Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini peternakan babi | Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

24 EKOR BABI MATI SECARA MISTERIUS DALAM SEMINGGU DI SULAWESI UTARA

Kapolsek Dimembe Meninjau Lokasi Bangkai Babi
(Sumber : Tribun Minut)

Bau tidak sedap bangkai babi mengganggu kenyamanan warga di Desa Matungkas, Dimembe, Minahasa Utara atau Minut, Sulawesi Utara, pada Rabu 19 Juli 2023. Kapolsek Dimembe Akp Rudyanto Simanjuntak saat dihubungi membenarkan hal itu.

"Benar, kejadiannya di Desa Matungkas tapi sudah aman," ucap Kapolsek.

Menurut Kapolsek, penyebab masih sementara diselidiki oleh dokter hewan yang berwenang. Akp Rudyanto Simanjuntak mengatakan kematian babi sudah berlangsung sejak hari Rabu 12 Juli 2023. Selama seminggu ini beber Akp Rudyanto Simanjuntak, sudah sebanyak 24 ekor babi yang mati.

"Sejak Rabu 12 Juli 2023, hingga saat ini sesuai laporan yang kami terima sudah ada sebanyak 24 ekor babi yang mati, terdiri dari 22 ekor besar dan 2 ekor kecil," ungkap Akp Rudyanto Simanjuntak.

Dikatakan Akp Rudyanto Simanjuntak, semua babi yang mati ini hanya di satu tempat pertenakan di desa Matungkas.

"Perternakan milik Dintje Pondaag," ucap Akp Rudyanto Simanjuntak.

Namun, Akp Rudyanto Simanjuntak sampaikan telah dilaksanakan pertemuan permasalahan ini.

"Hadir dalam pertemuan, Camat Dimembe, Kadis Lingkungan Hidup, Hukum Tua Matungkas," tambah Akp Rudyanto Simanjuntak.

Selain itu menurut Akp Rudyanto Simanjuntak, dari hasil pertemuan ini sudah selesai dengan aman dan lancar.Pemilik peternakan akan menguburkan bangkai babi yang mati ini, dan menyelidiki sebab kematiannya. (INF)



PETERNAK BABI DI BALI BERHARAP TUAI KEUNTUNGAN MENYAMBUT GALUNGAN

Peternak Babi Di Bali, Masih Merugi

Awal Agustus 2023 nanti, umat Hindu di Bali merayakan hari raya Galungan. Dalam perayaan Galungan ini diharapkan harga babi akan menunjukkan tren positif. Minimal diharapkan, harga babi terkoreksi diangka Rp40.000 per kilogram hingga Rp45.000 per kilogram. 

Namun sayangnya menurut Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) I Ketut Hari Suyasa hal itu memang cukup sulit. Apalagi mengingat hingga saat ini belum terjadi pergerakan harga babi. 

"Kami memprediksi pergerakan tidak begitu besar, karena saat ini harga babi di peternak masih Rp35.000 per kilogram. Sehingga, sudah 3 bulan terakhir ini peternak merugi," katanya Kamis, 20 Juli 2023. 

Harga Pokok Produksi (HPP) peternak saat ini mencapai Rp40.000 per kilogram, sementara harga jual jauh di bawah itu. Sementara itu, untuk ketersediaan saat ini, Hari Suyasa mengatakan sangat aman. Hanya saja nilai jual yang belum bisa memberi keuntungan bagi peternak. 

Selain harga jual yang rendah, Hari Suyasa juga mengatakan, peternak dihadapkan dengan HPP tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh harga pakan yang terus melonjak. Ia mengatakan 75 persen nilai produksi babi dipengaruhi oleh harga pakan. 

"Mirisnya 90 persen bahan baku pakan babi adalah produk dalam negeri. Namun dengan itu juga belum mampu memberikan nilai yang layak untuk para peternak," terangnya. 

Jika harga pakan tidak bisa dikendalikan, dia berharap pemerintah bisa memberikan subsidi untuk menekan nilai produksi. Demikian pula pemerintah daerah diharapkan bisa memberikan perhatian bagi peternak babi, setidaknya bisa mengintervensi harga babi. 

Menurutnya yang terjadi saat ini, babi di  Bali dibeli murah, namun dijual malah di luar Bali. (INF)



BALAI KARANTINA CEK PETERNAKAN BABI AKIBAT LAPORAN ASF DARI SINGAPURA

Babi, Andalan Ekspor Indonesia ke Singapura

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang Aris Hadiyono mengatakan tim mereka bersama otoritas terkait akan mengunjungi peternakan babi di Pulau Bulan, Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Selasa (25/4/2023). 

Hal ini menindaklanjuti berita bahwa Singapura menghentikan impor babi hidup dari Pulau Bulan, karena pihak Badan Makanan Singapura (SFA) menemukan babi dari Pulau Bulan terinfeksi penyakit babi Afrika (African swine fever/ASF).

Adapun tim yang akan mendatangi Perternakan Babi di Pulau Bulan, yaitu tim dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian. Kemudian dari Balai Veteriner Bukittinggi dan Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang.

Aris menyampaikan pihaknya belum dapat memastikan babi dari Pulau Bulan terinfeksi ASF. Karena sejauh ini, baru klaim dari pihak Badan Makanan Singapura (Singapore Food Agency).

“Baru dari pihak Singapuranya, makanya temen-temen mau lihat dulu, bener gag di situ ada ASF, kita kan belum tau, apakah dari pemotongan sana atau pemotongan sini,” katanya.

Menurutnya, peternakan babi di Pulau Bulan memiliki Biosecurity yang cukup ketat. Sehingga perlu dipastikan lagi kebenaran mengenai babi di sana terinfeksi ASF atau tidak.

“Makanya besok mau kita lihat hasilnya,” kata dia. 

Berdasarkan data pada sistem informasi Barantan, IQFAST ekspor babi asal pulau ini untuk tujuan negara Singapura, tercatat sejak Januari-November 2022 mencapai 240.117 ekor babi. Dengan nilai ekonomi mencapai Rp 785 miliar. (INF)

PETERNAKAN TAK BERIZIN DIEKSEKUSI, PULUHAN EKOR BABI DIEVAKUASI

Babi Yang Dievakuasi Oleh Aparat Setempat 
(Sumber : Istimewa)

Puluhan ekor babi dari peternakan yang berada di tengah permukiman Desa Mlese, Kecamatan Gantiwarno, ditertibkan dan dipindahkan oleh Satpol PP dan Damkar Klaten bersama Muspika dibantu warga, Selasa (21/3/2023).

Proses eksekusi pemindahan puluhan babi itu dilakukan menindaklanjuti kesepakatan sebelumnya jika pemilik sanggup mengosongkan kandang babi dalam rentang sebulan.

Sebanyak 91 ekor babi milik Sugiyarto dipindahkan ke salah satu kandang ternak di wilayah Kecamatan Jogonalan. Sebelumnya, peternakan babi tak berizin yang berada di tengah permukiman itu dikeluhkan warga. Selain menyebabkan polusi bau, ternak babi itu mencemari saluran air.

Sumirah, warga sekitar mengapresiasi tindakan yang telah dilakukan oleh unsur Muspika tersebut. Menurutnya tindakan tersebut seharusnya sudah dilakukan sejak lama mengingat warga sekitar yang sangat terganggu dengan keberadaan peternakan tersebut. 

"Baunya enggak enak, sering ada kendaraan masuk keluar, kita jadi enggak tenang. Mudah - mudahan kegiatan peternakan mereka enggak ada lagi, soalnya di sini sudah sangat padat pemukimannya," tutur Sumirah. 

Kepala Bidang Penegakan Perda Satpol PP dan Damkar Kabupaten Klaten, Bambang Saptono mengatakan bahwa eksekusi ini dilakukan sesuai dengan standar dan operasional prosedur yang berlaku. Sehingga pemilik peternakan dipastikan sudah legowo dengan tindakan yang diambil oleh perangkat pemerintah.

"Sebelumnya kami lakukan pengecekan, surat izinnya tidak ada, kelengkapan legalnya juga tidak lengkap. Sesuai peraturan yang berlaku langsung kami tindak agar tidak timbul tindakan - tindakan main hakim sendiri dari masyarakat," ujar Bambang. (INF)









VIETNAM SIAP DISTRIBUSIKAN VAKSIN ASF KE SELURUH DUNIA

Vaksin ASF Asal Vietnam, Siap Didistribusikan ke Seluruh Dunia 
(Sumber : Vietnampuls.vn)

Vaksin demam babi Afrika (ASF) dengan merk AVAC ASF LIVE yang dikembangkan dan diproduksi oleh AVAC Vietnam Co., Ltd akan segera didistribusikan secara nasional mulai Februari tahun ini,  hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam, Phung Duc Tien.

Hal ini disampaikannya pada pertemuan tentang pengawasan kualitas pada 31 Januari 2023 di Hanoi. Tien meminta AVAC Vietnam untuk terus mengevaluasi tingkat kekebalan vaksin setelah penyuntikan, dan memberikan pedoman dan rekomendasi yang ketat bagi para peternak.Rencananya sebanyak 600.000 dosis vaksin AVAC ASF LIVE akan digunakan pada batch pertama di bulan Februari.

Pengujian vaksin AVAC ASF LIVE dimulai di peternakan babi sejak Maret 2022 dengan tingkat efikasi mencapai 95%. Vaksin tersebut telah disetujui untuk diedarkan pada 8 Juli 2022 dan mulai digunakan di bawah pengawasan petugas yang berwenang di Vietnam.

Setelah disetujui untuk diedarkan, Departemen Kesehatan Hewan Vietnam, MARD terus memantau kualitas 10 batch vaksin pertama yang diproduksi. Mereka juga terus mengevaluasi efektivitas 600.000 dosis vaksin AVAC ASF LIVE pada babi berumur antara 8-10 minggu.

Menurut Nguyen Van Diep, Direktur AVAC Vietnam, pada awal Januari, empat batch pertama vaksin AVAC ASF LIVE yang diproduksi pada tahun 2022 telah diuji dan memenuhi persyaratan kualitas.

AVAC Vietnam juga bekerja sama dengan CP Livestock Joint Stock Company (CP Vietnam) untuk mengadakantriak  terhadap 600.544 babi di 545 peternakan, dan mengambil 5.958 sampel untuk pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 93,34% sampel memenuhi persyaratan teknis.

Pada pertemuan tersebut, para peserta menyampaikan bahwa AVAC Vietnam dan CP Vietnam konsisten dan terus meningkatkan sampling rate untuk mendapatjab penilaian yang lebih akurat.

Tien juga meminta unit terkait agar senantiasa mencatat laporan teknis sedetail mungkin dalam trial tersebut agar MARD bisa membuat penilaian yang akurat sebelum vaksin tersebut digunakan dalam skala besar.

Sejauh ini Vietnam menjadi negara pertama yang berhasil mengembangkan dan memproduksi dua jenis vaksin  ASF. (CR)

TITIK KRITIS BIOSKURITI DALAM MENCEGAH ASF

Ruang shower untuk mandi keramas dan ganti baju dan shower mobil yang mau masuk resticted area. Shower untuk alat transportasi harus lebih ketat demikian juga dipping untuk roda. (Foto: Istimewa)

Ternak babi pada beberapa provinsi dan kabupaten/kota memegang peran penting untuk memenuhi kebutuhan protein dan menunjang perekonomian keluarga. Babi juga memegang peran dalam kehidupan adat/budaya masyarakat di Indonesia. Kondisi populasi babi di Indonesia tidak terlepas dari dampak penyakit pandemik yang menyerang populasi babi lintas benua dan lintas batas negara. African Swine Fever (ASF) merupakan salah satu penyakit viral menular yang paling ditakuti peternak babi karena dahsyatnya serangan dan akibat yang ditimbulkan bisa membunuh 90% lebih populasi babi dalam kandang dengan waktu singkat.

Setelah adaya serangan Hog Cholera atau Classical Swine Fever (CSF) yang mengglobal, populasi babi di Indonesia telah meunjukkan peningkatan hingga 2021, menyusul adanya vaksinasi untuk mencegah CSF. Berdasarkan Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2021, jumlah ternak babi di Indonesia tercatat 8.011.776 ekor dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 7.622.724 ekor. Gairah beternak babi muncul lagi setelah ditemukan vaksin Hog Cholera yang beredar luas di pasar global dan dipakai luas di Indonesia.

Penurunan populasi babi terjadi lagi setelah populasi menunjukkan peningkatan. Infeksi global ASF yang juga menyerang peternakan babi di Indonesia menurunkan populasi babi dunia dan juga Indonesia. Belum ditemukan vaksin efektif terhadap infeksi virus ASF yang mematikan babi hutan dan babi domestik. Penurunan populasi babi akibat kematian massal menyebabkan kurangnya stok babi yang tersedia di pasar. Jumlah permintaan daging babi untuk konsumsi yang tidak sebanding dengan penyediaan menyebabkan pergeseran harga menunju kenaikan harga daging babi di berbagai daerah. Kenaikan harga daging babi bisa juga menyumbang kenaikan angka inflasi di beberapa tempat.

Serangan ASF terhadap babi domestik biasanya didahului dengan serangan pada babi hutan. Adanya kontaminasi lingkungan pemeliharaan babi domestik oleh virus ASF yang berasal dari babi hutan yang dibawa peternak/pekerja yang juga memiliki hobi berburu babi hutan berpotensi menyebabkan terjadinya infeksi pada babi domestik.

Kontaminasi virus ASF pada lingkungan peliharaan juga bisa terjadi karena terbawanya babi hutan yang mencari pakan di sekitar lingkungan peliharaan babi domestik atau akibat babi domestik yang dipelihara secara ektensif dan memasuki kawasan babi hutan yang sakit atau mati karena ASF. 

Selain itu, peran caplak Ordithodoros spp. babi hutan yang merambat, menggigit babi domestik akan memindahkan virus ASF ke dalam tubuh babi domestik. Serangan ASF di Jerman pada 2020, didahului dengan kematian massal babi hutan. Kematian babi hutan di Jerman akibat serangan ASF mencapai 4,200 ekor (Sehl-Ewert, 2020).

ASF menyebabkan tingkat kematian tinggi pada babi domestik disertai perdarahan pada berbagai organ tubuh babi terserang, menyebabkan kerusakan sistem hemopoetik, menyebabkan deplesi pada organ limfoid, menyebabkan limfofenia, serta imunodefisiensi (Salguero FJ, 2020). Perdarahan pada berbagai organ tubuh dan kulit terjadi karena penurunan drastis jumlah trombosit, terjadi trombositopenia. Virus ASF bereplikasi pada sel-sel fagosit mononuklear dan sel-sel retikuloendotelial (Wales et al., 2021).

Tidak Semua Farm Terserang ASF
Secara peracute serangan ASF ditandai dengan adanya… Selengkapnya baca di Majalah Infovet edisi Desember 2022.

Ditulis oleh:
Sulaxono Hadi
Medik Veteriner Ahli Madya
Balai Veteriner Banjarbaru

MENGUNCI PERFORMA INDUKAN BABI AGAR TETAP STABIL

Dr Mauro Di Benedetto


Memiliki indukan babi yang produktif merupakan impian semua peternak dan pembibit babi di dunia. Namun begitu tdalam mencapai hal tersebut nampaknya sangatlah berat, apalagi ditengah disrupsi yang terjadi saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Mauro di Benetto konsultan dari Kemin Agrifood Italia dalam presentasinya pada gelaran Pig Quality Conference 2022 secara daring pada (15/9) yang lalu.

Ia memberi contoh misalnya terkait harga bahan baku pakan yang kian hari semakin meroket yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. Hal ini tentu saja akan semakin menambah cost dari produksi karena sebagaimana kita ketahui bahwa pakan merupakan komponen biaya paling utama dalam suatu budidaya peternakan.

"Efisiensi biaya pakan memang suatu keniscayaan namun begitu ada satu solusi lagi meskipun biaya pakan tidak dapat ditekan yakni kenaikan performa dari ternak itu sendiri, menaikkan performa ternak dengan biaya pakan yang tetap juga merupakan suatu keharusan," tuturnya.

Lalu kemudian ia memberi pemahaman mengenai indukan babi hyperprolific. Secara umum indukan hyperprolific dapat diartikan sebagai indukan yang dapat melahirkan anak babi melebihi jumlah puting susu yang dimiliki.

"Pernah di Eropa suatu perusahaan breeding merilis satu ras babi yang dapat melahirkan lebih dari 41 ekor anak babi dalam setahun, artinya dalam satu siklus sekitar 16-18 ekor anak babi dilahirkan. Dan ras ini sempat populer, namun masalahnya bukan pada seberapa banyak anak babi yang dilahirkan," tutur dia.

Dr Mauro mengatakan problem utama dari indukan hyperprolific yakni pada kecukupan gizi anak yang dilahirkan. Setidaknya menurut beliau, indukan dengan 13 anak babi harus dapat memproduksi susu sebanyak 390 liter hingga anak babi disapih, hal  ini dibutuhkan agar anak babi mendapatkan nutrisi yang cukup dari induk.

"Yang kebanyakan terjadi di lapangan, induk babi hampir tidak dapat mencukupi kebutuhan tersebut, sehingga nutrisi dari anakan tidak terpenuhi, bobot setelah disapih tidak mencapai target, sehingga pertumbuhan kedepannya menjadi kurang maksimal," kata Mauro.

Lalu bagaimana solusinya?, dalam berbagai riset yang telah ia lakukan, kombinasi penggunaan enzim dan emulsifier adalah solusi terbaik dalam meningkatkan utilisasi nutrisi dalam pakan serta menjaga kesehatan saluran pencernaan induk babi.

Enzim yang dapat digunakan yakni fitase, protease, dan karbohidrase. Sementara emulsifier yang dimaksud yakni lisolecitin. Enzim akan bekerja memecah zat yang sulit dicerna menjadi partikel lebih kecil sehingga lebih mudah dicerna, sementara emulsifier membantu kinerja enzim lipase serta meningkatkan kemampuan absorpsi usus dalam menyerap nutrisi.

"Berbagai trial yang kami lakukan di beberapa negara produsen babi terbesar telah berhasil menjawab tantangan ini, hasilnya susu yang dilahirkan induk lebih banyak dengan nilai FCR yang baik. Selain itu jumlah anak babi yang bertahan hidup setelah penyapihan meningkat, dan bobot targetnya tercapai," tutupnya. (CR)


ARTIKEL TERPOPULER

ARTIKEL TERBARU

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer