-->

Manajemen Stok Air Peternakan Broiler

Tendon air.

Air merupakan salah satu sumber nutrisi yang dibutuhkan makhluk hidup, tak terkecuali bagi ayam broiler. Dalam website Info Medion, dikatakan bahwa ayam mampu bertahan hidup meskipun tidak diberi ransum selama 15-20 hari. Namun, ayam bisa mengalami kematian jika tidak diberi minum 2-3 hari saja. Mengingat pentingnya air minum bagi tubuh ayam, penyediaan air yang berkualitas harus mendapatkan perhatian yang serius, baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

Air Berkualitas
Kebutuhan air di peternakan bisa berasal dari beragam sumber, seperti air sumur, sungai, hujan dan sumber lain. Namun, kualitas air sumber juga perlu diperhatikan sesuai peruntukannya, misalnya untuk air minum ayam, air minum petugas kandang, mencuci kandang dan peralatan, serta penggunaan air lainnya.

Sebagai gambaran, parameter kualitas air untuk peternakan broiler bisa dibandingkan dengan data standar parameter air berkualitas untuk peternakan ayam versi Cobb dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Parameter standar kualitas air untuk peternakan ayam
Kandungan Pencemar, Mineral atau Ion
Level Rata-rata
Level Maksimum yang Diperbolehkan
Bakteri
Total bakteri
0 CFU/ml
100 CFU/ml
Coliform bacteria
0 CFU/ml
50 CFU/ml
Keasaman dan kesadahan
pH
6,8-7,5
6,0-8,0
Total kesadahan (hardness)
60-180 ppm
110 ppm
Naturally occurring elements
Calcium (Ca)
60 mg/L

Klorida (Cl)
14 mg/L
250 mg/L
Tembaga (Cu)
0,002 mg/L
0,6 mg/L
Besi (Fe)
0,2 mg/L
0,3 mg/L
Timbal (Pb)
0
0,02 mg/L
Magnesium (Mg)
14 mg/L
125 mg/L
Nitrat (NO3)
10 mg/L
25 mg/L
Sulfat (SO4)
125 mg/L
250 mg/L
Seng (Zn)

1,5 mg/L
Sodium (Na)
32 mg/L
50 mg/L

Sumber: Cobb Broiler Management Guide-Revised (2012).

Untuk memastikan kualitas air dari sumber yang ada, uji kelayakan kualitas air perlu dilakukan sebelum digunakan. Secara fisik, air yang digunakan pada peternakan hendaknya jernih, tidak berasa dan tidak berbau.

Secara fisik, peningkatan mutu bisa dilakukan dengan melakukan filtrasi. Metode sederhana yang bisa dilakukan yaitu menjernihkan air lewat pengendapan dan penyaringan bertingkat pada media batu kerikil, pasir, ijuk dan karbon aktif yang disusun bertumpuk secara berlapis.

Penambahan tawas, kaporit atau klorin dilakukan sebagai bahan pengendap atau koagulan partikel didalam air. Selain itu, klorin juga berperan untuk mengatasi keberadaan bakteri E. coli.

Ir Hadi Santosa
Tentu saja, perlakuan air tersebut dilakukan jika memang dibutuhkan, misalnya air dari sumber yang terlalu dangkal dan dekat dengan tumpukan bahan organik, feses, septictank, rawa atau sungai. Namun, untuk air yang bersumber dari air tanah dalam yang jernih dan berkualitas baik, perlakuan khusus dilakukan jika dibutuhkan. Seperti yang dituturkan peternak ayam broiler asal Blitar, Ir Hadi Santosa, kepada Infovet.

Untuk memenuhi kebutuhan peternakan ayam broiler-nya, Hadi mengambil air dari sumber air tanah. “Sumber air dari air tanah dengan jalan mengebor hingga kedalaman 50 meter. Selanjutnya, air dipompa masuk ke tandon air,” ungkapnya.

Menurut pria kelahiran Blitar ini, pada saat kualitas air jelek, air bisa disinar UV atau ditambah klorin. Klorin diberikan Hadi hanya waktu ayam terkena pilek atau snot dengan dosis 1 kg untuk 5.000 liter air minum. Namun, dosis yang digunakan tidak boleh berlebih. “Perlu diperhatikan, terlalu banyak klorin bisa menyebabkan iritasi pada tenggorokan ayam,” terangnya.

Mengelola Jumlah Kebutuhan Air
Mengingat kebutuhan air minum ayam sangat penting, pendistribusian air di peternakan perlu pengelolaan yang baik. Hal ini untuk menghindari kejadian kurangnya kebutuhan air minum ayam karena terpakai untuk keperluan lainnya.

Penyimpanan air yang memadai harus disediakan di peternakan jika sistem utama gagal. Menurut Cobb, pasokan air ideal untuk peternakan sama dengan kebutuhan maksimal selama 48 jam. Namun, angka ini masih bisa dikompromikan sesuai potensi sistem yang ada di peternakan.

Sementara Hadi Santosa, memisahkan stok antara persediaan air minum untuk ayamnya yang berjumlah 40.000 ekor tersebut dan kebutuhan peternakan lainnya. “Untuk populasi 40.000 ekor ayam dibutuhkan air minum sebanyak 3.000 liter per hari. Air yang diambil dari sumber langsung dipompa menuju tandon yang diletakkan dengan ketinggian 6 meter dan berkapasitas 5.000 liter. Pompa air disetel otomatis. Jika ketinggian permukaan air berkurang 30 cm, pompa akan menyala secara otomatis,” papar Hadi.

Kapasitas tandon air minum ayam sengaja dibuat lebih dari kebutuhan harian dengan alasan untuk mengantisipasi listrik mati atau pompa rusak. Dengan begitu, masih ada air cadangan sebanyak 2.000 liter yang bisa diberikan sambil mengupayakan perbaikan instalasi air minum.

Adapun kebutuhan air untuk masak penjaga kandang dan kebutuhan kandang lainnya, Hadi menyediakan tandon lain yang terpisah dengan tandon air minum ayam. Tandon untuk kebutuhan lain ini berkapasitas lebih kecil, yaitu 500 liter.

Tak hanya memastikan ketersediaan air minum ayam, pemisahan tandon air minum ayam dan kebutuhan peternakan lainnya penting untuk mengamati kondisi instalasi air minum dan kondisi kesehatan ayam.

Berkurangnya stok air secara signifikan bisa disebabkan karena adanya kebocoran pada pipa air atau tekanan yang terlalu tinggi pada nipple. Jika tidak terdeteksi, selain boros air, kebocoran ini akan berpengaruh pada tingkat kebasahan litter, yang pada tingkat tertentu berakibat buruk bagi kesehatan ayam.

Berkurangnya stok air minum di luar kebutuhan juga bisa disebabkan kondisi suhu kandang yang terlalu tinggi. Penguapan yang cepat pada tubuh ayam akan merangsang peningkatan konsumsi air pada ayam. Terlalu banyak minum akan menurunkan tingkat kosumsi pakan, sehingga pertumbuhan bobot ayam menjadi lebih lambat. Dampak lainnya, feses ayam lebih cair dan membuat litter menjadi lebih cepat basah.

Dalam panduan manajemen broilernya, Cobb menjelaskan adanya hubungan antara tingkat konsumsi air minum dan pakan. Beberapa hubungan itu dijelaskan sebagai berikut:
• Konsumsi air minum pada ayam adalah 1,6-2 kali dari kebutuhan pakan. Namun, bervariasi tergantung suhu lingkungan, kualitas pakan dan kesehatan ayam.
• Pada suhu antara 20-32°C, konsumsi air meningkat sebesar 6% untuk setiap kenaikan sebesar 1 derajat.
• Pada suhu antara 32-38°C, konsumsi air meningkat 5% untuk setiap peningkatan 1 derajat.
• Pada suhu di atas 20°C, konsumsi pakan akan menurun sebesar 1,23% untuk setiap kenaikan 1 derajat.

Lebih lanjut, hubungan antara suhu lingkungan dan rasio air-pakan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hubungan suhu lingkungan dengan rasio air-pakan
Suhu ºC/ºF
Perbandingan Air dan Pakan
4°C/39°F
20°C/68°F
26°C/79°F
37°C/99°F
1,7 : 1
2 : 1
2,5 : 1
5 : 1

Singleton (2004).

Tak hanya untuk minum ayam, kebutuhan air di peternakan ayam broiler juga untuk memenuhi kebutuhan lain seperti kebutuhan masak penjaga kandang, menyiram tanaman di sekitar kandang atau membersihkan kandang setelah panen. Untuk kandang tipe closed house, kebutuhan air untuk sistem pendingin, baik fogging maupun evaporatif, juga perlu mendapat perhatian. Contoh kebutuhan air maksimum cooling pad pada ventilasi model tunnel yang beroperasi pada kecepatan 3 m/s (600 fpm) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hubungan kebutuhan air cooling pad dengan lebar kandang, kecepatan udara, kapasitas kipas dan jumlah kipas
Lebar Kandang

Kecepatan Udara

Kapasitas Kipas Tunnel
Jumlah Kipas
(790 m3/menit atau 28.000 cfm)

Kebutuhan Air pada Cooling Pad
12 m (40 ft)

3 m/s (600 fpm)

6.456 m3/min (228.000 cfm)

8

45 l/min
15 m (50 ft)

3 m/s (600 fpm)

8.093 m3/min (285.800 cfm)

10

53 l/min
18 m (60 ft)

3 m/s (600 fpm)

9.684 m3/min (342.000 cfm)

12

64 l/min
20 m (66 ft)

3 m/s (600 fpm)

10.653 m3/min (376.200 cfm)

13

72 l/min
Sumber: Cobb Broiler Management Guide-Revised (2012).

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam manajemen stok air pada peternakan ayam broiler adalah laju air. Dengan mengetahui tingkat laju air yang dihasilkan, peternak bisa memutuskan untuk memilih ukuran pipa air yang tepat sesuai populasi ayam untuk kebutuhan air minum dan kebutuhan cooling pad sesuai kelembapan yang diinginkan. Perkiraan laju aliran untuk berbagai ukuran pipa dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkiraan laju aliran berdasarkan ukuran pipa
Laju Aliran (l/min)
Ukuran Pipa (mm/inci)
20 l/min
20 mm/0,75”
38 l/min
25 mm/1”
76 l/min
40 mm or 1,5”
150 l/min
50 mm or 2”
230 l/min
65 mm or 2,5”
300 l/min
75 mm or 3”

Sumber: Cobb Broiler Management Guide-Revised (2012).

Pengelolaan Tandon (Water Storage)
Air yang segar tentu menjadi pilihan ayam broiler, begitu pula dengan para penjaga kandangnya. Sebagaimana air yang aman untuk dikonsumsi ayam, begitu pula dengan kebutuhan konsumsi penjaga kandangnya.

Menurut Cobb, meningkatnya suhu air minum bisa mengurangi tingkat konsumsi air. Adapun suhu air ideal yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat konsumsi air yaitu 10-14°C (50-57°F). Oleh karena itu, pada musim panas, tandon perlu diberi peneduh agar suhu air di dalamnya bisa lebih terjaga.

Banyak tandon air yang bisa dijadikan pilihan, baik dari sisi harga maupun bahannya. Ada tandonn yang terbuat dari bahan fiber, ada juga yang berbahan logam stainless steel. Bila memungkinkan, pilih tandon yang anti-lumut. Kalau pun tidak, kebersihan tandong harus dipantau secara berkala. Pengadaannya bisa disesuaikan antara kelebihan-kekurangannya dengan anggaran yang ada, yang terpenting kebutuhan air ayam bisa dipenuhi secara optimal. (Rochim)

Teknik Pemberian Pakan pada Layer Daerah Tropis

Pemberian satu kali pakan pada ternak layer memberi banyak manfaat.

Pemberian pakan pada layer di daerah tropis yang paling tepat adalah satu kali, yaitu pada pukul 15:00 waktu setempat. Dalam artikel ini penulis ingin mengulasnya agar para peternak layer benar-benar jelas dan tidak terjadi simpang siur pengertiannya tentang teknik pemberian pakan pada ayam di daerah tropis yang bisa diterapkan.

Secara alami, dorongan ayam untuk makan adalah untuk mencukupi kebutuhan akan energi/kalori, karena ayam memiliki suhu tubuh tinggi, 40oC (manusia 37oC). Sedangkan komponen pakan yg lain, hanya sebagai pelengkap kecukupan gizinya. Secara alami pula, nafsu makan ayam terbanyak (70-80%) adalah pada sore hari, tiga jam sebelum matahari tenggelam dan ayam lebih suka makan saat cuaca bersuhu dingin, <27oC.

Menurut pengalaman penulis, pada malam sampai dini hari, pukul 18:00-01:00 waktu setempat (7 jam), tanpa lampu tambahan, biarkan ayam tidur. Makhluk hidup perlu istirahat yang cukup 7-8 jam. Justru penyerapan gizi pakan terutama kalsium akan lebih sempurna saat makhluk hidup tidur. Jika lampu dinyalakan pada pukul 18:00-22:00 waktu setempat, sisa cuaca panas sore hari masih ada, belum benar-benar dingin. Cukup berikan sinar tambahan pada pukul 01:00-06:00 waktu setempat (5 jam) dengan dosis 20-40 lux, bila pakai lampu neon SL, dayanya 0,8-1,0 Watt/m-2 luas dalam kandang atau lampu pijar 3,0-3,5 Wat/m-2.

Jarak terjauh dari titik lampu ke mata ayam dua meter, agar memudahkan pengaturan menyala dan mati otomatis, instalasi listrik penerangan di dalam kandang harus dipasangi “timer” untuk mengatur nyala lampu secara terprogram. Keuntungannya, bisa dipastikan pada dini hari cuacanya dingin, begitu lampu menyala pada pukul 01:00 waktu setempat, ayam akan bangun kemudian minum dan makan. Saat cuaca dingin lah, ayam akan lebih suka makan tanpa resiko heat stress.

Hal itu pun dapat dilakukan dengan, pagi hari antara pukul 06:00-07:00 waktu setempat, sisa pakan diratakan, seharusnya masih tersisa -/+ 1,5 cm, kemudian pada pukul 09:00 waktu setempat, pakan diratakan kembali, yang tebal dipindah ke bagian yang tipis dan standarnya pakan yang tersisa -/+ 0,5 cm, bila pada pukul 09:00 waktu setempat pakan tipis atau habis, langsung ditambah 2-3 gram/ekor, dibagi secara merata. Sebagai catatan, jatah pakan yang akan diberikan pada sore hari pukul 15:00 waktu setempat perlu ditambah 2-3 gram/ekor agar pakan habis di hari berikutnya pukul 12:00 waktu setempat. Sebab pada waktu itulah yang digunakan sebagai patokan feed intake harian sesuai dengan kebutuhan ayam layer (ad libitum) dan bisa berubah setiap harinya.

Puasakan pakan selama tiga jam mulai pukul 12:00-15:00 waktu setempat, setiap hari, dengan tetap memberikan air minum (ad libitum). Bila pada pukul 12:00 waktu setempat pakan belum habis, sisa pakan harus dikuras. Hasil kurasan pakan ditimbang, bisa diberikan kembali pada pukul 15:00 waktu setempat. Karena ada pakan sisa, maka jatah pakan sore hari dikurangi sebanyak dua kali sisa pakan, agar jatah pakan hari berikutnya tepat habis pada pukul 12:00 waktu setempat.

Dengan program pengosongan pakan tiga jam pada siang hari memberi manfaat:
• Mengurangi resiko stress akibat panas (heat stress).
• Tempat pakan selalu bersih terhindar dari jamur.
• Dalam siklus sehari (24 jam), supaya ayam memakan semua komponen pakan, baik yang berbentuk butiran mau pun yang berbentuk tepung (mash).
• Karena itu perlu didukung pemotongan paruh ayam yang kedua pada umur 9-10 minggu. Selain untuk mengurangi sifat kanibalisme, manfaat lain agar ayam bisa makan dengan baik walau pakannya berbentuk tepung.
• Penghematan pakan 1 gram/ekor/hari dibanding tidak dipuasakan.

Sebenarnya, ayam itu sendiri yang menentukan berapa jatah pakannya (feed intake) yang dibutuhkan, tugas peternak hanya menyediakan pakan yang jumlahnya cukup dengan kualitas baik dan benar, serta seimbang komponen penyusunnya. Ibarat bahan bakar, berikan pakan dengan kualitas yang setara dengan Pertamax Plus Ron-95 atau Pertamax Turbo Ron-98, agar irit.

Sebisa mungkin gunakan Digestible Booster untuk pakan, yaitu probiotika khusus untuk ayam, yang bermanfaat untuk membantu meningkatkan daya cerna pakan di saluran pencernaan.

Dari metode pemberian pakan satu kali ini, bila dicatat dengan baik dan benar, maka peternak bisa mengevaluasi dan tahu korelasi antara kualitas pakan dengan:
a. Feed intake (asupan pakan) yang tepat sesuai kebutuhan ayam layer.
b. Bobot badan ayam layer harus ditimbang setiap bulan dengan pengambilan sampel secara diagonal random sampling.
c. HD % diharapkan bisa sesuai standar strain, yaitu antara 82-84%.
d. Bobot telur (egg weight) per butir diharapkan bisa minimum 63 gram/butir.
e. Bobot kg telur per 1.000 ekor (egg mass) diharapkan bisa 51-52 kg.
f. FCR diharapkan bisa rata-rata 2,05-2,09.

Manfaat
Kombinasi pencahayaan pada dini hari (01:00-06:00 waktu setempat) dan pemberian pakan satu kali dalam sehari pada pukul 15:00 waktu setempat, memberikan keuntungan diantaranya:
1. Sampai dengan pukul 12:00 waktu setempat, keluarnya telur sudah 80-85%. Misal, jumlah layer 1.000 ekor, saat HD 90% (900 butir), maka telur yang keluar sudah 720-765 butir. Sisanya, 20-15% keluar siang sampai sore.
2. Beban kerja operator kandang terbagi merata. Pagi panen telur tanpa memberi pakan, sebaliknya sore hari sedikit panen telur, sembari memberi pakan.
3. Ada sisa waktu longgar pada pagi sampai siang untuk urusan membersihkan tempat pakan, tempat minum dan lain-lain.
4. Ada kepastian jumlah feed intake berdasarkan kemauan dan kemampuan ayam untuk makan sesuai cuaca yang sedang dirasakan oleh ayam. Saat musim panas feed intake sedikit, namun saat musim dingin feed intake tinggi.

Bila peternak ingin merubah kebiasaan pemberian pakan dari 2-3 kali sehari menjadi satu kali sehari, harus dilakukan secara bertahap selama dua minggu. Perlu diingat, jangan pernah melakukan perubahaan kebiasaan secara mendadak, sebab hal itu akan menimbulkan behavior stress (stress akibat perubahan kebiasaan). (Djarot Winarno)

Rakernas GOPAN, Evaluasi Kebijakan Non AGP



Bertajuk "Kiprah GOPAN Dalam Pembangunan Perunggasan Nasional", Rapat Kordinasi Nasional dihelat Gabungan Organisasi Peternakan Ayam Nasional (GOPAN) pada 4 Mei 2018 di Bogor Icon Hotel.

Dibuka oleh Dirkeswan Drh Fadjar Sumping Tjatur Rasa, PhD mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Drh I Ketut Diarmitha, MSi, Rakernas dihadiri lebih kurang 80 undangan.

Rakornas didahului dengan seminar dengan narasumber tunggal Prof Budi Tangendjaja, MAPPc yang menyuguhkan "Evaluasi Pengunaan Pakan Tanpa AGP: Bagaimana Peternak Menyikapinya?"

Budi mengupas tuntas bagaimana peternak harus mengkiati kebijakan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian RI (Permentan RI) No 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan itu, adalah terkait upaya Biosekuriti ketat utamanya perihal sanitasi kandang.

Dari Kiri : Sigit Prabowo, Muladno, Fadjar Sumping, Budi Tangendjaja, Herry Dermawan
Professor Riset itu mengungkap bahwa data risetnya menyebutkan kandang ayam di Indonesia 80% masih menggunakan kandang terbuka yang umumnya dari sudut kebersihan kandang masih sangat memprihatinkan sebagai sebuah peternakan yang dituntut profesional, efisien dan produktif.

Tentu kondisi tersebut akan sangat membahayakan ketika AGP saat ini benar-benar dilarang. Berbagai bibit penyakit akan mudah menginfeksi pada jenis kandang terbuka. Dan peran AGP pada kondisi ini memang sangat berguna dan membantu mengendalikan kontaminasi penyakit. Kini peran AGP itu memang sudah dilarang dan berhasil digantikan oleh bahan-bahan alternatif yang macamnya cukup beragam, namun Budi menyebutkan bahwa sebenarnya AGP itu tidak akan berpengaruh nyata terhadap produksi ketika kandang tersebut benar-benar bersih sanitasinya, seperti ketika AGP diperlakukan pada ayam SPF _(Specific Pathogen Free)_ di closed house.

Hal tersebut mengkondisikan satu dilema bagi peternak ayam Indonesia. Karena migrasi dari kandang konvensional ke kandang _closed house_ tidak mudah dilakukan peternak umumnya. Selain melibatkan faktor modal yang cukup besar, juga masalah teknis yang menyertainya. Dan, Herry Darmawan, Ketua Umum Gopan pada sambutan pembukaan acara menyebutkan, bahwa tujuan Rakernas sebagai instrumen organisasi menjadi penting untuk berdiskusi dari berbagai masukan dan evaluasi guna menyikapi suatu kebijakan sebagaimana terbitnya Permentan Non AGP tersebut. "Nantinya kita itu akan seperti apa dengan kebijakan ini, terus sebagai peternak apa menjadi pedagang ayam beku saja?" kilah Herry yang disambut gerr...hadirin. *(DS)*


Seminar Nasional Kesehatan Unggas Soroti Budidaya Unggas Zaman Now


Zaman telah berubah, ditandai dengan kebijakan baru berupa pelarangan AGP, sehingga budidaya peternakan juga berubah, tantangan penyakit unggas juga berubah. Untuk menangani semua itu diperlukan SDM yang lebih tangguh, disiplin, dan mencintai  perunggasan.

Dari kiri: Haryono Jatmiko, Heri Setiawan, Irawati Fari, Michael Haryadi, Andi Wijanarko
Demikian benang merah dari seminar nasional kesehatan unggas yang diselenggarakan ASOHI, Kamis 3 Mei 2018 di Menara 165 Cilandak Jakarta Selatan.

Seminar dihadiri sekitar 100 orang dari kalangan pelaku usaha obat hewan, pakan, pembibitan, budidaya  serta sejumlah pengurus asosiasi perunggasan dan tamu undangan. Dibuka oleh Direktur Kesehatan Hewan Drh. Fajar Sumping Tjatur Rasa PhD, seminar ini menghadirkan pembicara Drh Heri Setiawan dari Asosiasi Dokter Hewan Perunggasan Indonesia (ADHPI) dan Dr.Drh. Michael Hariyadi dari FKH UGM. Acara dipandu oleh moderator Drh Haryono Jatmiko, salah satu pengurus ASOHI Pusat.

Ketua Panitia Seminar Drh. Andi Wijanarko mengatakan, awal 2018 Indonesia secara resmi mulai memberlakukan pelarangan AGP melalui Permentan no 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Hal ini menuntut perubahan dalam budidaya perunggasan. Oleh karena itu seminar nasional kesehatan unggas tahun ini mengangkat tema Manajemen Pemeliharaan Unggas Zaman Now, yang maksudnya adalah sejak berlakunya Permentan no 14/2017.

Ketua Umum ASOHI Drh Irawati Fari dalam sambutan pembukaannya mengatakan, sebagai pelaksanaan dari amanat Munas ASOHI tahun 2015, ASOHI secara konsisten menyelengarakan seminar tahunan, yakni seminar nasional bisnis peternakan yang biasanya berlangsung setiap akhir tahun dan seminar nasional kesehatan unggas setiap triwulan kedua. "Tahun lalu seminar mengangkat topik tentang dampak La Nina bagi perunggasan yang di dalamnya ada topik khusus membahas H9N2 yang saat itu menjadi trending topic di kalangan perunggasan. Tahun ini trending topicnya adalah budidaya perunggasan non AGP. Ini adalah topik yang sangat tepat untuk dibahas di seminar ini,"ujar Ketua Umum ASOHI.

Bertindak sebagai keynote speaker,Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjatur Rasa menyatakan, ASOHI adalah mitra pemerintah yang sangat aktif memberi berbagai masukan konstrutif untuk pemerintah. "Kami sering ketemu membahas berbagai permasalahan dan mencari solusinya. Jadi kami sangat terbantu oleh ASOHI termasuk dalam seminar ini, yang membahas topik yang sedang banyak dibicarakan. Saya percaya seminar ini akan bermanfaat bagi kita sebagai pengetahuan untuk dapat diimplementasikan dalam budidaya perunggasan," tambah Dirkeswan.

Dirkeswan menjelaskan, terkait dengan kebijakan pelarangan AGP pihaknya tidak bermaksud menyulitkan dunia usaha perunggasan. "Ini adalah tuntutan zaman dan juga merupakan pelaksanaan Undang-undang," ujarnya.

Dirkeswan melihat kecenderungan saat ini, banyak kasus penyakit seolah-olah disebabkan karena adanya pelarangan AGP. "Bahkan ada media yang memberitakan produksi turun hingga lebih dari 60% karena pelarangan AGP. Informasi ini perlu diluruskan,"tambah Dirkeswan.

Oleh karena itu ia berharap melalui forum seminar ini, kita mendapatkan informasi yang akurat dan dapat saling berbagai informasi penting untuk kemajuan perunggasan.

Tuntutan Zaman Now

Dalam paparan presentasinya yang berjudul Tata kelola Pemeliharaan Unggas Pasca Berlakunya Permentan no 14/2017, Drh Heri Setiawan menekankan pentingnya SDM perunggasan yang lebih bagus. Karakteristik unggas zaman now antara lain pertumbuhan lebih cepat, konversi pakan makin efisien, lebih peka terhadap lingkungan, gerakan lebih lambat dan unggas mudah stress. Hal ini membutuhkan penanganan yang lebih hati-hati.

"Tata kelola pemeliharaan unggas zaman now harus menggunakan hati nurani," ujar Heri .
Hati nurani yang dimaksud adalah yang memahami, peduli dan memenuhi kebutuhan unggas.

Heri juga menjelaskan bahwa saat ini biosekuriti adalah aspek yang sangat penting dalam manajemen pemeliharaan zaman now. Dalam hal ini ia memperkenalkan komponen biosekuriti yang meliputi biosekuriti konseptual, struktural, operasional, serta yang tak kalah menariknya adalah biosekuriti mental. Biosekuriti mental maksudnya adalah disiplin dan kepedulian bekerja, bertanggungjawab pada tugasnya dan rasa ikut memiliki yang tinggi. "Tanpa biosekuriti mental, tata kelola pemeliharaan zaman now tidak akan berhasil,"tegas Heri

Pada sesi berikutnya, Michael Haryadi saat menyampaikan materi tentang tantangan penyakit bakterial di era non AGP menegaskan bahwa pelarangan AGP harus disikapi positif, karena ini adalah tuntutan global. (Bams)**

Selengkapnya akan diulas di Infovet edisi Juni 2018




ARTIKEL POPULER MINGGU INI

Translate


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer