilai konversi pakannya.

Satu Masalah, Seribu Akar Permasalahan
Kembali ke sumber masalah, terkait kekerdilan ini sangat sering terjadi di lapangan dan masih menjadi musuh klasik yang sering ditemui di lapangan. Dijelaskan oleh Technical Education & Consultation PT Medion, Drh Christina Lilis, bahwa sindroma kekerdilan atau Runting-Stunting Syndrome (RSS) sering terjadi pada ayam kebanyakan broiler.

“Pertumbuhannya melambat, bobot badan yang seharusnya usia sekian gram pada minggu tertentu tidak tercapai. Ini sering terjadi di farm kita, kejadiannya bisa dari minggu awal bahkan dari DOC datang. Penyebabnya juga multi-kausa, walaupun ada beberapa hal yang sifatnya infeksius,” tuturnya.

Infeksius yang dimaksud Lilis adalah keberadaan infeksi terutama dari Reovirus. Menurutnya, Reovirus merupakan salah satu virus yang umumnya diisolasi pada kejadian RSS, namun begitu faktor lain juga dapat mendukung jalannya penyakit.

Gejala klinis yang nampak dari penyakit ini secara umum tentu saja terhambatnya pertumbuhan, lebih spesifik lagi menurutnya ada abnormalitas pada pertumbuhan bulu sayap.

“Namanya helicopter disease kalau Reovirus sudah menyerang, bulu sayap premires (primer) biasanya tumbuh tidak normal, kadang patah, kadang bengkok, seperti baling-baling helikopter, makanya dinamakan penyakit helikopter,” ungkapnya.

Sementara ditambahkan Technical Service PT Japfa Comfeed Indonesia, Imam Mahmudin, kasus kekerdilan yang terjadi di lapangan sering terjadi pada broiler dan sulit dibedakan. Peternak sendiri cenderung menjadikan pakan sebagai salah satu kambing hitam kejadian ini.

“Saya sering dapat complain masalah pakan terkait dengan kasus ini, peternak sensitif sekali dengan ini. Padahal yang terjadi bukan karena pakan saja, banyak masalah lain dibalik itu,” kata Imam. Ia juga menambahkan bahwa sedianya untuk menegakkan diagnosis dari kasus kekerdilan dibutuhkan investigasi mandalam.

Mengurai Benang Kusut
Konsultan perunggasan dan Manager Hubbard Indonesia, Suryo Suryanta, menegaskan bahwa sejatinya kasus kekerdilan ini... Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Januari 2021. (CR)

Related Posts

0 Comments:

Posting Komentar

ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer