Jan Van Den Brink menyampaikan materi dalam webinar |
Fase brooding dalam budidaya
ayam broiler merupakan fase yang sangat penting. Fase ini harus dapat dilewati
dengan maksimal karena di dalamnya terjadi fase perbanyakan sel yang akan
berpengaruh kepada tumbuh kembang dan performans ayam di kemudian hari.
Dalam rangka memberikan edukasi kepada para
peternak mengenai manajemen brooding yang baik, PT De Heus
Indonesia mengadakan webinar bertajuk "Management On Brooding Period For
Broiler Commercial" pada Selasa (7/6) yang lalu melalui aplikasi Zoom
Meeting.
Narasumber dalam acara tersebut yakni Jan Van Den
Brink Senior Specialist Poultry PT De Heus Indonesia yang didampingi oleh Kokot
Februhadi selaku Poultry Training Manager PT De Heus Indonesia sebagai
penerjemah agar lebih memudahkan peserta dalam menerima materi yang
disampaikan..
Brooding vs Data
Dalam presentasinya Jan kembali menyinggung
mengenai brooding terkait dengan memaksimalkan potensi genetik
yang ada dalam tubuh broiler modern. Jan menekankan aspek kenyamanan yang
merupakan prioritas utama bagi ayam dalam fase tersebut.
Oleh karena itu Jan menekankan peternak agar
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan ayam di
kandang diantaranya waktu kedatangan, iklim, pencahayaan, ketersediaan pakan
dan air minum, serta status kesehatan.
"Kenyamanan akan terjadi jika kesemua faktor
tersebut terpenuhi dalam porsi yang seimbang, oleh karena itu kenyamanan
merupakan kunci dari keberhasilan brooding. Meski begitu tidak
semua peternak tahu bagaimana cara membuat ayam agar nyaman, karena yang
dirasakan ayam beda dengan manusia," tutur Jan.
Dalam hal tersebut Jan mengingatkan peternak agar
senantiasa mengambil data di kandang dan kemudian menganalisis apa yang
terjadi, karena dari data tersebut langkah yang diambil akan berbeda di tiap
kandangnya. Penanganan yang efektif terkait kondisi kandang juga dapat
dilakukan apabila data yang dikumpulkan semakin lengkap dan dianalisis dengan
baik.
"Dalam brooding data
sekecil apapun penting, mulai dari suhu kandang, suhu tubuh ayam, kelembapan,
kecepatan angin, dan semuanya akan menentukan. Karena ini akan menjadi gambaran
apakah sudah cukup nyaman ayam berada di dalam kandang, selain itu pada saat
mengambil data kita juga dapat mengamati perilaku ayam," kata Jan.
Pengaruh Iklim dan Kenyamanan
Jan juga menyinggung pengaruh iklim terhadap
kenyamanan ayam, dan menurutnya ini juga yang menjadi faktor yang kerap dicuekin oleh
peternak. Ia mengatakan bahwa pada 5 hari pertama anak ayam tidak dapat
mengontrol suhu tubuhnya sendiri alias poikilothermik, sehingga amatlah penting
untuk menjaga suhu lingkungan karena anak ayam otomatis akan menyesuaikan diri
dengan suhu lingkungan.
"Suhu kandang yang optimal kurang lebih 33o
C dengan kelembapan maksimal 60% dimana kecepatan angin mencapai 0,2 m/s. Suhu
litter paling tidak berada pada angka 31o C dan suhu lantai 29o
C. Untuk DOC yang bobotnya kurang dari 36 gram, kami sarankan menaikkan suhu
kandang diangka 34o C.
Tiga faktor kunci dalam mengamankan iklim di
dalam kandang yakni kecepatan angin, suhu, dan kelembapan. Bila semua ini
dipenuhi kata Jan, ayam akan aman dan nyaman dengan keadaan di dalam kandang
sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Jan juga menyebut bila kecepatan angin bertambah
sebanyak 1 m/s maka suhu efektif yang akan dirasakan ayam akan menurun sebanyak
8o C, sehingga suhu kandang harus dinaikkan sebanyak 8o C
agar ayam tidak kedinginan.
Ia juga menyebut bahwa kandang dengan
sistem closed atau full housed brooding akan
membuat ayam lebih nyaman dibandingkan dengan half housed. Hal
ini tentu saja karena faktor iklim terutama suhu dapat dikendalikan lebih baik,
sehingga aliran udara dalam kandang lebih merata sehingga hasilnya lebih baik
dan ayam lebih nyaman.
Jangan pula lupakan posisi dari pemanas dan
pencahayaan, dimana kedua faktor tersebut secara tidak langsung akan
mempengaruhi suhu di dalam kandang sehingga dapat mempengaruhi kenyamanan dari
ayam.
Pakan & Air Minum Cukup
Akses terhadap pakan dan air minum tentu saja
juga penting, untuk air minum yang disoroti oleh Jan yakni mengenai ketinggian nipple atau drinker
gallon. Menurutnya kebanyakan kandang di Indonesia meletakkan posisi drinker dan nipple terlalu
tinggi sehinga ayam kesulitan dalam mendapatkan air minum.
"Sudut kemiringan nipple atau drinker sebaiknya
35-45o sehingga ayam mudah mengakses air minum, kalau ketinggian
nanti ayam akan sulit minum dan mengalami dehidrasi. Program pemberian suplemen
dan vitamin di awal brooding juga bisa terganggu karena
kesalahan kecil ini," tandas Jan.
Feed intake juga sangat penting,
asupan pakan pada hari - hari pertama akan merangsang penyerapan sisa kuning
telur bagi DOC. Jika akses terhadap pakan terlambat, DOC akan terlambat pula
dalam menyerap kuning telurnya, disinilah kata Jan akan banyak kasus infeksi
kuning telur alias omphalitis terjadi.
"Selain rawan omphalitis, biasanya DOC yang
penyerapan kuning telurnya terhambat juga akan sulit mengejar ketertinggalan
performa pertumbuhan, inilah yang mengakibatkan sebagian populasi dalam satu
kandang keseragamannya kurang baik," tutur Jan.
Untuk mendapatkan akses penuh terhadap pakan, Jan
menyarankan agar peternak menyiapkan kertas minimal kertas koran di sekitar
tempat pakan, hal ini akan memudahkan DOC dalam mengenali pakannya yang berasal
dari tumpahan pakan. Atau jika tempat pakan terlalu tinggi, minimal ayam dapat
makan dari tumpahan pakan yang jatuh di atas kertas tersebut.
Jangan pula lupa untuk mengecek isi tembolok
setiap beberapa jam, minimal pada 2, 4, dan 8 jam sekali. Hal ini penting untuk
mengetahui apakah pakan dan air minum dapat diakses secara full oleh
ayam.
"Isi tembolok jelas harus berbentuk seperti
adonan, jika kering dan terkesan berbulir artinya mereka makan tapi tidak
minum, dan sebaliknya kalau kesannya basah cair, dan rata tanpa ada kesan
buliran artinya mereka minum tapi tidak makan," tukas Jan.
Risiko lain yang fatal dari ketidakmampuan ayam
mengakses pakan dan air minum serta kuantitasnya yang kurang menurut Jan yakni
terjadinya hipoglicemia pada DOC yang akan menyebabkan kematian mendadak.
Peternak juga diminta untuk senantiasa mengecek
kematian yang berasal dari akibat lain seperti omphalitis. Karena dari situ
kita juga bisa menyimpulkan bukan hanya manajemen brooding yang
salah tetapi juga mengetahui kualitas dari DOC yang ada.
Yang Harus Diingat
Setidaknya ada beberapa take home
massages yang disampaikan oleh Jan, pertama peternak harus mau
berinvestasi dalam sapronak yang memadai. Kedua peternak harus mau mengukur,
mengambil data dan menyesuaikan kebiasaan.
Dan yang ketiga tentunya memenuhi semua kualitas
parameter yang dibutuhkan oleh DOC agar senantiasa merasa nyaman di dalam
kandang selama periode brooding berlangsung.
"Jika ini dipenuhi, performa kedepannya akan baik dan potensi genetik yang mereka miliki dapat maksimal dan efektif," tutup Jan.
Kokot Februhadi menekankan kepada peternak juga agar tidak sembarangan dalam melakukan sesuatu dalam fase brooding. Karena jika sembrono dalam fase ini tentu hasil yang didapat akan kurang maksimal.
"Kami mengimbau kepada peternak agar jangan takut dan ragu untuk berkonsultasi pada tim kami, dengan senang hati tim kami akan membantu agar memkasimalkan brooding di kandang Bapak / Ibu, minimal kalau ditanya, akan kami jawab sesuai dengan spesialisasi kami, karena ini merupakan komitmen kami dalam membantu peternak," jelas Kokot (CR).